Professional Documents
Culture Documents
Amir, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea. Four days before admission, the
patient had non projectile vomiting 6 times a day. He vomited what he ate. Three days
before admission the patient got diarrhea 10 times a day around half glass in every
defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The frequency of vomiting
decreased. Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain water. He also got a
mild fever. Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting. The
amount of urination in 8 hours ago was less then usual. Amirs family lives in slum area.
Physical eximination
Patient looks severely ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50 mmHg, RR
38x/m, HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,7 0C, BW 8,8 kg, BH 75 cm
Thorax: similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal
heart sound
Abdomen: flat, souffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below arcus costa
and xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the abdomen: very slowly
(longer than 2 second). Redness skin surrounding anal orifice.
Laboratory Examination
Urine routine
Faeces routine
Macroscopis: water more than waste material, blood (-), mucous (-)
1
I. KLARIFIKASI ISTILAH
2
2. Four days before admission, the patient had non projectile vomiting 6 times a day.
He vomited hat he ate. Along those 4 days, he drank eagerly and was given plain
water. He also got a mild fever.
3. Three days before admission the patient got diarrhea 10 times a day around half
glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The frequency
of vomiting decreased..
4. Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting. The amount
of urination in 8 hours ago was less then usual.
5. Physical eximination
Patient looks severely ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50 mmHg,
RR 38x/m, HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,7 C, BW 8,8 kg,
BH 75 cm
Head: Sunken eye, no tears drop, and dry mouth.
Thorax: similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound,
normal heart sound.
Abdomen: flat, souffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below
arcus costae and xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the
abdomen: very slowly (longer than 2 second). Redness skin surrounding anal
orifice.
Extremities: Cool hand and feet
6. Laboratory Examination
HB 12,8 g/dl, WBC 9.000/mm3, differential count: 0/1/16/48/35/0.
Urine routine
Macroscopic: yellowish colour,
Microscopic: WBC (-), RBC (-), protein (-)
Faeces routine
Macroscopis: water more than waste material, blood (-), mucous (-)
WBC: 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
3
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada
laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau
ke musim penghujan.
Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat,
berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare
persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal
akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah
kurang gizi.
Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi
yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis
yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi
berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang
berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga
mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk
yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus
ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.
b. Apa hubungan jenis kelamin, usia dan tempat tinggal terhadap keluhan di
atas?
Anak kecil dibawah dua tahun belum memiliki sistem imun yang baik
seperti anak yang lebih besar maka rentan terhadap infeksi mikoorganisme
ditambah lagi kebiasaan anak kecil yang suka memasukan apa saja ke mulut
sehingga dapat mempermudah mikroorganisme untuk menginfeksi anak
tersebut. Tempat tinggal yang kumuh banyak terdapat mikrorganisme
patologi yang dapat menyebabkan penyakit sehingga anak tersebut semakin
4
mudah terkena infeksi yang dapat menyebabkannya diare. Untuk kaitannya
dengan jenis kelamin, lebih banyak bayi laki-laki yang terinfeksi daripada
perempuan dengan perbandingan 1,5:1
Infeksi
Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,
Yersinia entero colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus,
V.NAG., Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang
penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat
pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat
stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan
brush border atau menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum
jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan
kerusakan dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan
absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada
mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas.
Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi
sitotoksin mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip
dengan Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan
multiplikasi didalam sel epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin
(VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema
dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi
hemolytic-uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel
kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella
5
jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin
serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan
watery diarrhea.
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui
kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi)
atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti
daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui
kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare
melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang
dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan
histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui
person to person jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini
sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir
adanya enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri,
seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin
(ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan
mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.
6
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme
patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan
metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi
host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status
imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di
daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari
setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan
faty stools,nyeri perut dan gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini
bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat
dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira
90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik
(E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan
persisten sampai disentri yang fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5
15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis
berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-
limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease
dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik.
7
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama
jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery
diarrhea dan nyeri abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan
appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri
abdomen.
