You are on page 1of 9

ISSN : 2089 – 8010

Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Volume 1 No. 1 Januari 2012

EFEKTIFITAS MODEL PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN PUPUK


MAJEMUK TERHADAP TANAMAN MELON (Cucumis melo, L.)
(EFFECTIVITY OF MODEL PRUNING AND COMPOUND FERTILIZER
ADDITION ON MELON (Cucumis melo, L.))

Yonny Koentjoro
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim
Email : yonny_koentjoro@yahoo.co.id

Abstract Pruning is one form of plant maintenance actions and efforts to maximize plant
growth and development. Pruning is also aimed to increase fruit production in both quantity
and quality. Other technical treatment is also necessary in addition the provision of a balanced
fertilizer. This research aims to study the influence of Cucumis melo plants and the response
due to a variety of treatment and the trimming of compound fertilizer. Research was arranged
by using a factorial design and Randomized Complete Design. For the first factor is the
Pruning model consisting of 3-level and the second factor is rate of compound fertilizer A
Plus that consists of 4 levels. Results of research indicate that there are significant influence of
the interaction between treatment model pruning and compound fertilizer on the parameters :
leaf area, stem diameter and fruit swirl P1D3 combination treatment (not the main stem
pruned and pruned at the lateral branch of compound fertilizer dose of 30 grams / plant) to
provide the best results when compared to other treatment. Individual treatment model pruning
effect significantly on parameters stem diameter, fruit weight but did not significantly affect the
parameters of the thickness of meat and fruit sugar fruit where P1 treatment reached the highest
results of all parameters observed. Compound fertilizer treatment effect evident in all
parameters except the fruit sugar
Key words : Model pruning, compound fertilizer, growth and yield, Cucumis melo

Abstrak. Pemangkasan merupakan salah satu bentuk tindakan pemeliharaan dan upaya untuk
memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemangkasan juga ditujukan untuk
meningkatkan produksi buah baik secara kuantitas dan kualitas. Tindakan lainnya yang
diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi adalah memberikan pemupukan yang
berimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon tanaman melon terhadap
perlakuan pemangkasan dan pupuk majemuk. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok secara Faktorial. Sebagai faktor pertama adalah model
pemangkasan yang terdiri dari 3 level dan faktor perlakuan kedua adalah dosis pupuk majemuk
A+ Plus yang terdiri dari 4 level. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang nyata pada interaksi antara kedua perlakuan terhadap Luas daun, diameter batang dan
lingkar buah. Perlakuan P1D3 menunjukkan hasil terbaik jika dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Secara individual perlakuan model pemangkasan berpengaruh nyata pada parameter
diameter batang, berat buah tetapi tidak nyata pada parameter ketebalan daging buah dan
kadar gula, perlakuan P1 menunjukkan hasil tertinggi dari semua parameter yang diamati.
Pupuk majemuk berpengaruh nyata pada semua parameter kecuali kadar gula

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -9-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012

