You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

Oleh:
DEWI PUSPITA SARI
F1071141060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

ABSTRACT
The growth of plants is a plant that is irreversible volume increase
and can be measured. Growth started from germination, inflorescence,
and seed production. Parts of plants that can be measured include height,
weight, leaf area, and leaf number. While the growth of a plant is
influenced by the environment including soil temperature, air temperature,
dry and wet, rainfall, humidity, and evaporation. Therefore, this practice is
done with the aim to measure the rate of growth of corn plants. This lab
procedure is done by planting 32 pots which consists of five kernels of
corn in one pot. Given 4 treatments with each treatment consisting of 8
pots, namely fertilizer destructive treatment, non-fertilizers destructive,
fertilizer non-destructive, non-destructive and non-fertilizer. The corn crop
was treated and observed growth ranging from high, number of leaves,
fresh weight, dry weight and leaf area. While environmental factors
measured were soil temperature, air temperature, dry, wet, humidity,
evaporation, and precipitation. The observations carried out for 8 weeks
until flowering maize. The observation is obtained by the treatment plant
corn destructive and non destructive fertilizers dying on the fifth week.
While the corn crop with the treatment of non-fertilizer destructive and
non-destructive non-fertilizer to grow and bloom until the eighth week so
its growth to form a sigmoid curve. Corn plants that have high growth,
number of leaves, and large areas are non-destructive in the treatment of
non-fertilizer sequential averages are 41.24 cm, 6 leaves, and 253 cm.
Wet weight and dry weight of the destructive treatment every week has
increased, except for the wet weight of the destructive fertilizers in the
second week.
Keywords: destructive, corn, sigmoid curve, non-destructive, non-fertilizer
ABSTRAK
Pertumbuhan tumbuhan merupakan pertambahan volume tumbuhan
yang ireversibel dan dapat diukur. Pertumbuhan ini dimulai dari germinasi,
perbungaan, dan produksi biji. Bagian tumbuhan yang dapat diukur
diantaranya adalah tinggi, berat, luas daun, dan jumlah daun. Sedangkan
pertumbuhan suatu tumbuhan dipengaruhi oleh lingkungan diantaranya
suhu tanah, suhu udara, dry and wet, curah hujan, kelembaban, dan
evaporasi. Oleh karena itu dilakukan praktikum ini dengan tujuan untuk
mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Prosedur praktikum ini dilakukan
dengan penanaman 32 pot yang terdiri atas 5 biji jagung dalam 1 pot.
Diberikan 4 perlakuan dimana setiap perlakuan terdiri atas 8 pot, yaitu
perlakuan destruktif pupuk, destruktif non pupuk, non destruktif pupuk,
dan non destruktif non pupuk. Tanaman jagung ini dirawat dan diamati
pertumbuhannya mulai dari tinggi, jumlah daun, berat basah, berat kering
dan luas daun. Sedangkan faktor lingkungan yang diamati adalah suhu
tanah, suhu udara, dry, wet, kelembaban, evaporasi, dan curah hujan.
pengamatan ini dilakukan selama 8 minggu hingga jagung berbunga.
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah tanaman jagung dengan

perlakuan destruktif pupuk dan non destruktif pupuk mengalami kematian


pada minggu kelima. Sedangkan tanaman jagung dengan perlakuan
destruktif non pupuk dan non destruktif non pupuk tumbuh dan berbunga
hingga minggu kedelapan sehingga pertumbuhannya membentuk kurva
sigmoid. Tanaman jagung yang memiliki pertumbuhan tinggi, jumlah daun,
dan luas yang besar adalah pada perlakuan non destruktif non pupuk
yang rata-ratanya secara berurut yaitu 41,24 cm, 6 daun, dan 253 cm.
Berat basah dan berat kering pada perlakuan destruktif setiap minggunya
mengalami peningkatan, kecuali berat basah destruktif pupuk pada
minggu kedua.
Kata kunci: destruktif, jagung, kurva sigmoid, non destruktif, non pupuk
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas yang memiliki arti penting bagi bangsa
Indonesia sebagai komoditas utama penghasil karbohidrat setelah beras.
Kondisi tanah yang miskin hara mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertumbuhan

tanaman.

ketersediaannya

harus

Salah

satu

unsur

dalam

keadaan

hara

cukup

penting

adalah

yang

nitrogen.

