You are on page 1of 4

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

PERKEMBANGAN SEXSUAL KAMBING KOSTA


(Sexsual Development of Kosta Goat)
UMI ADIATI
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT
Kosta goat represent one of Indonesian goats which is formed by crossbreeding between Kacang goat and
one imported goat (Kashmir, Angora or Etawah). Kosta goat has high fertility with litter size usually more
than one and does not show the seasonal sexual activity, so they can bear any time along the year. Puberty can
be defined as age or time of when reproductive organ have started to functioning and propagating. Puberty of
male kids livestock marked with its readyness to produce sperma and to breed ewes beside same changes of
secondary reproductive organ, while for ewes marked with onset of oestrus and ovulation. Research was
conducted in Research Institut of Animal Production at Cilebut on 13 male kids and 11 female kids. All
livestock were given fresh grass unlimitedly and concentrate of GT 03. Observation of male reproduction was
done based on Pretorius and Maricowitz method, while for the female by introducing male goat into ewes
flock every morning and evening, of 10 minutes, and continued by oestrus checking, every 2 hours to know
the amorous duration. Parameters measured were age at complete penis growth, female and male age at
puberty, oestrus, male Iibido and semen quality. Result indicates that early male Kosta kids puberty reached
at age 253.68 18.46 day, body wight 12.00 0.82 kg, scrotum length 9.30 0.18 cm and scrotum circle
19.35 0.29 cm and sperma concentration 2430 840.00 x 106/ml; while early female Kosta kids puberty
was at age 7 month; with the body wight of 10.9 0.57 kg, oestrus duration 46 2.83 hours. It is concluded
that age and body weigth of the kid influence the onset of puberty.
Key Words: Goat Kosta, Puberty, Oestrus
ABSTRAK
Kambing Kosta merupakan salah satu jenis kambing lokal Indonesia yang terbentuk dari persilangan
kambing Kacang dengan salah satu kambing impor (Kashmir, Angora dan Etawah). Kambing Kosta
mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dengan jumlah anak biasanya lebih dari satu dan tidak
menunjukkan aktivitas seksual musiman, sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Perlu dilakukan
pengamatan perkembangan seksual dari ternak kambing Kosta dengan cara mengetahui kapan terjadinya
pubertas. Pubertas dapat didefinisikan sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi sudah mulai
berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Pubertas pada ternak jantan ditandai dengan kesanggupannya
menghasilkan sperma dan berkopulasi disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain, sedangkan
pada ternak betina ditandai dengan terjadinya estrus (berahi) dan ovulasi. Penelitian dilakukan di kandang
percobaan Cilebut, Balai Penelitian Ternak yang terdiri dari 13 ekor anak jantan dan 11 ekor anak betina.
Semua ternak diberi rumput Gajah segar secara tak terbatas dan konsentrat GT 03. Pengamatan
perkembangan alat reproduksi jantan digunakan metode Pretorius dan Maricowitz, sedangkan untuk ternak
betina dengan cara memasukkan kambing pejantan ke dalam kandang kambing betina setiap hari pagi dan
sore selama 10 menit, dan setelah berahi dilanjutkan pengetesan setiap 2 jam sekali untuk mengetahui
lamanya berahi. Parameter yang diukur adalah umur perkembangan penis sempurna, umur pubertas jantan
dan betina, lama berahi, libido ternak jantan dan kualitas semen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa awal
pubertas kambing Kosta jantan tercapai pada umur 253,68 18,46 hari, bobot hidup 12,00 0,82 kg dengan
ukuran panjang scrotum 9,3 0,18 cm dan lingkar scrotum 19,35 0,29 cm serta konsentrasi sperma 2430
840,00 x 106/ml; sedangkan awal pubertas kambing Kosta betina pada umur 7 bulan dengan bobot hidup 10,9
0,57 kg dan lamanya berahi 46 2,83 jam. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa umur
dan bobot hidup mempengaruhi awal pubertas.
Kata Kunci: Kambing Kosta, Pubertas, Berahi

