You are on page 1of 11

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

EVALUASI KEMAMPUAN FISIK BERDASARKAN


JOB SEVERITY INDEX GUNA KESELAMATAN PEKERJA
Risma Adelina Simanjuntak
Joni Suhendar
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan, Yogyakarta 55222
e-mail : rismastak@yahoo.com
ABSTRACT
Job safety and healthy need to be paid attention because some cases which is caused by
mistakes in material handling and to much loads, are the result of injury. This result is done in making
roof file activities that located in kebumen. The activities that is done still using human energy in
wirring material by the process it self. If the activities are done continually caused apprehension will
occur an accident impact. So from that case needs evaluation that is from energy consumtion through
heart beat measuring, act of determining optimal rest time Recommended Weight Limit (RWL) Lifting
Index(LI) and Job Severity Index (JSI).
From the result of the research energy consumtion counting of every operator 5,08884
kcal/minutes, 4.85391 kcal/minutes, 4,57234 kcal / minutes, 4,63272 kcal/minutes. Still in normal limit
from the energy consumtion so can be estabilished of optimal resttime for every operator 90,99
minutes; 76,47 minutes;55,93 minutes;60,64 minutes. Than for the counting RWL is 16,25 kg;12, 87
kg;13,59 kg; 12,90 kg; get lifting indeks 2,22 ; 0,93 ; 0,88 ; and 0,93, so from some job activities which
are done content of injury risk that is LI >1 so that activities are done repair. By using JSI method is
1,29 ; 0,25 ; 0,20 ; and 0,19 from that result axist some activities that are caused injury rest JSI > 1 so
that activities need result by using RWL is got 37,05 with (LI) 0,97 so LI < 1 that activities do not
caused injury risk. The repairing use JSI is got 0,95 so can be determined JSI < 1 that the activities do
not cause injury risk or in safe limit to be done.
Keyword:, Recommended Weight Limit , Lifting Index, Job Severity Index
INTI SARI
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan karena hal-hal yang disebabkan oleh
kesalahan dalam penanganan bahan dan beban berlebih, merupakan penyebab terjadinya cidera.
Penelitian ini dilakukan di aktivitas pembuatan genteng yang berada di Kebumen. Aktivitas yang
dilakukan masih menggunakan tenaga manusia dalam memindahkan material dengan aliran
prosesnya. Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara terus menerus dikhawatirkan akan
menimbulkan dampak kecelakaan. Maka dari itu perlu adanya evaluasi yaitu dari Recommended
Weight Limit (RWL) dan Job Severity Index (JSI). Dari hasil penelitian didapat RWL dari empat
aktivitas/operator adalah 16,25 kg; 12,87 kg; 13,59 kg; 12,90 kg; sehingga didapat lifting index : 2,22;
0,93; 0,88 dan 0,93 . Dari aktivitas kerja yang dilakukan mengandung resiko cidera jika LI > 1 maka
aktivitas tersebut dilakukan perbaikan. Dengan menggunakan metode JSI adalah 1,29; 0,25; 0,20;
dan 0,19 dari hasil tersebut terdapat aktivitas yang menimbulkan resiko cidera JSI > 1 maka aktivitas
tersebut perlu dilakukan perbaikan aktivitas kerja. Dari hasil perbaikan dengan menggunakan RWL
didapat 37,05 dengan (LI) 0,97 maka LI < 1 aktivitas tersebut tidak menimbulkan resiko cidera.
Perbaikan menggunakan JSI didapat 0,95 maka dapat dipastikan JSI < 1 bahwa aktivitas tersebut
tidak menimbulkan resiko cidera atau dalam batas aman untuk dikerjakan.
Kata kunci : Recommended Weight Limit , Lifting Index , Job Severity Index
PENDAHULUAN
Aktivitas pemindahan bahan secara manual (manual material handling/MMH) merupakan
suatu aktivitas kerja yang masih banyak di jumpai, meskipun mesin-mesin yang digunakan dalam
industri mampu untuk menggantikan pekerjaan manual, sistem yang sepenuhnya dikerjakan secara
otomatis ataupun yang tidak lagi menggunakan pekerjaan manual masih jauh dari kenyataan. Baik
pertimbangan-pertimbangan ekonomis seperti biaya peralatan otomatis atau keadaan serba praktis
seperti keterbatasan ruang atau kondisi yang tidak diharapkan terkadang bisa membuat automatisasi
yang komplit menjadi rumit. Akibatnya pekerjaan manualpun tidak dapat dihindari diberbagai tempat
kerja. Pekerjaan manual, baik yang berat ataupun yang ringan, dapat menimbulkan kelelahan dan
cidera yang berulang-ulang. Kelelahan karena menggunakan peralatan manual (MMH), merupakan
238