Pemupukan nitrogen khususnya di daerah tropis dengan suhu dan


kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia umumnya memiliki
efisiensi yang

rendah. Pada batasan tertentu, masalah efisiensi

pemupukan dapat dikendalikan melalui manipulasi teknologi pemupukan


yang meliputi cara penggunaan, waktu pemberian, takaran yang tepat
serta jenis pupuk yang digunakan (Myrna, 1939). Lehrsch et al. (2000)
melaporkan bahwa cara pemupukan N dan penempatannya berpengaruh
terhadap peningkatan hasil biji jagung

yang diberi pengairan

secara

irigasi. Pemberian pupuk dalam band pada saat tanam dan dalam
larikan pada saat pemupukan susulan lebih baik daripada pemberian
secara sebar

pada

saat

tanam

dan

dalam larikan pada

saat

pemupukan susulan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui dan membuktikan bahwa kurva
sigmod

pertumbuhan

percobaan ini.

pada

tanaman

jagung,

maka

dilakukanlah

Pada

observasi

kali

ini,

akan

diamati

pertumbuhan

dan

perkembangan. Tujuan dari praktikum ini untuk mengukur laju tumbuh


tanaman jagung.
Adapun permasalahan di praktikum ini yaitu apakah faktor-faktor
yang mempengaruhi laju tumbuh tanaman jagung.
Pertumbuhan merupakan hasil dari pembelahan sel dan ekspansi
sel. Pertumbuhan pada tumbuhan terbagi menjadi dua yaitu pertumbuhan
primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer memperpanjang
tunas-tunas, sedangkan pertumbuhan sekunder mempertebal bagianbagian yang terbentuk pada tahun sebelumnya (Campbell, 2012).
Berdasarkan panjang siklus hidupnya, tumbuhan tergolong dalam
tiga jenis yaitu annual, biennial, dan perennial. Tumbuhan annual
merupakan tumbuhan yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu
setahun mulai dari germinasi, perbungaan, produksi biji hingga mati,
contohnya padi, gandum, dan jagung yang merupakan bahan utama
dalam praktikum ini. Tumbuhan biennial membutuhkan dua musim
pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, masa berbunga dan
berbuah hanya terjadi pada tahun kedua, contohnya lobak dan wortel.
Tumbuhan perennial memiliki siklus hidup bertahun-tahun seperti
pepohonan, semak, dan rumput (Campbell, 2012).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut
waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik,
dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu
merupakan suatu kurva berbentuk huruf

S atau kurva sigmoid. Kurva

sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun


sel-selnya (Latunra, dkk., 2009). Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh
kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh
bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury, 1995).

Tumbuhan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan


selama masih dalam fase hidup. Perkembangan tumbuhan sangat
beragam, seperti halnya perkembangan pada daun yang memiliki ragam
bentuk. Pengembangan kearah luar terus terjadi melalui pembelahan, baik
periklinal maupun antiklinal, pada ujung primordial (aspek / ujung distal).
Lalu ketika daun kira kira berukuran 1mm, aktifitas meristematik mulai
terjadi di seluruh bagian memanjangnya. Pada daun tumbuhan dikotil,
sebagian besar pembelahan sel sudah lama berhenti sebelum daun
berkembang penuh, sering kali ketika daun mencapai kurang dari separuh
ukuran akhirnya. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase
logaritmik, fase linear dan fase penuaan (Akmala, 2011). Pada fase
logaritmik, ukuran (V) bertambah secara eksponensial sesuai dengan
waktu (t), yang berarti laju pertumbuhan awalnya berjalan lambat, tapi
kemudian terus meningkat, pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama
beberapa waktu. Laju pertumbuhan yang konstan ditunjukan oleh
kemiringan yang konstan pada bagian atas tinggi kurva tanaman dan oleh
bagian mendatar kurva laju tumbuh di bagian bawah, dan pada fase
penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang tetap atau bahkan menurun
saat pertumbuhan sudah mencapai kematangan konstan (Dwidjoseputro,
1986).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering
dijumpai khususnya pada tanaman setahun (annual) adalah biomassa
tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan
waktu, yang dikenal dengan model sigmoid. Biomassa tanaman mulamula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan
akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman.
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh fakor


internal dan eksternal, antara lain sebagai berikut (Munawar, 2007).
1. Faktor internal
a. Gen, adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari
induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya
bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu,
rasa buah, dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan
metabolisme

makhluk

hidup,

sehingga

mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangannya.


b. Hormon, merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan
berbagai fungsi di dalam tubuh tumbuhan. Meskipun kadarnya
sedikit, hormon memberikan pengaruh yang

nyata dalam

pengaturan berbagai proses metabolisme.