Fungus: Kandida/moniliasis
Berdasarkan etiologi:
Infeksi : Primer dan sekunder
Obat-obatan : Antibiotik ; obat-obatan lain
Alergi makanan : CMPA (Cows milk protein allergy); Alergi
protein kedelai; Alergi makanan multiple.
8
Kelainan proses cerna : Defisiensi enzim sukrase/isomaltase;
Hipotalakse awitan lambat.
Defisiensi vitamin : Defisiensi niasin
Keracunan logam berat: Co, Zn
Berdasarkan mekanisme:
Diare Sekretorik
Diare osmotic
2. Four days before admission, the patient had non projectile vomiting 6 times a
day. He vomited hat he ate. Along those 4 days, he drank eagerly and was
given plain water. He also got a mild fever.
a. Bagaimana mekanisme muntah non proyektil pada kasus ini?
Sfingter esophagus
9
bawah relaksasi secara
lengkap
muntah
b. Bagaimana perbedaan muntah proyektil dengan muntah non proyektil?
Muntah non-proyektil ; muntah yang melalui 3 fase yaitu fase nausea ,
faseretching , dan diakhiri fase ekspulsi
Muntah proyektil ; muntah yang tidak melalui fase nausea, fase retching,
langsung kefase ekspulsi
Muntah proyektil
terjadi bila tekanan di dalam otak (tekanan intra kranial, disingkat TIK)
yang meninggi, hal ini menandakan adanya (Cerebral Haemorragi) maupun
adanya tumor pada otak. Pada kasus ini muntahnya non proyektil sehingga
dapat dikatakan pasien ini tidak ada masalah dengan TIK.
10
Infeksi virus (Rotavirus) memnginvasi ileum virus berikatan dengan
enterosit pada villi virus berkembang biak sehingga enterosit lisis
menyebabkan gangguan pada villi (pemendekan villi) kripta hipertropi
dan hiperplasi kripta semakin dalan, sekresi meningkat, absorpsi
berkurang enterosit kurang matang dan pembentukan enzim-enzim
pencernaan kurang sempurna makanan tidak sempurna di digesti beban
osmotic intraluminal tinggi penarikan cairan ke intraluminal diare
hilangnya air dan elektrolit terutama Na dan K dalam jumlah besar
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa tubuh
kompensasi dengan cara minum secara lahap.
11
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat
muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-impuls aferen berasal dari
lambung atau deudonum dan muncul sebagai respon terhadap distensi
berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap
rangsangan kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan muntah),
misalnya pekak, hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui
pengaktivan pusat muntah.
Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh sistem syaraf
aferen dan s. simpatis sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan
menyebabkan makanan kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke
usus. Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu
kerja lambung dan duodenum, menyebabkan duodenum teregang.
Akibatnya, kontraksi kuat diafragma dan otot dinding abdominal yang
menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi. Setelah itu menjadi bernafas
dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfringter esophagus
bagian atas supaya terbuka. Sfingter bagian bawah berelaksasi dan
pengeluaran isi lambung melalui esophagus dan keluar.
12
Banyak minum:
Banyak minum yang dialami Amir berawal dari infeksi virus
(Rotavirus) memnginvasi 2/3 proximal ileum virus berikatan dengan
enterosit pada villi virus berkembang biak sehingga enterosit lisis
menyebabkan gangguan pada villi (pemendekan villi) kripta hipertropi
dan hiperplasi kripta semakin dalan, sekresi meningkat, absorpsi
berkurang enterosit kurang matang dan pembentukan enzim-enzim
pencernaan kurang sempurna makanan tidak sempurna di digesti beban
osmotic intraluminal tinggi penarikan cairan ke intraluminal diare
hilangnya air dan elektrolit terutama Na dan K dalam jumlah besar
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa tubuh
kompensasi dengan cara minum secara lahap diberi minum hanya air putih
kurang elekrolit (natrium, kalium, bikarbonat) tidak efektif mengatasi
dehidrasi
f. Apa yang menyebabkan penurunan nafsu minum pada diare dehidrasi berat?
