You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.

1, FEBRUARI 2011

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP


KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB
Moh. Arip, Rusmini
Abstract: The general objective of this study was to analyze the influence of group activity of therapy:
socialitation toward achiefmant of communication for patient witedrawl. This study used quasy experimental.
Population of this study comprised patients who were care at Psikiatric Hospital West Nusa Tenggara. Total
sample was 24 respondents, taken using purposive sampling. The independent variable in this study was group
activity of therapy: socialitation and the dependent variables was achiefmant of communication. Data on
achiefmant of communication verbal and non verbal were taken using check list. The study was conducted
between Agustust and September 2010. Data were analyzed using the wilcoxon signed ranks test with level of
significance of 0.05. The results were as follows: before group activity of therapy: socialitation, respondents of
doing communication verbal with category achief (29.2%) and category not achief (70.8%), furthermore
respondents of doing communication non verbal with category achief (79.0%) and category not achief (21.0%).
After group activity of therapy: socialitation, respondents of doing communication verbal with category achief
( 83.0%) and category not achief (17.0%), furthermore respondents of doing communication non verbal with
category achief (87.5%) and category not achief (12.5%). The result of wilcoxon signed ranks test showed
significant difference in achiefmant of communication verbal (p= 0.000) and achiefmant of communication non
verbal (p= 0.003).
Kata kunci: Taks, Komunikasi, Klien Menarik Diri
LATAR BELAKANG
Asuhan
asuhan

untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

keperawatan

keperawatan

jiwa

spesialistik,

merupakan

namun

Terapi aktifitas kelopok dibagi menjadi empat yaitu:

tetap

terapi

aktifitas

kelompok

stimulasi

persepsi,

dilakukan secara holistik pada saat melakukan

stimulasi senssori, realita, dan sosialisasi. TAK

asuhan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan

sosialisasi diberikan kepada pasien isolasi sosial

yang dikembangkan difokuskan kepada klien secara

(menarik diri) dengan kriteria: klien menarik diri

individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas.

yang telah mulai melakukan interaksi interpersonl

Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi

dan klien kerusakan komunikasi verbal yang telah

modalitas yang di dalamnya termasuk Terapi

berespon sesuai stimulus (Keliat.B.A. 2004).

Aktifitas Kelompok (TAK).

Berdasarkan

TAK merupakan salah satu terapi modalitas

studi

pendahuluan

yang

dilakukan oleh peneliti kondisi saat ini di RS Jiwa

yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien

Propinsi

yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

dilaksanakan oleh perawat di ruang perawatan

Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok

hampir tidak pernah dilakukan,hanya dilakukan di

digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok

ruang rehabilitasi setiap hari tanpa membedakan

terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,

masalah pasien. hasil observasi oleh peneliti setiap

saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium

melaksanakan bimbingan praktik klinik mahasiswa

tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif

D3 Keperawatan di setiap ruang perawatan RS Jiwa

229

NTB

bahwa

kegiatan

TAK

yang

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Propinsi NTB terdapat 60% pasien yang dirawat

Kemampuan Komunikasi pada Klien Menarik Diri di

dengan masalah menarik diri lama hari rawatnya

Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB. Adapun tujuan

lebih lama

umum penelitian ini

dengan lama perawatan lebih dari 6

adalah untuk mengetahui

minggu (di atas standar lama hari rawat RS Jiwa

pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Propinsi NTB). Hasil penelitian Arip, M.dkk. (2009)

Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien Menarik

tentang pengetahuan, sikap dan tindakan

perawat

Diri di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB sedangkan

melaksanakan TAK, menunjukkan ada

tujuan khususnya adalah untuk mengidentifikasi

dalam

pengaruh yang signifikan

p= 0,001. Hal ini

kemampuan komunikasi klien menarik diri sebelum

menunjukan perawat sudah memiliki kemampuan

dilakukan

yang baik dalam melaksanakan TAK, sehingga

kemampuan komunikasi klien menarik diri sesudah

kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap ruang rawat

dilakukan

inap RS Jiwa Propinsi NTB.

pengaruh TAK Sosialiasai terhadap kemampuan

Berdasarkan data dari rekam medik RSJ

TAK
TAK

sosialisasi,
sosialisasi

mengidentifikasi
serta

menganalisis

komunikasi pada klien menarik diri.

