You are on page 1of 4

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

LIBIDO, KEMAMPUAN KAWIN DAN KUALITAS SPERMA


KAMBING DARI TIGA BANGSA
(Libido, Mating Ability and Sperm Quality of Three Breeds of Goat)
Hastono, Adiati U, Praharani L
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT
This research was done to study the level of libido, mating ability and quality of goat sperm in Ciawi
Station, Bogor in 2012. The number of goats used were 9 heads that were divided into three groups based on
breed, namely group I (PE), II (Sapera), and III (Nubian). Parameters observed were: reaction time, amount
of climbing, second ejaculation time; volume, color, viscosity, mass movement, and concentration of sperm.
Results showed that reaction time and second ejaculation among PE, Sapera and Nubian were not different,
with the reaction times succesively 24.8310.40; 20.333.29 and 24.6617.50 seconds; and second
ejaculations were 269.50284.50; 171.33143.50 and 253.44169.13 seconds. Sperm quality, especially for
color and viscosity results were the same for breeds. The volume of sperm for PE, Sapera, and Nubian were
respectively 0.940.44; 0.660.23; 0.430.05 ml. In general, the quality of sperm among the three goat
breeds were almost similar. It is concluded that the libido of the three goat breeds was considered into
aggressive category, but had low mating ability and within normal limits of sperm quality.
Key Words: Level of Libido, Mating Ability, Sperm Quality, Goat Breed
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai tingkat libido, kemampuan kawin dan kualitas semen kambing di
Stasiun Percobaan Ciawi, Bogor pada tahun 2012. Jumlah kambing yang digunakan sebanyak 9 ekor yang
dibagi kedalam tiga kelompok berdasarkan bangsa kambing yaitu kelompok I (PE), II (Sapera) dan III
(Nubian). Parameter yang diamati meliputi waktu reaksi, jumlah menaiki, waktu ejakulasi kedua, volume,
warna, serta kekentalan, gerak massa dan konsentrasi semen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu
reaksi dan ejakulasi kedua antara kambing PE, Sapera dan Nubian tidak berbeda, dimana reaction time
berturut-turut 24,8310,40; 20,333,29 dan 24,6617,50 detik; ejakulasi kedua adalah 269,50284,50;
171,33143,50; dan 253,44169,13 detik. Kualitas spermatozoa khususnya warna dan kekentalan sperma
untuk semua bangsa hasilnya sama. Volume sperma untuk ketiga kambing PE, Sapera dan Nubian berturutturut 0,940,44; 0,660,23; 0,430,05 ml. Secara umum kualitas semen antara ketiga bangsa tidak berbeda.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat libido dari ketiga bangsa termasuk katagori agresif
tetapi memliki kemampuan kawin rendah dan mempunyai kualitas semen dalam batas-batas normal.
Kata Kunci: Tingkat Libido, Kemampuan Kawin, Kualitas Semen, Bangsa Kambing

PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan populasi
kambing adalah melalui efisiensi reproduksi
yang ditentukan oleh berhasilnya suatu
perkawinan. Salah satu faktor
yang
menentukan keberhasilan suatu perkawinan
pada ternak kambing adalah tersedianya
pejantan yang baik atau berkualitas. Pejantan
dimaksud adalah dapat menunjukkan tingkat
libido yang tinggi serta menghasilkan semen
yang berkualitas baik, yang memenuhi syarat
untuk terjadinya fertilisasi. Tingkat libido dan

kualitas semen selain dipengaruhi oleh faktor


lingkungan seperti tatalaksana pemeliharaan
yaitu salah satunya adalah pemberian pakan,
juga dipengaruhi oleh bangsa. Sebagai
diutarakan oleh Toelihere (1981b) bahwa
intensitas kawin berbeda-beda tergantung jenis,
bangsa dan individu. Dikatakan lebih lanjut
bahwa kualitas dan kuantitas semen
dipengaruhi oleh libido. Faktor-faktor yang
mempengaruhi libido dapat berasal dari luar
atau dari dalam tubuh hewan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat libido, kemampuan kawin dan kualitas