PENDAHULUAN
Buah pada umumnya merupakan sumber serat (fibre) yang sangat penting bagi kesehatan
manusia khususnya untuk pencernaan makanan dalam tubuh manusia. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsumsi serat dalam tubuh manusia dapat mengurangi
resiko timbulnya beberapa penyakit termasuk kanker usus.
Buah melon sebagai salah satu buah yang banyak digemari masyarakat merupakan buah
yang klimaterik yang mempunyai karakteristik antara lain : 1) Buah dengan pola respirasi yang
diawali dengan peningkatan secara lambat kemudian naik dan turun setelah mencapai puncak,
2) Dipanen pada saat pertumbuhan mencapai maksimum (mature) tetapi belum matang (unripe)
dan 3) Buah dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sebelum dikonsumsi karena proses
pematangan buah akan terus berlanjut setelah buah dipetik.
Pada dasarnya setiap budidaya jenis tanaman dalam upaya mencapai tingkat produktifitas
yang maksimal memerlukan perlakuan-perlakuan teknis tertentu termasuk mengatur
pertumbuhan dan kondisi lingkungan sekitar tanaman (iklim mikro) dan memenuhi kebutuhan
hara yang diperlukan dalam proses metabolisme tanaman. Beberapa upaya teknis dalam
mencapai hal tersebut dilakukan melalui pemupukan, penyulaman, pengairan, pemangkasan,
pengaturan jarak tanam dan lain-lain. Perlakuan teknis pemangkasan dan pemberian pupuk
secara berimbang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produktifitas tanaman melon yang lebih baik. Widodo (1996) mengemukakan bahwa tujuan
akhir pemangkasan yang berarti pembuangan bagian-bagian tertentu tanaman (cabang, ranting,
akar dan batang) dapat berarti bahwa pemangkasan mengandung 2 pengertian yang bersifat
dualistis, membuang bagian tanaman yang tak berguna di sisi lain untuk memperoleh suatu
tanggap pertumbuhan yang positif dari segi agronomis. Hasil penelitian Harsono (1991)
menyatakan bahwa pemangkasan batang utama tanaman melon yang dilakukan pada ruas ke 20
dan pada cabang tunas lateral ternyata menunjukkan pemangkasan batang utama memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap jumlah bunga betina dan diameter batang.
Dari segi penataan lingkungan perlakuan pemangkasan secara terbatas juga dapat mengatur
kelembaban dan suhu udara, intensitas sinar matahari yang berada disekitar tanaman.
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman berkisar antara 70-80 %, dalam
kondisi kelembaban yang tinggi akan membuat tanaman menjadi rentan terhadap penyakit
terutama dari golongan cendawan/jamur. Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari
penuh sepanjang hari sekitar 10-12 jam. Sumarna dan Kusandriani (1994) mengemukakan
bahwa sinar matahari penuh dan kelembaban yang relatif rendah diperlukan oleh tanaman
melon, karena pada kelembaban yang rendah akan memacu dan memperkuat pertumbuhan
tanaman, meningkatkan kadar gula serta mempertajam aroma buah menjadi lebih harum.
Sebaliknya kelembaban yang tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi
pembungaan, mutu buah menjadi kurang baik dan dapat merangsang timbulnya serangan
penyakit pada daun. Tanaman melon akan tumbuh baik dan dapat berproduksi maksimal pada
kondisi lingkungan dengan temperatur yang cukup panas, pada fase perkecambahan benih suhu
yang diperlukan untuk tumbuh sempurna adalah sekitar 25-26oC, sedang pada fase pertumbuhan
kisaran suhu optimal yang dibutuhkan 20-30oC (Cahyono, 1996)
Setiap jenis tanaman dipastikan memerlukan unsur hara sebagai sebagai sumber makanan
bagi tanaman, jenis unsur hara yang diberikan paad tanaman melon sebaiknya mengandung
unsur hara makro dan mikro yang lengkap sesuai dengan kebutuhan tanaman (Widiarto, 1994).
Pemberian pupuk majemuk merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
tanaman melon. Pupuk majemuk APlus merupakan pupuk buatan dengan mempunyai
kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro (N =19 %, P2O3 = 9 %, K2O = 9 %, S = 4 %,
MgO = 4 %, CaO = 7 %, Fe = 1 %). Pada dasarnya unsur-unsur hara yang terdapat dalam
pupuk APlus ini memiliki sifat additive compatible yang menyatu dengan tanah tanpa merusak
komposisi unsur hara asli dalam tanah dan mencegah penurunan kesuburan dan produktifitas
lahan akibat penggunaan secara terus menerus tanpa pemeliharaan.