Propinsi NTB dan studi pendahuluan bahwa pasien


METODE PENELITIAN

dengan schizphrenia dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan. Tahun 2007 sebanyak 837 orang, tahun

Penelitian ini menggunakan pendekatan

2008 sebanyak 966 orang, dan tahun 2009 sebanyak

Quasy Experiment. Pengambilan sampel dalam

986 orang serta sebagian besar (60%) perilaku yang

penelitian ini menggunakan purposive sampling

ditunjukan adalah perilaku menarik diri sehingga

sebanyak

membutuhkan

dari

independen adalah Terapi Aktivitas Kelompok:

perawat dengan melaksanakan salah satu terapi

Sosialisasi dan variabel dependen adalah kemampuan

modalitas keperawatan jiwa yaitu Terapi Aktifitas

komunikasi. Analisis yang digunakan yaitu uji

Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu

wilcoxon Signed Ranks dengan tingkat kemaknaan p

tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa.

< 0.05.

penanganan

yang

spesifik

Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab

24

responden.

Adapun

variabel

HASIL PENELITIAN

penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu, perlu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dimasukkan dalam rencana tindakan keperawatan

dilaksanakan, diperoleh informasi sebagai berikut:

klien pada masalah keperawatan tertentu. Semua


kemampuan yang dipelajari klien dalam TAK
hendaknya digunakan sampai klien pulang ke rumah

Data Umum

sehingga kekambuhan pasien dapat diminimalkan.

Data

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka

mengambil

judul

Aktivitas

Kelompok

tersebut

penelitian

Sosialisasi

karakteristik

c) pendidikan, d) agama, dan e) status perkawinan,

peneliti

Pengaruh

menguraikan

responden yang meliputi: a) Jenis kelamin, b) Umur,

hal ini perlu dicermati secara ilmiah dan berdasarkan


pertimbangan-pertimbangan

umum

yang dapat dilihat seperti berikut ini.a. Distribusi

Terapi

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Terhadap

230

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

c.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan

Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
NTB, September 2010
Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Jiwa
Propinsi NTB, September 2010

Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil


bahwa responden terbanyak dengan jenis kelamin

Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil

laki- laki yaitu 16 orang (66%).

bahwa responden terbanyak mempunyai tingkat


b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

pendidikan SMA yaitu 11 orang (46%).


d. Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan


Agama di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB,
September 2010

Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan


Umur di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB,
September 2010

Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil

Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil

bahwa responden terbanyak beragama Islam yaitu 18

bahwa responden terbanyak berumur 20-30 tahun

orang (75%).

yaitu 10 orang (42%).


e.
Distribusi Responden Berdasarkan
Perkawinan

Status

Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan


Status Perkawinan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
NTB, September 2010

231

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil

Data Khusus

bahwa responden terbanyak berstatus menikah yaitu

Kemampuan

12 orang (50%).

komunikasi

verbal

klien

menarik diri sebelum dan sesudah dilakukan terapi


aktifitas kelompok sosialisasi.

Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Verbal Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan

peningkatan kemampuan berkomunikasi, dimana

bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi

sebagian besar responden yaitu 20 orang (83%)

Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar

mampu melakukan komunikasi verbal.

responden yaitu 17 orang (70,8%) tidak mampu

Kemampuan Komunikasi Non Verbal Klien

melakukan komunikasi verbal dan sesudah dilakukan

Menarik Diri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi

Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi menunjukkan

Aktifitas Kelompok Sosialisasi

Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Non Verbal Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September
2010
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan

peningkatan kemampuan komunikasi non verbal,

bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi

dimana sebagian besar responden yaitu 21 orang

Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar

(87,5%) mampu melakukan komunikasi non verbal.