2. Faktor eksternal
a. Makanan atau nutrisi, bagi tumbuhan, nutrisi yang diperlukan
berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air.
b. Suhu, semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Semua
proses

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan

seperti

penyerapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada


tumbuhan dipengaruhi oleh suhu.
c. Cahaya, tumbuhan sangat membutuhkan cahaya matahari untuk
fotosintesis.
d. Air dan kelembapan merupakan faktor penting untukpertumbuhan
dan perkembangan. Air merupakan tempat berlangsungnya
reaksi-reaksi kimia. Kelembapan adalah banyaknya kandungan
uap

air

dalam

udara

atau

tanah.

Tanah

yang

lembab

berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi


yang lembab banyak air yang dapat diserap oleh tumbuhan dan
lebih sedikit penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali
terhadap pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk
mempertahankan stabilitas bentuk sel.
e. Tanah, tumbuhan akan tumbuh dan berkembang dengan optimal
bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan

nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor


lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan mineral, dan air.
Pearl et al. (1934), dataset illustrates the possibility that some
phenomena may tend towards exponential growth at small sizes in some
conditions, but have non-exponential growth at small sizes in other
conditions. This could be because different processes limit growth in
different conditions. When growth at small sizes may be limited either by a
process that can be described by the Gompertz or monomolecular
equations, or by a competing process that resembles exponential growth,
the Richards equation may be very suitable.
Pearl et al. (1934), mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukannya beberapa fenomena cenderung mempengaruhi
pertumbuhan ke arah pertumbuhan eksonensial pada ukuran kecil, tetapi
memiliki pertumbuhan non-eksponensial pada ukuran kecil dalam kondisi
lain. Hal ini bisa terjadi karena adanya proses yang berbeda yang
membatasi

pertumbuhan

dalam

kondisi

yang

berbeda.

Ketika

pertumbuhan pada ukuran kecil dapat dibatasi oleh monomolekuler atau


proses bersaing yang menyerupai pertumbuhan eksponensial.
METODELOGI
Alat yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas pot, penggaris, oven,
skop, dan neraca analitik. Sedangkan bahannya yaitu biji jagung, tanah, dan
pasir.

Cara

kerja

yang

dilakukan

dalam

praktikum

kurva

sigmoid

pertumbuhan ini terdiri atas proses penanaman dan pengukuran


pertumbuhan jagung. Untuk menanam jagung dengan baik maka biji
jagung direndam selama 24 jam agar bisa dipilih biji jagung yang baik dan
disiapkan media tanam yang terdiri atas tanah dan pasir. Tanah dan pasir
ini dicampur dengan perbandingan 1 : 2. Setelah itu, proses penanaman
dimulai dengan biji jagung dimasukkan di dalam pot yang berisi media
tanam secukupnya. Setiap pot berisi 5 biji jagung dengan jarak setiap biji
adalah sama. Ditanam sebanyak 32 pot biji jagung yang terdiri atas 4

perlakuan dengan setiap perlakuan terdiri atas 8 pot. Perlakuan tersebut


yaitu destruktif pupuk, destruktif non pupuk, non destruktif pupuk, dan non
destruktif non pupuk. Setiap hari diukur suhu tanah, suhu udara, dry and
wet, kelembaban, evaporasi, dan curah hujan. Sementara tinggi dan
jumlah daun diukur tiga hari setelah penanaman. Luas daun, berat basah,
dan berat kering jagung diukur sekali dalam seminggu. Setiap hasil
pengukuran dimasukkan ke dalam tabel pengamatan dan pengamatan
dihentikan setelah tumbuhan jagung berbunga. Setelah itu data
pertumbuhan jagung dipresentasikan dalam bentuk kurva.
Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 19 April 2016 pukul 15.30
WIB sampai selesai. Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah di
laboratorium Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tanjungpura.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Destruktif dan pupuk
M

