You are on page 1of 9

208

MANAJEMEN KLINIK DALAM PERSIAPAN KERJASAMA DENGAN BPJS KESEHATAN


CLINIC MANAGEMENT IN TERM OF PREPARING COOPERATION WITH SOCIAL HEALTH INSURANCE
PROVIDER
Tito Yustiawan
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
E-mail: titoyustiawan@fkm.unair.ac.id

Abstract
Indonesias preparing for social insurance system that govern and operate by BPJS (Badan Pelaksana
Jaminan Sosial). One of the areas that covered by BPJS is Health Insurance Program, which is call as BPJS
Kesehatan. BPJS Kesehatan will need an aggreement and cooperation with primary healthcare facility such as
Doctors Private Practice, Clinic or Puskesmas (Public Health Centre) in legal contract. In Indonesia, clinic is
usually run by the private sectors and its quite different to private practice facility which is run by individual an
also Puskesmas which is run by the disctrict or local government. Clinic must have its own legal status, pay
salary from their own revenue, etc. That is why a clinic as an organization must be well-prepare and well-manage
before they put their signature on a contract with BPJS Kesehatan. At least, there are 7 main aspects that must
be prepare by a clinic which are: (1) Legal Status, (2) Human Resources, (3) Facility, (4) Standardization, (5)
Marketing, (6) Price, (7) Information System. A clinic shouldnt be worry or feel purturbed to have a deal with
BPJS Kesehatan when these 7 main aspects are well-prepared, and even more are well-managed.
Keywords: Insurance System, Healthcare Facility, Clinic.

PENDAHULUAN

keselamatan pasien sehingga pelayanan kesehatan

Kondisi industri jasa pelayanan kesehatan semakin

menjadi efektif.

berkembang dan penuh dinamika permasalahan.

Tantangan

yang

kedua,

pelayanan

Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini pun

kesehatan saat ini tidak hanya terkait dengan

juga penuh permasalahan baik dari mutu pelayanan,

masalah kedokteran (medis teknis) serta kesehatan

SDM pemberi pelayanan, manajemen pelayanan.

saja namun juga masalah hukum (kebijakan),

Pelayanan kesehatan di masa depan mendapatkan

ekonomi dan sosial. Penyedia jasa pelayanan

tantangan yang tidak ringan, termasuk di Indonesia.

kesehatan saat ini harus memahami berbagai

Tantangan

yang

pertama,

pelayanan

macam aturan atau kebijakan baik dalam bentuk

kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan

peraturan,

dengan biaya yang rendah (baca: murah)namun

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Penyedia

harus

bermutu

jasa pelayanan kesehatan harus memahami konsep

harus

dan kaidah di bidang ekonomi termasuk manajemen

dilakukan dengan penuh perhitungan dan kaidah

keuangan, akuntansi, perpajakan. Penyedia jasa

ekonomi

yang

pelayanan kesehatan juga harus memahami kondisi

dikeluarkan oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan

serta karakteristik sosial masyarakat di wilayah kerja

menjadi efisien. Penyedia jasa pelayanan kesehatan

pemberian

dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan

pelayanan kesehatan tidak terlepas dari norma, nilai

baik dari aspek kepuasan, kenyamanan serta

serta budaya yang berlaku di masyarakat setempat.

memberikan

tinggi.Pemberian

yang

pelayanan

pelayanan

benar

yang

kesehatan

sehingga

upaya

pedoman,

pelayanan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

petunjuk

sehingga

teknis

pemberian

209

Tantangan

yang

pembiayaan

19 menyebutkan, salah satu jaminan sosial yang

pelayanan kesehatan dilakukan dengan sistem

diamanahkan adalah jaminan kesehatan, yang harus

penjaminan

diselenggarakan

kesehatan

peningkatanbiaya

ketiga,

(health

kesehatan

coverage).Laju

nasional

berdasarkan

ditanggung

prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Pasal 22

pemerintah dan masyarakat mendorong kebutuhan

menyebutkan, manfaat jaminan kesehatan bersifat

terhadap sistem

pelayanan

penjaminan

yang

secara

kesehatan secara

perseorangan

berupa

pelayanan

semesta (universal health coverage). Artinya, tidak

kesehatan yang mencakup pelayanan promotif,

satu pun jiwa di dunia ini yang tidak terjamin biaya

preventif,

kesehatannya.

menyebutkan,

Indonesia telah menargetkan pemberlakuan

kuratif,

dan

rehabilitatif.

