You are on page 1of 16

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

PENERAPAN POLA PEMBAYARAN INA-CBGS BPJS


KESEHATAN DALAM TINJAUAN REGULASI DAN
IMPLEMENTASI
Irwin Ananta

Sastra Inggris, STIBA Nusa Mandiri


Jl Ir H Juanda No 39 Ciputat
Tangerang Selatan-Banten
irwin.ananta@gmail.com

ABSTRACT

In the days before entering the era of nhi ( the national health insurance ) the
payment of physicians and hospitals generally using patterns of payment retrospective.
Conventionally encumbering fare done on the basis of the provision of services or fee for
services ( ffs ). Entering the era of nhi the government through institutions its executioner
bpjs health has implemented policy the payment system for prospective, This caused by
the payment system was more in line with the culture and shades in the health insurance.
The payment system for prospective is expected to more capable of control the cost of
health care and encourage health services to always having the quality of according to
standard. Among the payment of prospective models used in the program is bpjs health
system package ina-cbgs ( indonesia case base groups , ) namely a fare system for
payment with tally based on data and data costing koding hospital. Data costing obtained
from the hospital elected ( hospitals sample ) as representation and data koding the results
of grouping system of codifying of diagnosis the end and the act of / procedures be output
service. The system is used both in inpatient or outpatient to level faskes advanced by the
use of the information technology system in the form of application ina-cbg. Optimization
the success of the application of ina cbgs, in addition to technology also must be
supported by sufficiency budget , good management and services faskes and the policy
and regulations other support. Synergy these factors are is expected to optimize the
national social security system.

Keywords: Ina-CBGs, BPJS Health, National Health Insurance

ABSTRAK:

Pada masa sebelum memasuki era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) pembayaran
dokter dan rumah sakit umumnya menggunakan pola pembayaran retrospektif yang
secara konvensional pembebanan tarif dilakukan atas dasar pelayanan yang diberikan
atau Fee For Services (FFS). Memasuki era JKN ini pemerintah melalui institusi
pelaksananya BPJS Kesehatan telah menerapkan kebijakan sistem pembiayaan
prospektif, hal ini dikarenakan pada sistem pembayaran tersebut lebih sejalan dengan
kultur dan nuansa pada era jaminan kesehatan. Sistem pembiayaan prospektif diharapkan
dapat lebih mampu dalam mengendalikan biaya kesehatan serta mendorong pelayanan
kesehatan agar senantiasa memiliki mutu sesuai standar. Diantara model pembayaran
prospektif yang digunakan dalam program BPJS Kesehatan ialah sistem paket INA-CBGs
(Indonesia Case Base Groups) yakni suatu sistem tarif untuk pembayaran dengan

275
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

penghitungan berbasis pada data costing dan data koding rumah sakit. Data costing
didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel) sebagai representasi dan data
koding hasil pengelompokan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur
yang menjadi output pelayanan. Sistem tersebut digunakan baik pada rawat inap maupun
pada rawat jalan untuk tingkat faskes lanjutan dengan menggunakan sistem teknologi
informasi berupa Aplikasi INA-CBG. Optimalisasi kelancaran penerapan Ina CBGs ini
selain teknologi juga harus didukung oleh kecukupan anggaran, baiknya manajemen dan
layanan faskes serta kebijakan dan regulasi lain yang menopang. Sinergi semua faktor
tersebut diharapkan mampu mengoptimalkan sistem jaminan kesehataan nasional.

Kata Kunci: INA-CBGS, BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional

I. PENDAHULUAN masih rentan menghadapi masalah


Indonesia merupakan negara defisit, jaminan kesehatan nasional
berkembang dengan penduduk saat ini merupakan tantangan dan sekaligus
lebih dari 250 juta jiwa. Kompleksitas tuntutan bagi pemerintah Indonesia
permasalahan yang dihadapi oleh dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia cukup beragam diantaranya dengan menjalankan amanah undang-
dalam permasalahan kesehatan bagi undang diantaranya UUD 45 pada Pasal
penduduknya. Sejak tahun 2014 28H ayat 1 “Setiap orang berhak hidup
Indonesia resmi mencanangkan sejahtera lahir dan batin, bertempat
memasuki era baru dalam dunia tinggal, dan mendapatkan lingkungan
kesehatan dengan berupaya hidup yang baik dan sehat serta berhak
menyediakan adanya program Jaminan memperoleh pelayanan kesehatan.”,
Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan UUD 45 Pasal 34 ayat 2 ”Negara
bagi seluruh penduduknya. Butuh mengembangkan sistem jaminan sosial
keberanian dan tekad yang kuat bagi bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
suatu negara berkembang semacam masyarakat yang lemah dan tidak
Indonesia untuk bisa memberikan mampu sesuai dengan martabat
pelayanan jaminan kesehatan secara kemanusiaan. “, Pasal 34 ayat 3 “Negara
nasional. Jaminan kesehatan nasional bertanggung jawab atas penyediaan
merupakan salah satu ciri layanan yang fasilitas pelayanan kesehatan dan
biasa diberikan oleh negara-negara maju fasilitas pelayanan umum yang layak”.
dan kaya bagi segenap warganegaranya. (Luknanto, 2009, Undang-Undang Dasar
Indonesia meski negara kaya akan Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sumber daya alam namun dengan carut http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UUD1945.
marut dalam manajemen dan tatakelola pdf ).
kekayaan negara baik pada sumber daya Upaya Pemerintah menjalankan
alam maupun sumber daya manusia UUD 1945 tersebut dilanjutkan dengan
yang masih belum optimal mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004
menyebabkan Indonesia masih jauh tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
untuk bisa layak disebut sebagai negara (SJSN) untuk memberikan jaminan
kaya/negara maju. Permasalahan lilitan sosial menyeluruh bagi setiap warga
utang negara, kasus korupsi uang negara negara guna memenuhi kebutuhan dasar
yang merajalela serta ketergantungan hidup yang layak bagi terwujudnya
Indonesia yang besar pada produk dan kesejahteraan, keadilan dan
sumber daya asing tidak jarang kemakmuran masyarakat Indonesia. Di
menyebabkan Indonesia adakalanya dalam UU No 36 Tahun 2009 mengenai
mengalami defisit anggaran. Dalam kesehatan dijelaskan bahwa setiap
kondisi anggaran keuangan negara yang orang mempunyai hak yang sama dalam

