You are on page 1of 16

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

PENERAPAN POLA PEMBAYARAN INA-CBGS


BPJS KESEHATAN DALAM TINJAUAN REGULASI
DAN IMPLEMENTASI
Irwin Ananta
Sastra Inggris, STIBA Nusa Mandiri, Tangerang Selatan
Email: irwin.ananta@gmail.com

ABSTRACT

Entering the era of nhi the government through institutions its executioner bpjs health has
implemented policy the payment system for prospective. The payment system for
prospective is expected to more capable of control the cost of health care and encourage
health services to always having the quality of according to standard. Among the payment
of prospective models used in the program is bpjs health system package ina-cbgs (
indonesia case base groups , ) namely a fare system for payment with tally based on data
and data costing koding hospital. Data costing obtained from the hospital elected (
hospitals sample ) as representation and data koding the results of grouping system of
codifying of diagnosis the end and the act of / procedures be output service. The system is
used both in inpatient or outpatient to level faskes advanced by the use of the information
technology system in the form of application ina-cbg. Optimization the success of the
application of ina cbgs, in addition to technology also must be supported by sufficiency
budget , good management and services faskes and the policy and regulations other
support. Synergy these factors are is expected to optimize the national social security
system.

Key Words: Ina-CBGs, BPJS Health, National Health Insurance

ABSTRAK

Memasuki era JKN ini pemerintah melalui institusi pelaksananya BPJS Kesehatan telah
menerapkan kebijakan sistem pembiayaan prospektif. Sistem pembiayaan prospektif
diharapkan dapat lebih mampu dalam mengendalikan biaya kesehatan serta mendorong
pelayanan kesehatan agar senantiasa memiliki mutu sesuai standar. Diantara model
pembayaran prospektif yang digunakan dalam program BPJS Kesehatan ialah sistem
paket INA-CBGs (Indonesia Case Base Groups) yakni suatu sistem tarif untuk pembayaran
dengan penghitungan berbasis pada data costing dan data koding rumah sakit. Data
costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel) sebagai representasi
dan koding hasil pengelompokan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan
tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan. Sistem tersebut digunakan baik pada
rawat inap maupun pada rawat jalan untuk tingkat faskes lanjutan dengan menggunakan
sistem teknologi informasi berupa Aplikasi INA-CBG. Optimalisasi kelancaran penerapan
Ina CBGs ini selain teknologi juga harus didukung oleh kecukupan anggaran, baiknya
manajemen dan layanan faskes serta kebijakan dan regulasi lain yang menopang. Sinergi
semua faktor tersebut diharapkan mampu mengoptimalkan sistem jaminan kesehataan
nasional.

Kata Kunci: INA-CBGS, BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional

275
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

1. PENDAHULUAN kesehatan.”, UUD 45 Pasal 34 ayat 2


Indonesia merupakan negara ”Negara mengembangkan sistem
berkembang dengan penduduk saat ini jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
lebih dari 250 juta jiwa. Kompleksitas memberdayakan masyarakat yang lemah
permasalahan yang dihadapi oleh dan tidak mampu sesuai dengan martabat
Indonesia cukup beragam diantaranya kemanusiaan. “, Pasal 34 ayat 3 “Negara
dalam permasalahan kesehatan bagi bertanggung jawab atas penyediaan
penduduknya. Sejak tahun 2014 fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
Indonesia resmi mencanangkan pelayanan umum yang layak”.
memasuki era baru dalam dunia (Luknanto, 2009).
kesehatan dengan berupaya menyediakan Upaya Pemerintah menjalankan
adanya program Jaminan Kesehatan UUD 1945 tersebut dilanjutkan dengan
Nasional BPJS Kesehatan bagi seluruh mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004
penduduknya. Butuh keberanian dan tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
tekad yang kuat bagi suatu negara (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial
berkembang semacam Indonesia untuk menyeluruh bagi setiap warga negara
bisa memberikan pelayanan jaminan guna memenuhi kebutuhan dasar hidup
kesehatan secara nasional. Jaminan yang layak bagi terwujudnya
kesehatan nasional merupakan salah satu kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran
ciri layanan yang biasa diberikan oleh masyarakat Indonesia. Di dalam UU No
negara-negara maju dan kaya bagi 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan
segenap warganegaranya. Indonesia dijelaskan bahwa setiap orang
meski negara kaya akan sumber daya mempunyai hak yang sama dalam
alam namun dengan carut marut dalam memperoleh akses atas sumber daya,
manajemen dan tatakelola kekayaan pelayanan yang aman, bermutu,
negara baik pada sumber daya alam terjangkau di bidang kesehatan (NIHRD,
maupun sumber daya manusia yang 2015, Undang-Undang Republik
masih belum optimal menyebabkan Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang
Indonesia masih jauh untuk bisa layak Kesehatan seperti dikutip melalui
disebut sebagai negara kaya/negara maju. http://www.ina-respond.net Hingga
Permasalahan lilitan utang negara, kasus untuk itu sebagai langkah nyata dalam
korupsi uang negara yang merajalela menerapkan program JKN maka
serta ketergantungan Indonesia yang pemerintah mengeluarkan undang-
besar pada produk dan sumber daya asing undang no 24 tahun 2011 mengenai
tidak jarang menyebabkan Indonesia terbentuknya Badan Penyelenggara
adakalanya mengalami defisit anggaran. Jaminan Sosial (BPJS) sebagai institusi
Dalam kondisi anggaran keuangan pelaksana dari program jaminan
negara yang masih rentan menghadapi kesehatan nasional tersebut. Salah satu
masalah defisit, jaminan kesehatan ciri dari layanan jaminan kesehatan
nasional merupakan tantangan dan adalah adanya kepastian anggaran dan
sekaligus tuntutan bagi pemerintah pembiayaan yang akan menutup biaya-
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan biaya yang timbul dari proses
masyarakat dengan menjalankan amanah penyehatan, pengobatan dan
undang-undang diantaranya UUD 45 penyembuhan dari berbagai keluhan
pada Pasal 28H ayat 1 “Setiap orang penyakit pasien yang menjadi peserta
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, dari program jaminan kesehatan tersebut.
bertempat tinggal, dan mendapatkan Oleh sebab itu sistem pembayaran yang
lingkungan hidup yang baik dan sehat tepat dan segenap faktor lain yang
serta berhak memperoleh pelayanan mendukungnya menjadi salah satu unsur