Besarnya

Pasal

pembayaran

24

kepada

fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan

sistem pembiayaan kesehatan semesta (universal

berdasarkan

health coverage) di mulai tahun 2014. Diharapkan

Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas

pada tahun 2019 seluruh jiwa penduduk di Indonesia

kesehatan di wilayah tersebut.

telah ternaungi sistem


semesta.

pembiayaan kesehatan

Pemberlakuan

antara

Badan

Undang-undang no. 24 tahun 2011 tentang

pembiayaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 6 ayat

kesehatan semesta membutuhkan persiapan baik

(1) dan Pasal 9 ayat (1) menyebutkan bahwa BPJS

dari berbagai unsur.

Kesehatan

Pemberlakuan

sistem

kesepakatan

untuk

menyelenggarakan

pembiayaan

jaminan kesehatan. Pasal 11 butir d menyebutkan,

kesehatan semesta (universal health coverage) di

membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan

Indonesia dipayungi beberapa kebijakan utama yaitu

mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan

1) Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang

yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan

Sistem Jaminan Sosial Nasional dan 2) Undang-

oleh Pemerintah. Selain itu dalam Pasal 11 butir d

undang

menyebutkan, BPJS berwenangn membuat atau

no.

24

Penyelenggara

sistem

berfungsi

Tahun
Jaminan

2011

tentang

Sosial.

Badan

Selanjutnya

diperkuat dengan 3) Peraturan Menteri Kesehatan


no. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan.

menghentikan

kontrak

kerja

dengan

fasilitas

kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan no. 001 tahun
2012, Pasal 2 menyebutkan pelayanan kesehatan
perorangan terdiri dari tingkat yaitu tingkat pertama,

KEBIJAKAN SJSN, BPJS DAN SISTEM RUJUKAN


Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang

tingkat kedua dan tingkat ketiga. Pasal 4 (1)


menyebutkan,

Pelayanan kesehatan dilaksanakan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), telah

secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai

mengatur

harus

dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Berikut

memperhatikan asas, tujuan dan prinsip yang

adalah gambar jenjang sistem pelayanan kesehatan

diamanahkan dalam undang-undang tersebut. Pasal

perorangan.

penyelenggaraan

SJSN

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

210

Gambar 1. Tingkatan Pelayanan Kesehatan Perorangan Berdasarkan Permenkes 001/2012


Berdasarkan Pasal 5, ayat 1 menyebutkan bahwa

yang dibutuhkan dalam mempersiapkan kliniknya

sistem

guna menghadapi era BPJS.

rujukan

diwajibkan

bagi

pasien

yang

merupakan peserta jaminan kesehatan atau asuransi

Ayat 2 menyebutkan, Peserta asuransi kesehatan

KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN
KLINIK
MENURUT PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 28 TENTANG KLINIK

komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai

Penyelenggaraan klinik di Indonesia telah

dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)

mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang.

No. 28 tahun 2011 tentang Klinik. Definisi Klinik

Ayat 3 menyebutkan, Setiap orang yang bukan

adalah

peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan

menyelenggarakan

sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

perorangan yang menyediakan pelayanan medis

mengikuti sistem rujukan.

dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh

Dengan demikian,

di era BPJS tahun 2014 yang

lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin

asuransi pelayanan kesehatan,

oleh seorang tenaga medis


medis. Dengan demikian,

ketiga kebijakan ini akan mengubah sistem dan

sebuah klinik harus menentukan pelayanan yang

mekanisme pemberian pelayanan di Indonesia. Hal

akan

ini
ni harus diantisipasi oleh semua unsur pemberi dan

pelayanan medis dasar, atau pelayanan spesialistik,

penyedia

atau keduanya. Keputusan ini akan mempengaruhi

kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.

