Slime moulds, which are found in soil and on rotting logs, have both

fungal and protozoal characteristics and very interesting life cycles (Fig. 5-
20).

Lendir cetakan, yang ditemukan di tanah dan di kayu busuk, memiliki

kedua jamur dan karakteristik protozoa dan siklus hidup yang sangat
menarik (Gambar. 5-20).

Some slime moulds (known as cellular slime moulds) start out in life as
independent amebae, ingesting bacteria and fungi by phagocytosis.

Beberapa jamur lendir (dikenal sebagai jamur lendir selular) mulai

keluar dalam hidup sebagai amebae independen, menelan bakteri dan jamur
oleh fagositosis

When they run out of food, they fuse together to form a motile,
multicellular form known as a slug, which is only about 0.5 mm long.

Ketika mereka kehabisan makanan, mereka sekering bersama untuk

membentuk motil, bentuk multiseluler dikenal sebagai siput, yang hanya
sekitar 0,5 mm long.

The slug then becomes a fruiting body, consisting of a stalk and a

spore cap. Spores produced within the spore cap become disseminated, and
from each spore emerges and ameba (Fig. 5-21).

siput kemudian menjadi tubuh buah, yang terdiri dari tangkai dan topi
spora. Spora yang dihasilkan dalam topi spora menjadi disebarluaskan, dan
dari masing-masing spora muncul dan amoeba (Gbr. 5-21).

Cellular slime moulds represent cell differentiation at the lowest level,

and scientists are studying them in an attempt to determine how some of the
cells in the slug know that they are to become part of the stalk, how others
know that they are to become part of the spore cap, and still others know
that they are to differentiate into spores within the spore cap.

jamur lendir selular mewakili diferensiasi sel pada tingkat terendah,

dan para ilmuwan sedang mempelajari mereka dalam upaya untuk
menentukan bagaimana beberapa sel di siput tahu bahwa mereka menjadi
bagian dari tangkai, bagaimana orang lain tahu bahwa mereka menjadi
bagian dari topi spora, dan masih orang lain tahu bahwa mereka untuk
berdiferensiasi menjadi spora dalam topi spora
 Other slime moulds, known as plasmodial (or acellular) slime moulds,
also produce stalks and spores, but their life cycles differ somewhat from
those of cellular slime moulds. In the life cycle of a plasmodial slime mould,
haploid cells fuse to become diploid cells, which develop into very large
masses of motile, multinucleated protoplasm, each such mass being known
as a plasmodium (Fig.5-21).

jamur lendir lainnya, yang dikenal sebagai plasmodial (atau acellular)

jamur lendir, juga memproduksi batang dan spora, tetapi siklus hidup
mereka agak berbeda dari yang dari jamur lendir selular. Dalam siklus hidup
dari jamur lendir plasmodial, sel-sel haploid sekering untuk menjadi sel
diploid, yang berkembang menjadi massa yang sangat besar motil,
protoplasma berinti, setiap makhluk massa seperti yang dikenal sebagai
plasmodium (Fig.5-21).

Some taxonomists classify slime moulds as fungi, whereas others

classify them as protest. They are not known to cause human disease.

Beberapa ahli taksonomi mengklasifikasikan jamur lendir jamur,

sedangkan yang lain mengklasifikasikan mereka sebagai protes. Mereka
tidak diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
 Slime moulds, which are found in soil and on rotting logs, have both
fungal and protozoal characteristics and very interesting life cycles (Fig. 5-
20). Some slime moulds (known as cellular slime moulds) start out in life as
independent amebae, ingesting bacteria and fungi by phagocytosis. When
they run out of food, they fuse together to form a motile, multicellular form
known as a slug, which is only about 0.5 mm long. The slug then becomes a
fruiting body, consisting of a stalk and a spore cap. Spores produced within
the spore cap become disseminated, and from each spore emerges and
ameba (Fig. 5-21). Cellular slime moulds represent cell differentiation at the
lowest level, and scientists are studying them in an attempt to determine
how some of the cells in the slug know that they are to become part of the
stalk, how others know that they are to become part of the spore cap, and
still others know that they are to differentiate into spores within the spore
cap. Other slime moulds, known as plasmodial (or acellular) slime moulds,
also produce stalks and spores, but their life cycles differ somewhat from
those of cellular slime moulds. In the life cycle of a plasmodial slime mould,
haploid cells fuse to become diploid cells, which develop into very large
masses of motile, multinucleated protoplasm, each such mass being known
as a plasmodium (Fig.5-21). Some taxonomists classify slime moulds as
fungi, whereas others classify them as protest. They are not known to cause
human disease.

Lendir cetakan, yang ditemukan di tanah dan di kayu busuk, memiliki

kedua jamur dan karakteristik protozoa dan siklus hidup yang sangat
menarik (Gambar. 5-20). Beberapa jamur lendir (dikenal sebagai jamur lendir
selular) mulai keluar dalam hidup sebagai amebae independen, menelan
bakteri dan jamur oleh fagositosis. Ketika mereka kehabisan makanan,
mereka sekering bersama untuk membentuk motil, bentuk multiseluler
dikenal sebagai siput, yang hanya sekitar 0,5 mm long. siput kemudian
menjadi tubuh buah, yang terdiri dari tangkai dan topi spora. Spora yang
dihasilkan dalam topi spora menjadi disebarluaskan, dan dari masing-masing
spora muncul dan amoeba (Gbr. 5-21). jamur lendir selular mewakili
diferensiasi sel pada tingkat terendah, dan para ilmuwan sedang
mempelajari mereka dalam upaya untuk menentukan bagaimana beberapa
sel di siput tahu bahwa mereka menjadi bagian dari tangkai, bagaimana
orang lain tahu bahwa mereka menjadi bagian dari topi spora, dan masih
orang lain tahu bahwa mereka untuk berdiferensiasi menjadi spora dalam
topi spora. jamur lendir lainnya, yang dikenal sebagai plasmodial (atau
acellular) jamur lendir, juga memproduksi batang dan spora, tetapi siklus
hidup mereka agak berbeda dari yang dari jamur lendir selular. Dalam siklus
hidup dari jamur lendir plasmodial, sel-sel haploid sekering untuk menjadi sel
diploid, yang berkembang menjadi massa yang sangat besar motil,
protoplasma berinti, setiap makhluk massa seperti yang dikenal sebagai
plasmodium (Fig.5-21). Beberapa ahli taksonomi mengklasifikasikan jamur
lendir jamur, sedangkan yang lain mengklasifikasikan mereka sebagai
protes. Mereka tidak diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.