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

penyebab utama cidera pada punggung. Aktivitas / pekerjaan MMH mempunyai peranan vital dalam
suatu sistem produksi manufaktur, yang bertujuan untuk mengalirkan material sesuai dengan aliran
prosesnya dengan tepat waktu dan tujuannya. Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan
penanganan material dengan menggunakan alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan yang dapat
dilakukan untuk beban beban ringan. Akan tetapi dibalik keuntungan tersebut terdapat kekurangan,
yaitu dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja yang disebabkan kesalahan dalam penanganan
material tersebut, terutama kecenderungan terjadinya cidera.
Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan
menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri (industrial accident) yang disebut
sebagai Over exertion-lifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh
beban angkat yang berlebih. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang
apabila kontraksi otot melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat
kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen keotot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat
yang menyebabkan rasa nyeri otot.
Pembuatan genteng Di Perusahaan SWR Sokka yang berlokasi didaerah Kebumen ini masih
menggunakan peralatan manual oleh manusia. Aktivitas produksi genteng dan pemasaran selalu
melakukan proses pengangkatan secara manual dikarenakan keterbatasan peralatan yang
dipergunakan. Aktivitas ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga menimbulkan kelelahan otot
yang berdampak cidera pada pekerja. Pada pengangkatan beban kerja terjadi kontak langsung antara
beban dan tubuh manusia. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja, bila metode pengangkatan
dan beban tidak sesuai dengan kemampuan manusia. Sehingga dibutuhkan suatu analisis terhadap
metode pengangkatan dan beban yang diangkat oleh manusia untuk menghindari kecelakaan kerja.
Oleh karena itu untuk mengurangi bahkan mencegah cidera para pekerja perlu diadakan evaluasi
pengangkatan secara manual menurut permasalahan diatas, penelitian ini akan memberikan solusi
berdasarkan pedoman NIOSH dengan metode job severity index (JSI). Selain itu dengan metode job
severity index (JSI) dapat mengetahui tingkat kekerasan kerja yang secara langsung mempengaruhi
produktifitas kerja dari masing-masing pekerja.
Berdasarkan penelitian diatas dan uraian latar belakang masalah yang ada maka dilakukan
penelitian dengan judul : Evaluasi Kemampuan Fisik Pengangkatan Secara Manual Berdasarkan Job
Severity Index Dengan Pedoman NIOSH Untuk Menjaga Keselamatan Pekerja.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan
dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis seberapa besar tingkat resiko cidera terhadap
aktivitas manual material handling dan mengevaluasi terhadap hasil tingkat resiko cidera tersebut
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menentukan nilai beban
angkat teoritis serta nilai dari tingkat tegangan fisik dan menentukan indeks kekerasan kerja dari
aktivitas pengangkatan material secara manual yang dilakukan pekerja.
LANDASAN TEORI
Pengertian Pemindahan Bahan
Pengertian pemindahan bahan secara manual, menurut American Material Handling Society
(AMHS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan
(handling), pemindahan (moving), pengepakan (packging), penyimpanan (storing), dan pengawasan
(controling) dan material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996). Aktivitas yang dilakukan
oleh sebagian besar orang yang sedang bekerja membutuhkan usaha fisik dan penanganan manual
terhadap material dan peralatan. Dalam melakukan pekerjaan sering terjadi kecelakaan kerja
misalnya sakit akibat salah urat pada tangan. Resiko cidera tulang belakang disebabkan frekuensi
pengangkatan, kekuatan, ukuran tubuh, tekanan beban angkat atau tekanan tubuh dan tekanan dari
tangan dan kaki yang menyebabkan tidak nyaman.
NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biomekanika, yaitu :
Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan langsung
Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, hal ini dipengaruhi oleh:s
a. Jarak horizontal
b. Jarak vertikal
c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital
Frekuensi pemindahan yang digunakan adalah sebagai rata-rata pemindahan permenit untuk
permindahan berfrekuensi paling tinggi
Pariode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan pada suatu pencatatan.
239