merupakan era

pelayanan

kesehatan,

salah

satunya

adalah klinik. Manajemen sebagai pengelola sebuah

fasilitas

disediakan,

pelayanan

kesehatan

pelayanan

karena

bisa

kesehatan

terbatas

strata sebuah klinik yang diselenggarakan.

klinik harus memahami dan menyadari semua unsur

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus


Juli
2013

yang

pada

211

Terdapat dua strata penyelenggaraan klinik

Selain

bangunan

dan

ruangan,

unsur

yaitu: 1) Klinik Pratama dan 2) Klinik Utama. Klinik

sarana, prasarana termasuk peralatan di suatu klinik

Pratama

terbatas

juga harus diperhatikan dan dipersiapkan antara lain:

menyelenggarakan pelayanan medis dasar. Klinik

1) instalasi air; 2) instalasi listrik; 3) instalasi sirkulasi

Utama

dapat

udara; 4) instalasi pengolahan limbah (padat dan

adalah

adalah

strata

klinik

strata

yang

klinik

yang

menyelenggarakan

pelayanan

medis spesialistik

cair); 5) instalasi pencegahan dan penanggulangan

saja,

sekaligus

menyelenggarakan

kebakaran.

atau

juga

Seluruh

sarana

prasarana

tersebut

pelayanan medis dasar. Penyelenggaraan klinik

tentunya harus berfungsi dengan baik, termasuk

harus

dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala.

memperhatikan

beberapa

persyaratan

meliputi: 1) Syarat Lokasi; 2) Syarat Bangunan dan

Sebagai

Ruangan; 3) Sarana dan Prasarana; 4) Peralatan; 5)

penanggulangan

Ketenagaan.

kesiapannya untuk dapat digunakan sehingga harus

Lokasi klinik yang akan didirikan harus

contoh,

instalasi
kebakaran

pencegahan
harus

dan

dipastikan

diperiksa dan ditera ulang secara rutin.

sesuai dengan rencana tata ruang dan tata wilayah

Persyaratan ketenagaan di suatu klinik

(RTRW) di suatu wilayah (kota atau kabupaten).

disesuaikan dengan strata dan jenis pelayanan yang

Persyaratan

pihak

diselenggarakan oleh sebuah klinik. Ketenagaan

pemrakarsa pendirian klinik karena sangat berisiko

klinik terdiri dari tenaga medis, tenaga kesehatan

sebuah klinik terlanjur didirikan di lokasi yang tidak

dan

sesuai dengan peruntukan RTRW harus dipindahkan

kesehatan di sebuah klinik harus melengkapi dirinya

secara paksa. Risiko ini tentunya akan berdampak

dengan Surat Tanda Registrasi, bagi tenaga medis

besar pada operasional suatu klinik.

harus dilengkapi dengan Surat Ijin Praktek (SIP),

ini

perlu

Bangunan

perhatian

dan

dari

ruangan

klinik

tenaga

non

kesehatan.

Semua

tenaga

bagi tenaga kesehatan lain harus dilengkapi dengan

dipersyaratkan harus permanen dan tidak bergabung

Surat

dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.

diperbolehkan mempekerjakan tenaga kesehatan

Bangunan klinik juga harus memenuhi persyaratan

warga negara asing.

lingkungan sehat serta memperhatikan kemudahan

Ijin

Kerja

(SIK).

Penyelenggaraan

Sebuah

klinik

klinik

tentunya

tidak

tidak

akses, keamanan dan keselamatan bagi semua

terlepas dari sejumlah kewajiban yang mengikat.

orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan

Kewajiban klinik diatur dalam Pasal 25 diantaranya:

orang usia lanjut. Penyediaan ruangan di sebuah

1) memberikan pelayanan yang aman, bermutu

klinik

penyelenggaraan

dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien

pelayanan namun paling tidak terdapat ruang admisi,

sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan

ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang tindakan,

dan

ruang farmasi, ruang administrasi serta beberapa

menyelenggarakan rekam medis; 3) melaksanakan

ruangan sesuai kebutuhan pelayanan.

sistem rujukan; 4) memiliki peraturan internal dan

menyesuaikan

dengan

standar

prosedur

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

operasional;

2)

212

standar

prosedur

operasional.