responden yaitu 19 orang (79%) mampu melakukan

Komparasi

komunikasi non verbal dan sesudah dilakukan Terapi


Aktivitas

Kelompok

Sosialisasi

Hasil

Pre

Test-Post

Test

Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik

menunjukkan

232

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Diri

yang

Diberi

Terapi Aktivitas

Kelompok

Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB


Tabel 1. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik Diri
yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
Variabel

Waktu test
Pre test

(54.25%)

Komunikasi
Verbal

Rata-rata
2.17

Post test

Perbedaan nilai rata-rata

3.17
(79.25%)
1.00

SD

Ket

0.000

Bermakna

0.637

0.702

(25.00%)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan

perubahan kemampuan komunikasi verbal responden

komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum

sebelum dan sesudah diberikan

dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi. Hasil pre test menunjukkan

Sosialisasi.

nilai rata-rata responden yaitu 2.17 (54.25%)

Komparasi

Hasil

Pre

Test-Post

Test

sedangkan hasil post test menunjukkan nilai rata-rata

Kemampuan

Komunikasi Non Verbal pada Klien

responden yaitu 3.17 (79.25%) dengan perbedaan

Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok

nilai rata-rata 1.00 (25.00%). Hasil analisis Wilcoxon

Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB

Signed Ranks Test diperoleh nilai p < 0.05 yang


Tabel 2. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Variabel Komunikasi Non Verbal pada Klien Menarik Diri
yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010
Variabel

Waktu test

Rata-rata
2.83

Pre test

SD

Ket

0.482
(70.75%)

KomunikasiNon Verbal

Bermakna
3.42
Post test

0.003
0.717

(85.50%)
0.59

Perbedaan nilai rata-rata

(14.75%)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 2.83

perubahan kemampuan komunikasi non verbal

(70.75%)

responden sebelum dan sesudah diberikan

Terapi

nilai rata-rata responden yaitu 3.42. (85.50%) dengan

Hasil pre test

perbedaan nilai rata-rata 0.59 (14.75%). Hasil

Aktivitas Kelompok Sosialisasi.

233

sedangkan hasil post test menunjukkan

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

analisis Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai p

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

< 0.05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK):

kemampuan komunikasi non verbal pada klien

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi verbal

menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi

maupun non verbal pada klien dengan menarik diri

Aktivitas Kelompok Sosialisasi.

yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB.

Sosialisasi

Klien yang mengalami gangguan jiwa akan


PEMBAHASAN

menunjukkan gejala negatif dan gejala positif. Salah

Berdasarkan hasil

pre test kemampuan

satu bentuk gejala yang ditunjukkan adalah perilaku

komunikasi verbal klien menunjukkan nilai berada

menarik diri. Klien yang mengisolasi dirinya dan

pada kategori tidak mampu (54.25 persen) dan hasil

tidak mau berhubungan dengan orang lain ini

post test menunjukkan kemampuan komunikasi

merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan

verbal klien berada pada kategori

mampu (79.25

diri individu dalam menghadapi masalah untuk

persen) dengan perbedaan nilai rata-rata 25 persen.

mengurangi perasaan tertekan, kecemasan, stress,

Hasil anlisis menunjukkan nilai p = 0.000, yang

maupun konflik yang berkepanjangan. Namun

berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan

strategi ini tentunya tidak realistik, maka akan

komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum

menimbulkan

dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok

berkaitan dengan hubungan sosialnya baik sesama

Sosialisasi. Demikian pula

hasil pre test

untuk

pasien maupun hubungan pasien dengan perawat.

kemampuan

non

klien

Manusia adalah mahluk sosial yang terus

menunjukkan nilai berada pada kategori mampu

menerus membutuhkan orang lain di sekitarnya.