345

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

semen pada kambing PE, Sapera dan Nubian


sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
reproduktivitas ternak kambing.
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan TA
2012 di Stasiun Percobaan Bogor, dimana
penyadapan sperma kambing dilakukan di
dalam kandang, sedangkan pemeriksaan
sperma baik secara makroskopis maupun
mikroskopis dilakukan di dalam Laboratorium.
Materi penelitian
Ternak yang digunakan adalah kambing
PE, Sapera dan Nubian masing-masing
berjumlah tiga ekor yang mempunyai
kemampuan untuk mengawini betina berahi.
Kesembilan ekor pejantan tersebut ditempatkan
dalam kandang individu yang mempunyai
ukuran yang sama yaitu 1,5 m persegi serta
lingkungan (tatalaksana pemeliharaan dan
pemberian pakan) pada kambing pengamatan
adalah sama yaitu konsentrat sebanyak 500
gr/ekor/hari dan rumput sebanyak 5
kg/ekor/hari.
Metode penelitian
Penyadapan semen dari ketiga bangsa
kambing (PE, Sapera dan Nubian) dilakukan
dengan menggunakan vagina buatan, dan agar
pejantan mau ereksi digunakan betina berahi
sebagai
pemancing.
Ketika
pejantan
dipertemukan dengan betina berahi tersebut
dicatat waktu (dalam detik) pertama kali
menaiki sampai ejakulasi pertama, dan waktu
ejakulasi kedua. Setelah semen diperoleh,
kemudian dilakukan pemeriksaan secara

makroskopis yang meliputi volume, warna dan


kosistensi semen; sedangkan pemeriksaan
mikroskopis meliputi gerakan masa, dan
konsentrasi spermatozoa.
Data yang diperoleh dianalisa secara
deskriptif berdasarkan Steel dan Torrie (1981).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian Tabel 1 menunjukkan
bahwa tingkat libido pada ketiga bangsa tidak
berbeda, namun demikian dari data yang ada
kambing Sapera cenderung lebih responsif
dengan ditandai waktu reaction time
(20,333,29
detik)
lebih
cepat
bila
dibandingkan
dengan
kambing
PE
(24,8310,40 detik) dan kambing Nubian
(24,6617,50
detik).
Demikian
pula
kemampuan kawin kambing Sapera dengan
ditandai waktu ejakulasi kedua (171,33143,50
detik)
cenderung
paling
cepat
bila
dibandingkan dengan kambing PE dan Nubian,
masing-masing adalah 269,50284,50 dan
253,44169,13 detik. Hal ini menunjukkan
bahwa kambing Sapera mempunyai naluri
kawin dan kemampuan kawin yang lebih baik
bila dibandingkan dengan PE dan Nubian.
Apabila dilihat dari reaction time, maka
menurut Abdullah (1991) ketiga bangsa
kambing tersebut dikatagorikan kambing yang
agresif dengan kata lain memiliki nafsu kawin
yang tinggi, tapi bila dilihat dari waktu yang
dibutuhkan untuk ejakulasi yang kedua relatif
lama yakni rata-rata diatas 3 jam, maka
termasuk katagori bangsa kambing yang
memiliki kemampuan kawin yang rendah pada
saat penelitian ini berlangsung.
Pada Tabel. 1 di atas terdapat perbedaan
pada reaction time untuk ketiga bangsa
kambing, maka dapat dikatakan bahwa
fenomena ini menunjukkan bahwa kambing

Tabel 1. Libido (Reaction time) dan waktu ejakulasi ke 2 (kemampuan kawin) kambing
Uraian
Reaction time (detik)
Kemampuan kawin/E2 (detik)

