Professional Documents
Culture Documents
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 1. Gambaran
Siswa
Tunanetra
Berdasarkan Usia dan Lama Sekolah
di SLB-A TPA Bintoro Kabupaten
Jember
Karakteristik
Min-Maks
Mean
SD
Siswa
Usia (tahun)
15,53
3,137
7-20
Lama Sekolah
3,73
2,052
1-8
di SLB (tahun)
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia siswa
tunanetra rata-rata 15,53 tahun, usia termuda 7
tahun dan tertua 20 tahun. Lama sekolah siswa
rata-rata 3,73 tahun, lama sekolah terpendek 1
tahun dan lama sekolah terlama 8 tahun.
Tabel 2. Gambaran Siswa Tunanetra
Berdasarkan jenis Kelamin, Status tempat
tinggal, Pendidikan, Pekerjaan Orang Tua, dan
Pendidikan Orang Tua di SLB-A TPA Bintoro
Kabupaten Jember
No.
Karakteristik
Jumlah Persentase
Siswa
(orang)
(%)
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki
8
53,3
b. Perempuan
7
46,7
Total
15
100
Status Tinggal
2.
a. Rumah
7
46,7
b. Asrama
8
53,3
Total
15
100
3. Pendidikan
a. TK
1
6,7
b. SD
5
33,3
c. SMP
5
33,3
d. SMA
4
26,7
Total
15
100
Pekerjaan
4
Orang Tua
1
6,7
a. PNS
6
40,0
b. Wiraswasta
3
20,0
c. Petani
5
33,3
d. Lain-Lain
Total
15
100
Pendidikan
5
Orang Tua
5
33,3
a. SD
3
20
b. SMP
6
40
c. SMA
1
6,7
d. PT
Total
15
100
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..
an penerimaan
diri secara
verbal
b. Menerima
kritikan dan
berhubungan
dengan orang
lain
c. Menceritakan
Keberhasilan
yang diraih
d. Pemenuhan
peran yang
signifikan
Indikator Harga
Diri
Kategori
Kurang Baik
(%)
(%)
F (%)
7
(46,7)
8
(53,3)
15
(100)
5
(33,3)
10
(66,7)
15
(100)
1
(6,7)
14
(93,3)
15
(100)
7
(46,7)
8
(53,3)
15
(100)
a. Mengungkapk
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata usia siswa
tunanetra di SLB-A TPA Bintoro Kabupaten
Jember adalah 15,53 tahun. Berdasarkan
kelompok umur 10-19 tahun jumlah penduduk
tunanetra di Jawa Timur sebanyak 14.209 jiwa
[6]. Menurut Potter & Perry usia 15,53 tahun
berada pada rentang 13-20 tahun yang
termasuk dalam kategori remaja. Harga diri
akan turun secara signifikan selama masa
remaja [7].
Rata-rata lama sekolah adalah 3,73
tahun. Lama seseorang siswa sekolah di SLB
akan mempengaruhi pemahaman siswa
mengenai dirinya. Menurut Harter konteks
sosial seperti sekolah, memiliki pengaruh
terhadap perkembangan harga diri [8]. Di
sekolah siswa tunanetra akan berinteraksi dengan
guru dan teman sebaya. Menurut Humprey guru
memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan
harga diri murid, karena guru diterima sebagai
seorang yang ahli, berwenang, dan sumber pemberi
umpan balik selain dari kelompok teman sebaya [9].
Jenis kelamin siswa tunanetra di SLB-A
TPA Bintoro Kabupaten Jember bervariasi yaitu
laki-laki sebanyak 8 siswa (53,3%) dan
Perempuan sebanyak 7 siswa (46,7). Menurut
Rati dkk. disebagian besar usia, umumnya lakilaki memperlihatkan harga diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Rendahnya
harga diri pada perempuan berkaitan dengan
rendahnya penyesuaian yang sehat [8]. Hal ini
berbeda dengan hasil penelian ini dimana
jumlah siswa laki-laki lebih banyak memiliki
harga diri rendah disbanding dengan siswa lakilaki. Rendahnya harga diri laki-laki disebabkan
oleh faktor-faktor yang lain.
Distribusi
status
tempat
tinggal
bervariasi yaitu jumlah siswa yang tinggal di
rumah sebanyak 7 siswa (46,7%) dan siswa
yang tinggal di asrama sebanyak 8 siswa
(53,3%). Lingkungan tempat tinggal yang kurang
memberikan perlakuan yang baik akan
mempengaruhi harga diri tunanetra [9]. Menurut
Coopersmith roses pembentukan harga diri
diperoleh
dari
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya, serta penghargaan, penerimaan
dan perlakuan orang lain terhadap dirinya [9].