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -10-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Green House milik Jurusan Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim pada bulan Februari sampai
dengan Mei 2004. Varietas yang digunakan adalah varietas Action 434. Penelitian ini dirancang
dengan mengikuti kaidah percobaan faktorial terdiri dari 2 faktor dan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap. Faktor I = Model Pemangkasan yang terdiri dari 3 level, P1 = Batang utama
tidak dipangkas dan cabang lateral dipangkas, P2 = Batang utama dipangkas + 1 cabang lateral
tidak dipangkas, P3 = Batang utama dipangkas ½ bagian + 1 cabang lateral dipangkas ½ bagian.
Faktor II = Dosis pupuk majemuk APlus, D0 = 0 gr/tanaman, D1 = 10 gr/tanaman, D2 = 20
gr/tanaman dan D3 = 30 gr/tanaman. Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan media
tanam yaitu mengisi polybag dengan media tanah, selanjutnya bibit yang sudah disemaikan
kurang lebih 2 minggu ditanam pada polybag tersebut.
Pemangkasan terhadap tunas-tunas lateral dan bunga mulai dari daun pertama hingga daun
kedelapan dibuang. Cabang lateral yang dipelihara mulai dari ruas ke 9 sampai ke 13. Ujung
batang utama pada helai daun ke 26 dipangkas. Pada bagian bawah bekas potongan batang
utama cabangnya dipelihara 2 helai daun. Buah yang akan dipelihara terletak diantara ruas ke 9
sampai ke 13 selanjutnya pemangkasan disesuaikan dengan perlakuan.
Perlakuan P1 dilakukan bila tanaman tanaman telah berumur 32 hari setelah tanam
(memiliki daun kurang lebih 26 helai dan semua cabang lateral dipangkas, kecuali untuk tempat
tumbuhnya buah yakni pada ruas ke 9 hingga ke 13. Perlakuan P2 dilakukan pada saat tanaman
berumur 32 hari setelah tanam. Yaitu dengan memangkas batang utama pada ruas daun ke 15
karena ruas ke 9 hingga ruas ke 13 terdapat calon buah yang salah satu cabangnya dibiarkan
tumbuh memanjang hingga memiliki daun berjumlah 11 helai. Perlakuan P3 pemangkasan
dilakukan pada umur tanaman 32 hari setelah tanam, yaitu dengan cara memangkas batang
utama pada daun ke 20 dan salah satu cabang yang terdapat buah dibiarkan tumbuh memanjang
hingga memiliki daun 6 helai.
Pemberian pupuk majemuk APlus dilakukan pada saat bersamaan dengan tanam dan
diberikan lagi pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam, dosis yang diberikan sesuai
dengan perlakuan yang diuji. Sedangkan untuk perlakuan D0 tanpa diberi pupuk A Plus tetapi
diberikan pupuk seperti yang dilakukan petani melon pada umumnya yaitu pupuk Urea, TSP,
KCl dengan dosis disesuaikan dengan umur tanaman dan saat pemberian.
Tahapan pemeliharaan dilakukan seperti pada budidaya tanaman melon yang umum
dilakukan petani melon seperti pengairan, pemberian turus (ajir), penyiangan, pengendalian
hama dan penyakit, pembumbunan. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 55-65 hari
setelah tanam ditandai dengan keretakan tangkai buah dan garis-garis pemisah antar tangkai
dengan buahnya tampak jelas membentuk cincin.
Parameter yang diamati meliputi luas daun dan diamater batang. Variabel kualitas meliputi
lingkar buah, berat buah, ketebalan daging buah, kadar gula buah, nisbah berat akar dan daun.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji Anova RAL pada selang kepercayaan 5 % dan bila
terjadi pengaruh perlakuan yang berbeda nyata dilakukan uji pembandingan berganda dengan
menggunakan Uji Duncan pada taraf 5 %

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemangkasan pada tanaman melon yang pada prinsipnya dilakukan terhadap cabang yang
tumbuh dari ruas batang pokok dengan catatan apabila batang utama sudah mencapai ruas ke
26, pucuk atau tunas apikalnya (titik tumbuh) bisa dipangkas, tindakan pemangkasan ini dapat
mempengaruhi proses metabolisme tanaman termasuk mempengaruhi C/N ratio. Pengaruhnya
bisa mempengaruhi pembentukan organ-organ tanaman baik vegetatif maupun generatif.
Demikian pula pada pemberian pupuk majemuk yang dilakukan dapat merubah dan
mempengaruhi proses-proses pertumbuhan tanaman (Saptarini, Widayati dan Sari, 1998 ;
Anonymous, 1999). Hasil analisis statistika terhadap rata-rata luas daun per tanaman
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi yang berbeda sangat nyata antara perlakuan

