You are on page 1of 7

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTCOME PASIEN CEDERA

KEPALA BERDASARKAN FUNCTIONAL INDEPENDENCE MEASURE (FIM)

Moh. Ubaidillah Faqih1, Ahsan2, Tina Handayani Nasution3


1Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2,3Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Jalan Veteran Malang 65145


Email: moh.ubaidillah.faqih@gmail.com

Abstract: Head injuries caused by traffic accidents are the main cause of disability and mortality. FIM
is one outcome measurement head injury. Several suspected factors are age, mechanism of injury,
initial GCS score, hypotension, pupil diameter and the light reactions, CT scan, alcohol use, as well as
the duration of treatment. The purpose of this study was to determine the factors that influence the
outcome of head injury by FIM in patients with head injury. This study is an observational analytic
study using a retrospective design of the 107 samples of medical records dr. R. Koesma Tuban from
the period January to April 2016. The data was collected using cluster random sampling technique
with the inclusion and exclusion criteria. The instrument use a basic collection sheets, checklists and
sheets FIM. Data analysis use contingency coefficient test and logistic regression. Logistic regression
analysis showed that factors affecting is GCS (p = 0.996) and pupil (p = 0.077). The equation
obtained y = 0.357 + 19.434 (GCS) + 2,041 (Pupil). Hosmer and Lameshow test results showed good
calibration (p = 1.000), AUC value of 93.6% indicates that the regression equation obtained capable
of distinguishing the outcome of head injury by variables GCS and pupils, the remaining 6.4% is
influenced by other factors. The conclusion of this study is the initial GCS score and pupil is a
dominant factor influence the outcome by FIM. Therefore, nurses need to improve the management of
head injury patients in the emergency phase by measuring GCS and pupils more thoroughly.

Keywords: outcome, head injury, Functional Independence Measure (FIM)

Abstrak: Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan
mortalitas. FIM merupakan salah satu pengukuran outcome cedera kepala. Beberapa faktor yang
dicurigai adalah usia, mekanisme cedera, skor awal GCS, hipotensi, diameter pupil dan reaksi
cahaya, CTscan, penggunaan alkohol, serta lama perawatan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui faktor yang mempengaruhi outcome cedera kepala berdasarkan FIM pada pasien cedera
kepala. Penelitian ini adalah studi yang bersifat analitik observasional dengan menggunakan
rancangan retrospektif terhadap 107 sampel rekam medis RSUD dr. R. Koesma Tuban dari periode
Januari-April 2016. Pengumpulan data menggunakan tehnik cluster random sampling dengan kriteria
inklusi dan ekslusi. Instrumen yang akan digunakan lembar pengumpulan dasar, checklist dan lembar
FIM. Analisis menggunakan uji koefisien kontingensi dan regresi logistik. Hasil uji regresi logistik
menunjukan faktor yang mempengaruhi adalah GCS (p=0,996) dan pupil (p=0,077). Persamaan yang
didapat adalah y = 0,357 + 19,434 (GCS) + 2,041 (Pupil). Hasil uji Hosmer and Lameshow
menunjukan kalibrasi yang baik (p=1,000), nilai AUC menunjukan bahwa 93,6% persamaan regresi
yang diperoleh mampu membedakan outcome cedera kepala berdasarkan variabel GCS dan pupil,
sisanya yaitu 6,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah skor awal GCS
dan pupil menjadi faktor yang dominan berpengaruh dengan outcome berdasarkan FIM. Oleh karena
itu, perawat perlu meningkatkan manajemen pasien cedera kepala pada fase emergency dengan
melakukan pengukuran GCS dan Pupil secara lebih teliti.

Kata kunci : outcome, cedera kepala, Functional Independence Measure (FIM)

PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas dapat disabilitas dan mortalitas di negara
mengakibatkan berbagai cedera. Cedera berkembang. Keadaan ini umumnya
yang paling banyak terjadi pada saat terjadi pada pengemudi motor tanpa helm
kecelakaan lalu lintas adalah cedera atau memakai helm yang kurang tepat
kepala. Cedera kepala akibat kecelakaan dan yang tidak memenuhi standar
lalu lintas merupakan penyebab utama (Wijayanti,2012).