Tang

Ting

in

gal

Bagian

Kele

gi

atas

mba

tana

daun

man

(cm)

Daun

Akar

19

2,06

Luas

BB

BK

BB

ah

(cm2)

(gr)

(gr)

(gr)

0,2

0,0-

0,2

0,0

0,5

0,3

0,7

0,0

0,6

0,3

0,3

0,0

april

Suhu

Tanah

Udara

(C)

(C)

29

32

BK

Juml

e-

Suhu

(gr

pan

Dry
Wet

(%)

(C)

(C)

24,

53,

27,
5

24,

27,

57,

14

50

14

31,

28,

55,

34

36

2016
2

26

19,4

April

39

28

31

2016
3

3
Mei
2016

32

29
31

10

40,0

Mei

2,1

0,3

0,4

0,0

1,8

1,0

2,0

0,3

29

31

25,

28,

43,

43

00

00

27,

29,

00

29

2016
5

17

36

2,67

Mei

30

30

2016
6

24

33

3,27

Mei

2,0

0,0

3,0

0,5

31

32

27,

28,

78

25

2016
7

31

31

0,6

0,3

0,3

Mei

27,57
25,29

25,

29,

29

00

2016
8

7
Juni

32,0

2,1

0,3

0,4

28,89 29,00

27,

29,

43

57

2016
Rata

28,1

4,12

rata

95

8,25

2,0

0,5

1,6

0,2

29,08

30,16

32,
29

49,
29

46,
43

47,
71

26,

28,

48,0

61

43

Dry

Wet

Kele

(C)

mba

Tabel 2. Tabel tanaman dicabut dan non pupuk


Mi

Tang

Ting

gal

Bagian

Suhu

Suhu

gi

atas

Tanah

Udara

tana

daun

man

(C)

(C)

(cm)

ke

Daun

Juml
ah

Akar

Luas
2

(cm )

BB

BK

BB

BK

(gr)

(gr)

(gr)

(gr
)

(C)

pan
(%)

19
april

31,7

0,21

2,9

31,

76

2016
2

26
April

28,1

Mei

0,31

5,7
7

2016
4

10

21,4

Mei

10
0,55

17

31,7

Mei

5
0,21

24

2.51

16

28

29

47

2,9

31,

76

0,1

0.8

Mei

41

29

44

28

42

41

29

29

29

41

30

30

44

28
10

28

28

26

21,

2016
6

28,

2,4

2016
5

42

29
0,59

29

2016
3

25

30

30

41

25

28

42

28

28

1.3

0.2

20

26

28

23

42

27

29

23

23

41

27

26

28

22

43

28,37

28,25

26,

21,

42

87

42

2016
7

31

11.8

Mei

0.4

0,2

0.6

0.3

0.3

0.2

0.7

0.4

2016
8

21.0

Juni

2016
Rata

22,

rata

12

5,37

2,85

1,8
7

Tabel 3. Pengamatan Tanaman Jagung Non Dekstruktit Pupuk

Ming

Tanggal

Tinggi

Jumla

Suhu

gu

tanama

Tana

ke-

n (cm)

daun

2,06

(C)
6

19,45

39

32

40,02

36

28,16

19 april
1

2016
31 Mei

29

21,47

10

2016
7Juni

si

(C)

(C)

n (%)

(ml)

0,0-2

0,20

0,06

29

0,30

0,75

0,04

28

0,63

0,35

0,33

0,01

29

2,13

0,35

0,45

0,06

29

2,67

1,89

1,02

2,0

0,34

30

29C

29C

29

23

41

0,59

28C

30C

26

21

44

0,31

29C

30C

28

23

41

0,55

27.12

22.12

42

0.995

(C)
0,25

0,55

2016
24 Mei

Kelembapa

2016
17 Mei

Wet

2016
10 Mei

Dry

Udara

2016
3 Mei

Evapora

2016
26 April

Suhu

2016

Rata rata

5.125

27.37
5

28.75

Tabel 4. Pengamatan Tanaman Jagung Non Dekstruktit non Pupuk


Ming

Tanggal

Tinggi

Jumla

Suhu

gu

tanama

Tana

ke-

n (cm)

daun

(C)
31

19 april
1

2016

5,19

Suhu
Udara
(C)
30C

Evapora
Dry

Wet

Kelembapa

si

(C)