276
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

memperoleh akses atas sumber daya, dan fakta-fakta hasil informasi atas
pelayanan yang aman, bermutu, penerapan pola pembayaran INA CBGS
terjangkau di bidang kesehatan (NIHRD, yang terjadi dengan mengacu pada
2015, Undang-Undang Republik referensi dari sejumlah literatur yang
Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang mendasari regulasi pola INA CBGS
Kesehatan, http://www.ina-respond.net/ tersebut kemudian penulis berupaya
). Hingga untuk itu sebagai langkah untuk menata letak kembali keselarasan
nyata dalam menerapkan program JKN untuk kemudian memberikan kontribusi
maka pemerintah mengeluarkan undang- masukan-masukan yang membangun.
undang no 24 tahun 2011 mengenai Tujuan penulisan di dalam ulasan tulisan
terbentuknya Badan Penyelenggara ini, penulis berupaya merunut konsep
Jaminan Sosial (BPJS) sebagai institusi sistem yang digunakan dalam pola
pelaksana dari program jaminan pembayaran INA CBGS oleh BPJS
kesehatan nasional tersebut. Salah satu kesehatan baik pada regulasi, aturan
ciri dari layanan jaminan kesehatan main maupun modus transaksionalnya
adalah adanya kepastian anggaran dan kemudian secara tepat dapat
pembiayaan yang akan menutup biaya- menemukan unsur-unsur yang
biaya yang timbul dari proses dipermasalahkan dan upaya memberikan
penyehatan, pengobatan dan kontribusi berupa solusi dalam
penyembuhan dari berbagai keluhan mengatasinya.
penyakit pasien yang menjadi peserta
dari program jaminan kesehatan II. TINJAUAN PUSTAKA
tersebut. Oleh sebab itu sistem 2.1 Memahami INA CBGs
pembayaran yang tepat dan segenap Sebelum memasuki era JKN
faktor lain yang mendukungnya menjadi pembiayaan rumah sakit umumnya
salah satu unsur penting bagi menggunakan mekanisme pembayaran
kelangsungan program JKN BPJS ongkos untuk pelayanan atau Fee For
Kesehatan ini kedepannya (Tim Service (FFS) atau ada uang ada jasa
Penyusun, 2014 Buku Pegangan pengobatan. Dalam proses pembiayaan
sosialisasi Jkn, pengobatan medis yang terjadi
http://www.depkes.go.id/resources/down umumnya pasien mendatangi dokter
load/jkn/buku-pegangan-sosialisasi- kemudian dokter memberikan obat atau
jkn.pdf). Permasalahan pokok yang tindakan medis, lalu pasien
menjadi fokus pembahasan adalah mengeluarkan biaya yang kisaran
penulis berupaya untuk menguraikan besarnya tergantung penyakit, jenis
ulasan mengenai permasalahan seputar perawatan dan tarif yang ditetapkan
implementasi sistem pola pembayaran dokter atau rumah sakit tersebut. Biaya
atas jaminan kesehatan yang mengacu yang dikeluarkan pasien sangat relatif,
pada INA-CBGS oleh BPJS Kesehatan. mungkin bisa dari nol (digratiskan) atau
Pada umumnya pemberlakuan sistem sedikit sampai dengan dikenakan
INA-CBGS diperuntukan untuk faskes sejumlah nominal biaya yang besar
tingkat lanjutan. Hal-hal yang sering di sekali, bahkan adakalanya biaya berobat
polemikan seputar kecukupan bisa menyebabkan pasien kehilangan
anggaran/tarif pembiayaan maupun rumahnya untuk dijual. Posisi pasien
faktor-faktor lain yang mendukungnya yang dalam kondisi sakit dan
ditinjau dari sudut pandang regulasi dan membutuhkan kesembuhan umumnya
pelaksanaan di lapangan. Penulis mempunyai kedudukan daya tawar yang
mencoba mengurai temuan kendala- lemah, kebutuhannya untuk sembuh dari
kendala yang ada serta berupaya sakit dan minimnya pengetahuan tentang
melakukan pengumpulan argumentasi prosedur medis yang ia jalani biasanya

277
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

pasien menurut saja kehendak pembayaran retrospektif atau metode


dokter/rumah sakit soal perawatan dan pembayaran yang dilakukan berdasarkan
biayanya atau kemungkinan lain pasien atas servis/layanan kesehatan yang
malah berhenti berobat sama sekali jika diberikan kepada pasien sesuai dengan
sudah diambang batas kemampuan aktifitas layanan yang diberikan. Pada
finansialnya. Sebelum ada pihak ketiga metode ini besar biaya yang harus
semacam asuransi atau pun negara, dibayarkan pasien sebanding dengan
pihak yang menanggung risiko finansial banyak layanan kesehatan yang
tidak lain adalah pasien. Dengan diterimanya. Fee For Services (FFS)
kehadiran pihak ketiga ini telah atau pembebanan ongkos atas pelayanan
mengubah hubungan dokter-pasien yang diberikan merupakan cara
secara mendasar, terutama dalam hal konvensional atas pembayaran
pembagian risiko finansial. Ketika dokter/rumah sakit selama ini terutama
Indonesia mulai memasuki era jaminan sebelum era jkn. Fee for services ini
kesehatan nasional seperti saat ini maka merupakan contoh dari pola pembayaran
pembagian risiko fiansial yang lebih retrospektif. Metode berikutnya adalah
proporsional dengan tidak hanya sekedar metode pembayaran prospektif atau
membebankan pembiayaan kepada metode pembayaran yang dilakukan
pasien dan tentu juga tidak merugikan berdasarkan atas layanan kesehatan
pihak medis dari kalangan dokter, rumah dengan kisaran besaran biaya telah
sakit dan lainnya merupakan salah satu diketahui sebelum layanan kesehatan
hal penting yang menjadi bagian tersebut diberikan. Beberapa contoh
perhatian pemerintah. Kesuksesan pembayaran prospektif antara lain
penerapan implementasi Jaminan global budget, Perdiem, Kapitasi dan
Kesehatan Nasional (JKN) salah satu case based payment. Dalam realitanya
diantaranya ditandai dengan kelancaran, Tiada sistem pembiayaan yang benar-
kecukupan, keterjaminan dan ketepatan benar sempurna, setiap sistem
alokasi pembiayaan kesehatan. pembiayaan memiliki kelebihan dan
Dinyatakan dalam Permenkes RI no 27 kekurangan.
tahun 2014 “Tujuan dari pembiayaan Memasuki era JKN ini pemerintah
kesehatan adalah mendorong memilih pilihan sistem pembiayaan
peningkatan mutu, mendorong layanan yang sesuai pada kebutuhan dan tujuan
berorientasi pasien, mendorong efisiensi dari implementasi pembayaran
tidak memberikan reward terhadap kesehatan tersebut sebagaimana
provider yang melakukan over dikemukakan menurut Pratiwi dalam
treatment, under treatment maupun laman
melakukan adverse event dan http://www.kompasiana.com/astrigprtw/
mendorong pelayanan tim. Dengan bahwa pada hal ini sistem pembiayaan
sistem pembiayaan yang tepat prospektif menjadi pilihan untuk
diharapkan tujuan diatas bisa tercapai” diterapkan karena :
(Kemenkes, 2014, Peraturan Menteri 1. Dapat mengendalikan biaya
Kesehatan Republik Indonesia Nomor kesehatan
27 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis 2. Mendorong pelayanan kesehatan
Sistem Indonesian Case base Groups, tetap bermutu sesuai standar
http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment 3. Membatas pelayanan kesehatan
/unduhan/PMK%20No.%2027%20ttg% yang tidak diperlukan berlebihan
20Juknis%20Sistem%20INA%20CBGs. atau
pdf ). Metode pembayaran di rumah under use
sakit yang digunakan selama ini terdapat 4. Mempermudah administrasi klaim
dua metode diantaranya adalah metode