238
Moh. Ubaidillah Faqih dkk, Analisis Faktor Yang | 239

Wilayah kabupaten Tuban dilewati untuk cedera (Gardner, et al., 2007).


jalur utama pantura yang menghubungkan Penilaian outcome secara tepat diperoleh
Surabaya-Semarang-Jakarta. Tingginya pada 3, 6 dan 12 bulan setelah cedera
volume kendaraan dapat mengakibatkan otak. Kondisi pasien yang membaik
timbulnya kemacetan dan dapat signifikan secara klinis terutama 6 bulan
menimbulkan masalah lain seperti setelah cedera otak (Arnold, 2013).
kejadian kecelakaan lalu lintas. Jalur Banyak macam skala pengukuran
pantura Wilayah Tuban yang meliputi outcome dari cedera kepala, diantaranya
ruas jalan Tuban Widang, Jl. Manunggal, Glasgow Outcome Scale (GOS), Barthel
Jl. Panglima Sudirman, Jl. RE. Index (BI), dan Functional Independence
Martadinata dan Jl.Tuban Semarang Measure (FIM) (Hadi, 2014). Functional
memiliki masalah kejadian kecelakaan independence measure (FIM) merupakan
yang cenderung meningkat. Berdasarkan alat ukur yang digunakan untuk menilai
data tahun 2009-2013, kejadian ketergantungan pasien. Alat ukur ini bisa
kecelakaan lalu lintas pada jalur pantura dipakai secara umum oleh semua pihak,
yang melewati wilayah Tuban cenderung yaitu dokter, perawat, fisioterapis, pasien
mengalami peningkatan. Jumlah atau keluarga. Penilaiannya meliputi
kecelakaan lalu lintas selama tahun 2009- kemampuan fisik atau motorik termasuk
2013 sebanyak 1.107 kejadian. Akibat dari fungsi vegetatif, dan kemampuan kognisi
kecelakaan yaitu korban meninggal dunia berupa komunikasi serta interaksi dengan
208 jiwa, korban luka berat 249 dan orang di sekitarnya (Van Middendorp, et
korban luka ringan sebanyak 1.147 jiwa. al., 2011).
Tahun 2012 memiliki jumlah kecelakaan Tujuan penelitian ini adalah
lalu lintas tertinggi yaitu sebanyak 348 mengetahui faktor yang mempengaruhi
atau 31,4% kejadian dengan rincian outcome cedera kepala berdasarkan
korban meninggal dunia 45 jiwa, korban Functional Independence Measure (FIM)
luka berat 65 jiwa dan korban yang pada pasien cedera kepala yang pernah
mengalami luka ringan sebanyak 411 jiwa. dirawat di IGD RSUD dr. R. Koesma
Secara garis besar, jumlah kecelakaan Tuban.
lalu lintas selama tahun 2009-2013 rata-
rata mengalami peningkatan 17,03% per METODE PENELITIAN
tahun (Rosyida, et al., 2015).
Outcome didefinisikan sebagai Penelitian ini adalah studi yang
sebuah perubahan menjadi situasi bersifat analitik observasional dengan
tertentu yang dihasilkan dari sebuah aksi menggunakan rancangan retrospektif
yang terjadi. Kata outcome digunakan terhadap 107 sampel rekam medis RSUD
untuk sequele, konsekuensi, dan hasil dr. R. Koesma Tuban dari periode
akhir atau temuan spesifik lain yang Januari-April 2016 yang kemudian
terjadi akibat cedera kepala. Awal dilakukan kunjungan rumah untuk menilai
keparahan klinis, lesi otak pada temuan outcome cedera kepala berdasarkan
pencitraan dan outcome lebih parah Functional Independence Measure (FIM).
terjadi pada cedera otak traumatis yang Pengumpulan data menggunakan tehnik
tidak disengaja. (Sastrodiningrat, 2006). cluster random sampling dengan kriteria
Beberapa faktor kemungkinan inklusi: 1) Pasien masih hidup, 2) Pasien
berpengaruh adalah usia, mekanisme dengan gangguan imobilisasi, 3) Pasien
cedera, skor awal Glasgow Coma Scale yang 6 bulan, 3) Pasien yang berdomisili
(GCS), hipotensi, diameter pupil dan di Kabupaten Tuban, 4) Pasien bersedia
reaksi cahaya, computed tomography menjadi responden.
(CT) scan, penggunaan alkohol dan obat- Penelitian ini juga mengekslusi
obat (Jiang, 2012). Faktor-faktor seperti rekam medis pasien cedera kepala
usia, jenis kelamin, keparahan cedera, dengan rujukan >48 jam dari kejadian
kematian di rumah sakit, jenis asuransi cedera dan pasien cedera kepala disertai
dan lokasi rumah sakit sebagai prediktor gangguan lainya. Instrumen yang akan
biaya rumah sakit dan lama perawatan digunakan adalah lembar pengumpulan
240 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 238-244