(70.75 persen) dan hasil post test menunjukkan

Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial

kemampuan komunikasi non verbal klien berada

untuk

pada kategori

dengan

Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki

perbedaan nilai rata-rata 14.75 persen. Hasil anlisis

oleh orang lain, pengakuan dari orang lain,

menunjukkan nilai p= 0.003, yang berarti terdapat

penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri.

perbedaan bermakna kemampuan komunikasi non

Interaksi

verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah

memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang

diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.

diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi

komunikasi

verbal

mampu (85.50 persen)

Setelah dilakukan anlisis data didapatkan

semakin

melakukan

yang

banyak

interaksi

dilakukan

kesulitan

sesama

tidak

yang

manusia.

selamanya

suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk

hasil peningkatan kemampuan komunikasi verbal

berinteraksi dengan orang lain.

dan non verbal sebelum dan sesudah diberikan Terapi

Tugas perawat untuk membantu pasien agar

Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Hasil analisis Uji

bisa keluar dari keadaannya tersebut. Peneliti

Wilcoxon Sigened Rank menunjukkan ada perbedaan

mencoba memberi intervensi berupa Terapi Aktivitas

bermakna (p= 0.000) untuk kemampuan komunikasi

Kelompok

verbal klien dan ada perbedaan bermakna (p= 0.003)

membantu mengatasi masalah menarik diri pada

untuk kemampuan komunikasi non verbal klien.

klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi

234

(TAK):

Sosialisasi

dalam

rangka

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

NTB. Dengan terapi ini klien saling berinteraksi

hubungan interpersonal yang adekuat dan dapat

dengan pasien lain sehingga diharapkan terjadinya

mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi

peningkatan kemampuan berkomunikasi klien baik

eksternal.

verbal maupun non verbal sesudah diberikan Terapi

Selain itu, menurut Tim Keperawata Jiwa

Aktivitas Kelompok (TAK): Sosialisasi.

PSIK-FK Unair (2004), bahwa untuk mencapai hasil

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang maksimal dalam sebuah terapi aktivitas

Alfiansyah (2008), bahwa ada pengaruh pemberian

kelompok

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Latihan

kelompok yaitu Leader, Co-Leader, Fasilitator dan

Keterampilan Sosial Terhadap Kemampuan Interaksi

Observer yang memiliki dan menjalankan tugasnya

Sosial Klien Menarik Diri dan penelitian Purnomo

masing-masing secara efektif sehingga tujuan terapi

(2003), bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas

dapat diperoleh secara maksimal.

Kelompok terhadap perubahan perilaku pasien

Menurut Keliat, BA. dan Akemat (2005) terdapat

menarik diri.

peran dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas

Menurut Yalom (1995) dalam Stuaart &

yaitu

maka

terapis

diperlukan

perlu

melakukan

Akemat (2005) anggota kelompok mungkin datang

mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain,

dari berbagai latar belakang yang harus ditangani

diskusi dengan kata-kata, menyampaikan kesamaan

sesuai dengan keadaannnya seperti agresif, takut,

anggota kelompok, membantu

kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan,

untuk mendengarkan ketika orang lain bicara,

kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan

memberi arahan, menjaga kelompok tetap fokus

mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota

sehingga

kelompok memberi dan menerima umpan balik yang

diharapkan.

berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam

Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan stimulasi

kelompok.

yang

persepsi merupakan sebagian dari terapi aktifitas

diberikan harus sesuai dengan masalah utama yang

kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek

dihadapi pasien, misalnya pasien dengan masalah

keperawatan jiwa. Terapi Aktivitas Kelompok ini

utama menarik diri atau isolasi sosial maka TAK

juga

yang diberikan dalah TAK-Sosialisasi sedangkan

keperawatan

pasien dengan masalah utama halusinasi maka TAK

Cognitive Behavioral Therapy dan tidak hanya

yang paling tepat digunakan adalah TAK Stimulasi

dilakukan di dalam rumah sakit tapi juga bisa

Persepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosida

dilakukan di masyarakat, seperti penelitian yang

(2005), bahwa ada pengaruh pemberian Terapi

dilakukan Rusjidi (2007) bahwa ada pengaruh

Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori: Menggambar

konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok terhadap

terhadap Perbaikan Respon Interpersonal pada Klien

perubahan psikososial pada wanita dewasa pasca

Skizofrenia

gempa di Bantul Yogyakarta.

dengan

Aktivitas

Isolasi

Kelompok

Sosial.