346

Bangsa kambing
PE

Sapera

Nubian

24,8310,40

20,333,29

24,6617,50

269,50284,50

171,33143,50

253,44169,13

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

jantan tersebut berusaha mengidentifikasi


apakah kambing betina dalam keadaan berahi,
hal ini membuktikan bahwa kambing jantan
hanya mau mengawini kambing betina yang
sedang birahi saja.
Beragamnya nafsu kawin dapat dipengaruhi
oleh beragamnya umur ternak, kesehatan dan
tingkat kegemukan (Setiadi 1990). Disamping
itu faktor-faktor seperti rangsangan penciuman
yang dikeluarkan oleh ternak betina berahi
yang barasal dari urine atau dari berbagai
bagian tubuh yakni alat kelamin luar, moncong
dan sebagainya dapat merangsang pejantan
untuk mengawini betina (Toelihere 1981a)
Hasil pengamatan Hastono et al. (1997)
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
umur pada kambing PE jantan respon untuk
menaiki betina berahi semakin cepat.
Kelompok umur 22-24 bulan menunjukkan
respon yang paling lama (2,661,31 menit)
dengan jumlah menaiki sebanyak 26,009,45
kali, kemudian diikuti kelompok umur 33-48
bulan (0,330,14 menit) dengan jumlah
menaiki 42,8313,17 kali dan kelompok umur
54 bulan (0,330,13 menit) dengan jumlah
menaiki sebanyak 34,622 2,5 kali.
Kualitas semen
Pengamatan mengenai kualitas semen yang
menyangkut sifat fisik semen segar kambing
dilakukan
secara
mikroskopik
dan
makroskopik. Dengan diketahuinya kualitas
semen, maka kita dapat menentukan apakah
pejantan tersebut dapat digunakan sebagai
pemacak atau tidak, dan apakah semen tersebut
dapat diperoses lebih lanjut atau tidak. Hasil
pangamatan mengenai kualitas semen segar
pada ketiga bangsa kambing dapat dilihat pada
Tabel 2.
Volume semen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
volume semen dari tiga bangsa (PE, Sapera dan
Nubian) berbeda, masing-masing adalah
0,860,40; 0,590,21 dan 0,430,05 ml. Hasil
ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981b)
yang menerangkan bahwa volume semen per

ejakulat berbeda-beda menurut bangsa, umur,


makanan dan frekuensi penampungan.
Volume semen yang terendah pada
penelitian ini terjadi pada kambing Nubian
dengan volume sebanyak 0,430,05 ml.
Rendahnya volume tersebut kemungkinan
disebabkan karena faktor umur, sebagaimana
diutarakan oleh Devendra dan McLeroy dalam
Wijono (1999) yang menyatakan bahwa
dengan bertambahnya umur maka produksi
sepermatozoa akan meningkat dan produksi
semen lebih tinggi dari pada yang
diejakulasikan.
Warna, konsistensi dan konsentrasi
Warna, konsistensi dan konsentrasi
spermatozoa mempunyai hubungan yang erat
satu sama lain. Toelihere (1981b) menyatakan
bahwa konsentrasi yang tinggi ditandai dengan
warna krem dan kental, sedangkan konsentrasi
yang rendah menyebabkan warna semen
seperti air susu atau lebih encer lagi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semen dari
kambing PE dan Sapera berwarna kuningkrem, dengan konsistensi encer-kental,
sedangkan kambing Nubian berwarna krem
dengan konsistensi kental. Konsentrasi
spermatozoa kambing PE (3,10,5 milyar/cc)
pada penelitian ini Tabel 2 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan hasil penelitian yang
diperoleh Sutama et al. (2000), konsentrasi
spermatozoa yaitu sebesar 2,82 milyar/cc.
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena
variasi individu. Konsentrasi spermatozoa
antara ketiga bangsa kambing (PE, Sapera dan
Nubian) pada penelitian ini, berturut-turut
adalah 3,100,50; 3,240,32 dan 2,770,27
milyar/cc. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan karena adanya variasi bangsa,
individu dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan dimaksud adalah pemberian pakan
dan managemen yang pada gilirannya akan
berpengaruh kepada konsistensi semen. Namun
demikian kisaran konsentrasi sperma pada
penelitian ini berada pada kisaran yang
dilaporkan Jainudin dan Hafez dalam Sutama
et al. (2000) berkisar antara 2.000-6.000 juta
sel/cc.