dasar, checklist dan lembar FIM. Analisis Sumber : Data Primer (2016)
bivariat menggunakan uji koefisien Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
kontingensi, sedangkan analisis bahwa jumlah responden yang mengalami
multivariat menggunakan uji regresi cedera kepala dan yang pernah dirawat di
logistik. IGD RSUD dr. R. Koesma Tuban,
terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah
HASIL PENELITIAN 59 responden (55,1%), usia 15-24 tahun
dengan jumlah 29 responden (27,1%) dan
Berdasarkan data IGD RSUD dr. R. cedera kepala ringan dengan jumlah 78
Koesma Tuban angka kejadian trauma (72,9%).
dan kegawatdaruratan akibat kecelakaan
di daerah Pantai Utara (Pantura) Tabel 2 Hasil Analisa Bivariat Koefisien
meningkat sebesar 5% dari tahun 2014 Kontingensi
dan pada Bulan Januari sampai dengan Variabel n r p
April 2016, kunjungan pasien karena Usia 107 0,101 0,953
cedera kepala secara umum berjumlah Cedera 107 0,117 0,223
175 kasus (100%); kasus yang terbanyak Hipotensi 107 0,032 0,744
karena kecelakaan lalu lintas berjumlah GCS 107 0,423 0,000
86 kasus (55,8%) dan responden yang Pupil 107 0,360 0,000
berdomisili di kabupaten Tuban berjumlah CTscan 107 0,066 0,492
146 kasus (83,4%) yang selanjutnya Alkohol 107 0,130 0,174
Lama Rawat 107 0,351 0,000
menjadi populasi dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan pada Sumber : Data Primer (2016)
bulan Mei sampai Juli 2016 di RSUD dr.
R. Koesma Tuban dengan mengumpulkan Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
data awal tentang usia, mekanisme bahwa variabel yang tidak berhubungan
cedera, hipotensi, GCS, keadaan pupil, dengan FIM adalah usia (p=0,953),
hasil pemeriksaan CT scan, konsumsi mekanisme cedera (p=0,223), hipotensi
alkohol, lama hari rawat di Rumah Sakit (0,744), pemeriksaan CT scan (p=0,492),
dari rekam medis dan menetapkan dan konsumsi alkohol (p=0,174).
populasi cedera kepala yang pernah Sedangkan variabel yang berhubungan
dirawat di IGD yaitu sebanyak 146 adalah GCS (p<0,001), diameter pupil
responden. Penyajian hasil penelitian (p<0,001), dan lama perawatan di Rumah
dianalisis berdasarkan analisis univariat, Sakit (p<0,001).
analisis bivariat dan analisis multivariat. Berdasarkan Tabel 3, dapat
diketahui bahwa variabel yang
Tabel 1 Distribusi Frekuensi berpengaruh terhadap kemandirian
Karakteristik Responden (outcome cedera kepala berdasarkan
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Functional Independence Measure (FIM))
Cedera Kepala adalah GCS (p=0,996) dan pupil
Karakteristik n % (p=0,077). Kekuatan hubungan dari yang
Jenis Kelamin terbesar ke yang terkecil adalah GCS
Laki-laki 59 55,1 (OR=275390993,19) dan pupil (OR=7,70).
Perempuan 48 44,9 Untuk menilai probalitas
Usia kemandirian responden (outcome cedera
1-4 tahun 1 0,9 kepala berdasarkan Functional
5-14 tahun 17 15,9 Independence Measure (FIM)) dalam
15-24 tahun 26 24,3 penelitian ini, dihitung menggunakan
25-44 tahun 29 27,1 rumus persamaan:
45-59 tahun 21 19,6
>59 tahun 13 12,1 y = konstanta + a1x1 + a2x2 + . + aixi
Cedera Kepala dan
Ringan 78 72,9 p = 1/(1+e-y)
Berat 29 27,1
Total 107 100,0
Moh. Ubaidillah Faqih dkk, Analisis Faktor Yang | 241