Pengelola

klinik

pelayanan kesehatan di Indonesia. Mekanisme

(termasuk tenaga kerjanya) mempunyai kewajiban

perjanjian kerjasama antara BPJS dengan fasilitas

untuk memenuhinya agar tidak bermasalah secara

pelayanan kesehatan masih belum diketahui secara

hukum.

pasti, namun secara hukum maka BPJS seharusnya


hanya bekerjasama dengan fasilitas pelayanan

PERSIAPAN
KESEHATAN

KERJASAMA

DENGAN

BPJS

kesehatan yang juga diakui secara hukum. Sangat


dimungkinkan BPJS tidak bekerjasama dengan

Era BPJS 2014 merupakan kondisi yang


fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak berbadan
tidak dapat dihindari oleh semua fasilitas pelayanan
hukum atau berbadan usaha, sehingga akan lebih
kesehatan di Indonesia. Penataan dan persiapan
baik bila kepemilikan sebuah klinik berbentuk badan
yang matang harus terus dilakukan, juga harus
usaha.
dilakukan secara lebih cepat karena waktu yang
Selain

aspek

kepemilikan,

klinik

juga

semakin pendek. Minimal terdapat 7 (tujuh) unsur


mempunyai kewajiban memiliki dokumen peraturan
yang harus ditata dan dipersiapkan sebuah Klinik
internal

(Corporate

Bylaws).

Bentuk

dokumen

dalam rangka menyongsong era BPJS tahun 2014


peraturan internal sebuah klinik sangat dipengaruhi
antara lain: 1) Legalitas, 2) Sumber Daya Manusia,
oleh

badan

usaha

yang

menaungi.

Dokumen

3) Fasilitas, Sarana dan Prasarana, 4) Standarisasi,


peraturan internal klinik mengatur hubungan antara
5) Pemasaran, 6) Tarif, dan 7) Sistem Informasi.
pemilik dan pengelola klinik terutama dalam hal
1.

Legalitas
kewajiban, tanggung jawab, wewenang dan peran
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa
masing-masing. Dokumen corporate bylaws sangat

bidang kesehatan tidak hanya bersinggungan dan


berbeda dengan dokumen AD/ART dan akte notaris
berurusan dengan aspek teknis kedokteran saja,
pembentukan badan usaha, namun dapat digunakan
namun juga tetap harus memperhatikan aspek
sebagai acuan.
hukum (legalitas). Sesuai dengan amanah dalam
2.

Sumber Daya Manusia

Permenkes 28 tahun 2011 tentang Klinik, maka


Kesiapan SDM, utamanya SDM (tenaga)
sebuah klinik dapat berupa badan usaha. Bentuk
kesehatan baik tenaga medis, tenaga keperawatan
badan usaha yang diakui antara lain Perseroan,
dan tenaga non medis merupakan unsur yang
Yayasan atau CV. Khusus untuk klinik utama yang
penting untuk diperhatikan dalam penyelenggaraan
hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
klinik. Kesiapan SDM yang paling utama adalah
kepemilikan klinik dapat secara perorangan saja
aspek kompetensi meliputi: 1) pengetahuan, 2)
tanpa harus berbentuk badan usaha.
kemampuan,

3)

ketrampilan

dan

4)

legalitas.

BPJS sebagai sebuah badan hukum dalam


Tenaga kesehatan khususnya tenaga medis harus
menjalankan amanah sebagai pengelola jaminan
memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik
sosial akan bekerjasama dengan sejumlah fasilitas
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

213

penyakit

yang

dihadapi

(Keputusan

Menteri

Kesehatan No. 039 Tahun 2007).


Oleh
pelayanan

karena
harus

itu,

sebagai area usaha. Lokasi klinik yang tidak sesuai

dalam

memberikan

peruntukan

memanfaatkan

pendekatan

dipindahkan lokasinya oleh pemerintah daerah atau

menyeluruh (holistic approach). Selain itu, tenaga


medis

harus

maka seharusnya mematuhi peruntukan RTRW

berisiko

untuk

minimal tidak akan diberikan izin mendirikan klinik.