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -11-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012
pemangkasan dan pemberian pupuk majemuk (Tabel 1), hal ini menunjukkan bahwa
pemangkasan batang utama dan pemberian pupuk majemuk pada perlakuan kombinasi P1D3
mampu menunjukkan respon yang positif sehingga memberikan hasil luas daun maksimal.
Analisis statistika terhadap diameter batang ternyata hanya menunjukkan pengaruh secara
individual dari masing-masing perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk majemuk (Tabel
2). Sesuai dengan tujuan pemangkasan yang pada dasarnya mengurangi bagian-bagian tanaman
yang tidak produktif sehingga hasil asimilat dari proses fotosintesis lebih banyak di alokasikan
untuk meningkatkan proses pertumbuhan tanaman lainnya seperti pembesaran sel (Widodo,
1996 ; Gardner et al, 1991). Pengaruh pemangkasan terhadap proses pertumbuhan tanaman
pada fase vegetatif dan generatif tanaman menunjukkan bahwa ada keterkaitan dengan
kemampuan tanaman dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada lingkungan termasuk perubahan akibat adanya pemangkasan batang, cabang dan daun.
Pada tanaman yang tidak dipangkas umumnya mempunyai cabang- cabang yang terlalu banyak
dimana daun-daun yang terbentuk akan menyebabkan pertumbuhan generatif termasuk
pembentukan buah akan terhambat.
Proses pembentukan buah akan sangat terkait pada efisiensi pemanfaatan asimilat yang
dihasilkan dari proses fotosintesis, besaran jumlah asimilat yang dialokasikan untuk
pembentukan buah ditentukan banyak faktor. Perlakuan pemangkasan cabang lateral (P1) yang
dikombinasikan pemberian dosis pupuk majemuk 30 gram per tanaman (D3) ternyata
menghasilkan lingkar buah lebih besar jika dibandingkan dengan perlakuan kombinasi lainnya
(Tabel 3). Pendapat yang dikemukakan oleh Marchner (1995) bahwa mineral nutrisi yang
digunakan dalam proses metabolisme tanaman tidak mampu bekerja secara sendiri tetapi juga
didukung oleh kondisi internal dan eksternal yang dialami oleh tanaman. Pengaruh proses
pemangkasan secara spesifik ditunjukkan pada keterkaitan secara interaktif dengan perlakuan
pemberian pupuk majemuk ternyata menghasilkan hubungan korelasi positif terutama jika
dinyatakan dalam suatu analisis hubungan antara parameter ketebalan daging buah dengan berat
buah per tanaman (Gambar 1), tetapi pengaruh secara individual antara masing-masing
perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk majemuk terjadi pada masing-masing parameter
berat buah (Tabel 4). Pada parameter ketebalan daging buah justru hanya menampakan
pengaruh pemberian pupuk majemuk yang memberikan pengaruh nyata tetapi perlakuan
pemangkasan tidak berpengaruh terhadap parameter tersebut (Tabel 5). Tanaman yang tanpa
dipangkas akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang lebih dominan hal ini ditunjukkan
dengan tumbuhnya daun yang banyak hal ini akan menghambat lajunya pertumbuhan generatif
tanaman karena tanaman dengan daun yang terlalu banyak akan meningkatkan luas kanopi dan
mengakibatkan cahaya matahari menjadi terhalang sehingga proses pemasakan buah pun
menjadi tidak maksimal, zat makanan yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk kebutuhan
pembentukan organ vegetatif tanaman seperti daun dan cabang (Howeler, 1981)

Tabel 1. Pengaruh Interaksi perlakuan Pemangkasan dan Dosis Pupuk Majemuk


terhadap Luas Daun.
Perlakuan Dosis Pupuk Majemuk
Pemangkasan (Rata-rata Luas Daun – cm2)
Umur 49 hst D0 D1 D2 D3
P1 225 d 216 c 235 e 238 e
P2 221 cd 183 b 217 c 218 c
P3 220 c 143 a 218 c 218 c
Umur 56 hst
P1 266 f 254 e 270 ef 280 g
P2 248 e 216 b 235 cd 246 de
P3 246 cd 186 a 231 c 235 cd
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %
9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -12-
Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012

Tabel 2. Rata-rata Diameter Batang (cm) pada Perlakuan Pemangkasan dan


Pemberian Dosis Pupuk Majemuk
Perlakuan Diameter Batang (cm) pada hari ke (hst)
49 56 63
Pemangkasan
P1 0,50 b 0,55 b 0,56 b
P2 0,46 a 0,50 a 0,51 a
P3 0,46 a 0,50 a 0,49 a
Dosis pupuk
D0 0,45 a 0,50 ab 0,51 ab
D1 0,43 a 0,47 a 0,49 a
D2 0,49 b 0,53 bc 0,53 ab
D3 0,52 b 0,56 c 0,55 b
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %

Tabel 3. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pemangkasan dan Dosis Pupuk Majemuk


terhadap Lingkar Buah

Perlakuan Dosis Pupuk Majemuk


Pemangkasan (Rata-rata Lingkar Buah – cm)
D0 D1 D2 D3
P1 37,30 bc 36,80 bc 38,20 cd 40,80 d
P2 36,80 bc 34,80 bc 36,70 bc 38,00 cd
P3 36,80 bc 31,30 a 36,30 bc 35,00 bc
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %.