278
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

5. Mendorong provider untuk jumlah pelayanan kesehatan yang


melakukan cost containment diberikan. Kapitasi secara mudahnya
Dalam era jaminan kesehatan nasional mirip seperti sistem borongan. Pada
sebagaimana dijelaskan dalam buku Faskes rujukan tingkat lanjut mengacu
pegangan sosialisasi jaminan kesehatan pada Peraturan Presiden Nomor 12
nasional (JKN) yang dikeluarkan oleh Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
kementrian kesehatan RI tentang yang kemudian pada kelanjutannya
pelaksanaan jaminan kesehatan nasional perpres tersebut diubah dengan
dengan informasi yang tertuang Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun
mengacu pada UU No 40 2004 tentang 2013. Pola pembayaran kepada fasilitas
SIJN dan UU No 24 tahun 2011 kesehatan tingkat lanjutan bukan dengan
tentang BPJS dalam laman webnya sistem kapitasi namun dengan sistem
(Tim Penyusun, 2014 Buku Pegangan INA-CBGs (Indonesia Case Base
sosialisasi Jkn, Groups). Sistem tersebut merupakan
http://www.depkes.go.id/resources/down model pembayaran yang digunakan
load/jkn/buku-pegangan-sosialisasi- BPJS Kesehatan untuk mengganti klaim
jkn.pdf). yang menerangkan bahwa yang ditagihkan oleh rumah sakit. INA-
“BPJS Kesehatan akan membayar CBGs merupakan sistem pembayaran
kepada fasilitas kesehatan tingkat dengan sistem “paket”,
pertama dengan kapitasi. Untuk fasilitas berdasarkan penyakit yang diderita
kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS pasien. Mengacu pada kamus istilah
Kesehatan membayar dengan sisitem BPJS dalam laman webnya menyatakan
paket INA CBG’s”. Faskes tingkat bahwa rumah sakit akan mendapat
pertama yang dimaksud tersebut seperti besaran bayaran berdasar nominal yang
puskesmas maupun klinik dokter sesuai sesuai pada tarif INA CBGs yang
ketentuan dalam JKN menggunakan merupakan rata-rata biaya
sistem kapitasi. Pengertian kapitasi yang dihabiskan oleh untuk suatu
sebagaimana dijelaskan dalam suatu kelompok diagnosis (Tim redaksi, 2014,
laman web dijelaskan bahwa “Istilah Apa Itu INA CBGS BPJS Kesehatan
kapitasi berasal dari kata kapital yang Inilah Penjelasanya,
berarti kepala. Sistem kapitasi berarti http://klikbpjs.com/apa-itu-ina-cbgs-
cara perhitungan berdasarkan jumlah bpjs-kesehatan-inilah-penjelasanya/).
kepala yang terikat dalam kelompok Permisalan dalam hal ini sistem
tertentu. Dalam hal JKN ini, kepala menghitung misalkan seorang pasien
berarti orang atau peserta atau anggota penderita demam berdarah maka
program BPJS Kesehatan” (BDK layanan apa saja yang akan diberikan
Makasar, 2014, Dana Kapitasi BPJS bagi pasien tersebut berikut
Kesehatan: Pelaksanaan dan pengobatannya sampai pasien tersebut
Pertanggungjawabannya, dinyatakan sembuh atau selama satu
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita- periode rawat di rumah sakit itu. Kilas
makassar/20288-dana-kapitasi-bpjs- balik penerapan INA-CBG’s
kesehatan-pelaksanaan-dan- sebagaimana penjelasan dalam lampiran
pertanggungjawabannya) Kapitasi permenkes no 27 tahun 2014 pada laman
dilakukan melalui pendistribusian web JKN Kemenkes (Kemenkes, 2014,
pembayaran dana BPJS untuk jasa Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
pelayanan kesehatan dengan tarif biaya Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
perbulan berdasarkan pada data jumlah 2014 Tentang Petunjuk Teknis Sistem
peserta terdaftar yang menjadi Indonesian Case base Groups (INA-
tanggungan dari faskes tingkat pertama CBGs), http://www.jkn.kemkes.go.id/),
tersebut tanpa menghitung jenis maupun dimulai pada tahun 2006 pertama kali di

279
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

Indonesia mengembangkan sistem a. Tarif Rumah Sakit Kelas A


casemix dengan nama INA-DRG b. Tarif Rumah Sakit KelasB
(Indonesia- Diagnosis Related Group). c. Tarif Rumah Sakit Kelas B
Sistem tersebut lebih dikembangkan lagi Pendidikan
pada tahun 2008 dengan implementasi d. Tarif Rumah Sakit Kelas C
pembayaran dalam program Jamkesmas e. Tarif Rumah Sakit Kelas D
untuk 15 rumah sakit vertical. Pada f. Tarif Rumah Sakit Khusus
tahun 2009 diperluas kerjasama dengan Rujukan Nasional
lebih banyak lagi rumah sakit yang g. Tarif Rumah Sakit Umum
dilibatkan. Pada tahun 2010 dilakukan Rujukan Nasional
perubahan nomenklatur dari INA-DRG Penyesuaian nilai dilakukan setelah
(Indonesia Diagnosis Related Group) melihat besaran Hospital Base Rate
berubah menjadi INA-CBG (Indonesia (HBR) sakit yang didapatkan dari
Case Based Group). Sejak perhitungan total biaya pengeluaran
diimplementasikannya sistem casemix rumah sakit yang digunakan sebagai
di Indonesia telah dihasilkan 3 kali acuan pengelompokan tarif
perubahan besaran tarif, yaitu tarif sedangkan digunakan Mean Base
INA-DRG Tahun 2008, tariff INA- Rate bila dalam satu kelompok
CBG Tahun 2013 dan tarif INA-CBG terdapat lebih dari satu rumah sakit.
Tahun 2014. Pengelompokan dalam 2. Disepakati bersama antara BPJS
sistem menggunakan sistem teknologi Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas
informasi berupa Aplikasi INA-CBG Kesehatan Tingkat Lanjutan
sehingga dapat dihasilkan 1.077 mengenai tarif terbagi atas 5
kelompok tarif yang terdiri dari 789 Regional yang didasarkan pada
kode grup/kelompok rawat inap dan Indeks Harga Konsumen (IHK).
288 kode grup/kelompok rawat jalan. 3. Kasus – kasus tertentu yang masuk
Dasar pengelompokan dalam INA- dalam special casemix main group
CBGs menggunakan sistem kodifikasi (CMG) terdapat pembayaran
dari diagnosis akhir dan tambahan (Top Up) dalam sistem
tindakan/prosedur yang menjadi output INA-CBGs versi 4.0 yang meliputi :
pelayanan. a.Special Prosedure, b.Special
Drugs, c.Special Investigation,
2.2. TARIF INA-CBGs DALAM d.Special Prosthesis, dan e. Special
JAMINAN KESEHATAN Groups Subacute dan Kronis.
NASIONAL Khusus pada beberapa kasus atau
Berdasarkan Lampiran Peraturan kondisi dimana rasio antara tarif
Menteri Kesehatan no 27 tahun 2014 INA-CBGs yang sudah dibuat
dalam laman web JKN Kemenkes berbeda cukup besar dengan tarif
(Kemenkes, 2014, Lampiran Peraturan RS maka top up pada special CMG
Menteri Kesehatan Republik Indonesia bisa diberikan dengan kasus dan
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang kondisi tertentu.
Petunjuk Teknis Sistem Indonesian 4.Berdasarkan surat keputusan
Case base Groups (INA-CBGs), penetapan kelas yang dikeluarkan
http://www.jkn.kemkes.go.id/) bahwa oleh Kementerian Kesehatan RI
per 1 Januari 2014 diberlakukan Tarif tidak ada perbedaan tarif antara
INA-CBGs dalam program Jaminan rumah sakit umum dan khusus
Kesehatan Nasional (JKN), dengan namun disesuaikan dengan
beberapa prinsip sebagai berikut : penetapan kelas yang dimiliki untuk
1. Pengelompokan Tarif 7 kluster semua pelayanan di rumah sakit.
rumah sakit, yaitu :