Bangunan klinik dipersyaratkan berbentuk

ketrampilan diagnosis, serta kemampuan merujuk

permanen dan tidak boleh bergabung dengan tempat

yang handal (Keputusan Menteri Kesehatan No. 039

tinggal serta memenuhi syarat lingkungan sehat.

Tahun

Menteri

Persyaratan ini memang baik tujuannya, namun

Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem

membawa konsekuensi biaya yang besar bagi

Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan hanya

pengelola klinik terutama terkait biaya pajak dan

akan berhasil bila didukung tenaga medis dengan

utilitas (air, listrik, telepon).

kemampuan

kemampuan

akan

dan

2007).

menguasai

RTRW-nya

Keberadaan

merujuk

Peraturan

yang

handal.

Tanpa

Infrastruktur (prasarana) klinik harus berada

kemampuan merujuk yang handal akan berdampak

dalam kondisi layak guna dan berfungsi baik. Klinik

pada mekanisme pembayaran klaim dari BPJS.

pun harus dilengkapi dengan prasarana untuk

Pemberian pelayanan yang tidak memenuhi

mencegah

terjadinya

risiko

penanggulangan

rujukan tidak akan diverifikasi oleh pihak BPJS dan

pemenuhan persyaratan lingkungan sehat, maka

tidak akan ditanggung. Kebijakan tentang sistem

suatu klinik harus menyediakan instalasi pengolahan

rujukan pelayanan kesehatan perorangan harus

limbah yang sesuai dengan standar nasional.

dipahami dengan baik oleh tenaga kesehatan yang

Prasarana pendukung yang juga harus diperhatikan

dipekerjakan oleh klinik agar tidak merugikan pihak

adalah ketersediaan air bersih dan listrik yang stabil,

manajemen klinik. Diperlukan komunikasi yang

sehingga klinik harus memiliki cadangan air bersih

intens agar pelaksanaan sistem rujukan pelayanan

dan

kesehatan

kebutuhan klinik.

perorangan

ini

baik

bagi

penyedia

pelayanan (klinik dan tenaga kesehatannya) maupun

listrik

yang

Guna

serta

kebijakan (peraturan, ketentuan) tentang kriteria

daya

kebakaran.

kebakaran

cukup

mendukung

sesuai

dengan

Seluruh fasilitas, sarana dan prasarana

pengguna pelayanan (pasien dan masyarakat).

yang dimiliki klinik seharusnya dilengkapi dengan ijin

3.

dan standar yang telah ditetapkan oleh pihak

Fasilitas (Sarana dan Prasarana)


Sesuai

dengan

Peraturan

Menteri

berwenang. Standar yang harus diperhatikan antara

Kesehatan No. 28 tahun 2011 tentang Klinik,

lain adalah standar mutu, standar keamanan dan

persyaratan lokasi klinik harus mengikuti Rencana

keselamatan serta standar kelaikan. Penyediaan

Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang diatur oleh

fasilitas, sarana dan prasarana yang terstandarisasi

pemerintah daerah setempat. Lokasi klinik sebagai

akan meningkatkan nilai tawar dengan pihak BPJS

unit usaha (karena statusnya sebagai badan usaha)

pada

saat

menegosiasikan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

kontrak

kerjasama.

214

Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki


klinik

merupakan

salah

satu

upaya

fasilitas

Untuk mencapai standarisasi pelayanan


maka harus didukung dengan Standar Pelayanan

kesehatan dalam mencapai standarisasi pelayanan.

Minimal (selanjutnya disebut SPM) dan Standar

4.

Prosedur Operasional (selanjutnya disebut SPO).

Standarisasi Pelayanan
Klinik sebagai fasilitas penyedia pelayanan

Klinik harus memiliki indikator pelayanan sebagai

kesehatan harus menyediakan pelayanan yang

alat bantu kendali mutu pelayanan yang diberikan

terstandarisasi. Pelayanan kedokteran merupakan

kepada pasien. Untuk dapat mencapai indikator

salah satu pelayanan yang diberikan oleh klinik.