381

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

PENDAHULUAN
Kambing Kosta merupakan salah satu jenis
kambing lokal Indonesia yang terbentuk dari
persilangan kambing Kacang dengan salah satu
kambing impor (Kashmir, Angora dan
Etawah), tetapi kambing Kosta bukan kambing
Peranakan Etawah dan berasal dari Parsi,
sehingga dihubungkan dengan nama yang
diberikan kosta kemungkinan berasal dari kata
Kashmir yang diimpor oleh pemerintah Hindia
Belanda pada jaman dahulu (ISA, 1953).
Lokasi penyebaran kambing Kosta di sekitar
DKI Jakarta dan daerah Serang tepatnya di
daerah Karesidenan Banten. Kambing ini
mempunyai ciri-ciri khusus yaitu berbulu
pendek, pada kambing jantan biasanya
memiliki warna hitam polos atau berwarna
coklat dengan garis hitam dari atas kepala
hingga punggung, sedangkan kambing betina
berwarna dominan putih. Bentuk tubuh
kambing Kosta sedang, kokoh dan agak besar
dengan panjang badan (51 65 cm) lebih
panjang dibandingkan dengan kambing kacang.
Selain itu kambing Kosta mempunyai hidung
rata, kadangkala ada yang melengkung dengan
telinga agak panjang (10 13 cm) dan
bertanduk pendek.
Kambing Kosta mempunyai tingkat
kesuburan yang tinggi dengan jumlah anak
lebih dari satu dan tidak menunjukkan aktivitas
sexual musiman, sehingga dapat beranak
sepanjang
tahun.
Informasi
tentang
perkembangan sexual khususnya kambing
Kosta masih terbatas, pada umumnya
dilaporkan pubertas pada ternak kambing
terjadi pada umur 5 10 bulan dengan bobot
hidup berkisar 14 18 kg. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan, untuk mengamati
perkembangan seksual pada kambing Kosta
sehingga diperoleh informasi kapan umur/saat
yang tepat ternak kambing tersebut dapat
dikawinkan dan sebagai pemacek untuk anak
jantan.
MATERI DAN METODE
Penelitian dilakukan di kandang percobaan
Cilebut, Balai Penelitian Ternak. Ternak yang
diamati adalah anak-anak kambing Kosta lepas
sapih sebanyak 24 ekor yang terdiri dari 13
ekor anak jantan dan 11 ekor anak betina.

382

Semua ternak diberi pakan rumput gajah segar


secara tak terbatas dan konsentrat GT 03.
Ternak kambing ditempatkan pada kandang
kelompok yang dilengkapi dengan bak pakan
dan tempat minum sejak lepas sapih sampai
akhir penelitian. Ternak ditimbang setiap bulan
sekali untuk mengetahui pertumbuhannya.
Perkembangan alat reproduksi untuk jantan
diukur menggunakan metode PRETORIUS dan
MARICOWITZ, dengan skor yang digunakan
untuk melihat perkembangan testis adalah
sebagai berikut: (1) belum terlihat penurunan
buah zakar sama sekali; (2) sedikit penurunan
buah zakar ke kantung scrotum; (3) terlihat
penurunan buah zakar separuh jalan dan (4)
buah zakar turun seluruhnya ke dalam kantung
scrotum. Sedangkan perkembangan penis dan
libido (nafsu birahi) diamati dan di skor setiap
minggu. Perkembangan penis di skor dari 1 5
yaitu: (1) Tahap infantile, saluran ureter sudah
terlihat tetapi masih lekat pada membrane
mukosa, glans penis belum terlihat; (2) saluran
ureter terbebas sepanjang 5 cm, glans penis
belum terlihat; (3) saluran ureter sudah
terbebas, ujung glans penis mulai terlihat; (4)
saluran ureter terbebas dan glans penis terbebas
sebagian dan (5) saluran ureter terbebas dan
glans penis telah terlepas dari prefusium.
Sedang pengamatan uji libido (kemampuan
kawin) dimulai dari lepas sapih sampai ternak
tersebut mampu mengawini ternak betina
birahi dengan cara memasukkan ternak
kambing betina berahi ke dalam kandang
kelompok jantan selama 10 menit. Libido dari
masing-masing ternak di skore dari 1 (tidak
tertarik pada betina birahi) sampai 5 (dapat
mengawini betina). Setelah ternak mampu
mengawini betina maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan semen untuk mengetahui kualitas
dari sperma kambing Kosta jantan tersebut.
Sedangkan untuk kambing betina supaya
mengetahui kapan terjadi pubertas dilakukan
dengan cara memasukkan kambing pejantan ke
dalam kandang kambing betina setiap hari pagi
dan sore selama 10 menit. Pubertas dapat
diketahui dengan terlihatnya tanda-tanda berahi
pada ternak betina. Apabila ternak betina sudah
berahi maka dilanjutkan dengan pengamatan
berapa lamanya berahi dengan cara
memasukkan pejantan setiap 2 jam sekali
sampai tanda berahi tidak tampak atau hilang.
Parameter yang diukur adalah umur
perkembangan penis sempurna, umur pubertas