276
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

penting bagi kelangsungan program JKN pengobatan medis yang terjadi umumnya
BPJS Kesehatan ini kedepannya (Tim pasien mendatangi dokter kemudian
Penyusun, 2014) Buku Pegangan dokter memberikan obat atau tindakan
sosialisasi Jkn. Permasalahan pokok medis, lalu pasien mengeluarkan biaya
yang menjadi fokus pembahasan adalah yang kisaran besarnya tergantung
penulis berupaya untuk menguraikan penyakit, jenis perawatan dan tarif yang
ulasan mengenai permasalahan seputar ditetapkan dokter atau rumah sakit
implementasi sistem pola pembayaran tersebut. Biaya yang dikeluarkan pasien
atas jaminan kesehatan yang mengacu sangat relatif, mungkin bisa dari nol
pada INA-CBGS oleh BPJS Kesehatan. (digratiskan) atau sedikit sampai dengan
Pada umumnya pemberlakuan sistem dikenakan sejumlah nominal biaya yang
INA-CBGS diperuntukan untuk faskes besar sekali, bahkan adakalanya biaya
tingkat lanjutan. Hal-hal yang sering di berobat bisa menyebabkan pasien
polemikan seputar kecukupan kehilangan rumahnya untuk dijual. Posisi
anggaran/tarif pembiayaan maupun pasien yang dalam kondisi sakit dan
faktor-faktor lain yang mendukungnya membutuhkan kesembuhan umumnya
ditinjau dari sudut pandang regulasi dan mempunyai kedudukan daya tawar yang
pelaksanaan di lapangan. Penulis lemah, kebutuhannya untuk sembuh dari
mencoba mengurai temuan kendala- sakit dan minimnya pengetahuan tentang
kendala yang ada serta berupaya prosedur medis yang ia jalani biasanya
melakukan pengumpulan argumentasi pasien menurut saja kehendak
dan fakta-fakta hasil informasi atas dokter/rumah sakit soal perawatan dan
penerapan pola pembayaran INA CBGS biayanya atau kemungkinan lain pasien
yang terjadi dengan mengacu pada malah berhenti berobat sama sekali jika
referensi dari sejumlah literatur yang sudah diambang batas kemampuan
mendasari regulasi pola INA CBGS finansialnya. Sebelum ada pihak ketiga
tersebut kemudian penulis berupaya semacam asuransi atau pun negara, pihak
untuk menata letak kembali keselarasan yang menanggung risiko finansial tidak
untuk kemudian memberikan kontribusi lain adalah pasien. Dengan kehadiran
masukan-masukan yang membangun. pihak ketiga ini telah mengubah
Tujuan penulisan di dalam ulasan tulisan hubungan dokter-pasien secara
ini, penulis berupaya merunut konsep mendasar, terutama dalam hal pembagian
sistem yang digunakan dalam pola risiko finansial.
pembayaran INA CBGS oleh BPJS
kesehatan baik pada regulasi, aturan main 2.2. Era Jaminan Kesehatan
maupun modus transaksionalnya Nasional (JKN)
kemudian secara tepat dapat menemukan Ketika Indonesia mulai memasuki
unsur-unsur yang dipermasalahkan dan era jaminan kesehatan nasional seperti
upaya memberikan kontribusi berupa saat ini maka pembagian risiko fiansial
solusi dalam mengatasinya. yang lebih proporsional dengan tidak
hanya sekedar membebankan
2. KERANGKA TEORI pembiayaan kepada pasien dan tentu juga
2.1. Era Sebelum Jaminan tidak merugikan pihak medis dari
Kesehatan Nasional (JKN) kalangan dokter, rumah sakit dan lainnya
Sebelum memasuki era JKN merupakan salah satu hal penting yang
pembiayaan rumah sakit umumnya menjadi bagian perhatian pemerintah.
menggunakan mekanisme pembayaran Kesuksesan penerapan implementasi
ongkos untuk pelayanan atau Fee For Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) salah
Service (FFS) atau ada uang ada jasa satu diantaranya ditandai dengan
pengobatan. Dalam proses pembiayaan kelancaran, kecukupan, keterjaminan dan

277
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

ketepatan alokasi pembiayaan kesehatan. implementasi pembayaran kesehatan


Dinyatakan dalam Permenkes RI no 27 tersebut sebagaimana dikemukakan
tahun 2014 “Tujuan dari pembiayaan menurut (Pratiwi,2015) bahwa pada hal
kesehatan adalah mendorong ini sistem pembiayaan prospektif
peningkatan mutu, mendorong layanan menjadi pilihan untuk diterapkan karena:
berorientasi pasien, mendorong efisiensi 1. Dapat mengendalikan biaya
tidak memberikan reward terhadap kesehatan
provider yang melakukan over treatment, 2. Mendorong pelayanan kesehatan
under treatment maupun melakukan tetap bermutu sesuai standar
adverse event dan mendorong pelayanan 3. Membatas pelayanan kesehatan
tim. Dengan sistem pembiayaan yang yang tidak diperlukan berlebihan
tepat diharapkan tujuan diatas bisa atau
tercapai” (Kemenkes, 2014), Peraturan under use
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 4. Mempermudah administrasi klaim
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Petunjuk 5. Mendorong provider untuk
Teknis Sistem Indonesian Case base melakukan cost containment
Groups,. Metode pembayaran di rumah Dalam era jaminan kesehatan nasional
sakit yang digunakan selama ini terdapat sebagaimana dijelaskan dalam buku
dua metode diantaranya adalah metode pegangan sosialisasi jaminan kesehatan
pembayaran retrospektif atau metode nasional (JKN) yang dikeluarkan oleh
pembayaran yang dilakukan berdasarkan kementrian kesehatan RI tentang
atas servis/layanan kesehatan yang pelaksanaan jaminan kesehatan nasional
diberikan kepada pasien sesuai dengan dengan informasi yang tertuang
aktifitas layanan yang diberikan. Pada mengacu pada UU No 40 2004 tentang
metode ini besar biaya yang harus SIJN dan UU No 24 tahun 2011 tentang
dibayarkan pasien sebanding dengan BPJS dalam halaman webnya (Tim
banyak layanan kesehatan yang Penyusun, 2014) Buku Pegangan
diterimanya. Fee For Services (FFS) atau sosialisasi Jkn, yang menerangkan
pembebanan ongkos atas pelayanan yang bahwa “BPJS Kesehatan akan membayar
diberikan merupakan cara konvensional kepada fasilitas kesehatan tingkat
atas pembayaran dokter/rumah sakit pertama dengan kapitasi. Untuk fasilitas
selama ini terutama sebelum era jkn. Fee kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS
for services ini merupakan contoh dari Kesehatan membayar dengan sisitem
pola pembayaran retrospektif. Metode paket INA CBG’s”. Faskes tingkat
berikutnya adalah metode pembayaran pertama yang dimaksud tersebut seperti
prospektif atau metode pembayaran yang puskesmas maupun klinik dokter sesuai
dilakukan berdasarkan atas layanan ketentuan dalam JKN menggunakan
kesehatan dengan kisaran besaran biaya sistem kapitasi. Pengertian kapitasi
telah diketahui sebelum layanan dijelaskan bahwa “Istilah kapitasi berasal
kesehatan tersebut diberikan. Beberapa dari kata kapital yang berarti kepala.
contoh pembayaran prospektif antara lain Sistem kapitasi berarti cara perhitungan
global budget, Perdiem, Kapitasi dan berdasarkan jumlah kepala yang terikat
case based payment. Dalam realitanya dalam kelompok tertentu. Dalam hal JKN
Tiada sistem pembiayaan yang benar- ini, kepala berarti orang atau peserta atau
benar sempurna, setiap sistem anggota program BPJS Kesehatan” (Ita
pembiayaan memiliki kelebihan dan Hartati, Ak., MBA., 2014) Dana Kapitasi
kekurangan. BPJS Kesehatan: Pelaksanaan dan
Memasuki era JKN ini pemerintah Pertanggungjawabannya, Kapitasi
memilih pilihan sistem pembiayaan yang dilakukan melalui pendistribusian
sesuai pada kebutuhan dan tujuan dari pembayaran dana BPJS untuk jasa