Penurunan nafsu minum pada pasien dengan dehidrasi berat dapat
disebabkan karena penurunan kesadaran sehingga tidak bisa lagi merasakan
dahaga atau rasa ingin minum.
h. Apa dampak minum air putih selama 4 hari untuk menangani dehidrasi?
Dampak meminum air putih selama 4 hari guna menangani dehidrasi bisa
dibilang kurang cukup untuk memenuhi kehilangan cairan dan elektrolit,
apalagi yang dikonsumsi adalah air putih biasa bukan air mineral. Air putih
biasa memang mengandung ion ion natrium, magnesium, kalsium namun
dalam jumlah sedikit. Sementara pada penderita diare, dimana pengeluaran
cairan sangat banyak melalui feses, tidak hanya air yang dikeluarkan, namun
juga elektrolit elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium, kalsium, dan
13
sebagainya yang esensial bagi tubuh untuk menjalankan fungsi fisiologis.
Sehingga hanya mengkonsumsi air biasa boleh jadi mengatasi kehilangan air,
namun tidak mengatasi kehilangan mineral.
3. Three days before admission the patient got diarrhea 10 times a day around
half glass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it. The
frequency of vomiting decreased.
a. Apa dampak dari diare 10x/hari gelas pada kasus ini?
Anak yang mengalami penyakit yang menyebabkan muntah dan diare
beresiko mengalami dehidrasi. Standar emas untuk mendiagnosis dehidrasi
adalah dengan mengukur kehilangan berat badan akut tetapi oleh karena berat
badan sebelum sakit pada umumnya tidak diketahui, maka perkiraan
kehilangan cairan dilakukan berdasarkan penilaian klinis. Penilaian klinis
dehidrasi berbeda-beda. Penilaian menurut World Gastrointestinal
Organization (WGO) meliputi kesadaran, mata cekung, rasa haus, serta turgor
kulit. Menurut Guandalini, penilaian dehidrasi yang paling baik adalah
menilai pemanjangan pengisian kapiler perifer, turgor kulit, dan pola
pernafasan. Kegagalan menegakkan diagnosis dehidrasi mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, sedangkan overdiagnosis
menimbulkan penggunaan sumber kesehatan yang berlebihan.
Gejala dan tanda-tanda dehidrasi secara umum :
1. Mulut kering dan lidah bengkak
Mulut kering dan lidah menjadi sedikit bengkak adalah sinyal tubuh
mengalami dehidrasi. Cara terbaik untuk menghindari dehidrasi adalah
minum ketika haus. Tapi jika sudah minum masih ada tanda-tanda
dehidrasi, bisa jadi ada faktor lain yang menjadi masalahnya.
2. Urine berwarna kuning pekat
Jika tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan mencoba menghemat air atau
menghentikan produksi urine. Akibatnya urine akan berwarna menjadi
lebih gelap atau kuning pekat.
3. Sembelit (sukar buang air besar)
Ketika tubuh cukup air, makanan yang dimakan akan bergerak bebas.
Usus besar (kolon) akan menyerap air dari makanan yang dimakan dan
kemudian mengeluarkan limbah berupa feses.Ketika mengalami dehidrasi,
usus besar akan menghemat air yang menyebabkan feses menjadi keras
dan kering. Hasilnya adalah sembelit.
14
4. Kulit menjadi kurang elastic
Dokter dapat menggunakan elastisitas kulit untuk mengetes dehidrasi
dengan cara mencubitnya. Jika kondisi normal, maka saat mencubit kulit
di punggung tangan lalu dilepaskan lagi akan kembali normal. Tapi ketika
kulit mengalami dehidrasi, saat dicubit lalu dilepaskan akan lambat
normalnya. Meskipun ini bukan tes terbaik dehidrasi tapi elastisitas kulit
masih merupakan tanda yang baik jika terjadi dehidrasi.