(SPM) yang telah ditetapkan, dibutuhkan SPO

Pemberian pelayanan kedokteran di Indonesia diatur

sebagai operasionalisasi langkah dan aktivitas para

dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1438

pemberi pelayanan. Secara umum, dokumen SPO

tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

dapat

Dalam

kebijakan

tersebut,

pemberian

meliputi:

Administrasi,

1)

3)

SPO

SPO

Teknis,

pelayanan kedokteran diharuskan mengacu pada

Keselamatan dan Keamanan.

pedoman praktek klinis (selanjutnya disebut PPK)

5.

yang

ditetapkan

di

suatu

fasilitas

Pelayanan,
dan

2)

SPO

4)

SPO

Pemasaran

pelayanan

Ruang lingkup manajemen klinik yang

kesehatan. Klinik harus segera menyusun dokumen

penting untuk disiapkan adalah pemasaran. Fungsi

PPK sebagai pedoman pelayanan antara lain:

pemasaran memegang peran penting dalam industri

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Clinical Pathways,

pelayanan kesehatan. Fungsi pemasaran yang harus

serta Formularium. Demi standarisasi yang lebih

dijalankan oleh klinik tidak sekedar melakukan

baik, akan lebih efisien bila seluruh klinik yang ada di

promosi serta iklan.


Menurut Kotler et al (2001), marketing as:

satu wilayah membahas bersama PPK tersebut


sehingga pemberian pelayanan kedokteran di klinik

yang

individuals and groups obtain what they need and

ada di suatu wilayah

menjadi semakin

social

and

managerial

process

by

which

want though creating and exchanging products and

terstandarisir.
Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja

value with each other. Mengacu definisi tersebut

dan memberikan pelayanan di klinik harus bekerja

maka klinik harus dapat menciptakan sekaligus

sesuai kewenangan dan standar profesi yang telah

menyampaikan produk

ditetapkan. Pada era BPJS 2014, sistem rujukan

tersebut. Dengan demikian, klinik harus melakukan

pelayanan

fungsi STP (Segmenting-Targetting-Positioning).

kesehatan

perorangan

harus

diikuti

serta nilai dari produk

dengan kepatuhan terhadap standar profesi. Sistem

Klinik harus memiliki gambaran tentang

rujukan yang tidak sesuai dengan kewenangan

pasar yang ada di wilayahnya (area bisnis), baik dari

profesinya akan menyebabkan

aspek

pihak BPJS atau

geografis, demografis maupun psikografis.

perusahaan asuransi menolak membayar klaim yang

Setelah memiliki gambaran selanjutnya klinik akan

diajukan.

memilih pasar potensial yang akan dibidik sebagai

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

215

target pasar. Selanjutnya klinik akan memposisikan

kecuali pelayanan yang tidak dikelola oleh BPJS.

dirinya melalui penyediaan pelayanan yang sesuai

Klinik tidak dapat memegang kendali pentarifan

dengan kebutuhan target pasarnya. Untuk dapat

secara

melakukan positioning dengan baik maka perlu

kesepakatan dengan pihak BPJS. Oleh karena itu,

memperhatikan konsep 5-P (People, Product, Place,

klinik harus segera menghitung biaya satuan (unit

Price, Physical Evidence).

cost) pelayanan sebagai dasar pentarifan. Hasil

Menurut Kotler (2012), konsep pemasaran

penuh,

karena

harus

berdasarkan

perhitungan biaya satuan juga merupakan bahan

yang paling baru adalah CC-DV-TP (Creating, and

negosiasi

Communicating, Delivering Value to Target [Market],

kesepakatan besaran tarif.