278
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

pelayanan kesehatan dengan tarif biaya mengembangkan sistem casemix dengan


perbulan berdasarkan pada data jumlah nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis
peserta terdaftar yang menjadi Related Group). Sistem tersebut lebih
tanggungan dari faskes tingkat pertama dikembangkan lagi pada tahun 2008
tersebut tanpa menghitung jenis maupun dengan implementasi pembayaran dalam
jumlah pelayanan kesehatan yang program Jamkesmas untuk 15 rumah
diberikan. Kapitasi secara mudahnya sakit vertical. Pada tahun 2009 diperluas
mirip seperti sistem borongan. Pada kerjasama dengan lebih banyak lagi
Faskes rujukan tingkat lanjut mengacu rumah sakit yang dilibatkan. Pada tahun
pada Peraturan Presiden Nomor 12 2010 dilakukan perubahan nomenklatur
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis
yang kemudian pada kelanjutannya Related Group) berubah menjadi INA-
perpres tersebut diubah dengan Peraturan CBG (Indonesia Case Based Group).
Presiden Nomor 111 Tahun 2013. Pola Sejak diimplementasikannya sistem
pembayaran kepada fasilitas kesehatan casemix di Indonesia telah dihasilkan 3
tingkat lanjutan bukan dengan sistem kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif
kapitasi namun dengan sistem INA- INA-DRG Tahun 2008, tariff INA-
CBGs (Indonesia Case Base Groups). CBG Tahun 2013 dan tarif INA-CBG
Sistem tersebut merupakan Tahun 2014. Pengelompokan dalam
model pembayaran yang digunakan sistem menggunakan sistem teknologi
BPJS Kesehatan untuk mengganti klaim informasi berupa Aplikasi INA-CBG
yang ditagihkan oleh rumah sakit. INA- sehingga dapat dihasilkan 1.077
CBGs merupakan sistem pembayaran kelompok tarif yang terdiri dari 789 kode
dengan sistem “paket”, grup/kelompok rawat inap dan 288
berdasarkan penyakit yang diderita kode grup/kelompok rawat jalan. Dasar
pasien. Mengacu pada kamus istilah pengelompokan dalam INA-CBGs
BPJS dalam laman webnya menyatakan menggunakan sistem kodifikasi dari
bahwa rumah sakit akan mendapat diagnosis akhir dan tindakan/prosedur
besaran bayaran berdasar nominal yang yang menjadi output pelayanan.
sesuai pada tarif INA CBGs yang
merupakan rata-rata biaya 2.3. Tarif INA-CBGS dalam
yang dihabiskan oleh untuk suatu Jaminan Kesehatan Nasional
kelompok diagnosis (Tim redaksi, 2014). Berdasarkan Lampiran Peraturan
“Permisalan dalam hal ini sistem Menteri Kesehatan no 27 tahun 2014
menghitung misalkan seorang pasien dalam laman web JKN Kemenkes
penderita demam berdarah maka layanan (Kemenkes, 2014, Lampiran Peraturan
apa saja yang akan diberikan bagi pasien Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tersebut berikut pengobatannya sampai Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
pasien tersebut dinyatakan sembuh atau Petunjuk Teknis Sistem Indonesian
selama satu periode rawat di rumah sakit Case base Groups (INA-CBGs), bahwa
itu”. Kilas balik penerapan INA-CBG’s per 1 Januari 2014 diberlakukan Tarif
sebagaimana penjelasan dalam lampiran INA-CBGs dalam program Jaminan
permenkes no 27 tahun 2014 pada laman Kesehatan Nasional (JKN), dengan
web JKN Kemenkes (Kemenkes, 2014), beberapa prinsip sebagai berikut :
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan 1. Pengelompokan Tarif 7 kluster rumah
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun sakit, yaitu :
2014 Tentang Petunjuk Teknis Sistem a. Tarif Rumah Sakit Kelas A
Indonesian Case base Groups (INA- b. Tarif Rumah Sakit KelasB
CBGs), , dimulai pada tahun 2006 c. Tarif Rumah Sakit Kelas B
pertama kali di Indonesia Pendidikan

279
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

d. Tarif Rumah Sakit Kelas C


e. Tarif Rumah Sakit Kelas D Tarif INA-CBGs yang digunakan
f. Tarif Rumah Sakit Khusus setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas
Rujukan Nasional D sesuai regionalisasi masing-masing
g. Tarif Rumah Sakit Umum bagi Rumah Sakit yang belum
Rujukan Nasional memiliki penetapan kelas.
Penyesuaian nilai dilakukan setelah Penghitungan tarif INA CBGs berbasis
melihat besaran Hospital Base Rate pada data costing dan data koding
(HBR) sakit yang didapatkan dari rumah sakit. Data costing didapatkan
perhitungan total biaya pengeluaran dari rumah sakit terpilih (rumah sakit
rumah sakit yang digunakan sebagai sampel) representasi dari kelas rumah
acuan pengelompokan tarif sakit, jenis rumah sakit maupun
sedangkan digunakan Mean Base kepemilikan rumah sakit (rumah sakit
Rate bila dalam satu kelompok swasta dan pemerintah), meliputi
terdapat lebih dari satu rumah sakit. seluruh data biaya yang dikeluarkan oleh
2. Regionalisasi, tarif terbagi atas 5 rumah sakit, tidak termasuk obat yang
Regional yang didasarkan pada sumber pembiayaannya dari program
Indeks Harga Konsumen (IHK) dan pemerintah (HIV, TB, dan lainnya).
telah disepakati bersama antara BPJS Data koding diperoleh dari data
Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas koding rumah sakit PPK Jamkesmas.
Kesehatan Tingkat Lanjutan Untuk penyusunan tarif JKN digunakan
3. Terdapat pembayaran tambahan (Top data costing 137 rumah sakit pemerintah
Up) dalam sistem INA-CBGs versi dan swasta serta 6 juta data koding
4.0 yang meliputi : a.Special (kasus)
Prosedure, b.Special Drugs, c.Special
Investigation, d.Special Prosthesis, 3. METODE PENELITIAN
dan e. Special Groups Subacute dan Metode penelitian yang digunakan
Kronis. Top up pada special CMG dalam tulisan ini secara kualitatif dengan
tidak diberikan untuk seluruh kasus bersifat deskriptif yang cendrung
atau kondisi, tetapi hanya diberikan menggunakan analisis dengan memakai
pada kasus dan kondisi tertentu. pendekatan induktif. Proses maupun
Khususnya pada beberapa kasus atau makna lebih ditonjolkan dalam
kondisi dimana rasio antara tarif INA- pemaparan secara kualitatif.
CBGs yang sudah dibuat berbeda
cukup besar dengan tarif RS. 3.1. Metode Pengumpulan Data
Penjelasan lebih rinci tentang Top Dalam Penelitian ini metode
Updapat dilihat pada poin D. pengumpulan data yang digunakan:
4. Tidak ada perbedaan tarif antara 1. Metode literatur
rumah sakit umum dan khusus, Studi literatur dilakukan dengan telaah
disesuaikan dengan penetapan kelas literatur terhadap ketentuan, regulasi
yang dimiliki untuk semua pelayanan dan modus transaksional yang
di rumah sakit berdasarkan surat dilakukan INA CBGs BPJS Kesehatan.
keputusan penetapan kelas yang Selain itu melakukan penelusuran dan
dikeluarkan oleh Kementerian pengkajian sejumlah referensi materi
Kesehatan RI. dari sumber terpercaya yang
5. Tarif INA-CBGs merupakan tarif berhubungan dengan wacana, kritikan
paket yang meliputi seluruh dan informasi masukan dari praktisi
komponen sumber daya rumah sakit BPJS Kesehatan dan masyarakat
yang digunakan dalam pelayanan baik mengenai BPJS Kesehatan.
medis maupun non-medis.