Tabel 3 Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik

Variabel Koefisien P OR
Langkah 1 GCS Ringan 18,454 0,996 103401604,41
Pupil Isokor 1,435 0,227 4,20
Lama Rawat <3 16,437 0,997 13751925,87
Konstanta 0,357 0,469 1,429
Langkah 2 GCS Ringan 19,434 0,996 275390993,19
Pupil Isokor 2,041 0,077 7,70
Konstanta 0,357 0,469 1,429
Sumber: Data Primer (2016)

Keterangan: yang bernilai 1 apabila pupil isokor dan


a = nilai koefisien tiap variabel bernilai 0 apabila anisokor ditambah
x = nilai variabel bebas dengan nilai konstanta sebesar 0,357
p = probabilitas dinilai dapat memprediksi outcome cedera
e = bilangan natural = 2,7 kepala kriteria mandiri.

Categorical dependent variable coding: Tabel 5 Hasil Uji Kurva ROC


GCS : 1 Ringan; 0 Berat
Asymptotic 95%
Pupil : 1 Isokor; 0 Std. Asymp Confidence interval
Anisokor Area
Error Sig. Lower Upper
Lama rawat : 1 <3; 0 >3 Bound Bound
0,02
Dengan demikian, probabilitas 0,936 0,000 0,871 0,983
9
responden untuk mandiri apabila
pengukuran GCS awal menunjukan hasil Berdasarkan tabel 5, maka
yang ringan dan pupil isokor adalah didapatkan nilai Area Under Curve (AUC)
100%. Sedangkan apabila pasien cedera sebesar 93,6% yang berarti bahwa nilai
kepala dengan GCS berat dan pupil diskriminan dari model persamaan ini
anisokor, maka probabilitas pasien sangat kuat. Hal ini menunjukan bahwa
tersebut untuk menjadi mandiri adalah 93,6% persamaan regresi yang diperoleh
58,8%. mempu membedakan outcome cedera
kepala berdasarkan variabel GCS dan
Tabel 4 Hasil Uji Hosmer and pupil, sisanya yaitu 6,4% dipengaruhi oleh
Lameshow faktor lain yang tidak diteliti dalam
Chi-square df Sig penelitian ini.
0,000 3 1,000
0,000 2 1,000 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji Hosmer and Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui


Lameshow pada tabel 5.12, persamaan y bahwa variabel yang tidak berhubungan
= 0,357 + 19,434 (GCS) + 2,041 (Pupil) dengan FIM adalah sia (p=0,953),
memiliki kualitas persamaan yang mekanisme cedera (p=0,223), ipotensi
menunjukan kalibrasi yang baik dengan (0,744), Pemeriksaan CTscan (p=0,492),
nilai signifikansi yang didapatkan (1,000), onsumsi alohol (p=0,174). Hal ini
dimana lebih dari 0,05. Hal ini disebabkan kerena penyebaran kategori
menunjukan bahwa uji Hosmer and FIM baik yang tergantung maupun mandiri
Lameshow dipenuhi, maka model merata diseluruh variabel (usia,
persamaan yang didapatkan melalui hasil mekanisme cedera, hipotensi,
perkalian antara nilai regresi (19,434) pemeriksaan CT scan, dan konsumsi
dengan faktor GCS yang bernilai 1 apabila alcohol) yang artinya semua keadaan
GCS ringan dan bernilai 0 apabila GCS memungkinan untuk mandiri sangat
berat, ditambah dengan hasil perkalian besar. Selain itu keadaan hipotensi yang
nilai regresi (2,041) dengan faktor pupil
242 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 238-244

dialami bisa saja karena faktor lain karena kombinasi yang mematikan (Kelly,
mengingat hasil pengukuran GCS dan CT Kordistani, & Martin, 1996).
scan yang tergolong dalam batas normal. Kehilangan kesadaran yang lama,
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui dalam banyak hal tidak prediktif terhadap
bahwa variabel yang berpengaruh outcome yang buruk. Groswasser dan
terhadap kemandirian (outcome cedera Sazbon melakukan tinjauan
kepala berdasarkan Functional penyembuhan fungsional dari 134
Independence Measure (FIM)) adalah penderita dengan gangguan kesadaran
GCS (p=0,996) dan upil (p=0,077). selama 30 hari. Hampir separuhnya
Kekuatan hubungan dari yang terbesar ke mempunyai ketergantungan total didalam
yang terkecil adalah GCS aktifitas kehidupan sehari-hari, dan 20%
(OR=275390993,19) dan upil (OR=7,70). yang lain mempunyai ketergantungan
Probabilitas responden untuk mandiri terbatas. Biasanya penderita yang
adalah 100%. Dengan kualitas persamaan sembuh adalah pada usia dibawah 30
yang diperoleh mempunyai kalibrasi yang tahun dengan fungsi batang otak yang
baik yaitu p=1,000 pada hasil Hosmer and baik (Groswasser & Sazbon, 1990).
Lameshow, sedangkan nilai diskriminasi Abnormalitas fungsi pupil, gangguan
adalah 93,6% dengan intepretasi secara gerakan ekstraokular, pola-pola respons
statistik adalah sangat kuat. motorik yang abnormal seperti postur
Derajat kesadaran tampaknya fleksor dan postur ekstensor, semuanya
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap memprediksikan outcome yang buruk
kesempatan hidup dan penyembuhan. setelah cedera kepala berat (NINDS,
GCS juga merupakan faktor prediksi yang 2015). Sastrodiningrat (2006) menyatakan
kuat dalam menentukan prognosa, suatu bahwa anisokor, refleks pupil yang tidak
skor GCS yang rendah pada awal cedera teratur atau pupil yang tidak bereaksi
berhubungan dengan prognosa yang terhadap rangsang cahaya biasanya
buruk. Jennet dkk., melaporkan bahwa disebabkan karena kompresi terhadap
82% dari penderita dengan skor GCS 11 saraf otak ketiga atau terdapat cedera
atau lebih, dalam waktu 24 jam setelah pada batang otak bagian atas, biasanya
cedera mempunyai good outcome atau karena herniasi transtentorial. Dalam
moderately disabled dan hanya 12% yang suatu tinjauan terhadap 153 penderita
meninggal atau mendapat severe dewasa dengan herniasi transtentorial,
disability. Outcome secara progresif akan hanya 18% yang mempunyai
menurun kalau skor awal GCS menurun. penyembuhan yang baik. Diantara
Di antara penderitapenderita dengan penderita dengan anisokori pada waktu
skor awal GCS 3 atau 4 dalam 24 jam masuk dirawat dengan batang otak yang
pertama setelah cedera hanya 7% yang tidak cedera, 27% mencapai
mendapat good outcome atau moderate penyembuhan yang baik, akan tetapi bila
disability. Di antara penderita dengan skor ditemukan pupil yang tidak bergerak dan
GCS 3 pada waktu masuk dirawat, 87% berdilatasi bilateral, secara bermakna
akan meninggal (Sastrodiningrat, 2006). ditemukan hanya 3.5% yang sembuh.
Terdapat beberapa kontroversi Penderita dengan pupil yang anisokor
didalam saat menentukan GCS. yang mendapat penyembuhan baik
Penentuan skor GCS sesudah resusitasi cenderung berumur lebih muda, dan
kardiopulmonal, dapat mengurangi nilai refleks batang otak bagian atas yang tidak
prediksi GCS. Pada beberapa penderita, terganggu. 10 dari 40 (25%) penderita
skor mata dan skor verbal sulit ditentukan dengan satu pupil berdilatasi ipsilateral
pada mata yang bengkak dan tindakan terhadap suatu perdarahan subdural
intubasi endotrakeal. Skor motorik dapat (PSD) mencapai penyembuhan
menjadi prediksi yang kuat; penderita fungsional. Seelig dkk melaporkan hanya
dengan skor motorik 1 (bilateral flaksid) 6 dari 61 (10%) penderita dengan dilatasi
mempunyai mortalitas 90%. Adanya skor pupil bilateral yang mencapai
motorik yang rendah pada awal cedera penyembuhan fungsional (NINDS, 2015).
dan usia diatas 60 tahun merupakan
Moh. Ubaidillah Faqih dkk, Analisis Faktor Yang | 243