280
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

5.Tarif INA-CBGs meliputi seluruh Kesehatan. Selain itu melakukan


komponen sumber daya rumah sakit penelusuran dan pengkajian sejumlah
yang digunakan dalam pelayanan referensi materi dari sumber
baik medis maupun non-medis, terpercaya yang berhubungan dengan
semacam tarif paket. wacana, kritikan dan informasi
Tarif INA-CBGs yang digunakan masukan dari praktisi BPJS Kesehatan
setara dengan Tarif Rumah Sakit dan masyarakat mengenai BPJS
Kelas D sesuai regionalisasi masing- Kesehatan.
masing bagi Rumah Sakit yang 2.Metode observasi
belum memiliki penetapan kelas. Metode ini dilakukan dengan cara
Penghitungan tarif INA CBGs pengamatan langsung dan melakukan
berbasis pada data costing dan data wawancara dengan pihak terkait dan
koding rumah sakit. Data costing berkompeten yang mengetahui
didapatkan dari rumah sakit terpilih penerapan praktek INA CBGs BPJS
(rumah sakit sampel) representasi dari Kesehatan.
kelas rumah sakit, jenis rumah sakit 3.Metode Komparatif
maupun kepemilikan rumah sakit Metode ini dilakukan dengan cara
(rumah sakit swasta dan pemerintah), membandingkan fakta temuan
meliputi seluruh data biaya yang penerapan praktek INA CBGs BPJS
dikeluarkan oleh rumah sakit, tidak Kesehatan, regulasi atau peraturan
termasuk obat yang sumber perundang-undangan yang
pembiayaannya dari program melandasinya serta modus
pemerintah (HIV, TB, dan lainnya). transaksional pada BPJS Kesehatan
Data koding diperoleh dari data kemudian mencocokan dengan
koding rumah sakit PPK Jamkesmas. wacana, kritikan dan informasi
Untuk penyusunan tarif JKN masukan dari praktisi BPJS Kesehatan
digunakan data costing 137 rumah dan masyarakat
sakit pemerintah dan swasta serta 6
juta data koding (kasus) IV. HASIL PEMBAHASAN
Program JKN (Jaminan Kesehatan
III. METODE PENELITIAN Nasional) oleh BPJS Kesehatan
Metode penelitian yang digunakan merupakan salah satu bentuk upaya
dalam tulisan ini secara kualitatif dengan jaminan sosial yang diprogramkan oleh
bersifat deskriptif yang cendrung pemerintah Indonesia untuk membantu
menggunakan analisis dengan memakai meringankan beban masyarakat dalam
pendekatan induktif. Proses maupun biaya pengobatan dan biaya rumah sakit
makna lebih ditonjolkan dalam yang relatif mahal. Bentuk serupa
pemaparan secara kualitatif. Landasan semacam JKN ini merupakan kelaziman
teori dimanfaatkan sebagai pemandu layanan pada negara-negara yang taraf
agar fokus penulisan sesuai dengan fakta kemakmuran hidupnya relatif tinggi
di lapangan sedang literatur yang dengan tata kelola kekayaan negaranya
digunakan merujuk kepada ketentuan, optimal sehingga rakyat mendapatkan
regulasi dan modus transaksional yang hak layanan gratis kesehatan dan berobat
dilakukan BPJS Kesehatan serta dengan dibiayai oleh negara. Namun
wawancara dan observasi langsung. lain halnya di Indonesia dengan kondisi
1.Metode literatur negara saat ini masih yang banyak
Studi literatur dilakukan dengan telaah ditemui terdapat carut-marutnya
literatur terhadap ketentuan, regulasi pelaksanaan birokrasi, ketidakefisienan
dan modus transaksional yang dan ketidakefektifan dalam tata kelola
dilakukan INA CBGs BPJS negara serta masih tingginya kasus kerah
281
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

putih seperti korupsi, kolusi, melakukan penetapan terhadap jenis


penyeludupan, penggelapan uang negara obat dalam formularium obat nasional
dan semacamnya yang secara otomatis dan demikian pula penetapan alat-alat
menyebabkan banyak menimbulkan kesehatan dalam kompendium alat
kebocoran anggaran serta banyak dana kesehatan. Merupakan keharusan bagi
yang hilang sehingga dana anggaran BPJS Kesehatan untuk melaksanakan
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan seluruh ketentuan-ketentuan menteri
yang semestinya seperti diantaranya kesehatan tersebut pada segenap fasilitas
dalam memberikan jaminan kesehatan kesehatan yang bekerja sama dengannya
rakyat sebagaimana amanah undang- (Putri, 2016, Geger Pembayaran
undang diantaranya UUD 45 Pasal 28H Prospektif,
ayat 1 “Setiap orang berhak hidup http://archives.jamsosindonesia.com/ide
sejahtera lahir dan batin, bertempat ntitas/geger_pembayaran_prospektif).
tinggal, dan mendapatkan lingkungan Untuk mencukupi opersional dan
hidup yang baik dan sehat serta berhak pembayaran klaim, BPJS masih
memperoleh pelayanan kesehatan.”, mengacu pada sumber dana keuangan
UUD 45 Pasal 34 ayat 2 ”Negara BPJS Kesehatan. Sumber dana terbesar
mengembangkan sistem jaminan sosial dari Peserta Bantuan Iuran (PBI) yang
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan bersumber APBN, selain itu
masyarakat yang lemah dan tidak pengumpulan iuaran peserta mandiri dan
mampu sesuai dengan martabat non PBI serta sumber-sumber dana
kemanusiaan. “, Pasal 34 ayat 3 “Negara BPJS lainnya. Dana yang terkumpul
bertanggung jawab atas penyediaan oleh BPJS kesehatan kemudian
fasilitas pelayanan kesehatan dan dialokasikan untuk pembayaran layanan
fasilitas pelayanan umum yang layak”. kesehatan yang diberikan kepada
Upaya implementasi negara adalah penyedia jasa kesehatan. Dalam laman
berupa jaminan kesehatan nasional web Jamsos Indonesia (Tim redaksi,
(JKN) untuk segenap rakyat Indonesia. 2016, Tarif Ina CBG’s Berlaku 1 Januari
Secara mendasar JKN telah mengubah 2014,
model dan mekanisme pembayaran http://www.jamsosindonesia.com/cetak/
fasilitas kesehatan. Pasien tidak lagi printout/496) dikemukakan bahwa tarif
membayar tunai biaya berobat langsung Ina CBG’s mengacu pada Pasal 1 angka
ke Dokter, klinik, dan rumah sakit 3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
namun pembayaran dibayar secara 69 Tahun 2013 mengenai standar tarif
prospektif oleh BPJS Kesehatan. pelayanan kesehatan pada faskes tingkat
Diantara permasalahan dalam sistem pertama dan tingkat lanjutan dalam
jaminan kesehatan nasional adalah penyelenggaraan program jaminan
besarnya kisaran anggaran yang harus di kesehatan nasional adalah sebesar
alokasikan guna terpenuhinya kebutuhan besaran pembayaran klaim oleh BPJS
tersebut. Sebagai upaya dalam Kesehatan kepada fasilitas kesehatan
mengendalikan besaran biaya yang tingkat lanjutan atas paket layanan yang
mungkin timbul dari proses transaksi didasarkan pada pengelompokan
biaya medis yang terjadi. Kementerian berbagai diagnosis penyakit. Dalam
Kesehatan RI membangun sistem INA- pelaksanaan program JKN penentuan
CBGs dan kapitasi sebagai pola besaran tarif INA-CBG’s ditentukan
pembayaran ke pihak faskes dengan mengacu pada basis data costing dari
peruntukan masing-masing pemerintah 137 RS Pemerintah dan RS Swasta serta
menetapkan tarif INA-CBGs untuk melibatkan data coding dari 6 juta kasus
seluruh rumah sakit dan tarif kapitasi penyakit. Besaran biaya yang ditetapkan
untuk puskesmas dan klinik, serta dipengaruhi oleh sejumlah aspek pada