280
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

2. Metode observasi hak layanan gratis kesehatan dan berobat


Metode ini dilakukan dengan cara dengan dibiayai oleh negara. Namun lain
pengamatan langsung dan melakukan halnya di Indonesia dengan kondisi
wawancara dengan pihak terkait dan negara saat ini masih yang banyak
berkompeten yang mengetahui ditemui terdapat carut-marutnya
penerapan praktek INA CBGs BPJS pelaksanaan birokrasi, ketidakefisienan
Kesehatan. dan ketidakefektifan dalam tata kelola
3. Metode Komparatif negara serta masih tingginya kasus kerah
Metode ini dilakukan dengan cara putih seperti korupsi, kolusi,
membandingkan fakta temuan penyeludupan, penggelapan uang negara
penerapan praktek INA CBGs BPJS dan semacamnya yang secara otomatis
Kesehatan, regulasi atau peraturan menyebabkan banyak menimbulkan
perundang-undangan yang kebocoran anggaran serta banyak dana
melandasinya serta modus yang hilang sehingga dana anggaran
transaksional pada BPJS Kesehatan tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
kemudian mencocokan dengan wacana, yang semestinya seperti diantaranya
kritikan dan informasi masukan dari dalam memberikan jaminan kesehatan
praktisi BPJS Kesehatan dan rakyat sebagaimana amanah undang-
masyarakat undang diantaranya UUD 45 Pasal 28H
ayat 1 “Setiap orang berhak hidup
3.2. Sumber Data sejahtera lahir dan batin, bertempat
Landasan teori dimanfaatkan tinggal, dan mendapatkan lingkungan
sebagai pemandu agar fokus penulisan hidup yang baik dan sehat serta berhak
sesuai dengan fakta di lapangan sedang memperoleh pelayanan kesehatan.”,
literatur yang digunakan merujuk kepada UUD 45 Pasal 34 ayat 2 ”Negara
ketentuan, regulasi dan modus mengembangkan sistem jaminan sosial
transaksional yang dilakukan BPJS bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
Kesehatan serta wawancara dan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
observasi langsung di lapangan mengenai sesuai dengan martabat kemanusiaan. “,
pelaksanaan BPJS dan pembayaran serta Pasal 34 ayat 3 “Negara bertanggung
praktek yang terjadi dari fase tingkat jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
pertama hingga fase rujukan, tingkat kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
lanjutan. yang layak”. Upaya implementasi negara
adalah berupa jaminan kesehatan
4. HASIL PEMBAHASAN nasional (JKN) untuk segenap rakyat
4.1. Program BPJS berbasis Fee For Indonesia. Secara mendasar JKN telah
Services mengubah model dan mekanisme
Program JKN (Jaminan Kesehatan pembayaran fasilitas kesehatan. Pasien
Nasional) oleh BPJS Kesehatan tidak lagi membayar tunai biaya berobat
merupakan salah satu bentuk upaya langsung ke Dokter, klinik, dan rumah
jaminan sosial yang diprogramkan oleh sakit namun pembayaran dibayar secara
pemerintah Indonesia untuk membantu prospektif oleh BPJS Kesehatan.
meringankan beban masyarakat dalam Diantara permasalahan dalam sistem
biaya pengobatan dan biaya rumah sakit jaminan kesehatan nasional adalah
yang relatif mahal. Bentuk serupa besarnya kisaran anggaran yang harus di
semacam JKN ini merupakan kelaziman alokasikan guna terpenuhinya kebutuhan
layanan pada negara-negara yang taraf tersebut. Sebagai upaya dalam
kemakmuran hidupnya relatif tinggi mengendalikan besaran biaya yang
dengan tata kelola kekayaan negaranya mungkin timbul dari proses transaksi
optimal sehingga rakyat mendapatkan biaya medis yang terjadi.

281
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

pelaksanaan program JKN penentuan


4.2. Program BPJS berbasis besaran tarif INA-CBG’s ditentukan
Indonesian Case base Groups mengacu pada basis data costing dari 137
(INA-CBG’s) RS Pemerintah dan RS Swasta serta
“Kementerian Kesehatan RI melibatkan data coding dari 6 juta kasus
membangun sistem INA-CBGs dan penyakit. Besaran biaya yang ditetapkan
kapitasi sebagai pola pembayaran ke dipengaruhi oleh sejumlah aspek pada
pihak faskes dengan peruntukan masing- sistem INA-CBG’s, antara lain
masing pemerintah menetapkan tarif terdapatnya diagnosa utama, adanya
INA-CBGs untuk seluruh rumah sakit diagnosa sekunder berupa penyerta
dan tarif kapitasi untuk puskesmas dan (comorbidity) atau penyulit
klinik, serta melakukan penetapan (complication), tingkat keparahan,
terhadap jenis obat dalam formularium bentuk intervensi, serta variasinya umur
obat nasional dan demikian pula pasien. Maka dapat dipahami secara
penetapan alat-alat kesehatan dalam ringkasnya bahwa tarif INA-CBG’s yang
kompendium alat kesehatan. Merupakan ditentukan tersebut merupakan biaya
keharusan bagi BPJS Kesehatan untuk yang harus dibayarkan selaras dengan
melaksanakan seluruh ketentuan- ongkos atau cost per episode dari suatu
ketentuan menteri kesehatan tersebut pelayanan kesehatan dalam suatu
pada segenap fasilitas kesehatan yang rangkaian perawatan pasien sampai
bekerja sama dengannya” (Putri: 2016). selesai. Dengan pola paket INA-CBG’s,
Untuk mencukupi opersional dan menurut informasi seputar BPJS
pembayaran klaim, BPJS masih mengacu Kesehatan sebagaimana termuat dalam
pada sumber dana keuangan BPJS laman web seputar info BPJS Kesehatan
Kesehatan. Sumber dana terbesar dari (Tim Info BPJS Kesehatan, 2014), ”
Peserta Bantuan Iuran (PBI) yang bahwa pembayaran tersebut sudah
bersumber APBN, selain itu termasuk ongkos baik pada konsultasi
pengumpulan iuaran peserta mandiri dan dokter, pemeriksaan penunjang, seperti
non PBI serta sumber-sumber dana BPJS laboratorium, radiologi (rontgen) dan lab
lainnya. Dana yang terkumpul oleh BPJS lainnya, obat Formularium Nasional
kesehatan kemudian dialokasikan untuk (Fornas) maupun obat bukan Fornas,
pembayaran layanan kesehatan yang bahan dan alat medis habis pakai,
diberikan kepada penyedia jasa akomodasi atau kamar perawatan, biaya
kesehatan. Dalam laman web Jamsos lainnya yang berhubungan dengan
Indonesia (Tim redaksi,2016) pelayanan kesehatan pasien.” Komponen
dikemukakan bahwa “ tarif Ina CBG’s biaya yang sudah termasuk ke dalam
mengacu pada Pasal 1 angka 3 Peraturan paket INA-CBG’s telah ditentukan
Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun besaran sebelumnya dan menjadi acuan
2013 mengenai standar tarif pelayanan buat BPJS Kesehatan untuk membayar
kesehatan pada faskes tingkat pertama biaya tersebut sehingga tidak lagi
dan tingkat lanjutan dalam dibebankan prihal biaya tersebut kepada
penyelenggaraan program jaminan pasien. Berikut merupakan contoh tarif
kesehatan nasional adalah sebesar untuk rawat inap yang digunakan sebagai
besaran pembayaran klaim oleh BPJS acuan oleh rumah sakit dalam
Kesehatan kepada fasilitas kesehatan membebankan biaya tagihan kepada
tingkat lanjutan atas paket layanan yang BPJS Kesehatan (Tim redaksi, 2016)
didasarkan pada pengelompokan
berbagai diagnosis penyakit.” Dalam

