ADA TERJEMAHANNYA DIBAWAH

http://www.indiantextilejournal.com/News.aspx?
nId=iPGy2X/alahEuCFZSBjPTA==
Effect of D/Y ratio on draw texturing yarn
SHARE :
Leave your comment
During texturing, with the increase of D/Y ratio, yarn denier and tenacity decrease while
the breaking strain increases, find
Dhavale AJ and Sarda NR.
Texturing is the process of imparting
the comfort characteristics such as
voluminousness, luxuriousness,
bulkiness, good dimensional stability,
etc., into the continuous filament
yarns by introducing permanent
waviness, loopiness and curliness.

Texturing of filament yarns

One of the main disadvantages of man-made fibres is the flat geometry and smooth
surface. The fibre waviness or crimp increases volume, resilience, moisture absorption,
etc. Texturing methods have been developed to overcome this problem.
I. False twist texturing
II. Air texturing process
False twist texturing is the most widely used technique, in which the filament yarn is
twisted, heat-set and untwisted to produce crimped yarns. False-twist texturing method
is the most common process. False-twist texturing process can be investigated based on
three main parameters, which are called 3t: tension, twist, and temperature. The
properties of the textured yarn can be altered by changing these parameters. Draw ratio,
D/Y ratio, and heater temperatures are the main process parameters to change 3t. The
ratio of the disk surface speed to the yarn speed is usually referred to as D/Y ratio. D/Y
ratio is calculated as follows:
D/Y = Circumferential speed of disks (m/min)
Throughput speed of yarn (m/min)
If D/Y ratio is low, the yarn tension before twisting unit will be low and the tension after
the twisting unit will be high. This situation can cause yarn damages. Draw ratio is the
ratio of centre shaft speed to the input shaft speed and is calculated as follows:

Draw ratio = Center shaft speed (m/min)

Input shaft speed (m/min)
Polyester fibre use is growing very rapidly because consumers prefer silk-like, soft, light,
drapeable fabrics. For this purpose, a considerable amount of work is being done to
modify the existing polyester fibre.
Figure 1
Advancements in spinning (extrusion) technology and improvements in the quality of
polymers has made it possible to reduce the denier per filament (dpf) to less than 1.0 to
achieve the fineness of natural silk, its soft feel, and its lustre. Microfibre polyester fibres
have given a new dimension to fashion, offering consumers innovative fabrics. The
fibres are being textured to overcome deficiencies in bulk and handle associated with flat
filament fabrics. Texturing microfibre polyester yarn is a challenge because of the many
problems faced during the process.
Subhas Ghosh and John Wolhar observed that the resultant properties of the textured
yarns are determined by the interaction effects of more than one process variable.
Heater temperature, disc spacing, and draw ratio showed considerable influence on the
yarn properties in the friction-twist-texturing process. The effects of D/Y ratio on the yarn
properties, while significant, were not as pronounced.

Figure 2 shows the effect of draw ratio and D/Y ratio on crimp contraction. Yarn crimp
contraction has decreased by approximately 6 per cent for the range of draw ratios
studied. The effect of D/Y ratio on crimp contraction showed very little physical
significance, even though the effect was statistically significant.

Kenan Yildirim PhD, Sule Altun PhD, Yusuf Ulcay PhD2 studied the effects of draw ratio
and D/Y ratio on some properties of the false twist textured PET yarn were studied. Draw
ratio and D/Y ratio, together w
Pengaruh rasio D / Y pada benang imbang texturing
BAGIKAN :
Tinggalkan komentar Anda
Selama texturing, dengan peningkatan rasio D / Y, benang denier dan keuletan
penurunan sementara ketegangan meningkat melanggar, cari Dhavale AJ dan Sarda
NR.
Texturing adalah proses
menanamkan karakteristik
kenyamanan seperti
voluminousness, kemewahan,
bulkiness, stabilitas dimensi yang
baik, dll, ke dalam benang filamen
terus menerus dengan
memperkenalkan waviness
permanen, loopiness dan keikalan.
Texturing dari benang filamen
Salah satu kelemahan utama dari serat buatan adalah geometri datar dan permukaan
halus. Serat waviness atau mengeriting meningkatkan volume, ketahanan, penyerapan
air, dll metode Texturing telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini.
I. texturing Salah sentuhan
II. Proses texturing Air
Salah sentuhan texturing adalah teknik yang paling banyak digunakan, di mana benang
filamen dipelintir, panas-set dan dipilin untuk menghasilkan benang berkerut. Metode
False-twist texturing adalah proses yang paling umum. Proses texturing palsu-twist
dapat diselidiki berdasarkan tiga parameter utama, yang disebut 3t: ketegangan, twist,
dan suhu. Sifat-sifat benang bertekstur dapat diubah dengan mengubah parameter
ini. Menggambar rasio, rasio D / Y, dan suhu pemanas adalah parameter proses utama
untuk mengubah 3t. Rasio kecepatan permukaan disk untuk kecepatan benang
biasanya disebut sebagai D rasio / Y. rasio D / Y dihitung sebagai berikut:
D / Y = kecepatan keliling disk (m / min)
Throughput kecepatan benang (m / min)
Jika rasio D / Y rendah, ketegangan benang sebelum memutar Unit akan rendah dan
ketegangan setelah unit memutar akan tinggi. Situasi ini dapat menyebabkan kerusakan
benang. Menggambar rasio adalah rasio kecepatan poros pusat untuk kecepatan poros
input dan dihitung sebagai berikut:
Menggambar rasio = Pusat kecepatan poros (m / min)
Kecepatan poros input (m / min)
Penggunaan serat polyester berkembang sangat pesat karena konsumen lebih memilih
seperti sutra, lembut, ringan, kain drapeable. Untuk tujuan ini, cukup banyak pekerjaan
yang sedang dilakukan untuk mengubah serat polyester yang ada.
Gambar 1
Kemajuan dalam berputar (ekstrusi) teknologi dan perbaikan kualitas polimer telah
memungkinkan untuk mengurangi denier per filamen (DPF) menjadi kurang dari 1,0
untuk mencapai kehalusan sutera alam, nuansa lembut, dan berkilau. Microfibre serat
polyester telah memberikan dimensi baru untuk fashion, menawarkan konsumen kain
yang inovatif. Serat sedang bertekstur untuk mengatasi kekurangan dalam jumlah besar
dan menangani terkait dengan kain filamen datar. Texturing benang microfibre polyester
merupakan tantangan karena banyaknya masalah yang dihadapi selama proses
tersebut.
Subhas Ghosh dan John Wolhar mengamati bahwa sifat-sifat yang dihasilkan dari
benang bertekstur ditentukan oleh efek interaksi variabel lebih dari satu proses. suhu
pemanas, jarak disc, dan menarik rasio menunjukkan pengaruh yang besar terhadap
sifat benang dalam proses gesekan-twist-texturing. Efek dari rasio D / Y pada sifat
benang, sementara yang signifikan, yang tidak diucapkan.
Gambar 2 menunjukkan pengaruh rasio imbang dan rasio D / Y pada kontraksi
crimp. Benang crimp kontraksi telah turun sekitar 6 persen untuk kisaran rasio imbang
dipelajari. Pengaruh rasio D / Y pada kontraksi crimp menunjukkan sangat sedikit makna
fisik, meskipun efeknya signifikan secara statistik.
Kenan Yildirim PhD, Sule Altun PhD, Yusuf Ulcay PhD2 mempelajari efek dari rasio
imbang dan rasio D / Y pada beberapa sifat dari twist palsu bertekstur PET benang
dipelajari. Menggambar rasio dan rasio D / Y, bersama-sama w