282
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

sistem INA-CBG’s, antara lain sudah termasuk ongkos baik pada


terdapatnya diagnosa utama, adanya konsultasi dokter, pemeriksaan
diagnosa sekunder berupa penyerta penunjang, seperti laboratorium,
(comorbidity) atau penyulit radiologi (rontgen) dan lab lainnya, obat
(complication), tingkat keparahan, Formularium Nasional (Fornas) maupun
bentuk intervensi, serta variasinya umur obat bukan Fornas, bahan dan alat
pasien. Maka dapat dipahami secara medis habis pakai, akomodasi atau
ringkasnya bahwa tarif INA-CBG’s kamar perawatan, biaya lainnya yang
yang ditentukan tersebut merupakan berhubungan dengan pelayanan
biaya yang harus dibayarkan selaras kesehatan pasien. Komponen biaya yang
dengan ongkos atau cost per episode sudah termasuk ke dalam paket INA-
dari suatu pelayanan kesehatan dalam CBG’s telah ditentukan besaran
suatu rangkaian perawatan pasien sebelumnya dan menjadi acuan buat
sampai selesai. Dengan pola paket INA- BPJS Kesehatan untuk membayar biaya
CBG’s, menurut informasi seputar tersebut sehingga tidak lagi dibebankan
BPJS Kesehatan sebagaimana termuat prihal biaya tersebut kepada pasien.
dalam laman web seputar info BPJS Berikut merupakan contoh tarif untuk
Kesehatan (Tim Info BPJS Kesehatan, rawat inap yang digunakan sebagai
2014, Begini Cara Pembayaran INA- acuan oleh rumah sakit dalam
CBG’s BPJS Kesehatan, membebankan biaya tagihan kepada
http://www.kompasiana.com/infobpjske BPJS Kesehatan (Tim redaksi, 2016,
sehatan) bahwa pembayaran tersebut
Tarif Ina CBG’s Berlaku 1 Januari 2014,
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/496):

Gambar 1: tariff Ina CBG’s 2013 Regional 1 Rumah Sakit Kelas A

Pola Pembayaran BPJS Kesehatan yang diterapkan secara konvensional


kepada faskes tingkat lanjut seperti pada terdahulu ditentukan secara sepihak oleh
rumah sakit berbeda dengan faskes provider kesehatan (rumah sakit / klinik
pertama yang menggunakan sistem dan sebagainya) meski berorientasi pada
kapitasi, Pada faskes lanjutan pola pelayanan namun tidak menutup
pembayaran diberlakukan sistem fee for kemungkinan terjadinya unsur
service namun dengan besaran tarif yang komersialisasi pada layanan kesehatan
telah ditentukan sebelumnya tersebut. Pada sistem Ina CBGs, BPJS
berdasarkan pada paket tarif dalam INA- kesehatan tarif layanan telah ditentukan,
CBGs. Cara pembayaran fee for service kebijakan penentuan besaran tarif oleh
283
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

BPJS Kesehatan kerap kali menghadapi lain di Jakarta. Inilah yang terjadi bila
kasus komplainan dari pihak provider sistem rujukan tidak berjalan
rumah sakit yang merasa bahwa biaya sebagaimana meskinya.”
kesehatan yang mengacu patokan tarif Membeludaknya jumlah pasien akan
Ina CBGs terlampau kecil dari layanan memperbesar tagihan atau klaim biaya
riil yang telah diberikan pihak rumah atas pengobatan rumah sakit tersebut.
sakit kepada pasien peserta JKN BPJS Dana pembayaran klaim tagihan tersebut
Kesehatan. Hal ini menjadi lebih sebagian besarnya di ambil dari
runyam apabila faskes tingkat pertama anggaran APBN. Di negara maju yang
ternyata tidak optimal dalam telah juga memberlakukan sistem
memberikan layanan kesehatan. pembiayaan yang serupa dengan JKN di
Adakalanya anggaran kapitasi di faskes Indonesia diketahui bahwa 65% keluhan
pertama sudah mulai menipis tidak pasien sudah bisa ditangani di faskes
menutup kemungkinan adanya layanan primer. Sekiranya ini bisa
kecenderungan terjadinya Moral Hazard. diterapkan di Indonesia maka
Fenomena kasus yang mungkin terjadi penyerapan dana kapitasi untuk faskes
misalkan demi upaya menghemat biaya pertama sudah optimal sehingga BPJS
kapitasi untuk layanan primer faskes bisa menghemat tagihan klaim (tarif Ina
tingkat pertama kemudian main CBGs) pada faskes lanjutan. Dalam
memudahkan saja proses rujukan guna prakteknya BPJS kerap kali mengalami
mengirimkan pasiennya ke faskes defisit anggaran dalam memenuhi klaim
tingkat lanjutan. Padahal didapati fakta pembayaran terhadap layanan faskes.
sesungguhnya pasien belum patut Menteri Keuangan Bambang
dipindah rujukan karena masih dalam Brodjonegoro dalam ulasan yang
jangkauan kemampuan sumber daya diberitakan oleh Simorangkir dalam
yang ada di fakes tingkat pertama rubrik webnya (Simorangkir, Eduardo,
tersebut. Proses rujukan pengiriman ke 2016, Antisipasi Defisit, BPJS
rumah sakit dibuat bukan melihat Kesehatan Ajukan 'Suntikan' Rp 6,82T,
kondisi riil keadaan pasien secara http://finance.detik.com/ ) mengatakan
prosedural medis namun lebih kepada “PMN (Penyertaan Modal Negara) yang
upaya mengeruk keuntungan atau diperlukan sebesar Rp 6,827 triliun.
menekan penggunaan dana kapitasi dan PMN ini akan digunakan untuk menjaga
melempar masalah ke pihak lain. kecukupan Dana Jaminan Sosial (DJS)
Proses yang tidak prosedural medis kesehatan karena adanya defisit. Defisit
dalam mengirim pasien ruujukan tersebut terjadi akibat adanya missmatch
menyebabkan rumah sakit kewalahan antara klaim peserta yang lebih tinggi
menangani banyaknya pasien peserta daripada iuran masuk.” Pernyataan
BPJS kesehatan. Menurut Karmawan menteri keuangan tersebut sejalan
laman webnya (Karmawan, Budi, 2014, dengan ulasan data-data yang dihimpun
Insentif Berkeadilan, Solusi oleh Eduardo Simorangkir dalam laman
Peningkatan Mutu Layanan BPJS tersebut diatas mengenai perlunya
http://www.kompasiana.com/budi_karm penambahan PMN untuk BPJS
awan/insentif-berkeadilan-solusi- Kesehatan dikarenakan semakin
peningkatan-mutu-layanan- banyaknya jumlah peserta JKN
bpjs_54f6dcd5a33311b5408b46af) mencapai 156,79 juta jiwa (audited) per
meng- informasikan “RSCM melayani 31 desember 2015. Pada saat mendaftar
hampir 2200 pasien per hari, RS diketahui sebanyak 14,96 juta jiwa
Fatmawati hampir 1500 pasien per hari, (9,54%) sudah dalam kondisi sakit berat
RS Kanker Dharmais lebih dari 1000 yang membutuhkan biaya tinggi dan
pasien per hari, begitu juga dengan RS langsung memanfaatkan pelayanan