282
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

Gambar 4.1 tarif Ina CBG’s 2013 Regional 1 Rumah Sakit Kelas A
misalkan demi upaya menghemat biaya
Pola Pembayaran BPJS Kesehatan kapitasi untuk layanan primer faskes
kepada faskes tingkat lanjut seperti pada tingkat pertama kemudian main
rumah sakit berbeda dengan faskes memudahkan saja proses rujukan guna
pertama yang menggunakan sistem mengirimkan pasiennya ke faskes tingkat
kapitasi, Pada faskes lanjutan pola lanjutan. Padahal didapati fakta
pembayaran diberlakukan sistem fee for sesungguhnya pasien belum patut
service namun dengan besaran tarif yang dipindah rujukan karena masih dalam
telah ditentukan sebelumnya berdasarkan jangkauan kemampuan sumber daya
pada paket tarif dalam INA-CBGs. Cara yang ada di fakes tingkat pertama
pembayaran fee for service yang tersebut. Proses rujukan pengiriman ke
diterapkan secara konvensional terdahulu rumah sakit dibuat bukan melihat kondisi
ditentukan secara sepihak oleh provider riil keadaan pasien secara prosedural
kesehatan (rumah sakit / klinik dan medis namun lebih kepada upaya
sebagainya) meski berorientasi pada mengeruk keuntungan atau menekan
pelayanan namun tidak menutup penggunaan dana kapitasi dan melempar
kemungkinan terjadinya unsur masalah ke pihak lain.
komersialisasi pada layanan kesehatan Proses yang tidak prosedural
tersebut. Pada sistem Ina CBGs, BPJS medis dalam mengirim pasien ruujukan
kesehatan tarif layanan telah ditentukan, menyebabkan rumah sakit kewalahan
kebijakan penentuan besaran tarif oleh menangani banyaknya pasien peserta
BPJS Kesehatan kerap kali menghadapi BPJS kesehatan. Menurut Karmawan
kasus komplainan dari pihak provider laman webnya (Karmawan, Budi, 2014
rumah sakit yang merasa bahwa biaya “RSCM melayani hampir 2200 pasien
kesehatan yang mengacu patokan tarif per hari, RS Fatmawati hampir 1500
Ina CBGs terlampau kecil dari layanan pasien per hari, RS Kanker Dharmais
riil yang telah diberikan pihak rumah lebih dari 1000 pasien per hari, begitu
sakit kepada pasien peserta JKN BPJS juga dengan RS lain di Jakarta. Inilah
Kesehatan. Hal ini menjadi lebih runyam yang terjadi bila sistem rujukan tidak
apabila faskes tingkat pertama ternyata berjalan sebagaimana meskinya.”
tidak optimal dalam memberikan layanan Membeludaknya jumlah pasien akan
kesehatan. Adakalanya anggaran kapitasi memperbesar tagihan atau klaim biaya
di faskes pertama sudah mulai menipis atas pengobatan rumah sakit tersebut.
tidak menutup kemungkinan adanya Dana pembayaran klaim tagihan tersebut
kecenderungan terjadinya Moral Hazard. sebagian besarnya di ambil dari anggaran
Fenomena kasus yang mungkin terjadi APBN. Di negara maju yang telah juga

283
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

memberlakukan sistem pembiayaan yang perhitungan iuran ini pun belum sesuai
serupa dengan JKN di Indonesia dengan hasil aktuaria dari Dewan
diketahui bahwa 65% keluhan pasien Jaminan Sosial Nasional, maka
sudah bisa ditangani di faskes layanan penambahan iuran masih belum mampu
primer. Sekiranya ini bisa diterapkan di mengatasi permasalahan keuangan DJS.
Indonesia maka penyerapan dana kapitasi Diproyeksikan pada tahun 2016 masih
untuk faskes pertama sudah optimal menunjukan sentimen negatif sebesar Rp
sehingga BPJS bisa menghemat tagihan 6,827 triliun (kekurangan likuiditas).
klaim (tarif Ina CBGs) pada faskes Masih berdasar data dari (
lanjutan. Dalam prakteknya BPJS kerap Simorangkir,2016 ) dalam laman
kali mengalami defisit anggaran dalam tersebut diatas “asumsi iuran yang
memenuhi klaim pembayaran terhadap diterima kurang-lebih sebesar Rp 70,03
layanan faskes. Menteri Keuangan triliun sementara beban jaminan
Bambang Brodjonegoro dalam ulasan kesehatan yang harus dikeluarkan
yang diberitakan oleh Simorangkir dalam sebesar Rp 73,09 triliun, terdapat minus
rubrik webnya (Simorangkir Eduardo, pengeluaran sekitar 3,06 triliun
2016), mengatakan “PMN (Penyertaan sedangkan kebutuhan beban operasional
Modal Negara) yang diperlukan sebesar BPJS sekitar Rp 3,77 triliun, total minus
Rp 6,827 triliun. PMN ini akan menjadi kurang lebih sekitar 6,83 triliun
digunakan untuk menjaga kecukupan (hasil pembulatan)”. Biaya pengeluaran
Dana Jaminan Sosial (DJS) kesehatan besar yang harus ditanggung BPJS
karena adanya defisit. Defisit tersebut Kesehatan tentu menambah beban
terjadi akibat adanya missmatch antara anggaran negara dan juga menjadi
klaim peserta yang lebih tinggi daripada tambahan beban iuran bagi peserta yang
iuran masuk.” Pernyataan menteri menjadi sumber utama pendanaan bagi
keuangan tersebut sejalan dengan ulasan JKN BPJS kesehatan. Belakangan ini
data-data yang dihimpun oleh Eduardo diketahui kebijakan tarif atas peserta
Simorangkir dalam laman tersebut diatas mandiri JKN BPJS Kesehatan sejak 1
mengenai perlunya penambahan PMN april 2016 silam mengalami kenaikan.
untuk BPJS Kesehatan dikarenakan Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
semakin banyaknya jumlah peserta JKN Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang
mencapai 156,79 juta jiwa (audited) per Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
31 desember 2015. Pada saat mendaftar Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
diketahui sebanyak 14,96 juta jiwa Kesehatan. Perpres itu sendiri diundang-
(9,54%) sudah dalam kondisi sakit berat undangkan pada 1 Maret lalu. Dengan
yang membutuhkan biaya tinggi dan terbitnya Perpres itu, besaran iuran kelas
langsung memanfaatkan pelayanan I yang semula Rp 59.500 menjadi Rp 80
kesehatan seperti misalkan pasien dengan ribu, Iuran kelas II yang semula Rp
kondisi gagal ginjal yang langsung 42.500 naik menjadi Rp 51 ribu
membutuhkan penanganan cuci darah. sedangkan iuran kelas III yang semula Rp
Akibat hal tersebut “Dana Jaminan 25.500 menjadi Rp 30 ribu (Sekretariat
Sosial” atau DJS pada tahun 2015 kabinet RI, 2016), Hal itu semua menjadi
menunjukan sentimen negatif sebesar Rp ironi ketika masyarakat mencita-citakan
5,76 triliun (kumulatif negatif Rp 9,07 adanya jaminan kesehatan yang
triliun). Pada tahun 2016 pemerintah paripurna dan mendapat layanan secara
sesuai dengan regulasi yang berlaku cuma-cuma tanpa terdapat pembebanan
melakukan upaya peninjauan ulang atas iuran kesehatan sebagaimana tertuang
besaran iuran dan mengalokasikan dalam UUD 45 Pasal 34 ayat 3 “Negara
penambahan iuran tersebut dalam APBN bertanggung jawab atas penyediaan
tahun anggaran 2016. Pada kenyataannya fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