5. Jantung Berdebar-debar
Jantung membutuhkan tubuh yang sehat dan normal agar berfungsi dengan
benar. Jika terjadi penurunan aliran darah dan perubahan kadar elektrolit
karena dehidrasi, biasanya jantung akan berdebar-debar.
6. Kram otot atau Kejang-kejang
Meski belum diketahui pasti bagaimana dehidrasi mempengaruhi fungsi
otot tapi diduga terkait dengan ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit
seperti natrium dan kalium adalah ion yang bermuatan listrik yang
membuat otot bekerja.
Jika mengalami dehidrasi kronis, maka terjadi ketidakseimbangan
elektrolit yang dapat menyebabkan kram otot atau kejang yang terus
menerus. Kondisi ini banyak terjadi setelah orang selesai melakukan
latihan atau olahraga.
7. Pusing
Dehidrasi juga bisa menyebabkan pusing atau pingsan. Salah satu tanda-
tanda dehidrasi adalah tubuh merasa melayang ketika buru-buru berdiri
dari posisi duduk atau tidur.
8. Lelah
Dehidrasi kronis akan membuat volume darah dan tekanan darah ikut
turun yang membuat pasokan oksigen ke darah juga turun. Tanpa oksigen
yang cukup, otot dan fungsi saraf akan bekerja lambat sehingga orang
menjadi lebih mudah lelah.
9. Air mata kering
Air mata digunakan untuk membersihkan dan melumasi mata. Jika cairan
di tubuh kurang, bisa membuat produksi air mata terhenti.
10. Badan selalu merasa kepanasan
15
Air memainkan peran kunci dalam mengatur suhu tubuh. Ketika tubuh
mulai panas kulit akan berkeringat. Dengan berkeringat, maka suhu tubuh
akan turun lagi. Karena keringat sebagian besar terdiri dari air, maka saat
mengalami dehidrasi, tubuh akan berhenti mengeluarkan keringat yang
membuat badan akan merasa kepanasan.
16
b. Gangguan sirkulasi
Dapat terjadi shock hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang dan
terjadi Hipoksia Asidosis yang bertambah berat dapat mengakibatkan
perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kematian.
Proses tersebut akan terjadi saat virus menginvasi epitel usus. Sel EC akan
langsung mendeteksi toksin yang dihasilkan oleh RV, dan stimulasi CTZ
karena impuls yang dihantarkan melalui saraf vagus akan menimbulkan
muntah, itu sebabnya onset muntah akan timbul terlebih dahulu. Sementara
diare, akan timbul setelah enterosit usus banyak yang rusak/lisis dan terjadi
gangguan absorbsi dan pencernaan. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
17
tekanan osmotic intralumen diare osmotic. Dan kondisi ini tidak akan muncul
secepat timbulnya rangsangan muntah.
Semakin lama pajanan rotavirus di sekitar sel usus halus menyebabkan
semakinn banyak juga sel usus halus yang mengalami kerusakan ( semakin
banyak villi yang atrofi ), sehingga sistem hemostatis tubuh juga tidak bisa
lagi mempertahankan, akibatnya semakin banyak makanan dan cairan yang
tidak bisa diabsorbsi, oleh karena itu diare akan bertambah berat. Sedangkan
reflek muntah berkurang diakibatkan serotonin yang dihasilkan di sel
enterocromafin yang letaknya di epitel usus halus akan tidak dihasilkan lagi,
karena EC sudah banyak mengalami kerusakan bersamaan rusaknya epitel
usus. Oleh karena itu, lama kelamaan serotonin akan berkurang dan
pengaruhnya terhadap sistems saraf pusat muntah juga akan tidak ada lagi.
Dan muntah pun seiring waktu akan menghilang.
Selain itu diare karena infeksi virus bersifat self limiting disease
(sembuh sendiri). Oleh karena itu, pada waktu RV sudah tidak
menghasilkan enterotoksin lagi, maka EC sel tidak akan mendeteksii
adanya toksin. Absennya NSP4 ini juga menyebabkan tidak terjadinya
pelepasan 5-HT (serotonin) yang bersifat Ca2+ dependent, karena tidak ada
impuls yang disampaikan ke nervus vagus, otomatis tidak akan terjadi
trigger CTZ, sehingga muntah tidak terjadi.