284
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

kesehatan seperti misalkan pasien iuran kelas I yang semula Rp 59.500


dengan kondisi gagal ginjal yang menjadi Rp 80 ribu, Iuran kelas II yang
langsung membutuhkan penanganan semula Rp 42.500 naik menjadi Rp 51
cuci darah. Akibat hal tersebut “Dana ribu sedangkan iuran kelas III yang
Jaminan Sosial” atau DJS pada tahun semula Rp 25.500 menjadi Rp 30 ribu
2015 menunjukan sentimen negatif (Sekretariat kabinet RI, 2016, Peraturan
sebesar Rp 5,76 triliun (kumulatif Presiden Republik Indonesia Nomor 19
negatif Rp 9,07 triliun). Pada tahun 2016 Tahun 2016, https://www.bpjs-
pemerintah sesuai dengan regulasi yang kesehatan.go.id/). Hal itu semua menjadi
berlaku melakukan upaya peninjauan ironi ketika masyarakat mencita-citakan
ulang atas besaran iuran dan adanya jaminan kesehatan yang
mengalokasikan penambahan iuran paripurna dan mendapat layanan secara
tersebut dalam APBN tahun anggaran cuma-cuma tanpa terdapat pembebanan
2016. Pada kenyataannya perhitungan iuran kesehatan sebagaimana tertuang
iuran ini pun belum sesuai dengan hasil dalam UUD 45 Pasal 34 ayat 3 “Negara
aktuaria dari Dewan Jaminan Sosial bertanggung jawab atas penyediaan
Nasional, maka penambahan iuran fasilitas pelayanan kesehatan dan
masih belum mampu mengatasi fasilitas pelayanan umum yang layak”.
permasalahan keuangan DJS. Indonesia negeri yang begitu kaya
Diproyeksikan pada tahun 2016 masih dengan sumber daya manusia dan
menunjukan sentimen negatif sebesar sumber daya alamnya maka diharapkan
Rp 6,827 triliun (kekurangan likuiditas). kedepannya pemerintah harus mampu
Masih berdasar data dari Simorangkir memperkuat anggaran guna mencukupi
dalam laman http://finance.detik.com/ kebutuhan negara termasuk dalam sektor
tersebut diatas asumsi iuran yang kesehatan bagi masyarakat. Pemerintah
diterima kurang-lebih sebesar Rp 70,03 dituntut untuk memiliki suatu regulasi
triliun sementara beban jaminan yang mendukung optimalisasi
kesehatan yang harus dikeluarkan penambahan sumber dana kesehatan.
sebesar Rp 73,09 triliun, terdapat minus Ditengah masih carut marutnya tata
pengeluaran sekitar 3,06 triliun kelola negara yang menyebabkan
sedangkan kebutuhan beban operasional menguapnya sejumlah besar kekayaan
BPJS sekitar Rp 3,77 triliun, total minus negara dengan maraknya korupsi, kolusi
menjadi kurang lebih sekitar 6,83 triliun maupun pencucian uang hasil kejahatan
(hasil pembulatan). Biaya pengeluaran adalah dengan diharapkan hadirnya
besar yang harus ditanggung BPJS undang-undang atau peraturan yang
Kesehatan tentu menambah beban berupaya untuk mengembalikan
anggaran negara dan juga menjadi kembalinya semua aset berupa hasil
tambahan beban iuran bagi peserta yang sitaan dari kejahatan tersebut masuk ke
menjadi sumber utama pendanaan bagi kas negara guna memperkuat anggaran
JKN BPJS kesehatan. Belakangan ini negara dan tentu saja termasuk guna
diketahui kebijakan tarif atas peserta mengoptimalkan anggaran bagi
mandiri JKN BPJS Kesehatan sejak 1 pendanaan jaminan kesehatan nasional.
april 2016 silam mengalami kenaikan. Cara lain bisa pula dibuatkan kebijakan
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan pengalihan subsidi bbm (bahan bakar
Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang minyak) sebagai solusi penambahan
Perubahan Kedua atas Peraturan dana JKN.
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Di era JKN BPJS Kesehatan ini
Jaminan Kesehatan. Perpres itu sendiri kekhwatiran masyarakat atas biaya
diundang-undangkan pada 1 Maret lalu. pengobatan menjadi lebih diminimalisir,
Dengan terbitnya Perpres itu, besaran dengan rutin membayar premi BPJS

285
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

kesehatan maka klaim biaya pengobatan imbalan dan insentif yang proporsional
bagi masyarakat tersebut sudah di cover sesuai beban kerja dan keaktifannya. Di
oleh BPJS. Kondisi ini menimbulkan sisi lain agar efisiensi dan efektifitas
animo masyarakat untuk berobat dengan pemanfaatan dana INA CBGs dilakukan
memanfaatkan layanan proteksi secara optimal baik bagi rumah sakit dan
kesehatan BPJS semakin meningkat BPJS kesehatan. Oleh sebab itu
banyak. Pada ulasan ini dihimpun data kebijakan pemerintah harus berlaku
dari sejumlah pandangan menghadapi komprehensif baik bagi faskes pertama,
realita dilapangan baik itu dari sudut faskes lanjutan dan tentu juga bagi
pandang pengunjung rumah sakit pada pemerintah itu sendiri dalam mensikapi
umumnya maupun sisi lain dari pada kebijakan atas JKN BPJS kesehatan
sudut pandang pihak tenaga medisnya. tersebut. Dimulai dengan upaya
Dalam hal ini mengacu pada ulasan data menekan sebesar mungkin angka
yang di informasikan oleh dr Budi rujukan kunjungan ke rumah sakit. Hal
Karmawan dalam laman webnya tersebut bisa optimal jika keluhan pasien
(Karmawan, Budi, 2014, Insentif sudah bisa terselesaikan dengan baik di
Berkeadilan, Solusi Peningkatan Mutu faskes layanan primer. Layanan primer
Layanan BPJS atau faskes pertama berbasis sistem
http://www.kompasiana.com/budi_karm pembayarannya dengan sistem kapitasi
awan/insentif-berkeadilan-solusi- (beban pasien perkepala perbulan telah
peningkatan-mutu-layanan- di anggarkan dan di bayarkan
bpjs_54f6dcd5a33311b5408b46af),maka sebelumnya), artinya pemerintah sudah
bisa dicermati bersama bahwa animo menganggarkan sebelumnya untuk
masyarakat yang meningkat ini estimasi pengeluaran per kepala dari
menimbulkan demand yang besar dalam pasien yang sakit diwilayah tersebut.
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Suatu Optimalisasi faskes pertama bisa
keniscayaan yang terjadi saat ini rumah optimal dalam layanan caranya dengan
sakit kebanjiran pasien melebihi ambang membangun sarana, prasarana lengkap
batas kapasitas yang wajar. Antrian dan segenap sumber daya yang handal
panjang pendaftaran menjadi tidak agar kinerja menjadi lebih terpercaya
terelakan, lamanya proses waktu tunggu bagi masyarakat. Bila pasien banyak
pasien pun tak bisa dihindarkan lagi. yang sembuh pada faskes pertama maka
Kondisi crowded ini berdampak pada dengan ini akan mampu menekan
jasa pelayanan menjadi tidak nyaman. jumlah pasien rujukan ke rumah sakit
Jumlah kunjungan pasien yang banyak faskes lanjutan yang berbasis pola bayar
membeludak menyebabkan beban kerja tarif INA CBGs sehingga tagihan klaim
para tenaga medis pun semakin berat. pembayaran Ina CBGs dari tiap-tiap
Beban kerja yang berat tentu akan rumah sakit pada faskes lanjutan
berdampak pada penurunan kualitas menjadi lebih terminimalisir. Diantara
pelayanan sedangkan kualitas pelayanan cara membangun sumber daya handal
kesehatan yang diberikan itu sangat diantaranya ialah upaya pembenahan
bergantung pada perilaku, sikap, manajemen dan profesionalitas faskes
kualitas, kompetensi dan motivasi para tingkat satu perlu ditingkatkan, misal
tenaga kesehatan. Guna memaksimalkan dengan upaya antara lain diberikannya
pelayanan yang bermutu merupakan insentif yang layak, adil dan transparan
suatu kepatutan agar manajemen pada bagi tenaga medis/tenaga pelayanan
tiap-tiap provider kesehatan yang bekerja agar lebih aktif dan
memperbaiki sistem manajemennya maksimal. Harus ada upaya peningkatan
guna menunjang kinerja tenaga medis kemampuan keahlian para dokter di
dan pelayanan di faskesnya dengan layanan primer. Oleh sebab itu perlunya