284
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

pelayanan umum yang layak”. Indonesia menimbulkan demand yang besar dalam
negeri yang begitu kaya dengan sumber memanfaatkan fasilitas kesehatan”.
daya manusia dan sumber daya alamnya Suatu keniscayaan yang terjadi saat ini
maka diharapkan kedepannya rumah sakit kebanjiran pasien melebihi
pemerintah harus mampu memperkuat ambang batas kapasitas yang wajar.
anggaran guna mencukupi kebutuhan Antrian panjang pendaftaran menjadi
negara termasuk dalam sektor kesehatan tidak terelakan, lamanya proses waktu
bagi masyarakat. Pemerintah dituntut tunggu pasien pun tak bisa dihindarkan
untuk memiliki suatu regulasi yang lagi. Kondisi crowded ini berdampak
mendukung optimalisasi penambahan pada jasa pelayanan menjadi tidak
sumber dana kesehatan. Ditengah masih nyaman. Jumlah kunjungan pasien yang
carut marutnya tata kelola negara yang banyak membeludak menyebabkan
menyebabkan menguapnya sejumlah beban kerja para tenaga medis pun
besar kekayaan negara dengan maraknya semakin berat. Beban kerja yang berat
korupsi, kolusi maupun pencucian uang tentu akan berdampak pada penurunan
hasil kejahatan adalah dengan diharapkan kualitas pelayanan sedangkan kualitas
hadirnya undang-undang atau peraturan pelayanan kesehatan yang diberikan itu
yang berupaya untuk mengembalikan sangat bergantung pada perilaku, sikap,
kembalinya semua aset berupa hasil kualitas, kompetensi dan motivasi para
sitaan dari kejahatan tersebut masuk ke tenaga kesehatan. Guna memaksimalkan
kas negara guna memperkuat anggaran pelayanan yang bermutu merupakan
negara dan tentu saja termasuk guna suatu kepatutan agar manajemen pada
mengoptimalkan anggaran bagi tiap-tiap provider kesehatan
pendanaan jaminan kesehatan nasional. memperbaiki sistem manajemennya guna
Cara lain bisa pula dibuatkan kebijakan menunjang kinerja tenaga medis dan
pengalihan subsidi bbm (bahan bakar pelayanan di faskesnya dengan imbalan
minyak) sebagai solusi penambahan dana dan insentif yang proporsional sesuai
JKN. beban kerja dan keaktifannya. Di sisi lain
Di era JKN BPJS Kesehatan ini agar efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
kekhwatiran masyarakat atas biaya dana INA CBGs dilakukan secara
pengobatan menjadi lebih diminimalisir, optimal baik bagi rumah sakit dan BPJS
dengan rutin membayar premi BPJS kesehatan. Oleh sebab itu kebijakan
kesehatan maka klaim biaya pengobatan pemerintah harus berlaku komprehensif
bagi masyarakat tersebut sudah di cover baik bagi faskes pertama, faskes lanjutan
oleh BPJS. Kondisi ini menimbulkan dan tentu juga bagi pemerintah itu sendiri
animo masyarakat untuk berobat dengan dalam mensikapi kebijakan atas JKN
memanfaatkan layanan proteksi BPJS kesehatan tersebut. Dimulai
kesehatan BPJS semakin meningkat dengan upaya menekan sebesar mungkin
banyak. Pada ulasan ini dihimpun data angka rujukan kunjungan ke rumah sakit.
dari sejumlah pandangan menghadapi Hal tersebut bisa optimal jika keluhan
realita dilapangan baik itu dari sudut pasien sudah bisa terselesaikan dengan
pandang pengunjung rumah sakit pada baik di faskes layanan primer. Layanan
umumnya maupun sisi lain dari pada primer atau faskes pertama berbasis
sudut pandang pihak tenaga medisnya. sistem pembayarannya dengan sistem
Dalam hal ini mengacu pada ulasan data kapitasi (beban pasien perkepala
yang di informasikan oleh dr Budi perbulan telah di anggarkan dan di
Karmawan dalam laman webnya bayarkan sebelumnya), artinya
(Karmawan Budi, 2014),maka bisa pemerintah sudah menganggarkan
dicermati bersama bahwa “animo sebelumnya untuk estimasi pengeluaran
masyarakat yang meningkat ini per kepala dari pasien yang sakit

285
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

diwilayah tersebut. Optimalisasi faskes seperti pada gaji karyawannya (PNS)


