Professional Documents
Culture Documents
Desember 2012
123
124
Desember 2012
Desember 2012
125
126
Desember 2012
UU 1999
UU 2004
Pemerintah Pusat Perangkat NKRI yang terdiri dari presiden Presiden Republik Indonesia yang memegang
beserta para menteri menurut asas kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
desentralisasi
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
Desentralisasi
wewenang
pemerintahan
oleh
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Penyerahan
pemerintah kepada daerah otonom dalam pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
kerangka NKRI
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
NKRI
Dekonsentrasi
Otonomi daerah
Daerah otonom
T u g a
pembantuan
P e m e r i n t a h Kepala daerah beserta perangkat daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah
otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda
daerah
P e m e r i n t a h a n Penyelenggaraan Pemda otonom oleh Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
daerah
Pemda dan DPRD dan/ atau daerah kota di pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
bawah kecamatan
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem prinsip NKRI
Sumber: UU No. 22 Tahun 1999 & UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
2. Kinerja Keuangan
a. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Pengelolaan keuangan daerah tidak
dapat dilepaskan dari keberadaan UU No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Desember 2012
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
meliputi tiga tahapan yaitu: Perencanaan
dan Penganggaran, Pelaksanaan serta
Pertanggungjawaban.
Menurut
Halim
(2004: 24), kinerja keuangan pemerintah
daerah merupakan salah satu ukuran yang
dapat digunakan untuk melihat kemampuan
daerah dalam menjalankan otonomi daerah.
Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu
indikator keuangan atau non keuangan dari
suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil
yang dicapai dari suatu aktivitas proses atau
unit organisasi. Pengukuran kinerja merupakan
wujud akuntabilitas dimana penilaian yang
lebih tinggi menjadi tuntutan yang harus
dipenuhi. Data pengukuran kinerja dapat
menjadi peningkatan program selanjutnya.
Menurut Ronald dan Sarmiyatiningsih
(2010: 6), tujuan umum laporan keuangan
adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan
yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya tersebut. Menurut UU No.
32 Tahun 2004, Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa
uang dan barang yang dapat dijadikan milik
daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut. Pada prinsipnya
keuangan daerah mengandung unsur pokok,
yaitu: (1) Hak Daerah yang dapat dinilai
dengan uang, (2) Kewajiban Daerah, dan (3)
Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban tersebut.
Hak Daerah dalam rangka keuangan
daerah adalah segala hak yang melekat pada
daerah yang digunakan dalam mengisi kas
daerah. Hak Daerah tersebut meliputi antara
lain:
a. Hak menarik pajak daerah (UU No.
18 Tahun 1997 jo UU No. 34 Tahun
2000).
b. Hak menarik retribusi/iuran daerah
127
Kapasitas Fiskal adalah sejumlah pendapatan yang dapat dihasilkan oleh suatu
Negara/Daerah, atau juga di sebut dengan potensi penerimaan.
Kebutuhan fiskal adalah merupakan kebutuhan pendanaan suatu Negara/Daerah
untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum..
128
Desember 2012
Desember 2012
129
130
Desember 2012
Tidak efisien
> 100%
Kurang efisien
100% - 90%
Cukup efisien
90% - 80%
Efisien
80% - 60%
Sangat efisien
x 100%
< 60 %
Realisasi Belanja
Anggaran Belanja
Daerah (Rp)
Daerah (Rp)
159.808.725.779,00
167.238.851.404,09
Rasio
efisiensi
belanja (%)
95,56
Keterangan
Sebelum Otonomi
2000
168.721.644.783,06
189.566.256.544,11
89,00
2001
352.176.545.324,61
442.752.225.163,57
79,54
Start Otonomi
Sesudah Otonomi
2002
419.681.186.078,81
499.362.844.394,90
84,04
2003
580.397.210.000,00
497.215.370.000,00
116,73
2004
639.238.851.404,09
710.626.377.127,56
89,95
2005
676.198.526.226,98
768.498.591.570,00
87,99
2006
850.630.247.992,33
991.957.178.833,00
85,75
2007
977.994.235.390,00
1.092.987.452.192,00
89,48
2008
1.453.286.281.874,00
1.629.069.250.562,00
89,21
2009
1.327.487.848.943,00
1.478.511.498.412,00
89,79