KESIMPULAN DAN SARAN tentang pentingnya pengukuran GCS dan


pemeriksaan reflek pupil yang dapat
Dari hasil penelitian yang didapat, digunakan oleh perawat IGD sebagai
maka dapat disimpulkan bahwa variabel upaya peningkatan manajemen pasien
yang tidak berhubungan dengan outcome cedera kepala pada fase emergency; 2)
cedera kepala berdasarkan Functional Peneliti selanjutnya menggunakan hasil
Independence Measure (FIM) pada penelitian ini sebagai landasan atau
pasien cedera kepala yang pernah dirawat bahan kajian untuk mengembangkan
di IGD RSUD dr. R. Koesma Tuban penelitian dalam ruang lingkup kasus
adalah usia, mekanisme cedera, cedera kepala dengan memperhitungkan
hipotensi, pemeriksaan CT Scan, faktor-faktor lainya yang tidak diteliti
konsumsi alkohol, sedangkan faktor yang dalam penelitian ini seperti derajat
berpengaruh adalah skor GCS awal dan keparahan cedera kepala, lokasi cedera
reflek pupil. kepala, dan perawatan selama di rumah
Berdasarkan hal tersebut, maka sehingga hasil yang diperoleh akan lebih
saran yang dapat diberikan: 1) Perawat akurat.
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
bahan pembuatan media informasi