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

jantan dan betina, lama berahi, libido ternak


jantan dan kualitas semen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anak jantan
Pubertas dapat didefinisikan sebagai umur
atau waktu dimana organ - organ reproduksi
sudah mulai berfungsi dan perkembangbiakan
dapat terjadi. Pubertas pada ternak jantan
ditandai dengan kesanggupannya menghasilkan sperma dan berkopulasi disamping
perubahan-perubahan kelamin sekunder lain.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa
pertumbuhan organ reproduksi ternak jantan
dimulai dari sempurnanya pertumbuhan testis
sampai perkembangan penis secara sempurna,
yang kemudian diikuti dengan pubertas dimana
ternak mencapai dewasa kelamin dan telah
mampu melakukan aktifitas reproduksi, yang
ditandai dengan adanya sel-sel sperma hidup
dalam ejakulat. Hasil pengamatan diperoleh
bahwa rataan umur pada saat sempurnanya
penis adalah 213,28 5,85 hari. Bila
dibandingkan dengan hasil penelitian pada
ternak domba, umur penis sempurna kambing
Kosta tidak jauh berbeda dengan ternak domba
Komposit dan domba persilangan Barbados
yang mencapai penis sempurna pada umur
213,8 8,7 hari dan 212,3 13,6 hari (ADIATI,
et al., 2002). Selain itu umur penis sempurna
kambing Kosta bila dibandingkan hasil
penelitian PRAHARANI et al. (2000) pada
domba komposit juga menghasilkan umur
penis sempurna yang sama 212,1 4,6 hari
kecuali bila dibandingkan dengan domba
persilangan Barbados (222,5 4,6 hari)
kambing Kosta lebih cepat umur penis
sempurna yang dicapai, begitu pula
dibandingkan dengan domba ekor pipih 30,6
2,0 minggu. Sedangkan bobot hidup penis
sempurna kambing Kosta (10,9 0,77 kg) jauh
lebih rendah dibandingkan dengan domba
komposit, persilangan Barbados dan domba
ekor pipih (14,3 2,3 kg; 14,5 2,4 kg dan
13,3 0,4 kg). Hal ini menunjukkan bahwa
kambing Kosta merupakan kambing lokal yang
ukuran tubuhnya kecil sehingga dengan bobot
hidup yang rendah untuk ukuran ternak kecil
sudah cukup umur untuk dapat mencapai penis
sempurna. Sedangkan pubertas pada kambing

Kosta dicapai pada umur 253,68 18,46 hari


dengan bobot hidup 12,00 0,82 kg. Umur
pubertas pada kambing Kosta lebih lambat
dibandingkan pada kambing peranakan Etawah
5,3 bulan dan domba ekor pipih (32,3 1,6
minggu), akan tetapi lebih cepat dibandingkan
dengan domba komposit dan persilangan
Barbados (263,05 27,9 hari dan 307,4 24,8
hari).
Rataan ukuran scrotum kambing Kosta
jantan lepas sapih setelah mencapai pubertas
adalah sebagai berikut: panjang 9,3 0,18 cm;
lingkar 19,35 0,29 cm; lebar 6,75 0,13 cm
dan diameter 4,1 0,12 cm.
Tes libido (kemampuan kawin) anak
kambing Kosta pertama kali dilakukan pada
saat umur lepas sapih, semua ternak kambing
tidak menunjukkan sifat-sifat berahi, hal ini
dikarenakan ternak kambing tersebut belum
mencapai
penis
sempurna.
Dengan
bertambahnya umur sifat berahi mulai tampak
yaitu sudah mulai tertarik dengan betina berahi
dengan cara menciumi dari pada air kencing
betina sebagai stimulus, kemudian daerah
vulva dan sekitarnya dan mulai belajar menaiki
serta mengawini betina. Ada beberapa ekor
ternak jantan yang menaiki betina dari bagian
depan. Rataan jumlah menaiki dan kawin
selama 10 menit adalah 11,6 kali dan 2,5 kali
kopulasi (kawin). Kemampuan kawin akan
meningkat dengan bertambahnya umur.
Tabel 1. Rataan umur dan bobot hidup pada saat
sapih, penis sempurna dan pubertas dari
kambing Kosta
Umur (hari)