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Batasan Angkat
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya
batasan angkat oleh operator. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara
internasional. Adapun beberapa batasan angkat secara legal adalah sebagai berikut :
Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban
dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Batasan angkat secara fisiologi
Pengangkatan ini mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang
berulang (repetitive lifting) sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal
ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas
angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang berulang akan meningkatkan resiko
rasa nyeri tulang belakang karena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara
berlebihan.
Pengertian Ergonomi
Pengertian ergonomi berasal dari ergo yang berarti kerja sedangkan nomos yang berarti
aturan, Prinsip atau kaidah. Sehingga kata ergonomi berarti suatu studi mengenai hubungan antara
manusia dan pekerjaannya, (Wignjosoebroto, 1995). Dalam perkembangannya, pengertian ergonomi
suatu istilah yang digunakan secara luas dengan istilah human interface engenering atau human
factor yaitu suatu ilmu yang mempelajari perangkat interface maupun bentuk interaksi antara manusia
dengan objek yang digunakan dengan lingkungan tempat bekerja.
Mc Cormick dan Sanders (1992) mendefinisikan ergonomi dengan menggunakan pendekatan
yang lebih komprehensif. Pendekatan ini dilakukan melalui tiga hal pokok yaitu ; fokus dari ergonomi
adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan
pekerjaan serta kehidupan sehari-hari. Tujuan ergonomi adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pekerjaan, memperbaiki keamanan, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan,
penerimaan pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki kualitas
hidup dan pendekatan dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari informasi yang
relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, prilaku dan motivasi manusia dan rancangan
produk dan prosedur yang digunakan untuk lingkungan tempat menggunakannya.
Prinsip yang selalu digunakan adalah prinsip fitting the task / job to the man. Dengan demikian
pekerjaanlah yang harus disesuaikan agar berada dalam jangkauan kemampuan dan keterbatasan
manusia. Keadaan ini akan memberikan keuntungan dalam proses pemilihan pekerja untuk suatu
pekerjaan tertentu. Mencari pekerja yang mampu menahan beban kerja yang berat bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Namun mengupayakan cara kerja lainnya yang mengurangi beban kerja
sampai berada dalam batas kemampuan rata-rata, akan mempermudah kita dalam mencari pekerja
yang sanggup melaksanakan pekerjaan tersebut.
Recommended weight limit (RWL)
Pengertian Recommended weight limit (RWL)
Recommended weight limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh
manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun dlakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu
yang lama. RWL ditetapkan oleh NIOSH. Syarat-syarat NIOSH agar dalam mengangkat dan
menurunkan beban:
Mengangkat dan menurunkan dengan kedua tangan.
Mengangkat dan menurunkan lebih dari 8 jam.
Mengangkat dan menurunkan ketika tidak sedang duduk atau berlutut.
Mengangkat dan menurunkan didaerah yang ruangnya terbatas.
Mengangkat dan menurunkan tidak stabil.
Mengangkat dan menurunkan dengan tidak menarik atau mendorong.
Mengangkat dan menurunkan tidak dengan kecepatan yang cepat.
Berdasarkan sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan dalam proses pengangkatan
barang yang dilakukan para pekerja. Maka langkah yang ditempuh untuk melakukan pengukuran
faktor-faktor yang mempengaruhi maka digunakan pendekatan ketetapan NIOSH. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan beban yang di rekomendasikan untuk diangkat pakerja dalam kondisi
tertentu menurut NIOSH adalah sebagai berikut :
240

