Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial
Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial
2, Juli 2010
ABSTRACT
Social isolation is an individual failure in the interaction with other people because of negative
thinking or threatening.The purpose of this study to determine the effect of family psycho
education therapy toward familys ability on caring of client with social isolation. This study
used a quasi experiment design by method of pre post test with control group. Respondents of
this study were families where 48 clients with social isolation devided as random sampling
consist of 24 respondents who got family psycho education therapy as the intervention group
and 24 respondents who did not get family psycho education therapy as control group.
Analysis univariate data by analyzing variables as descriptive. Analysis bivariate using
dependent and independent sample t-test. Family psycho education therapy had been done by
5 sessions. Study result indicated that the average of respondent age were 43,81 females with
basic educations and period of caring more than one year. Cognitive abilities in intervention
group before therapy were 47,5 and after therapy were 77,5. Cognitive abilities in control group
before therapy were 51,25 and after therapy were 64,17. The average of psychomotor abilities
in intervention group before therapy were 48,75 and after therapy were 75,83. While the
average of psychomotor abilities in control group before therapy were 52,5 and after therapy
were 65. From result of bivariate analysis indicated that family psycho education therapy can
improve affective and psychomotor abilities in intervention group compared than control group.
It was recommended to implement above as family therapy on caring of clients with social
isolation.
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan Kesehatan RI yaitu masyarakat yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, mandiri untuk hidup sehat. Masyarakat
kemampuan dan kemauaan hidup sehat yang mandiri untuk hidup sehat adalah
bagi seluruh masyarakat dalam rangka masyarakat yang sadar, mampu mengenali
mewujudkan derajat masyarakat yang dan mengatasi permasalahan kesehatan
setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan yang dihadapi sehingga dapat bebas dari
berpartisipasi aktif dalam memelihara dan gangguan kesehatan, baik yang
meningkatkan derajat kesehatannya disebabkan penyakit termasuk gangguan
sendiri, sehingga masyarakat bukan hanya kesehatan akibat bencanan, maupun
menjadi sasaran tetapi juga menjadi lingkungan dan perilaku yang yang tidak
pelaksana dalam pembangunan kesehatan mendukung untuk hidup sehat termasuk
jiwa. Sesuai dengan Visi Departemen masalah kesehatan jiwa ( Farid, 2008).
85
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
86
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara Secara medis tidak ada
jarang, afek tumpul, menarik diri. Gejala penggolongan untuk masalah gangguan
lain dapat bersifat non-skizofrenia meliputi isolasi sosial. Isoalasi sosial menjadi tanda
kecemasan, depresi dan psikosomatik. dan gejala dari gangguan jiwa. Tanda
Perilaku yang sering muncul pada gejala utama klien dengan episode depresi
klien skizofrenia: motivasi kurang (81%), adalah sedih yang mendalam,
isolasi sosial (72%), perilaku makan dan berkurangnya energi dan menurunnya
tidur buruk (72%), sukar menyelesaikan aktivitas gejala tambahan yang meliputi
tugas (72%), sukar mengatur keuangan adalah harga diri rendah , kepercayaan diri
(72%), penampilan tidak rapih (64%), lupa kurang, rasa bersalah, pesimis, tidur
melakukan sesuatu (64%), kurang terganggu, tidak nafsu makan (Maslam
perhatian pada orang lain (56%), sering 2003).
bertengkar (47%), bicara pada diri sendiri Isolasi sosial tidak hanya
(41%), dan tidak teratur makan obat (47%) berdampak secara individu pada klien
(Stuart & Larai, 2005). Dari data diatas yang mengalami tetapi juaga pada sistim
mengindikasikan isolasi sosial adalah klien secara keseluruhan yaitu keluarga
salah satu perubahan yang muncul pada dan lingkungan sosialnya. Isolasi sosial
skizofrenia. Isolasi sosial adalah suatu dapat menurunkan produktifitas atau
pengalaman menyendiri dari seseorang berdampak buruk pada fungsi di tempat
dan perasaan segan terhadap orang lain kerja, karena kecenderungan klien menarik
sebagai sesuatu yang negatif atau diri dari peran dan fungsi sebelum sakit,
keadaan yang mengancam (Nanda, 2005). membatasi hubungan sosial dengan
Dengan kata lain dapat dikatakan oarang lain dengan berbagai macam
bahwa isolasi sosial adalah kegagalan alasan.