286
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

mekanisme yang mengatur skala sistem yang sama juga menyatakan “saat ini 90
reward dan punishment untuk kelayakan persen bahan baku obat masih
rujukan ke rumah sakit sehingga layanan bergantung pada impor. Meski 73 persen
faskes primer menjadi lebih obyektif produk yang beredar di Indonesia
sesuai kebutuhan dalam membuat surat merupakan produk industri farmasi
rujukan. Optimalnya faskes satu lokal” (Inung dan sir, 2015, 90 Persen
memperkecil angka rujukan ke faskes Bahan Baku Obat Masih Impor,
lanjutan dan tentu menghemat anggaran http://poskotanews.com/2015/09/03/90-
karena menekan angka klaim atas taris persen-bahan-baku-obat-masih-impor/).
Ina CBGs di faskes lanjutan. Kondisi menjadi tidak kondusif bila nilai
Pemerintah pun wajib membenahi dolar mengalami kenaikan maka harga
dan menindaklanjuti permasalahan obat pun harus disesuaikan. Harga obat
serius seputar kecukupan dana yang yang terjangkau menjadi komponen
mampu untuk dapat menutup beban penting dalam sistem jaminan kesehatan
klaim sesuai tarif BPJS dalam menutupi nasional (JKN). Biaya penggunaan obat
biaya operasional rumah sakit selaku tentu akan mempengaruhi pengeluaran
provider kesehatan dan mitra bagi BPJS. anggaran JKN secara keseluruhan. Pada
Harus ada suatu kebijakan yang adil dan rumah sakit faskes tingkat lanjutan juga
terpisah mengenai rumah sakit kelolaan dituntut untuk melakukan pembenahan
pemerintah yang masih mendapat dalam menghadapi arus perubahan di era
bantuan dana operasional dari negara JKN ini. Mengacu referensi dan
seperti pada gaji karyawannya (PNS) pengalaman serta wawasan dari sudut
dengan rumah sakit kelolaan swasta pandang seorang praktisi medis dr Budi
yang operasionalnya dilakukan penuh Karmawan pada release yang
secara mandiri. Pemerintah harus dilakukannya seputar ulasan
membentuk tim evaluasi yang peningkatan mutu layanan BPJS
mengakomodir semua pihak guna (Karmawan, Budi, 2014, Insentif
melakukan evaluasi optimal secara Berkeadilan, Solusi Peningkatan Mutu
berkala untuk menindaklanjuti masalah Layanan BPJS,
seputar kecukupan dana dan beban atas http://www.kompasiana.com/budi_karm
tarif ini serta melakukan kerjasama awan/), beliau mengemukakan bahwa
penuh dengan semua pihak termasuk pembenahan yang harus dilakukan
organisasi profesi untuk menyusun tarif antara lain rumah sakit faskes lanjutan
INA CBGs yang lebih valid dan sinergis harus menata ulang perencanaan dan
dengan keuangan rumah sakit. anggaran belanjanya dengan ketepatan
Pemerintah diharap mampu membuat alokasi untuk operasional, karyawan dan
kebijakan yang optimal mengenai obat- investasi. Manajemen faskes lanjutan
obatan serta lebih mendorong hidup dan harus mampu mewujudkan kesadaran
tumbuhnya industri bahan baku obat untuk membangun pelayanan yang
dalam negeri guna menghapus efisien, bermutu dan kompetitif. Selain
ketergantungan penuh pada bahan-bahan itu harus mampu membangun program
obat impor. Saat membuka rapat pleno keselamatan pasien rumah sakit yang
penyusunan formularium nasional mampu mengendalikan dan
(Fornas) pada tahun 2015 Menteri mengeliminasi kejadian yang tidak
Kesehatan Nila F Moeloek diharapkan, harus mampu merapihkan
mengemukakan “Karena kita banyak tatanan sistem pelayanan rekam medik
bergantung pada bahan impor, saat nilai dan administrasi klaim, manajemen
tukar dolar naik, maka harga obat tidak faskes lanjutan juga harus mendorong
bisa dipungkiri akan terpengaruh,”. terwujudnya sistem insentif berdasarkan
Lanjut beliau masih dalam kegiatan beban kerja dan performa secara

287
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

transparan dan adil. Faskes lanjutan yang mengacu pada besaran tarif INA
diharapkan melakukan upaya kaji ulang, CBGs maupun dampak kondisi
identifikasi maupun tindakan eliminasi layanannya tidak dapat diselesaikan
atas layanan (medik dan non medik) secara parsial namun harus
yang terbukti tidak efisien dan bermutu. komprehensif baik pada regulasi,
Menjadi bagian yang tak kalah penting implementasi dan setiap obyek pelaku
manajemen faskes lanjutan harus yang terlibat didalamnya.
meninjau ulang SOP pelayanan,
pemeriksaan penunjang, penggunaan V. PENUTUP
obat dan bahan habis pakai serta Dengan merunut pada pemaparan
melakukan standarisasi obat dan AMHP dari penulis tersaji tersebut diatas
dengan formularium serta penggunaan mengenai ulasan penerapan pola
obat generik. Manajemen faskes lanjutan pembayaran INA-BPJS Kesehatan ini
juga tidak boleh serampangan dalam dapat penulis simpulkan antara lain
menggunakan sumber daya yang ada Program JKN BPJS kesehatan yang
dan harus cerdas dalam meminimalisir telah berjalan saat ini masih belum
variasi pelayanan dengan Clinical optimal dalam implementasi
pathway agar anggaran tidak menjalankan amanah undang-undang
membengkak. Profesionalisme kerja 1945 guna memberikan kemaslahatan
juga harus ditunjukan oleh pekerja layanan kesehatan bagi seluruh rakyat
medis maupun operator lapangan Indonesia. Masih diperlukan anggaran
lainnya berkaitan dengan implementasi dana yang memadai untuk memenuhi
layanan dengan sistem INA-CBGs ini. kebutuhan operasional termasuk dalam
Kecerobohan mereka dapat merugikan hal pembayaran klaim yang sesuai
pihak-pihak lain termasuk diantaranya dengan tarif Ina CBGs yang mejadi
institusi rumah sakit itu sendiri. instrumen pembayaran bagi faskes
Sebagaimana telah diutarakan oleh lanjutan. Perlunya pengkajian dan
Indriwanto Sakidjan dalam jurnal ARSI evaluasi secara kontinyu dan berkala
mengemukakan bahwa “ mengenai kebijakan penentuan tarif Ina
..ketidaktepatan pengisian catatan rekam CBGs yang layak secara adil dan
medis dan ketidaktepatan melakukan indepeden. Secara teknologi infomasi
koding dalam INA-CBG yang aplikasi program INA CBGS pun harus
menyebabkan pelayanan menanggung selalu menyesuaikan dengan perubahan
risiko financial..”, lanjut beliau lagi dan perkembangan tuntutan kebutuhan
dalam mensikapi sistem INA-CBGs, “ medis yang ada. Meski pembayaran tarif
Pada sistem ini, pemberi pelayanan ikut Ina CBGs telah di patok sejumlah tarif
menanggung risiko finansial apabila tertentu oleh pemerintah dengan limit
tidak efisien, tidak tepat dalam pengisian tertentu namun provider layanan
catatan rekam medis, dan tidak tepat kesehatan dituntut untuk cermat
dalam melakukan koding. Risiko memperhatikan aspek penunjang kinerja
finansial yang terjadi di antaranya yakni tenaga medis dan pelayanan di
selisih kurang pada klaim” (Sakidjan, faskesnya semisal dengan imbalan dan
Indriwanto, 2014, Analisis Kelengkapan insentif yang proporsional sesuai beban
Catatan Rekam Medis Kasus Tetralogy kerja dan keaktifannya. Hal tersebut
of Fallot pada Implementasi INA-CBGS bertujuan guna mendorong timbulnya
di RSPJN Harapan Kita. Jurnal motivasi dan etos kerja yang optimal
Administrasi Kebijakan Kesehatan sehingga mampu memberi pelayanan
ARSI vol 1 no 1 oktober 2014 halaman terbaik. Pemerintah wajib menerapkan
26-31). Kompleksitas polemik proteksi suatu formula yang mampu menekan
kesehatan JKN serta kecukupan dana besarnya tagihan klaim pengobatan
288
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