347

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Tabel 2. Kualitas sperma kambing secara makroskopis maupun mikroskopis


Uraian
Volume (ml)
Warna
Konsistensi
Gerak massa
% Hidup
Konsentrasi (milyar/cc)

PE
0,860,40
Kuning-krem
Encer-kental
+/+++++
75,984,61
3,100,50

Gerakan massa
Gerakan massa merupakan gerakan
spermatozoa secara bersama-sama kesatu arah
membentuk gelombang yang tebal atau tipis.
Cepat lambatnya gerakan tersebut tergantung
kepada
konsentrasi
hidup
yang
ada
didalamnya, sedangkan motilitas atau daya
gerak spematozoa dapat digunakan sebagai
ukuran kesanggupan spermatozoa untuk
membuahi. (Toelihere 1981a).
Pada penelitian ini (Tabel 2) diperoleh hasil
bahwa gerakan massa pada kambing PE,
Sapera dan Nubian masing-masing adalah
berturut-turut +/+++++; +++/++++ dan ++.
Perbedaan hasil penelitian ini diduga
disebabkan oleh perbedaan kondisi hewan
percobaan dan pakan yang diberikan selama
percobaan.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa ketiga bangsa
kambing (PE, Sapera dan Nubian) memiliki
nafsu kawin (libido) yang baik tetapi
kemampuan kawinnya rendah dan kualitas
semen dari ketiga bangsa kambing tersebut
masih dalam batas-batas normal, sedangkan
tingkat libidonya termasuk kedalam katagori
agresif.
Disarankan khusus untuk kambing Nubian
agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
sifat reproduksinya
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah RB, Nor AMNK. 1991. Semen handling in
goats. Department of Zoology. Universitas of
Malaya. Kuala Lumpur, Malaysia.
Hastono, Budiarsana IGM, Sianturi RGM, Adiati U,
Sutama IK. 1997. Pengaruh umur terhadap

348

Bangsa kambing
Sapera
0,590,21
Kuning-krem
Encer-kental
+++/+++++
72,507,60
3,240,32

Nubian
0,430,05
Krem
Kental
++
58,3027,30
2,770,27

kinerja seksual pada kambing jantan


peranakan Etawah. Mathius IW, Sinurat AP,
Inounu I, Abubakar, Purwantari ND, Sutama
IK, Handiwirawan E. Prosiding Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor,
18-19 Nopember 1997. Jilid II. Bogor
(Indonesia):
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Peternakan. hlm. 385-390.
Setiadi B. 1990. Penampilan reproduksi ternak
jantan dan peranannya dalam suatu usaha
ternak
ruminansia
kecil.
Fakultas
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sutama IK, Situmorang P, Adiati U, Budiarsana
IGM, Kostaman T. 2000. Pengaruh
konsentrasi spermatozoa terhadap kualitas
semen beku kambing peranakan etawa.
Laporan Balai Penelitian Ternak. Bogor
(Indonesia):
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Peternakan Peternakan.
Steel RGD, Torrie JH. 1981. Principles and
prosedure of statistic. McGraw-Hill Book Co.,
Inc. New York.
Toelihere MR. 1981a. Fisiologi reproduksi pada
ternak. Penerbit Angkasa Bandung. hlm.
228-245.
Toelihere MR. 1981b. Inseminasi buatan pada
ternak. Penerbit Angkasa Bandung. hlm.
64-72.
Wijono DB. 1997. Efisiensi penggunaan jantan
pemacek domba ekor gemuk sebagai sumber
bibit. Mathius IW, Sinurat AP, Inounu I,
Abubakar, Purwantari ND, Sutama IK,
Handiwirawan E. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19
Nopember 1997. Jilid II. Bogor (Indonesia):
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Peternakan. hlm. 463-468

You might also like