Tabel 4. Rata-rata Berat Buah (kg) pada Perlakuan Pemangkasan dan Pemberian
Dosis Pupuk Majemuk
Perlakuan Rata-rata berat Buah per Tanaman (kg)

Pemangkasan
P1 0,82 b
P2 0,68 a
P3 0,74 a
Dosis pupuk
D0 0,73 ab
D1 0,67 b
D2 0,75 b
D3 0,80 b
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -13-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012
Tabel 5. Rata-rata Ketebalan daging Buah (cm) pada Perlakuan Pemangkasan
dan Pemberian Dosis Pupuk Majemuk

Perlakuan Rata-rata Ketebalan Daging Buah (cm)

Pemangkasan
P1 3,90 a
P2 3,70 a
P3 3,87 a
Dosis pupuk
D0 3,69 a
D1 3,67 a
D2 3,86 ab
D3 4,08 b
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %

Adanya hubungan positif antara ketebalan daging buah dengan berat buah menunjukkan
pengaruh hubungan antara keduanya, hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan semakin
bertambahnya ketebalan daging buah cenderung meningkatkan berat buah (Gambar 1) besaran
peranan ketebalan daging buah terhadap peningkatan berat buah ditunjukkan dengan nilai r 2
sebesar 0,745 (74,5 %). Peningkatan volume buah juga diduga merupakan hasil peningkatan
beberapa proses fisiologis pada tanaman dan peningkatan volume buah (berat buah) akan
diikuti oleh proses lainnya seperti proses pematangan buah dan peningkatan kadar bahan-bahan
tertentu dalam tanaman dan buah. Hubungan antara ketebalan daging buah dengan kadar gula
dalam buah juga menunjukkan hubungan yang positif walaupun secara statistika tidak berbeda
nyata (r = 0,032) (Gambar 2), hal ini bisa memberikan arti bahwa ketebalan daging buah tidak
secara langsung terhadap peningkatan kadar gula dalam buah, sehingga dengan semakin
meningkatnya ketebalan daging buah tidak selalu diikuti dengan peningkatan kadar gula.
Perlakuan pemangkasan ternyata juga tidak berpengaruh terhadap kadar gula pada buah
justru perlakuan pemangkasan menunjukkan kecenderungan menurunkan kadar gula dalam
buah, kecenderungan yang sama juga pada perlakuan pemberian pupuk majemuk menunjukkan
semakin meningkatnya pemberian pupuk majemuk APlus justru menurunkan kadar gula dalam
buah walaupun memberikan pengaruh yang berbeda nyata (Tabel 6), kondisi seperti ini diduga
disebabkan karena adanya interaksi faktor eksternal dan internal (genetis) tanaman.
Goldsworthy dan Fisher (1984) dan Salisbury dan Ross (1969) mengemukakan bahwa
pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari pengaruh interaksi antara faktor eksternal terutama
faktor lingkungan disekitar tanaman dengan faktor internal tanaman yang terkait dengan
kemampuan tanaman dalam mengadaptasikan dirinya dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi disekitar tanaman baik yang bersifat normal maupun ekstrim.

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -14-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012

Ketebalan Daging Buah (cm)

Gambar 1. Hubungan antara Ketebalan Daging Buah


Berat Buah

Ketebalan Daging Buah (cm)

Gambar 2. Hubungan antara Ketebalan Daging Buah


Kadar Gula

Tabel 6. Rata-rata Kadar Gula (%) pada Perlakuan Pemangkasan dan Pemberian
Dosis Pupuk Majemuk

Perlakuan Rata-rata Kadar Gula (%)

Pemangkasan
P1 12,85 a
P2 11,35 a
P3 11,60 a
Dosis pupuk
D0 13,23 c
D1 10,77 a
D2 11,77 b
D3 11,97 b
Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf sama dalam kolom perlakuan
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan 5 %