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan :
: Batas beban yang direkomendasikan
: Konstanta pembebanan =
: Faktor pengali horizontal =
: Faktor pengali vertikal =
: Faktor pengali perpindahan =
: Faktor pengali asimetrik =
: Faktor pengali frekuensi
: Faktor pengali kopling
Keterangan :
H = Jarak horizontal antara mata kaki dan material yang akan diangkat (cm)
V = Jarak vertikal antara posisi awal beban dengan posisi beban pada saat diangkat (cm)
D = Jarak yang ditempuh seseorang saat melakukan aktivitas memindahkan material
(cm)
A = Sudut puntir
Adanya perbedaan ini karena faktor pengali vertikalnya sangat bergantung pada anthropometri
ketinggian knucle (jarak vertikal dari lantai sampai ujung jari tangan dengan posisi lurus kebawah).
Perumusan faktor pengali vertikal adalah :

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index (indeks rata-rata), untuk
mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera, dengan persamaan :

Catatan :
-

Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera


Jika LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera

Job Severity Index (JSI)


Job Severity Index (JSI) Kegunaannya adalah pada analisa aktivitas pengangkutan dan
penurunan barang. Dasar pemikiran JSI yaitu bahwa tingkat kekerasan kerja dilihat dari segi potensi
cideranya adalah sebuah fungsi dari permintaan dan kemampuan kerja. Jika kemampuan seseorang
untuk bekerja dibawah kapasitas kerja yang dilakukannya, maka dapat dipastikan bahwa kerja itu
akan berbahaya bagi orang tersebut. Jadi skema evaluasi kerja JSI adalah untuk mengukur tingkat
kesenjangan diantara kebutuhan oleh muatan kerja dan kapasitas kemampuan pekerja. Berikut ini
adalah pengukuran JSI :

Rumus ini menyimpulkan bahwa bila terjadi sebuah penyesuaian yang bagus antara 2
koefisien, maka rasio JSI nya pastilah bernilai 1,0. Kapasitas pekerja yang melebihi kebutuhan kerja
akan membuat nilai JSI kurang dari 1,0. Hal ini adalah ketika JSI melebihi kesatuan, yang mana
dalam situasi tersebut kita menjadi lebih terfokus.
Satuan JSI memberi poin-poin yang lebih mendetail untuk seorang peneliti dengan data-data
tambahan. Hal diatas dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas angkut individu. Pembutuhan
kerja pada kalkulasi JSI, pembutuhan tugas dikelompokan kedalam pembutuhan kerja melalui rumus
:

241

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Keterangan :
: Jumlah dari kelompok pekerjaan
: Jumlah tugas pada group i
: Total hari kerja perminggu untuk group i
: Total hari kerja perminggu untuk jenis tugas
: Waktu kerja perhari untuk group i
waktu untuk melaksanakan tugas perhari
: Frekuensi angkutan untuk tugas j
: Total frekuensi angkutan untuk group i
: Berat maksimal yang diangkut tugas j
: Kapasitas angkut yang dihitung tugas j
Pembahasan
Pengumpulan data
Aktivitas pengangkatan dan penurunan beban
dalam proses produksi, terdapat 4 (empat) aktivitas pengangkatan yang akan diteliti antara lain :
a. Pengangkatan bahan baku (koeh)
Koeh mempunyai ukuran panjang 60 cm, lebar 35 cm, tinggi 30 cm, dengan berat 36 kg.
Koeh dari sawah dibawa menuju ke truk yang disusun secara horizontal. Koeh dinaikkan
keatas truk setinggi 110 cm dan. Sudut asimetri asal dan tujuan 90. Jarak horizontal asal 9
cm. Dan ketinggian vertikal pengangkatan yang terjadi adalah 152 cm. Jarak horizontal
ditempat tujuan 1800 cm. Aktivitas pengangkatan dilakukan 3 orang operator, setiap operator
rata-rata mengangkat 510 koeh selama 5 jam
b. Penurunan koeh dari proses mesin molen
Pengangkatan koeh padat dengan ukuran 30 cm x 15 cm x 20 cm dari mesin molen ke tanah
Berat rata-rata koeh padat yang diangkat adalah 12 kg. Koeh padat diangkat dari atas mesin
molen dengan jarak horizontal asal 7 cm, ketinggian vertikal 40 cm. Jarak dari mesin molen
ketujuan 400 cm. Sudut asimetri asal dan tujuan 180 kemudian koeh padat diletakkan diatas
tanah. Aktivitas penurunan koeh padat ini dilakukan oleh 3 operator, setiap operator
mengangkat 1200 koeh padat selama 5 jam
c. Pemindahan koeh ke rak-rak Untuk Diaginkan
Koeh padat tersebut berukuran 30 cm x 20 cm x 15 cm yang diangkat dari atas tanah menuju
ke rak yang disusun secara horizontal. Berat rata-rata objek yang diangkat adalah 12 kg.
Koeh padat diangkat dari atas tanah menuju ke rak dengan ketinggian vertikal 138 cm. Jarak
dari tumpukan koeh padat dari atas tanah ke rak 800 cm. Sudut asimetri asal dan tujuan 90,
jarak horizontal asal 10 cm kemudian koeh padat diletakkan dirak-rak. Aktivitas ini dilakukan
oleh 4 operator, setiap operator mengangkat 900 koeh padat selama 5 jam
d. Pengangkatan genteng
Aktivitas ini merupakan tugas pengangkatan genteng untuk dibawa menuju ke truk. Aktivitas
ini dilakukan oleh 4 operator, setiap operator mengangkat rata-rata 10 genteng dengan
ketinggian 10 cm yang disusun secara vertikal, jadi genteng yang akan diangkat tersebut
berukuran 30 cm x 20 cm x 30 cm dari atas tanah Berat rata-rata genteng yang diangkat
adalah 12 kg. Genteng diangkat dari atas tanah menuju truk dengan tinggi vertikal 95 cm.
Jarak tumpukan genteng dari atas tanah ke truk 350 cm. Sudut asimetri asal dan tujuan 90,
jarak horizontal asal 10 cm kemudian genteng diletakkan ke truk. Setiap operator mengangkat
1200 tumpukan genteng selama 5 jam

242

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Data pengamatan perhitungan Recommended Weight Limit dan Lifting Index


Tabel 1 Data Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)
Data

Rata-Rata
Berat Beban

Horizontal
(H)

Vertikal
(V)

Jarak

Asimetrik
(A)

(D)
Nama
Supriono

36 kg

9 cm

152

1800 cm

90

Darmoko

12 kg

7 cm

40

400 cm

180

Wandi

12 kg

10 cm

138

800 cm

90

Eryanto

12 kg

10 cm

95

350 cm

90

Tabel 2 Data Job Severity Index (JSI)


Data

Jam
Kerja

Hari Kerja /
minggu

Panjang
Benda
Angkut

Frekuensi
Angkut/Menit

Berat
Benda
Angkut

Nama
Supriono

60 cm

1,7

36 kg

Darmoko

30 cm

12 kg

Wandi

30 cm

12 kg

Eryanto

30 cm

12 kg

Pengolahan Data
Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL)
Tabel 3 Perhitungan Frekuensi Pengangkatan (FM) dan coupling (CM)
Data
Frekuensi
Angkatan/Menit
Pengali
Coupling
Nama
Frekuensi
(CM*)
(FM*)
Supriono
510
510/300
= 1,7
0,63
0,90
Darmoko
1200
1200/300 = 4
0,45
0,90
Wandi
900
900/300 = 3
0,55
0,90
Eryanto
1200
1200/300 = 4
0,45
0,90
Untuk mencari nilai FM operator Supriono menggunakan metode Interpolasi polimial lagrang.
Sebagai contoh dibawah ini perhitungan nilai FM untuk operator Supriono.