pertama bisa optimal dalam layanan dengan rumah sakit kelolaan swasta yang
caranya dengan membangun sarana, operasionalnya dilakukan penuh secara
prasarana lengkap dan segenap sumber mandiri. Pemerintah harus membentuk
daya yang handal agar kinerja menjadi tim evaluasi yang mengakomodir semua
lebih terpercaya bagi masyarakat. Bila pihak guna melakukan evaluasi optimal
pasien banyak yang sembuh pada faskes secara berkala untuk menindaklanjuti
pertama maka dengan ini akan mampu masalah seputar kecukupan dana dan
menekan jumlah pasien rujukan ke beban atas tarif ini serta melakukan
rumah sakit faskes lanjutan yang berbasis kerjasama penuh dengan semua pihak
pola bayar tarif INA CBGs sehingga termasuk organisasi profesi untuk
tagihan klaim pembayaran Ina CBGs dari menyusun tarif INA CBGs yang lebih
tiap-tiap rumah sakit pada faskes lanjutan valid dan sinergis dengan keuangan
menjadi lebih terminimalisir. Diantara rumah sakit. Pemerintah diharap mampu
cara membangun sumber daya handal membuat kebijakan yang optimal
diantaranya ialah upaya pembenahan mengenai obat-obatan serta lebih
manajemen dan profesionalitas faskes mendorong hidup dan tumbuhnya
tingkat satu perlu ditingkatkan, misal industri bahan baku obat dalam negeri
dengan upaya antara lain diberikannya guna menghapus ketergantungan penuh
insentif yang layak, adil dan transparan pada bahan-bahan obat impor. Saat
bagi tenaga medis/tenaga pelayanan yang membuka rapat pleno penyusunan
bekerja agar lebih aktif dan maksimal. formularium nasional (Fornas) pada
Harus ada upaya peningkatan tahun 2015 Menteri Kesehatan Nila F
kemampuan keahlian para dokter di Moeloek mengemukakan “Karena kita
layanan primer. Oleh sebab itu perlunya banyak bergantung pada bahan impor,
mekanisme yang mengatur skala sistem saat nilai tukar dolar naik, maka harga
reward dan punishment untuk kelayakan obat tidak bisa dipungkiri akan
rujukan ke rumah sakit sehingga layanan terpengaruh,”. Lanjut beliau masih dalam
faskes primer menjadi lebih obyektif kegiatan yang sama juga menyatakan
sesuai kebutuhan dalam membuat surat “saat ini 90 persen bahan baku obat masih
rujukan. Optimalnya faskes satu bergantung pada impor. Meski 73 persen
memperkecil angka rujukan ke faskes produk yang beredar di Indonesia
lanjutan dan tentu menghemat anggaran merupakan produk industri farmasi
karena menekan angka klaim atas taris lokal” (Inung dan sir, 2015), “90 Persen
Ina CBGs di faskes lanjutan. Bahan Baku Obat Masih Impor,”
Kondisi menjadi tidak kondusif bila nilai
4.3. Evaluasi Program BPJS dolar mengalami kenaikan maka harga
berbasis Indonesian Case base obat pun harus disesuaikan. Harga obat
Groups (INA-CBG’s) yang terjangkau menjadi komponen
Pemerintah pun wajib membenahi penting dalam sistem jaminan kesehatan
dan menindaklanjuti permasalahan serius nasional (JKN). Biaya penggunaan obat
seputar kecukupan dana yang mampu tentu akan mempengaruhi pengeluaran
untuk dapat menutup beban klaim sesuai anggaran JKN secara keseluruhan. Pada
tarif BPJS dalam menutupi biaya rumah sakit faskes tingkat lanjutan juga
operasional rumah sakit selaku provider dituntut untuk melakukan pembenahan
kesehatan dan mitra bagi BPJS. Harus dalam menghadapi arus perubahan di era
ada suatu kebijakan yang adil dan JKN ini. Mengacu referensi dan
terpisah mengenai rumah sakit kelolaan pengalaman serta wawasan dari sudut
pemerintah yang masih mendapat pandang seorang praktisi medis dr Budi
bantuan dana operasional dari negara Karmawan pada release yang

286
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

dilakukannya seputar ulasan peningkatan bahwa “ ..ketidaktepatan pengisian


mutu layanan BPJS (Karmawan, Budi, catatan rekam medis dan ketidaktepatan
2014), beliau mengemukakan bahwa melakukan koding dalam INA-CBG
“pembenahan yang harus dilakukan yang menyebabkan pelayanan
antara lain rumah sakit faskes lanjutan menanggung risiko financial..”, lanjut
harus menata ulang perencanaan dan beliau lagi dalam mensikapi sistem INA-
anggaran belanjanya dengan ketepatan CBGs, “ Pada sistem ini, pemberi
alokasi untuk operasional, karyawan dan pelayanan ikut menanggung risiko
investasi.” Manajemen faskes lanjutan finansial apabila tidak efisien, tidak tepat
harus mampu mewujudkan kesadaran dalam pengisian catatan rekam medis,
untuk membangun pelayanan yang dan tidak tepat dalam melakukan koding.
efisien, bermutu dan kompetitif. Selain Risiko finansial yang terjadi di antaranya
itu harus mampu membangun program yakni selisih kurang pada klaim”
keselamatan pasien rumah sakit yang (Sakidjan, Indriwanto, 2014, Analisis
mampu mengendalikan dan Kelengkapan Catatan Rekam Medis
mengeliminasi kejadian yang tidak Kasus Tetralogy of Fallot pada
diharapkan, harus mampu merapihkan Implementasi INA-CBGS di RSPJN
tatanan sistem pelayanan rekam medik Harapan Kita. Jurnal Administrasi
dan administrasi klaim, manajemen Kebijakan Kesehatan ARSI vol 1 no 1
faskes lanjutan juga harus mendorong oktober 2014 halaman 26-31).
terwujudnya sistem insentif berdasarkan Kompleksitas polemik proteksi
beban kerja dan performa secara kesehatan JKN serta kecukupan dana
transparan dan adil. Faskes lanjutan yang mengacu pada besaran tarif INA
diharapkan melakukan upaya kaji ulang, CBGs maupun dampak kondisi
identifikasi maupun tindakan eliminasi layanannya tidak dapat diselesaikan
atas layanan (medik dan non medik) yang secara parsial namun harus komprehensif
terbukti tidak efisien dan bermutu. baik pada regulasi, implementasi dan
Menjadi bagian yang tak kalah penting setiap obyek pelaku yang terlibat
manajemen faskes lanjutan harus didalamnya.
meninjau ulang SOP pelayanan,
pemeriksaan penunjang, penggunaan 5. Kesimpulan
obat dan bahan habis pakai serta Dengan merunut pada pemaparan
melakukan standarisasi obat dan AMHP dari penulis tersaji tersebut diatas
dengan formularium serta penggunaan mengenai ulasan penerapan pola
obat generik. Manajemen faskes lanjutan pembayaran INA-BPJS Kesehatan ini
juga tidak boleh serampangan dalam dapat penulis simpulkan antara lain
menggunakan sumber daya yang ada dan Program JKN BPJS kesehatan yang telah
harus cerdas dalam meminimalisir variasi berjalan saat ini masih belum optimal
pelayanan dengan Clinical pathway agar dalam implementasi menjalankan
anggaran tidak membengkak. amanah undang-undang 1945 guna
Profesionalisme kerja juga harus memberikan kemaslahatan layanan
ditunjukan oleh pekerja medis maupun kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
operator lapangan lainnya berkaitan Masih diperlukan anggaran dana yang
dengan implementasi layanan dengan memadai untuk memenuhi kebutuhan
sistem INA-CBGs ini. Kecerobohan operasional termasuk dalam hal
mereka dapat merugikan pihak-pihak lain pembayaran klaim yang sesuai dengan
termasuk diantaranya institusi rumah tarif Ina CBGs yang mejadi instrumen
sakit itu sendiri. Sebagaimana telah pembayaran bagi faskes lanjutan.
diutarakan oleh Indriwanto Sakidjan Perlunya pengkajian dan evaluasi secara
dalam jurnal ARSI mengemukakan kontinyu dan berkala mengenai