Terapi

ini

diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan

235

dapat

mencapai

dimodifikasi
lainnya,

terwujud,

agar

kekohesifan

dapat

dapat

upaya

Laraia (2001) dikutip dari Budi Anna Keliat dan

Terapi

kelompok

pengorganisasian

seperti

anggota kelompok

tujuan

terapi

dengan

misalnya

yang

tindakan

konseling

atau

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Masih adanya klien yang belum mampu

Sosialisasi

melakukan komunikasi verbal dan komunikasi non

bermakna.

verbal, kemungkinan disebabkan oleh sebagian besar


klien berjenis kelamin laki-laki. Menurut

Agar

pelaksanaan

Terapi

Aktifitas

Rehabilitasi agar lebih selektif dalam menyeleksi

jenis kelamin wanita predominan untuk mencari

klien yang memenuhi kriteria untuk mengikuti

hubungan dan persahabatan sedangkan orang dengan


predominan

yang

maka RS Jiwa Propinsi NTB terutama Ruang

adalah jenis kelamin (jender) dimana orang dengan

laki-laki

perbedaan

Kelompok dapat dillaksanakan sesuai dengan SOP,

salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi

kelamin

ada

Saran

Tannen

( 1990 ) yang dikutip oleh Potter & Perry bahwa

jenis

menunjukkan

kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok sesuai dengan

untuk

masalah keperawatan utama klien. Agar Terapi

menyelesaikan tugas, kebebasan, dan status. Perawat


perlu mewaspadai perbedaan ini ketika bersama klien
atau dengan tim kesehatan lainnya yang berlawanan

Aktifitas

Kelompok

optimal,

maka

program/jadwal

jenis. Aktif menyimak dan mencari kejelasan akan

Kelompok.

membantu mencegah salah persepsi dan salah

dapat

dilaksanakan

disarankan

untuk

pelaksanaan

Perlu

penelitian

Terapi

lebih

membuat
Aktifitas

lanjutan

yang

berhubungan dengan Terapi Aktifitas Kelompok:

paham.

Sosialisasi untuk semua sesi yang disesuaikan

Berdasarkan uraian di atas maka dalam

dengan kondisi klien.

penelitian ini terbukti bahwa terdapat pengaruh


Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi terhadap
kemampuan komunikasi verbal dan non verbal klien

DAFTAR PUSTAKA

menarik diri.

Carpenito.L.J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


Jakarta: EGC, 2001.

KESIMPULAN DAN SARAN

Depkes RI. Komunikasi Terapeutik dalam Asuhan

Kesimpulan
Sesuai

hasil

penelitian

maka

Keperawatan. Jakarta: Pusdiknakes Depkes

dapat

RI, 1993.

disimpulkan yaitu: sebagian besar klien menarik diri


yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB belum

Fortinash & Warret. Psychiatric Nursing Care Plant

mampu melakukan komunikasi sebelum diberikan

St. Lours, Mosby Year Book, 1995, Hal.

Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi. Setelah

791.

diberikan Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi,

Hawari, D. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi.

sebagian besar klien menarik diri di RS Jiwa Propinsi

Jakarta: EGC, 2001.

NTB mampu melakukan komunikasi. Kemampuan

Keliat,B.A. Model Praktek Keperawatan Profesional

komunikasi verbal dan non verbal pada klien

Jiwa, Jakarta: EGC, 2010.

menarik diri yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB

Keliat, B.A. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas

sebelum dan sesudah Terapi Aktifitas Kelompok:

Kelompok. Jakarta: EGC, 2004.

236

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Keliat, B.A. Asuhan Klien Gangguan Hubungan


Sosial: Menarik Diri. Jakarta: FIK UI, 1998,
h. 4.
Nursalam.

Konsep

Penelitian

&
Ilmu

Penerapan

Metodologi

Keperawatan.

Jakarta:

Salemba Medika, 2008.


Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Volume 1
Ed.4. Jakarta: EGC, 2005.
Stuart dan Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Jakarta: EGC, 1998, h. 46.
Stuart dan Laria. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta: EGC, 2001.
Sugiyono. Statistik Nonparametriks untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta, 2003.
Suliswati,

dkk.

Konsep

Dasar

Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC, h. 7.

237

You might also like