243

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Untuk perhitungan Recommended Weight Limit (RWL)


Contoh perhitungan RWL untuk operator Supriono :
1. Menentukan konstanta pembebanan
2. Menentukan faktor pengali horizontal

3. Menentukan faktor pengali vertikal

4. Menentukan faktor pengali perpindahan atau jarak

5. Menentukan faktor pengali asimetrik


A

6. Menentukan faktor pengali frekwensi


7. Menentukan faktor pengali coupling
Jadi nilai

Perhitungan Lifting Index (LI)


Untuk perhitungan Lifting Index (LI)

Tabel 4. Rekapitulasi (RWL) dan (LI)


Metode
RWL
Nama
Supriono
16,25 kg
Darmoko
12,87 kg
Wandi
13,59 kg
Eryanto
12,90 kg

LI
2,22
0,93
0,88
0,93

244

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Perhitungan Job Severity Index (JSI)


Untuk perhitungan Job Severity Index (JSI)

a. Penentuan jarak angkutan diukur secara vertikal (dalam inchi) diantara titik-titik inisial (titik
awal) dan keterminal (titik akhir) angkutan. Enam jarak angkutan itu adalah
1) FK : Dari lantai ke tulang tinju
2) FS : Dari lantai ke bahu
3) FR : Dari lantai sampai ke jangkauan atas
4) KS : Dari tulang tinju sampai kejangkauan atas
5) SR : Dari bahu sampai ke jangkauan atas
Untuk pengangkatan Supriono masuk kriteria FS yaitu dari lantai ke bahu
b. Perhitungan kapasitas awal yang ditetapkan menggunakan jarak angkutan, frekuensi
angkutan dan jenis kelamin

c. Perhitungan perbaikan kapasitas awal dengan menggunakan ukuran muatan

d. Perhitungan perbaikan yang dibuat dengan persentase, populasi Penetapan kapasitas


populasi pria sebanyak 95% dalam melaksanakan pekerjaan tersebut

e. Perhitungan penjumlahan untuk hasil memutar (dengan reduksi 5% pada kapasitas angkut)

Keterangan : 1 lb = 0,453 kg
Jadi nilai Job Severity Index (JSI) :

Tabel 5 Rekapitulasi Job Severity Index (JSI)


Metode
Kapasitas Angkut
Nama
(CAPj)
Supriono
9,26 kg
Darmoko
15,93 kg
Wandi
14,98 kg
Eryanto
15,93 kg

JSI
1,29
0,25
0,20
0,19

245

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Evaluasi aktivitas kerja


Evaluasi aktivitas (pengangkatan bahan baku) untuk Recommended Weight Limit (RWL) dan
Lifting Index (LI)

b.

Tabel 6 Data Evaluasi RWL dan LI


Data
RatHorizontal
Vertikal
Jarak
Asimetrik
rata
(H)
(V)
(D)
(A)
Aktivitas
berat
beban
Sebelum
36 kg
9 cm
152
1800 cm
90
Dievaluasi
Sesudah
36 kg
5 cm
152
1800 cm
30
Dievaluasi
Evaluasi aktivitas pengangkatan (koeh) untuk Job Severity Index (JSI)
Tabel 7 Data Evaluasi JSI
Data
Jam
Hari
Kerja Kerja/Minggu
Aktivitas
Sebelum
Dievaluasi
Sesudah
Dievaluasi

Panjang
Benda
Angkut

Frekuensi
Angkut /
Menit

Berat
Benda
Angkut

60

1,7

36

60

0,3

36

Untuk perhitungan Recommended Weight Limit (RWL)

Perhitungan Lifting Index (LI)


Untuk perhitungan Lifting Index (LI)

Tabel 8.Rekapitulasi Evaluasi Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)
Metode
RWL
LI
Aktivitas
Sebelum Dievaluasi
16,25 kg
2,22
Sesudah Dievaluasi
37,05 kg
0,97