Bobot hidup
(kg)

90

6,89 2,06

Penis sempurna

213,28 5,85

10,9 0,77

Pubertas

253,68 18,46

12,00 0,82

Sapih

Hasil evaluasi semen kambing Kosta jantan


diperoleh rataan sebagai berikut: volume semen
0,64 0,20 ml; pH 7,48 0,49; motilitas 42,89
29,92%; spermatozoa hidup 61,45 13,90%;
dengan konsentrasi sperma 2430 840,00 x
106/ml. Rataan motilitas spermatozoa kambing
Kosta yang diperoleh sangat rendah, karena
menurut HAFEZ (2000) kisaran normal motilitas
adalah 60 80%, akan tetapi konsentrasi
spermatozoa yang didapat jumlahnya sebanding
dengan hasil dari konsentrasi spermatozoa

383

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

kambing pada umumnya yang berkisar antara


2-6 x 109/ml.
Anak betina
Pubertas pada ternak betina ditandai dengan
terjadinya estrus/berahi dan ovulasi. Tanda
yang paling jelas untuk mengetahui ternak
betina berahi adalah vulvanya memerah,
membengkak dan berlendir. Untuk pengecekan
berahi ini digunakan pejantan yang dilengkapi
penutup (apron) agar betina yang dicek
berahinya tidak dikawini, karena ternak betina
tersebut belum siap untuk bunting dan beranak
normal dilihat dari perkembangan uterusnya
yang belum sempurnna. Berdasarkan hasil
pengamatan di stasiun percobaan rata-rata awal
pubertas terjadi pada saat umurnya mencapai 7
bulan dengan bobot hidup 10,9 0,57 kg.
Umur pubertas pada kambing Kosta betina
hasil pengamatan ini lebih cepat bila
dibandingkan dengan kambing Peranakan
Etawah yang mencapai pubertas pada umur 10
bulan, demikian pula bila dibandingkan dengan
domba Jawa ekor kurus rataan umur pubertas
8,6 bulan, akan tetapi bobot pubertas kambing
Kosta jauh lebih rendah dibandingkan dengan
domba Jawa ekor kurus (17,2 0,71 kg).
Sedangkan lama berahi pada kambing Kosta
adalah 46 2,83 jam.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa umur dan bobot hidup mempengaruhi
awal pubertas. Pubertas pada kambing Kosta

384

jantan tercapai pada umur 253,68 18,46 hari,


bobot hidup 12,00 0,82 kg dengan ukuran
panjang scrotum 9,3 0,18 cm; lingkar
scrotum 19,35 0,29 cm dan jumlah/
konsentrasi sperma 2430 840,00 x 106/ml.
Apabila pubertas dapat tercapai pada umur
yang lebih muda dengan kualitas sperma yang
baik dan libido yang tinggi maka ternak akan
semakin cepat dapat dipergunakan untuk
mengawini betina.
Kambing Kosta betina awal pubertas
tercapai pada umur 7 bulan dengan bobot
hidup 10,9 0,57 kg dan lamanya berahi 46
2,83.
DAFTAR PUSTAKA
ADIATI, U., SUBANDRIYO, D. YULISTIANI dan B.
TIESNAMURTI. 2002. Tampilan reproduksi
domba jantan lepas sapih komposit Sumatra
dan persilangan Barbados pada tingkat pakan
yang berbeda. Pros. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor,
30 September 1 Oktober 2002. Puslitbang
Peternakan, Bogor. hlm. 174 177.
HAFEZ, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animals.
7 th Ed. Kiawai Island, South Carolina, USA.
ISA, M. 1953. Beternak kambing. Cetakan kedua.
Balai Pustaka, Jakarta.
PRAHARANI. L., SUBANDRIYO, B. TIESNAMURTI, D.
YULISTIANI
dan
U.
ADIATI.
2000.
Perkembangan organ reproduksi ternak jantan
lepas sapih domba komposit dan persilangan
Barbados.
Pros.
Simposium
Nasional
Pengelolaan Pemuliaan dan Plasma Nutfah.
Bogor, 22 23 Agustus 2000. hlm. 679 684.

You might also like