18
c. Apa makna klinis dari feses tidak ada darah dan mucus? revisi
Karena pada kasus ini, virus yang menginvasi Amir tidak merusak mukosa
atau tidak menyebabkan kerusakan dinding usus seperti nekrosis dan ulserasi
namun dia hanya bereplikasi di enterosit dan akan mengeluarkan toksin
NSP4. Bakteri ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus
15-30 menit sesudah di produksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan
kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus
sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5- siklik monofasit (siklik AMP)
dalam sel yang menyebar sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation kalium dan natrium.
Untuk diare akut, patogenesis diare yang disebabkan oleh bakteri
dibedakan menjadi 2: bakteri non-invasif, yaitu bakteri yang memproduksi
toksin yang nantinya toksin tersebut hanya melekat pada mukosa usus halus
dan tidak merusak mukosa. Bakteri non-invasif, memberikan keluhan diare
seperti air cucian beras dan disebabkan oleh bakteri enteroinvasif, yaitu diare
yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi,
secara klinis berupa diare bercampur lendir dan darah.
19
muntah mereda menjadi berkurang dan tidak muntah-muntah lagi satu hari
sebelum masuk rumah sakit. Muntah dan diare pada kasus ini bila tidak
ditangani dengan baik dapat berujung pada syok hipovolemik, multiple
organ failure, dan kematian.
- Proses infeksi
Amir mengalami muntah-muntah karena pada awalnya Rotavirus
menginfeksi mukosa lambung dengan enterotoxin. Enterotoxin itu sendiri
adalah salah satu protein yang di kode Rotavirus, yaitu NSP4. Akibatnya,
ujung-ujung saraf yang menstimulasi muntah terangsang dan terjadilah
muntah. Demikian halnya juga terjadi muntah saat toxin ini mengiritasi
mukosa duodenum. Jadi, muntah sebagai bagian dari pertahanan tubuh
untuk mengeliminasi mikroorganisme penginfeksi untuk keluar dari
lambung dan duodenum (GIT atas).
Akan tetapi, hal ini tidak terjadi saat virus dan toxinnya tiba di mukosa
GIT di bawah duodenum. Tidak hanya terjadi iritasi mukosa dengan toxin,
tetapi juga invasi ke sel-sel villi. Iritasi yang terjadi di sini tidak
menyebabkan muntah karena sudah tidak ada lagi saraf- saraf yang
berespon terhadap muntah. Saraf- saraf yang berespon terhadap muntah
terdapat di lambung dan duodenum. Saat virus mencapai ujung distal
ileum dan kolon, virus menginvasi vili pada ileum menyebabkan
kerusakan sel enterosit sehingga menurunkan kemampuan absorpsi (sel-sel
villi adalah sel mature yang memiliki kekhususan dalam absorpsi) dan
meningkatkan sekresi mucus (banyak sel-sel immature sebagai respon
untuk menggantikan sel-sel mature yang telah rusak, akan tetapi sel-sel ini
memiliki kekhususan dalam sekresi). Jadi, diare adalah bagian pertahanan
tubuh untuk mengeliminasi mikroorganisme keluar dari usus halus dan
colon (GIT bawah).
20
kelebihan H2O bebas menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak
dekat dengan sel penghasil vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor
memantau osmolaritas cairan tubuh dan ketika osmolaritas meningkat
(penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi vasopressin. Vasopresin
meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal sehingga reabsorbsi
meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan menurun.
Mekanisme:
Diare Dehidrasi berat Penurunan kadar H2O Osmolaritas
meningkat Sekresi vasopresin Peningkatan permebealitas tubulus ginjal
distal sehingga rearbsorsi meningkat Volume urin turun.