dengan tarif ina cbgs di faskes lanjutan http://m.kompasiana.com/infobpjs


ini dengan upaya yang harus dilakukan kesehatan/begini-cara-
diantaranya menekan angka jumlah pembayaran-ina-cbg-s-bpjs-
pasien rujukan serta mengoptimalkan
kesehatan_54f6a68ba33311bf518
faskes primer sebagai media pencegahan
dan penyembuhan penyakit bagi pasien. b45a4
Pemerintah diharap mampu membuat Inung dan sir. 2015. 90 Persen Bahan
kebijakan yang optimal mengenai obat- Baku Obat Masih Impor.
obatan serta lebih mendorong hidup dan Diambil dari
tumbuhnya industri bahan baku obat http://poskotanews.com/2015/09/
dalam negeri guna menghapus 03/90-persen-bahan-baku-obat-
ketergantungan penuh pada bahan-bahan
masih-impor/
obat impor. Upaya ini diharap mampu
menekan tingginya harga obat dan Karmawan, Budi.2014. Insentif
jumlah pengeluaran anggaran JKN Berkeadilan, Solusi Peningkatan
secara keseluruhan termasuk besarnya Mutu Layanan BPJS. Diambil
beban klaim obat atas tarif ina cbgs. dari
Untuk menyesuaikan iklim kultur JKN http://www.kompasiana.com/budi
BPJS terkait dengan kecukupan dana _karmawan/insentif-berkeadilan-
dengan mengacu besaran tarif yang telah
solusi-peningkatan-mutu-layanan-
di patok bagi faskes lanjutan maka
seyogyanya institusi provider kesehatan bpjs_54f6dcd5a33311b5408b46af
di faskes lanjut tersebut harus menata Kemenkes. 2014.Lampiran Peraturan
ulang mengenai perencanaan dan Menteri Kesehatan Republik
anggaran belanjanya serta pembenahan Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
manajemen di segala aspek baik itu Tentang Petunjuk Teknis Sistem
dalam tatanan sumber daya manusia,
Indonesian Case base Groups
keuangan maupun pelayanannya.
Kompleksitas polemik penerapan tarif (INA-
INA CBGs JKN BPJS Kesehatan akan CBGs).Diambil_dari..http://www.
mampu diselesaikan permasalahannya jkn.kemkes.go.id/attachment/undu
asalkan sinergi semua aspeknya baik han/PMK%20No.%2027%20ttg%
pada tataran regulasi, implementasi dan 20Juknis%20Sistem%20INA%20
obyek pelaku yang terlibat didalamnya. CBGs.pdf
Luknanto, Djoko. 2009. Undang-
DAFTAR PUSTAKA
Undang Dasar Negara Republik
BDK Makasar. 2014. Dana Kapitasi
Indonesia Tahun 1945. Diambil
BPJS Kesehatan: Pelaksanaan dan
dari
Pertanggungjawabannya. Diambil
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU
dari
D1945.pdf
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/
NIHRD.2015.Undang-Undang Republik
berita-makassar/20288-dana-
Indonesia No 36 Tahun 2009
kapitasi-bpjs-kesehatan-
Tentang Kesehatan. Diambil dari
pelaksanaan-dan-
http://www.ina-respond.net/wp-
pertanggungjawabannya
content/uploads/2015/05/3-UU-
Info BPJS Kesehatan. 2014. Begini Cara
No-36-tahun-2009-tentang-
Pembayaran INA-CBG’s BPJS
Kesehatan.pdf
Kesehatan. Diambil dari

289
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

Pratiwi, Galuh Astri.2015.Mengenal http://www.depkes.go.id/resource


Lebih Dekat Sistem Pembiayaan s/download/jkn/buku-pegangan-
JKN ke Rumah Sakit yang sosialisasi-jkn.pdf
Katanya Bikin Rugi. Diambil dari Tim redaksi. 2016. Tarif Ina CBG’s
http://www.kompasiana.com/astri Berlaku 1 Januari 2014. Diambil
gprtw/mengenal-lebih-dekat- dari
sistem-pembiayaan-jkn-ke-rumah- http://www.jamsosindonesia.com/
sakit-yang-katanya-bikin- cetak/printout/496
rugi_54f37edd745513a42b6c77b2 Tim redaksi klik BPJS. 2014. Apa Itu
Putri, Eka Asih.2016. Geger INA CBGS BPJS Kesehatan
Pembayaran Prospektif. Diambil Inilah Penjelasanya. Diambil dari
dari http://klikbpjs.com/apa-itu-ina-
http://archives.jamsosindonesia.co cbgs-bpjs-kesehatan-inilah-
m/identitas/geger_pembayaran_pr penjelasanya/
ospektif TNP2K. 2014. Program Jaminan
Sakidjan, Indriwanto. 2014. Analisis Kesehatan Nasional (JKN).
Kelengkapan Catatan Rekam Medis Diambil dari
Kasus http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-
Tetralogy of Fallot pada
jawab/klaster-i/program-jaminan-
Implementasi INA-CBGS di
RSPJN Harapan Kita. Jurnal kesehatan-nasional-jkn/
Administrasi Kebijakan Tri Sulistiyono, Seno. 2016. Iuran BPJS
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Kesehatan, Pemerintah dan
Masyarakat Universitas Indonesia Pemangku Kepentingan agar
Universitas & PERMAPKIN. Duduk Bersama. Diambil dari
ARSI vol 1 no 1 oktober 2014 http://m.tribunnews.com/nasional/
halaman 26-31. Diambil
2016/03/19/iuran-bpjs-kesehatan-
darihttp://journal.ui.ac.id/index.ph
p/arsi/article/viewFile/5209/3494 pemerintah-dan-pemangku-
Sekretariat kabinet RI. 2016.Peraturan kepentingan-agar-duduk-bersama
Presiden Republik Indonesia
Nomor 19 Th 2016. Diambil dari
https://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/un
duh/index/537
Simorangkir, Eduardo. 2016.Antisipasi
Defisit, BPJS Kesehatan Ajukan
'Suntikan' Rp 6,82T. Diambil dari
http://finance.detik.com/read/2016
/06/20/160534/3237605/4/antisipa
si-defisit-bpjs-kesehatan-ajukan-
suntikan-rp-682-t
Tim penyusun bahan sosialisasi dan
advokasi JKN. 2014. Buku
Pegangan Sosialisasi Jkn. Diambil
dari
290

You might also like