individu dalam melakukan interaksi dengan Beban yang ditimbulkan oleh
orang lain yang disebabkan oleh pikiran gangguan jiwa sangat besar. Hasil studi
negatif atau mengancam. Seseorang dapat Bank Dunia menunjukkan, global burden of
dikatakan mengalami gangguan isolasi disease akibat masalah kesehatan jiwa
sosial jika individu tersebu: menarik diri, mencapai 8,1 persen, jauh lebih tinggi dari
tidak komunikatif, menyendiri, asyik tuberklosis (72%), kanker (58%), penyakit
dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak jantung (4,4 %), atau malaria (2,6%)
ada kontak mata, sedih, afek tumpul, (Kompas, 2007). Menurut Chandra
perilaku bermusuhan, menyatakan (2001), Health and Behaviour Advisor dari
perasaan sepi atau ditolak, kesulitan WHO Wilayah Asia Tenggara (WHO-
membina hubungan di lingkungannya, SEARO), meski bukan penyebab utama
menghindari orang lain dan kematian, gangguan jiwa merupakan
mengungkapkan perasaan tidak dimengerti penyebab utama disabilitas pada kelompok
orang lain. Jika perilaku isolasi sosial tidak usia paling produktif, yakni antara 15 - 44
ditangani dengan baik dapat dapat tahun. Dampak sosial berupa penolakan,
menurunkan produktifitas individu dan pengucilan, dan diskriminasi. Begitu pula
menjadikan beban bagi keluarga ataupun dampak ekonomi berupa hilangnya hari
masyarakat. produktif untuk mencari nafkah bagi
penderita maupun keluarga yang harus
87
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
merawat, serta tingginya biaya perawatan merawat anggota keluarga mereka yang
yang harus ditanggung keluarga maupun mengalami gangguan jiwa, sehingga
masyarakat. diharapkan keluarga akan mempunyai
Menurut Hawari (2003) salah satu koping yang positif terhadap stress dan
kendala dalam upaya penyembuhan beban yang dialaminya (Goldenberg &
pasien gangguan jiwa adalah Goldengerg, 2004).
pengetahuan masyarakat dan keluarga. Pendapat lain menjelaskan bahwa
Keluarga dan masyarakat menganggap Psikoedukasi keluarga adalah pemberian
gangguan jiwa penyakit yang memalukan pendidikan kepada seseorang yang
dan membawa aib bagi keluarga. mendukung treatment dan rehabilitasi.
Penilaian masyarakat terhadap gangguan Berdasarkan penelitian psikoedukasi
jiwa sebagai akibat dari dilanggarnya keluarga terbukti efektif keluarga klien
larangan, guna guna, santet, kutukan skizofrenia keluarga klien ketergantungan
dan sejenisnya berdasarkan kepercayaan napza, keluarga klien dengan bipolar
supranatural. Dampak dari kepercayaan disorder dan keluarga klien dengan
mayarakat dan keluarga, upaya pengobtan depresi. Skizofrenia ditandai dengan dua
pasien gangguan jiwa dibawa berobat ke katagori gejala utama, positif dan
dukun atau paranormal. Kondisi ini negative.
diperberat dengan sikap keluarga yang Mengacu pada hal tersebut,
cenderung memperlakukan pasien dengan penulis menfokuskan pada psikoedukasi
disembunyikan, diisolasi, dikucilkan yang dilakukan pada keluarga klien
bahkan sampai ada yang dipasung. dengan gangguan isolasi sosial. Penulis
Keluarga merupakan faktor yang mengharapkan dengan psikoedukasi yang
sangat penting dalam proses kesembuhan dilakukan pada keluarga klien denga
klien yang mengalami gangguan jiwa. isolasi sosial, maka pengetahuan keluarga
Kondisi keluarga yang terapeutik dan tentang kemampuan cara merawat klien
mendukung klien sangat membantu isolasi sosial dan kemampuan koping
kesembuhan klien dan memperpanjang terhadap stress dan beban yang dialami
kekambuhan. dapat meningkat.
Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa angka kekambuhan pada klien METODE PENELITIAN
tanpa terapi keluarga sebesar 25 - 50% Penelitian ini menggunakan
sedangkan angka kekambuhan pada klien metode kuantitatif dengan desain
yang diberikan terapi keluarga 5 - 10% ( penelitian eksperimen semu (quasi
Keliat, 2006). Keluarga sebagai perawat experimant pre dan post test with kontrol
utama dari klien memerlukan treatment group). Besar sampel penelitian ditetapkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan dengan purposive sample yaitu 24
ketrampilan dalam merawat klien. kelompok intervensi yang diberikan terapi
Berdasarkan evidance based psikoedukasi keluarga dan 24 keluarga
practice psikoedukasi keluarga adalah sebagai kelompok kontrol yang diberikan
terapi yang digunakan untuk memberikan terapi generalis. Pelaksanaan penelitian
informasi pada keluarga untuk dibantu oleh perawat rumah sakit yaitu
meningkatkan ketrampilan mereka dalam ruang Samiaji dan Yudistira dalam
88
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
Tabel 1.Kesetaraan Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Berdasarkan Usia Di RSUD
Banyumas. Bulan Mei Juni 2009 ( n=48).