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
perbedaan harga diri antara siswa yang tinggal
di asrama dengan siswa yang tinggal di rumah.
Distribusi tingkat pendidikan siswa
tunanetra sebagian besar adalah SD dan SMP
yaitu
masing-masing
5
siswa.
Tingkat
pendidikan mempengaruhi harga diri seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin tinggi harga diri seseorang. Menurut
Coopersmith tingkat pendidikan yang lebih tinggi
memiliki banyak pengalaman, dan harga diri
yang tinggi dapat terbentuk dari pengalamanpengalaman, baik itu pengalaman yang
menyenangkan
maupun
yang
kurang
menyenangkan [10].
Jenis pekerjaan orang tua siswa yang
paling banyak adalah wiraswasta sebesar 6
orang tua siswa (40,0) dan presentase terendah
persentase terendah yaitu PNS sebanyak 1
orang tua siswa (6,7%). Orang tua merupakan
salah
satu
faktor
yang mempengaruhi
perkembangan siswa tunanetra. Pekerjaan
orang tua menentukan pemenuhan kebutuhan
pada anak-anaknya. Pekerjaan memberikan
pemenuhan kebutuhan, seperti kebutuhan
fisiologi, kebutuhan rasa aman, harga diri,
penerimaan
sosial,
status
sosial
dan
penghormatan dari orang lain [11]. Hasil
penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa
siswa tunanetra dengan pekerjaan orang tua
wiraswasta memiliki harga diri dengan jumlah
siswa terbesar yaitu 4 siswa. Hal ini disebabkan
oleh sedikitnya intensitas pertemuan antara
anak dan orang tua. Interaksi yang kurang akan
menyebabkan harga diri seseorang menurun,
karena merasa tidak disayangi dan diperhatikan
oleh orang tua. Orang tua harus mampu
membantu siswa untuk memahami keadaan
dirinya
dengan
mengatasi
keterbatasanketerabatasan siswa tunanetra.
Distribusi
berdasarkan
tingkat
pendidikan orang tua jumlah terbanyak terdapat
pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) sebanyak 6 orang tua siswa (40%)
dan presentase terendah pada jenjang
Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 1 orang tua
siswa
(6,7%).
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi pembentukan harga diri, salah
satunya adalah orang tua [12]. Ada beberapa
cara untuk menjadi lebih siap dalam
menjalankan peran pengasuhan salah satuanya
dengan cara pendidikan [13]. Orang tua yang
dapat menerapkan pola asuh yang tepat pada
anaknya dapat mempengaruhi harga diri
anaknya. Menurut Coopersmit cara orang tua
memperlakukan
anak-anaknya
akan
mempengaruhi harga diri anak-anaknya tersebut
[14].
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[13]
[14]
[15]
Mei
2016]
dari:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel
?tid=274&wid=0
Santrock JW. Masa perkembangan anak.
Jakarta: Salemba Humanika; 2011
Santrock JW. Remaja edisi 11 jilid 1.
Jakarta: Erlangga; 2007
Khoiroh A. Peran dukungan sosial
terhadap pembentukan self esteem yang
tinggi pada remaja tunanetra di sekolah.
[internet]. 2014. [diambil tanggal 28
Januari
2016]
dari:
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapers-jpiod89a90a0422full.pdf.
Nurmalasari
Y.
Hubungan
antara
dukungan sosial dengan harga diri pada
remaja
penderita
penyakit
lupus.
[internet]. 2012. [diambil tanggal 4 Juni
2016] dari: https://www.google.com/url
Eliana R. Konsep diri pensiunan.
[internet]. 2003. [diambil tanggal 4 Juni
2016]
dari:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=
&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwi9r4_jtKLNAhVIvo8KH
WPxBcAQFggcMAA&url=http%3A%2F%2
Flibrary.usu.ac.id%2Fdownload%2Ffk%2F
psikologirika%2520eliana.pdf&usg=AFQjCNHPDm
FbjivyQHvpJ2Dy_9NEQfAWkw&bvm=bv.1
24272578,d.c2I
Potter PA, Perry AG. Fundamental
keperawatan volume 1. Jakarta: EGC;
2005
Wong DL, et al. Buku ajar keperawatan
pediatric edisi 6. Jakarta: EGC; 2008
Atkinson RL. et al. Pengantar psikologi.
Batam: Interaksara; 2007
Papalia DE, Olda SW, Feldman RD.
Human development. New York: McGrawHillCompanies; 2008
Irawati, et al, Gambaran Harga Diri Siswa Tunanetra di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) TPA Bintoro..