Perhitungan Job Severity Index (JSI)

246

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Jadi nilai job severity index (JSI) :

5
Tabel9. Rekapitulasi Evaluasi Job Severity Index (JSI)
Metode
Aktivitas
Sebelum
Dievaluasi
Sesudah
Dievaluasi

Kapasitas Angkut
(CAPj)
9,26 kg

JSI
1,29

12,62 kg

0,95

Berdasarkan analisa-analisa yang telah diuraikan diatas, dan setelah dilakukan evaluasi,
maka akan memberikan manfaat bahwa pekerja dapat bekerja dengan efisien, aman, sehat, dan
efektif.
Kriteria efisien adalah hasil keluaran pekerja, sebelum adanya perbaikan dan sesudah adanya
perbaikan berdasarkan perbedaan yang dirasakan secara psikis yaitu sistem kerja tersebut
memberikan beban kerja fisik dan kelelahan yang seminimal mungkin bagi manusia sebagai
pekerjaannya.
Kriteria aman dapat diartikan bahwa suatu pekerjaaan yang dilakukan tidak memiliki potensi
terjadinya cidera pada pekerja, sedangkan kriteria sehat yaitu energi yang dikonsumsi oleh pekerja
saat melakukan pekerjaan harus memenuhi rata-rata energi yang dikonsumsi seharian yaitu sebesar
600 kkal untuk pria dan 500 kkal untuk wanita (Grandjean,1986), jika satu liter oksigen dikonsumsi
oleh tubuh. Maka tubuh akan mendapat 4,8 kkal energi (Nurmianto, 1996), untuk memenuhi rata-rata
energi yang dikonsumsi seharian, maka diperlukan 125 liter oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh
untuk pekerja pria.
Kriteria efektif adalah sebagai hasil dan usulan perbaikan diharapkan bahwa pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan secara lebih mudah dan laju produksi bisa ditingkatkan.

247

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta

Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan Recommended weight limit (RWL) dan Lifting Index (LI) diketahui
beban angkat aktual dari masing-masing aktivitas maka didapat nilai Lifting Index (LI) dari
masing-masing operator.. Dari empat aktivitas tersebut yang menimbulkan dampak resiko
maka untuk aktivitas operator
cidera yaitu aktivitas operator Supriono karena nilai LI
Supriono perlu dilakukan perbaikan aktivitas kerja agar terhindar resiko cidera.
Berdasarkan perhitungan Job Severity Index (JSI) dari masing-masing aktivitas, dari empat
aktivitas operator maka yang bisa menimbulkan cidera adalah aktivitas operator Supriono
untuk itu aktivitas Supriono perlu dilakukan perbaikan kerja untuk
karena nilai JSI
menghindari resiko cidera dan untuk menjaga keselamatan pekerja.
Dari evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan RWL dan LI untuk metode JSI dari
perhitungan perbaikan aktivitas yang dilakukan nilainya adalah 0,95. Dari hasil perbaikan
tersebut (JSI < 1) maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas perbaikan yang dilakukan operator
Supriono tidak menimbulkan resiko cidera dan aman untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Granjean, E, 1982. Fitting The Task to The Man : An Ergonomic Approach. London : Taylor Francis ltd
ed. Me
Mc Cormick, E. J. And Sanders, M. S., 1992, Human Faktor In Engineering and Design,
Graw Hill, Inc, Singapore
Mustafa Pulat, Babur & David C. Alexander, 1991, Industrial Ergonomics (Case Study). Mc Graw-Hill.
Inc
NIOSH, 1981, NIOSH Work Practice Guide to Manual Lifting National Institute Of Occupational Safety
and Healt ; Cincinnati, Ohio
Nurmianto, E., 1996, Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya
Pulat, B.M., 1996. Fundamental Of Industrial Ergonomics, Waveland, Guna Widya, Surabaya
Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu, Teknik Analisis untuk Penimgkatan
Produktivitas Kerja, Guna Widya, Jakarta

248

You might also like