(C)

n (%)

(ml)

28

23

28

32,5

12,9

26 April
2

29C

2016

16.31

17.53

18.11

2016
24 Mei

2016
17 Mei

17,71

2016
10 Mei

18,4

18.42

2016

2016

Rata rata

41

25

33C

30

22

43

38

39C

35C

29

28

42

41

28C

28C

25

20

42

22

30C

28

23

28

33

34C

31 C

26

28

31

33,2

28C

28 C

13

35

22

36

30,5

22,5

36,25

30.83

11 Mei
8

23

34C

33

2016
31 Mei

29C
27

3 Mei
3

15,57

4,5

21
26,75

Grafik 1. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung

Pertumbuhan Tinggi Tanaman jagung


45
40
35

Destruktif pupuk

30

Destruktif non pupuk


Non destruktif pupuk

25

Non destruktif non


pupuk

Tinggi (cm) 20
15
10
5
0
1

Grafik 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung

30
25
20

Non destruktif non


pupuk

15

Destruktif non pupuk


Non destruktif pupuk

10

Destruktif pupuk

5
0
1

Pertumbuhan adalah pertambahan volume yang tidak dapat


kembali lagi ke bentuk semula atau pertambahan kuantitas protoplasma di
dalam sel atauorganisme. Pertambahan berat juga dipengaruhi oleh besar
dan berat yang tidak dapat kembali ke bentuk semula yaitu pembelahan
sel, perpanjangan sel dan diferensiasi sel.
Hasil dari kurva sigmoid juga menunjukkan bahwa hal tersebut
sesuai dengan literatur Sitompul dan Garitmo (1995), yang menyatakan
bahwa suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering
dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman
yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu yang
dikenal dengan nama model sigmoid.
Pada praktikum ini digunakan tanaman jagung karena tanaman
jagung merupakan tanaman setahun (annual) yang pertumbuhannya
dapat diukur melalui kurva sigmoid.
Pengamatan

dan

pengambilan

data

dilakukan

mulai

dari

penanaman jagung hingga berbunga. Pengamatan dibedakan menjadi 4


kelompok yaitu destruktif pupuk, destruktif non pupuk, non destruktif
pupuk serta non destruktif non pupuk. Non destructive testing (NDT)

adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui
adanya cacat, retak, atau discountinuity lain tanpa merusak benda yang
kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya tes ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati
damage tolerance.
Pada pengamatan jumlah daun bahwa untuk setiap minggunya
mengalami pertumbuhan yang signifikan juga. Hal ini dikarenakan
tumbuhan

mulai

mempersiapkan

untuk

proses

asimilasi

atau

pembentukkan makanan melalui proses fotosntesis yang umumnya terjadi


pada daun.
Untuk menghitung luas daunnya, menggunakan rumus. Rumusnya
sebagai berikut :
luas daun=

berat guntingan gambar daun


luas kertas
berat ketas

Kurva pertumbuhan sebenarnya menunjukkan bahwa terjadi 3 fase


dalam pertumbuhan jagung (Zea mays) yaitu fase logaritmik, fase linier
dan fase penuaan hal ini sesuai dengan pernyataan (Salisbury dan Ross,
1995) yang menyatakan bahwa ada 3 fase utama pertumbuhan yaitu fase
logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju
pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meingkat terus. Pada
fase linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase penuaan
dicirakan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan.
Pada pengamatan dektruktif, setiap minggunya ada tanaman yang
dicabut pada setiap pot, sehingga pada setiap pot ada pengurangan
tanaman, ini dilakukan agar tanaman tidak bersaing dalam pengambilan
nutrisi dan unsur hara di dalam tanah. Sedangkan pada percobaan yang
nondesktruktif tidak ada pencabutan tanaman setiap minggunya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan destruktif dan nondestruktif.