DAFTAR PUSTAKA

Alligood. (2014). Nursing theorists and Groswasser, Z., & Sazbon, L. (1990).
their work, 8th Edition. Mosby Outcome in 134 patients with
Elsevier, Inc.: St. Louis. prolonged posttraumatic
Arifin, M., & Henky, J. (2012). Analisis nilai unawareness. Part 2 : Functional
functional independence measure outcome of 72 patients recovering
penderita cedera servikal dengan consciousness. J. Neurosurg, 72 :
perawatan konservatif. Makara, 81 4.
Kesehatan, Vol. 16, No. 1, Juni Gufron, A. (2013). Hubungan gambaran
2012, 17-22. hasil CT scan dengan nilai
Arnold, C. D. (2013). Faktor Faktor Yang glasgow coma scale pada pasien
Berhubungan Dengan Outcome cedera kepala. Yogyakarta:
Pasien Pasca Operasi Hematoma Universitas Muhammadiyah
Epidural (EDH). Padang: Fakultas Yogyakarta.
Kedokteran Universitas Andalas. Hadi, J. (2014). Pengaruh koagulopati
Bethel. (2012). Emergency Care of terhadap glasgow outcome scale
Children and Adults With Head penderita cedera kepala berat
Injury. Nursing Standard. (43), 49- yang tidak mempunyai indikasi
56. operasi. Padang: Universitas
Canadian Partnership for Stroke Andalas.
Recovery. (2016). Functional Jiang, J. (2012). Head trauma in China.
Independence Measure (FIM) Injury, Int. J.Care Injured 44 (2013)
Evaluation Summary . Retrieved , 14531457.
from http://www.strokengine.ca Kelly, D., Kordistani, R., & Martin, N.
Gardner, Smith, Chany, Fernandez, & (1996). Hyperemia following
McKenzie. (2007). Factors traumatic brain injury. Relationship
associated with hospital length of to intracranial hypertension and
stay and hospital charges of motor outcome. J Neurosurg, 85 : 762
vehicle crash related 71.
hospitalizations among children in Kementerian Kesehatan Republik
the United States. Arch Pediatr Indonesia. (2015). Report
Adolesc Med 2007, 161(9), 889 Kunjungan RS. Retrieved from
895. http://sirs.buk.depkes.go.id/
244 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 238-244

Kementerian Perhubungan Republik Medan. INJEC Vol 2 No 2 Okt


Indonesia. (2015). Perhubungan 2015.indd.
darat dalam angka 2014. Jakarta: Sister, F. (2014). Gambaran Kadar
Kementerian Perhubungan Natrium Dan Kalium Penderita
Republik Indonesia. Kontusio Serebri Di Instalasi
NINDS. (2015). Traumatic Brain Injury. Gawat Darurat Rumah Sakit
Maryland: NIH Publication No. 16- Umum Pusat Haji Adam Malik
158. Tahun 2012. Sumatra Utara:
Putri, R. (2013). Analisis praktik klinik Universitas Sumatra Utara.
keperawatan kesehatan Van Middendorp, J., Hosman, A.,
masyarakat perkotaan pada. Donders, A., Pouw, M., Ditunno,
Jakarta: Universitas Indonesia. J., & Curt, A. (2011). A clinical
Rosyida, S. N., Daryono, & Prasetyo, K. prediction rule for ambulation
(2015). Kajian Kecelakaan Lalu outcomes after traumatic spinal
Lintas Di Jalan Arteri Pada Jalur cord injury: a longitudinal cohort
Pantura Wilayah Tuban. Swara study. The Lancet, 377(9770),
Bhumi Vol 1, No 1, (2015). 1004-1010.
Safrizal, Saanin, S., & Bachtiar. (2013). WHO. (2015, Oktober). Road traffic
Hubungan nilai oxygen delivery injuries. Switzerland. Retrieved
dengan outcome rawatan pasien from
cedera kepala sedang. Padang: http://www.who.int/mediacentre/fac
Universitas Andalas. tsheets/fs358/en/
Sastrodiningrat, A. G. (2006). Memahami Wijayanti. (2012). Asuhan keperawatan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Tn. S dengan gangguan
Prognosa Cedera Kepala Berat. sistem persyarafan: cedera kepala
Suplemen Majalah Kedokteran post kraniotomi hari ke-2 di Ruang
Nusantara Volume 39 No. 3 Sofa Rumah Sakit PKU
September 2006. Muhammadiyah . Surakarta:
Sipayung, N. P., & Syapitri, H. (2015). Universitas Muhammadiyah
GCS sebagai prediktor lenght of Surakarta.
stay pasien CKR di RSU Pringadi

You might also like