287
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

kebijakan penentuan tarif Ina CBGs yang INA CBGs JKN BPJS Kesehatan akan
layak secara adil dan indepeden. Secara mampu diselesaikan permasalahannya
teknologi infomasi aplikasi program INA asalkan sinergi semua aspeknya baik
CBGS pun harus selalu menyesuaikan pada tataran regulasi, implementasi dan
dengan perubahan dan perkembangan obyek pelaku yang terlibat didalamnya.
tuntutan kebutuhan medis yang ada.
Meski pembayaran tarif Ina CBGs telah
di patok sejumlah tarif tertentu oleh DAFTAR PUSTAKA
pemerintah dengan limit tertentu namun
provider layanan kesehatan dituntut
untuk cermat memperhatikan aspek Ita Hartati, Ak., MBA., (2014) Dana
penunjang kinerja tenaga medis dan Kapitasi BPJS Kesehatan:
pelayanan di faskesnya semisal dengan Pelaksanaan dan
imbalan dan insentif yang proporsional Pertanggungjawabannya, BDK
sesuai beban kerja dan keaktifannya. Hal Makasar. 2014, diakses dari
tersebut bertujuan guna mendorong http://www.bppk.kemenkeu.go.id/
timbulnya motivasi dan etos kerja yang berita-makassar/20288-dana-
optimal sehingga mampu memberi kapitasi-bpjs-kesehatan-
pelayanan terbaik. Pemerintah wajib pelaksanaan-dan-
menerapkan suatu formula yang mampu pertanggungjawabannya. Diambil
menekan besarnya tagihan klaim dari
pengobatan dengan tarif ina cbgs di http://www.bppk.kemenkeu.go.id/
faskes lanjutan ini dengan upaya yang berita-makassar/20288-dana-
harus dilakukan diantaranya menekan kapitasi-bpjs-kesehatan-
angka jumlah pasien rujukan serta pelaksanaan-dan-
mengoptimalkan faskes primer sebagai pertanggungjawabannya
media pencegahan dan penyembuhan
penyakit bagi pasien. Pemerintah diharap Info BPJS Kesehatan. 2014. Begini Cara
mampu membuat kebijakan yang optimal Pembayaran INA-CBG’s BPJS
mengenai obat-obatan serta lebih Kesehatan. Diakses dari
mendorong hidup dan tumbuhnya http://m.kompasiana.com/infobpjs
industri bahan baku obat dalam negeri kesehatan/begini-cara-
guna menghapus ketergantungan penuh pembayaran-ina-cbg-s-bpjs-
pada bahan-bahan obat impor. Upaya ini kesehatan_54f6a68ba33311bf518
diharap mampu menekan tingginya harga b45a4
obat dan jumlah pengeluaran anggaran
JKN secara keseluruhan termasuk Inung dan sir. 2015. 90 Persen Bahan
besarnya beban klaim obat atas tarif ina Baku Obat Masih Impor. Diakses
cbgs. Untuk menyesuaikan iklim kultur dari
JKN BPJS terkait dengan kecukupan http://poskotanews.com/2015/09/
dana dengan mengacu besaran tarif yang 03/90-persen-bahan-baku-obat-
telah di patok bagi faskes lanjutan maka masih-impor/
seyogyanya institusi provider kesehatan
di faskes lanjut tersebut harus menata Karmawan, Budi.2014. Insentif
ulang mengenai perencanaan dan Berkeadilan, Solusi Peningkatan
anggaran belanjanya serta pembenahan Mutu Layanan BPJS. Diakses dari
manajemen di segala aspek baik itu http://www.kompasiana.com/budi
dalam tatanan sumber daya manusia, _karmawan/insentif-berkeadilan-
keuangan maupun pelayanannya. solusi-peningkatan-mutu-layanan-
Kompleksitas polemik penerapan tarif bpjs_54f6dcd5a33311b5408b46af

288
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

Kemenkes. 2014.Lampiran Peraturan ARSI vol 1 no 1 oktober 2014


Menteri Kesehatan Republik halaman 26-31. Diakses dari
Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 http://journal.ui.ac.id/index.php/ar
Tentang Petunjuk Teknis Sistem si/article/viewFile/5209/3494
Indonesian Case base Groups
(INA-CBGs).Diakses dari Sekretariat kabinet RI. 2016.Peraturan
http://www.jkn.kemkes.go.id/attac Presiden Republik Indonesia
hment/unduhan/PMK%20No.%20 Nomor 19 Th 2016. Diakses dari
27%20ttg%20Juknis%20Sistem% https://www.bpjs-
20INA%20CBGs.pdf. kesehatan.go.id/bpjs/index.php/un
duh/index/537
Luknanto, Djoko. 2009. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Simorangkir, Eduardo. 2016.Antisipasi
Tahun 1945. Diakses dari Defisit, BPJS Kesehatan Ajukan
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU 'Suntikan' Rp 6,82T. Diakses dari
D1945.pdf http://finance.detik.com/read/2016
/06/20/160534/3237605/4/antisipa
NIHRD.2015.Undang-Undang Republik si-defisit-bpjs-kesehatan-ajukan-
Indonesia No 36 Tahun 2009 suntikan-rp-682-t
Tentang Kesehatan. Diakses dari
http://www.ina-respond.net/wp- Tim penyusun bahan sosialisasi dan
content/uploads/2015/05/3-UU- advokasi JKN. 2014. Buku
No-36-tahun-2009-tentang- Pegangan Sosialisasi Jkn. Diakses
Kesehatan.pdf dari
http://www.depkes.go.id/resource
Pratiwi, Galuh Astri.2015.Mengenal s/download/jkn/buku-pegangan-
Lebih Dekat Sistem Pembiayaan sosialisasi-jkn.pdf
JKN ke Rumah Sakit yang
Katanya Bikin Rugi. Diakses dari Tim redaksi. 2016. Tarif Ina CBG’s
http://www.kompasiana.com/astri Berlaku 1 Januari 2014. Diakses
gprtw/mengenal-lebih-dekat- dari
sistem-pembiayaan-jkn-ke-rumah- http://www.jamsosindonesia.com/
sakit-yang-katanya-bikin- cetak/printout/496
rugi_54f37edd745513a42b6c77b2
Tim redaksi klik BPJS. 2014. Apa Itu
Putri, Eka Asih.2016. Geger Pembayaran INA CBGS BPJS Kesehatan Inilah
Prospektif. Diakses dari Penjelasanya. Diakses dari
http://archives.jamsosindonesia.co http://klikbpjs.com/apa-itu-ina-
m/identitas/geger_pembayaran_pr cbgs-bpjs-kesehatan-inilah-
ospektif penjelasanya

Sakidjan, Indriwanto. 2014. Analisis TNP2K. 2014. Program Jaminan


Kelengkapan Catatan Rekam Kesehatan Nasional (JKN).
Medis Kasus Tetralogy of Fallot Diakses dari
pada Implementasi INA-CBGS di http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-
RSPJN Harapan Kita. Jurnal jawab/klaster-i/program-jaminan-
Administrasi Kebijakan kesehatan-nasional-jkn/
Kesehatan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Universitas & PERMAPKIN.

289
PROSIDING
Seminar Nasional dan Call for Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu Akuntansi,
Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan”

Tri Sulistiyono, Seno. 2016. Iuran BPJS


Kesehatan, Pemerintah dan
Pemangku Kepentingan agar
Duduk Bersama. Diakses dari
http://m.tribunnews.com/nasional/
2016/03/19/iuran-bpjs-kesehatan-
pemerintah-dan-pemangku-
kepentingan-agar-duduk-bersama

290

You might also like