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -15-


Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012
Hasil perhitungan nisbah berat akar dan daun (NBA dan NBD) dari berat kering hasil
fotosintat yang merupakan peubah tergantung dan berat kering total (peubah bebas) merupakan
suatu pengukuran untuk mengetahui seberapa besar alokasi asimilat (bahan kering) dalam masa
pertumbuhan dimana nisbah daun ini erat kaitannya dengan dengan luas daun, luas daun akan
juga menentukan laju fotosintesis per satuan tanaman yang akhirnya akan mempengaruhi hasil
panen. Hasil perhitungan nisbah berat akar dan daun disajikan dalam Tabel 7 dibawah ini.
Berdasarkan hasil analisis rata-rata diperoleh nisbah berat daun tertinggi pada kombinasi
perlakuan P1D3 (0,34) dan terrendah dicapai oleh perlakuan kombinasi P2D3 sebesar 0,24
sedangkan nisbah berat akar tertinggi dicapai oleh perlakuan kombinasi P3D1, P3D2 dan P3D3
sebesar 0,15 dan terrendah dicapai oleh P1D3 sebesar 0,7.
Nisbah berat akar merupakan suatu pengukuran untuk menghitung berapa besar efisiensi
akar dalam mendukung pembentukan biomassa total tanaman, dimana semakin tinggi nilai
NBA diasumsikan bahwa semakin tinggi pula kemampuan akar dalam menyerap unsur hara dan
air untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Nisbah Berat Akar dan Daun

Perlakuan Kombinasi Nisbah Berat Akar Nisbah Berat Daun


P1D0 0,10 0,33
P1D1 0,08 0,28
P1D2 0,08 0,32
P1D3 0,07 0,34
P2D0 0,08 0,32
P2D1 0,13 0,27
P2D2 0,12 0,25
P2D3 0,13 0,24
P3D0 0,12 0,27
P3D1 0,15 0,30
P3D2 0,15 0,28
P3D3 0,15 0,29

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk
majemuk terhadap parameter Luas Daun dan Lingkar Buah dimana hasil tertinggi dicapai
oleh perlakuan kombinasi P1D3
2. Perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap parameter Diameter Batang, Rata-rata
berat buah dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter ketebalan daging buah dan
kadar gula dalam buah dimana perlakuan P1 pemangkasan pada ruas ke 26 mencapai hasil
tertinggi dari semua parameter yang diamati.
3. Pemberian pupuk majemuk APlus berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang
diamati dan secara umum hasil tertinggi dicapai oleh dosis D3 (30 gram pertanaman)
kecuali pada kadar gula hasil tertinggi dicapai perlakuan D0 (tanpa pupuk majemuk).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono. B. 1996. Mensukseskan Tanaman Melon. CV. Aneka Ilmu. Solo. Halaman 24-33

Gardner, FP., R.B. Pearce dan R.I Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 14-18
9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -16-
Berkala Ilmiah Agroteknologi Plumula Vol. 1 No 1 Januari 2012
Goldsworthy, P.R. dan N. M. Fisher (ed). 1984. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(terjemahan). Gadjah Mada University Press. 874 p.

Harsono. H. 1991. Pengaruh Pemangkasan dan Penjarangan Buah terhadap Kualitas Tanaman
Melon (Cucumis melo, L.). Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Howeler. 1981. Mineral Nutrition and Fertilizer of Cassava CIAT. Columbia. 50p

Marchner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plant. Academic Press. London

Salisbury, F.B. and C. Ross. 1969. Plant physiology. Wadsworth Pub. Co. Inc., California. 747
p.

Saptarini, N., E. Widayati, L. Sari, 1998. Membuat Tanaman Cepat Tumbuh. PS. Jakarta Seri
Teknologi XXIII /274
Sumarna, A. dan Kusandriani, Y. 1994. Pengaruh Kombinasi Dosis Urea dan KCl serta
Pemangkasan Cabang terhadap Pertumbuhan dan Analisa Paprika Kultivar California
Wonder. Bulletin Penelitian Hortikultura XXVII (1) : 12-18.

Widiarto. 1994. Vertikultur. PS. Jakarta. 144 Halaman

Widodo, W.D. 1996. Pemangkasan. Penebar Swadaya. 103 Halaman.

9 -17 Efektifitas Model Pemangkasan dan Pemberian …….(Yonny Koentjoro) -17-

You might also like