dengan

BPJS

untuk

mencapai

to make Profit). Berdasarkan konsep pemasaran CC-

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Menteri

DV-TP maka pihak penyedia pelayanan harus

Kesehatan No. 28 tahun 2011 tentang Klinik,

mampu menciptakan nilai, mengkomunikasikan nilai

besaran tarif pelayanan klinik berpedoman pada

dan menyampaikan nilai dari suatu produk/jasa

komponen

jasa

pelayanan

dan

pelayanan. Penyedia pelayanan seharusnya fokus

Komponen

jasa

pelayanan

meliputi:

dan

akan

konsultasi, 2) jasa tindakan, 3) jasa penunjang

disampaikan kepada pelanggan bukan fokus pada

medik, 4) biaya pelayanan kefarmasian, 5) ruang

profit yang akan didapatkan dari pelanggan.

perawatan (khusus klinik dengan rawat inap), 6)

6.

administrasi, dan atau 7) komponen lain penunjang

memprioritaskan

nilai

produk

yang

Tarif
Pada era BPJS mekanisme pentarifan di

jasa

sarana.
1)

jasa

pelayanan. Komponen jasa sarana meliputi: 1) biaya

fasilitas pelayanan kesehatan juga telah diatur dalam

penggunaan

sarana

dan

fasilitas

klinik,

2)

Pasal 11 Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang

penggunaan sediaan farmasi (bahan medis habis

BPJS yang berbunyi membuat kesepakatan dengan

pakai), 3) biaya sarana lain yang menunjang

fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran

pelayanan.

fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif

7.

Sistem Informasi

yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam pasal 24

Klinik dan juga tenaga medis yang bekerja

Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang SJSN

di klinik diwajibkan untuk membuat pencatatan dan

juga

yang

pelaporan. Salah satu bentuk pencatatan dan

berbunyi Besarnya pembayaran kepada fasilitas

pelaporan yang dilakukan adalah dalam bentuk

kesehatan

ditetapkan

dokumen rekam medis. Dalam dokumen rekam

Badan

medis terdapat banyak jumlah data dan juga

mengatur

berdasarkan

mekanisme

untuk

setiap

kesepakatan

pembayaran

wilayah
antara

Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas

informasi

kesehatan di wilayah tersebut.

(medik, keperawatan dan penunjang medik).

terkait

proses

pemberian

pelayanan

Dengan demikian tarif pelayanan nantinya

Praktik manajemen klinik yang modern

menjadi standar antara setiap klinik di suatu wilayah,

harus berbasis pada bukti (evidence based practice).

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

216

Untuk dapat mengelola sejumlah data yang terekam

2.

Unsur utama yang harus disiapkan klinik dalam

dalam dokumen rekam medis dibutuhkan alat bantu

menghadapi

berupa Sistem Informasi (SI). Oleh karena itu klinik

Legalitas,

harus mengembangkan evidence based information

Prasarana, 4) Standarisasi, 5) Pemasaran, 6)

system (EBIS).

Tarif, 7) Sistem Informasi Manajemen.

EBIS

merupakan

tulang

punggung

3.

era

b)

BPJS

SDM,

c)

2014

adalah:

Fasilitas,

a)

Sarana,

Perlu perubahan mindset dan dan budaya

(backbone) manajemen sebagai sistem pendukung

secara total oleh para pemberi pelayanan untuk

pengambilan keputusan (Decission Support System).

dapat bertahan dalam era BPJS 2014, terutama

Di

oleh tenaga kesehatan dan tenaga pengelola

era

teknologi

informasi

yang

berkembang

demikian cepat, maka klinik perlu memanfaatkan

klinik.

teknologi informasi (TI) untuk mendukung EBIS.


Melalui keberadaan EBIS dengan dukungan TI yang

DAFTAR PUSTAKA

modern maka manajemen klinik diharapkan akan

Burke FJT., Freeman R.,2004. Preparing Dental


Practice. Oxford. London.
Kotler P., 2008. Create, Communicate, Deliver The
Value to The Target market at a Profit. Diunduh dari:
www.londonbusinessforum.com
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2011
tentang Klinik.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438 Tahun 2011
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan.
Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang no. 24 tahun 2011 tentang Badan
Pengelola Jaminan Sosial.

semakin

efektif

dan

memudahkan

proses

manajemen.

SIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini antara lain adalah:
1.

Era BPJS 2014 mengubah pola kehidupan


Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013

You might also like