Kelompok Mean SD SE N P T
Intervensi 43,96 8,730 1,782 24 0,905 0,120
Kontrol 43,67 8,117 1,657 24
89
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
Tabel 2. Kesetaraan Kelompok intervensi dan Kontrol berdasarkan jenis kelamin, pendidikan
dan lama merawat di RSUD Banyumas Mei Jini 2009 (n=48)
Karakteristik Intervensi Kontrol Jumlah X P value
n % n % n %
Kelamin
Laki-laki 10 20,8 13 27,1 23 66,7 0,334 0,564
Perempn 14 29,2 11 22,9 25 33,3
Pendidikan
Dasar 15 31,75 12 25 21 43,8 0,339 0,561
Menegah 9 18,75 12 25 27 56,2
Lama Merawat
< 1 tahun 12 25 11 22,9 23 47,9 0,000 1,000
> 1 tahun 12 25 13 27,1 25 52,1
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih tinggi secara bermakna dibandingkan
rerata kemampuan kognitif dan psikomotor kelompok kontrol (p<0,05) (Tabel 3).
keluarga kelompok intervensi meningkat
Tabel 3. Analisis Kemampuan keluarga Dalam Merawat Klien Isolasi Sosial Sebelum Dan
Sesudah Terapi Psikoedukasi Keluarga Kelompok Intervensi dan Kontrol Di RSUD
Banyumas. Mei Juni 2009(n= 48)
Kemampuan Mean SD SE T P Value
Kelompok Intervensi
Kognitif
Sebelum 47,50 9,891 2,019 -17,621 0,000*
Sesudah 77,50 11,51 2,351
Selisih 30
Psikomotor
Sebelum 48,75 10,347 2,112 -10,195 0,000*
Sesudah 75,83 9,286 1,896
Selisih 27,08
Kelompok Kontrol
Kognitif
Sebelum 51,25 9,918 2,025 -9,167 0,000*
Sesudah 64,17 7,755 1,583
Selisih 12,93
Psikomotor
Sebelum 52,50 11,561 2,351 -1073 0,000*
Sesudah 65.00 9,325 1,903
Selisih 12,5 2,236 0,448
90
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
91
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
92
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
sumber daya manusia keperawatan perlu keluarga dan terapi generalis untuk
ditingkatkan dalam melakukan asuhan keluarga. Perlu penelitian pada kasus lain
keperawatan pada klien isolasi sosial untuk melengkapi informasi tentang sejuah
berdasarkan terapi generalis. Direktur RS mana terapi psikoedukasi Keluarga dapat
Jiwa atau Umum yang membuka bangsal membantu klien dengan masalah selain
jiwa menetapkan suatu kebijakan untuk isolasi sosial dalam meningkatkan
implementasi terapi keluarga pada pengetahuan kognitif.
keperawatan jiwa yaitu terapi psikoedukasi
Keliat, B. (2003). Pemberdayaan klien dan
DAFTAR PUSTAKA keluarga dalam perawatan klien
American Psychological Association. skizofrenia dengan perilaku
(2001). Publication manual of the kekerasaan di Rumah Sakit Jiwa
American Psychological Pusat Bogor:Desertasi, Jakarta:
Association. Washington, DC. FKM UI
American Psychological Lameshow, Stanley, et.al. (1997), Besar
Association. sampel dalam penelitian
Balitbangkes, (2008). www.litbang kesehatan, Gadjah Mada
depkes.go.id, diperoleh tanggal University Press.
20 januari 2009). Lawrence & Veronika. (2002).
Carson, V .B. (2000). Mental Health Understanding families in their in
Nursing : The Nurse patien their own context:schizophrenia
Journey. Philadelphia. W.B. and structural family therapy in
Sauders Company Beijing. Journal of family therapy
Departemen Kesehatan Republik 24: 233-257
Indonesia. (2003). Buku Maramis. (2006). http//www.Suarakarya
Pedoman Kesehatan Jiwa, online.
Jakarta Depkes. Com/news.htm/id=157830011,
Farid, A. (2006). Membangun Kesadaran diperoleh pada tanggal 20 februari
Baru tentang Kesehatan Jiwa, 2009.
http//www. Suara karya- Notoatmojo, S. (2005). Promosi
online.com/news-html. Diperoleh Kesehatan dan teori aplikasinya.
tanggal 19 Desember 2008. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Goldenberg, I & Goldengerg, H. (2004). Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan
Family Theraphy an overview . dan ilmu perlaku: PT Rineka Cipta
United states, Thomson Nursalam. (2003). Metodologi Penelitian
Kalpan & Saddock . (1997), Synopsis of Ilmu Keperawatan. Jakarta;
Pshyciatry Science Clinical Salemba Medika.
Psychiatry . Baltimore: Williams & Psychoeducation. ( 2006).
Wilkins. Psycoeducation,
Keliat, B. (1996). Peran Serta Keluarga www.psycoeducation.com,
daalam Perawatan Gangguan diambil tanggal 5 Januari 2009.
Jiwa, Jakarta : EGC Psyweb Mental Health Site . (2000).
Schizofrenia. http:/www.
93
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010
94