Pada pengamatan destruktif pupuk, tepatnya pada fase linier,


tanaman jagung mengalami kekeringan dan akhirnya mati. Sehingga tidak
terbentuk kurva S, hal ini disebabkan karena kelebihan dalam pemberian
dosis pupuk namun kami ganti dengan cadangan lalu kemudian
membentuk kurva S. Sedangkan pada pengamatan destruktif non pupuk,
grafik pertumbuhannya sudah memiliki bentuk S atau sigmoid. Untuk
pengamatan non destruktif pupuk, terjadi kesamaan dengan tanaman
jagung pada fase linier tanaman destruktif pupuk yaitu mengalami
kekeringan dan mati. Hal ini juga dikarenakan adanya kesalahan dalam
pemberian dosis pupuk. Pengamatan non destruktif non pupuk, grafik
pertumbuhan yang didapatkan sudah berbentuk S karena pertumbuhan
cukup bagus dan tanpa hambatan.
Tumbuhan

dalam

pertumbuhannya

mengalami

tiga

fase

pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Proses
pertumbuhan ini dipengaruhi beberapa faktor internal seperti gen dan
hormon pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air,
kelembaban, dan sebagainya. Menurut (Rukmana, 1997) tanaman jagung
memiliki daya adaptasi yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia.
Tanaman ini dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai ke dataran tinggi. Sehingga tanaman jagung dapat
beradaptasi dengan baik. Salah satu cara tumbuhan jagung beradaptasi
yaitu dengan menggulung daunnya ketika pada suhu tinggi atau
kekurangan agar dapat mengurangi peguapan. Oleh karena itu, tanaman
jagung harus disiram setiap hari.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, grafik yang dihasilkan pada pertumbuhan
jagung menunjukkan hasil yang relatif signifikan walaupun pada pengujian
destruktif pupuk dan non destruktif pupuk terjadi kegagalana pertumbuhan
karena

mengalami

kematian

yang

disebabkan

kesalahan

dalam

pemberian dosis pupuk.Tumbuhan dalam pertumbuhannya mengalami


tiga fase pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan.

Proses pertumbuhan ini dipengaruhi beberapa faktor internal seperti gen


dan hormon pertumbuhan dan faktor eksternal seperti cahaya, nutrisi, air,
kelembaban, dan sebagainya. Dengan demikian, berdasarkan data
pengamatan, dapat dikatakan hasilnya sesuai dengan teori sigmoid.
SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan suatu praktikum atau pengamatan
lapangan seharusnya perlu dilakukan pengawasan dan pengarahan
langsung asisten kepada praktikan sehingga tumbuhan dapat hidup
dengan semestinya dan data yang didapatkan pun relevan. Perlu juga
ketelitian praktikan dalam pengambilan dan pengolahan data

DAFTAR PUSTAKA
Akmala, Ika, 2011. Kurva Pertumbuhan Sigmoid. (online). http://ikaakmala.blogspot.com/2011/11/kurva-pertumbuhan-sigmoid.html.
diakses tanggal 23 July 2013.
Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Effendi, S.1985. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: Jasaguna.
Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Lehrsch, G. A., R. E. Sojka dan D. T. Westermann. 2000. Nitrogen
Placement, Row Spacing, And Furrow Irrigation Water Positioning
Effects On Corn Yield. Agronomy Journal 92: 1266-1275.
Munawar, Siti. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkambangan. (online). http://sitimunawarohcr7.wordpress.com/ipa1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-danperkembangan/. Diakses tanggal 23 July 2016.
Myrna, Nyimas. 1939. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays l.) yang
Diberi Pupuk N Dengan Dosis Dan Cara Pemberian Yang Berbeda

Pada Lahan Ultisols Dengan Sistem Olah Tanah Minimum. Jurnal


Agronomi 10 (1): 9 10.
Pearl E, Edwards TI, Miner JR. 1934. The growth of Cucumis melo
seedlings at different temperatures. Journal of General Physiology,
17: 687 - 700.
Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Jakarta:
Kanisius.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi
Keempat. Bandung: ITB-Press.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.
Bandung: ITB Press.
Sitompul, S.M dan B. Guritno, (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Yogyakarta : UGMPress.
Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Bandung: Angkasa.

You might also like