2010
1.354.594.058.106,00
1.483.751.313.695,00
91,30
Desember 2012
131
a=
= 89,10
b=
= 1,14
Tabel 5. Tren Rasio Efisiensi Belanja Provinsi DIY Tahun Anggaran 2006-2010
Tahun Anggaran
Rasio Efisiensi
Belanja% (Y)
XY
X2
(Tahun)
2006
85,75
-2
-171,51
86,83
2007
89,48
-1
-89,48
87,97
2008
89,21
0,00
89,10
2009
89,79
89,79
90,24
2010
91,30
182,59
91,38
total
445,52
11,39
10
132
Desember 2012
Tingkat Efektifitas
Sangat efektif
> 100%
Efektif
100% - 90%
Cukup efektif
90% - 80%
2011
92,52
Kurang Efektif
80% - 60%
2012
93,66
Tidak efektif
< 60 %
2013
94,8
2014
95,94
2015
97,08
x 100%
Rasio Efektifitas
PAD(%)
Keterangan
Sebelum Otonomi
1999
41,876,000,000.00
42,876,445,000.00
97,67
2000
57,879,614,087.09
46,108,331,467.23
125,53
2001
142,284,891,984.21
129,415,455,774.53
109,94
Start Otonomi
2002
200,808,256,770.77
169,489,772,567.57
118,48
Sesudah Otonomi
2003
263,309,230,000.00
208,475,720,000.00
126,30
2004
347,404,225,165.00
303,353,566,474.50
114,52
2005
401,912,337,894.18
401,912,337,894.18
100,00
2006
436,482,094,575.62
436,482,094,575.62
100,00
2007
488,890,620,405.97
488,890,620,405.97
100,00
2008
632,872,311,654.13
547,887,175,315.00
115,51
2009
645,145,551,075.74
575,516,509,511.00
112,10
2010
740,202,076,369.03
638,881,411,884.00
115,86
Desember 2012
133
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ratarata rasio efektifitas PAD pada masa sebelum
otonomi adalah 111,6%, sedangkan sesudah
otonomi daerah rata-rata rasio efektifitas PAD
adalah 111,41%. Hal ini menunjukan dari
sisi efektifitas PAD jika dihitung rata-ratanya
adalah tidak ada perbedaan tingkat efisiensi
belanja pada masa sebelum dan sesudah
otonomi daerah.
Rasio
Efektifitas
PAD %
X
(Thn)
XY
X2
Y
(%)
(Y)
2006
100
-2
-171,51
99,9
2007
100
-1
-89,48
104
2008
115,51
0,00
109
2009
112,1
89,79
113
2010
115,86
182,59
117
total
543,47
11,39
10
a=
= 108,69
b=
= 4,38
134
Desember 2012
2011
121,84
2012
126,22
2013
130,60
2014
134,99
2015
139,37
x 100%
Rendah Sekali
< 25%
Rendah
25% - 50%
Sedang
50% - 75%
Tinggi
75% - 100%
TPD (Rp)
Rasio Kemandirian
1999
41,876,000,000.00
134,588,500,000.00
31,11
2000
57,879,614,087.09
192,635,049,737.28
30,05
2001
142,284,891,984.21
456,774,636,089.99
31,15
Start Otonomi
Sesudah Otonomi
2002
200,808,256,770.77
573,543,230,194.62
35,01
2003
263,309,230,000.00
683,980,210,000.00
38,5
2004
347,404,225,165.00
645,617,697,104.00
53,81
2005
401,912,337,894.18
699,579,306,215.18
57,45
2006
436,482,094,575.62
881,144,849,573.62
49,54
Keterangan
Sebelum Otonomi
Desember 2012
135
2007
488,890,620,405.97
1,306,701,212,809.97
37,41
2008
632,872,311,654.13
1,258,609,946,407.39
50,28
2009
645,145,551,075.74
1,286,067,485,169.33
50,16
2010
740,202,076,369.03
1,374,205,096,491.03
53,86
Rasio
Kemandirian
% (Y)
X
(Tahun)
2006
100
-2
-171,51
99,9
2007
100
-1
-89,48
104
2008
115,51
0,00
109
2009
112,1
89,79
113
2010
115,86
182,59
117
Total
543,47
11,39
10
= 48,25
b=
= 2,14
XY
X2
Y (%)
136
Proyeksi Rasio
Kemadirian (%)
2011
54,67
2012
56,81
2013
58,95
2014
61,09
2015
63,23
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat bahwa tingkat kemandirian keuangan
Provinsi DIY lima tahun ke depan akan
semakin membaik walaupun masih di bawah
75%, yang artinya tingkat ketergantungannya
terhadap pemerintah pusat masih cukup tinggi.
Dari tabel di atas dapat diperkirakan pada
tahun 2015 prosentase kemandiriannya baru
mencapai 63,23% padahal untuk dinyatakan
tingkat kemandirian tersebut sedang atau
cukup mandiri prosentasenya adalah 50% 75%.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah sebagai
berikut. Tingkat efisiensi belanja daerah
Provinsi DIY sebelum otonomi daerah dan
sesudah otonomi daerah adalah belum bisa
dikatakan efisien. Bahkan jika dilihat ratarata prosentase sebelum dan sesudah otonomi
daerah tidak terjadi peningkatan efisiensi
belanja, prosentasenya stagnan di angka lebih
dari 80%. Dengan menggunakan analisis
time series diperkirakan efisiensi belanja
daerah Provinsi DIY tidak akan mengalami
peningkatan, diperkirakan beban belanja akan
terus meningkat sehingga semakin sulit untuk
mencapai efisiensi.
Pada rasio efektivitas PAD tingkat
efektifitasnya sudah cukup bagus rata-rata
di atas 100% baik sebelum atau sesudah
Desember 2012
Desember 2012
Pemerintah
137
138
Desember 2012