5. Physical eximination
Patient looks severely ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50
mmHg, RR 38x/m, HR 144x/m regular but weak, body temperature 38,7 0C,
BW 8,8 kg, BH 75 cm
Head: Sunken eye, no tears drop, and dry mouth
Thorax: similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath
sound, normal heart sound.
Abdomen: flat, souffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below
arcus costae and xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the
abdomen: very slowly (longer than 2 second). Redness skin surrounding anal
orifice.
Extremities: Cool hand and feet
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik
umum di atas?
(tanda dehidrasi)
21
102/57 pada sehingga terjadi penurunan
presentil 95th volume darah.
Mekanisme abnormalitas:
Demam
Diare akut (Infeksi rotavirus ) pelepasan sitokin (Interferon)
aktivasi jalur asam arakidonat sintesis PGE2 set point meningkat
demam.
22
Tidak ada air mata Ada air mata Tidak normal
3. Mulut kering
Dehidrasi terjadinya hipoperfusi, terutama ke perifer tubuh
mulut kering.
23
Lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan untuk
kembali seperti semula (dalam detik).
Normalnya : kulit akan kembali ke bentuk semula dalam 1 detik, abnormal
(sangat lambat) apabila kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 1 detik.
6. Laboratory Examination
Hb 12,8 g/dl, WBC 9.000/mm3, differential count: 0/1/16/48/35/0.
Urine routine
Macroscopic: yellowish colour,
Microscopic: WBC (-), RBC (-), protein (-)
Faeces routine
Macroscopis: water more than waste material, blood (-), mucous (-)
WBC: 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan
laboratorium?
24
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Differential count:
akut
Urine routine
3. Tertera pada
1. Macroscopic: keterangan 5. Kekurangan
yellowish colour, tambahan Cairan
2. Microscopic: 4. WBC (-), RBC (-), 6. Normal
WBC (-), RBC protein (-)
(-), protein (-)
Faeces routine
Macroscopis: water
more than waste
material, blood (-), Diare
mucous (-)
*Keterangan tambahan:
25
Mekanisme Abnormal:
Dehidrasi
Diare Dehidrasi ringan-sedang Penurunan kadar H2O
Osmolaritas meningkat Sekresi vasopresin Peningkatan
permebealitas tubulus ginjal distal sehingga rearbsorsi meningkat
volume cairan pada urin menurun urin kuning pekat
Diare
Banyaknya air pada feces daripada ampas karena infeksi virus
(Rotavirus) memnginvasi 2/3 proximal ileum virus berikatan dengan
enterosit pada villi virus berkembang biak sehingga enterosit lisis
menyebabkan gangguan pada villi (pemendekan villi) kripta hipertropi
dan hiperplasi kripta semakin dalan, sekresi meningkat, absorpsi
berkurang enterosit kurang matang dan pembentukan enzim-enzim
pencernaan kurang sempurna makanan tidak sempurna di digesti
beban osmotic intraluminal tinggi penarikan cairan ke intraluminal
banyaknya air daripada ampas pada feces.
Peningkatan netrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling banyak jumlahnya pada sel
darahputih dan berespon lebih cepat terhadap inflamasi dan sisi cedera
jaringan daripada jenis sel darah putih lainnya. Pada kasus ini dari hitung
jenis, neutrofil meningkat menandakan infeksi akut (shift to the left).
Neutrofil batang adalah neutrofil yang immature yang dapat
26
bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut sehingga pada kasus ini,
neutrofil batang meningkat karena diare yang dialami oleh Amir
merupakan diare akut.
Bristol stool chart atau tabel tinja Bristol adalah tabel yang menunjukkan
ukuran kepadatan tinja dari yang terpadat (model yang pertama) hingga
tercair (model yang terakhir). Tabel ini dibuat oleh Universitas Bristol di
Inggris.
Model tinja 1, tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat seperti
kacang, sangat sangat keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya
ini adalah bentuk tinja penderita konstipasi kronis
27
Model tinja 2 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis,permukaanya
menonjol-nonjol dan tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi
berkeping-keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat
menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang
mendekati kronis.
Model tinja 3 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan
permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit retakan. Tinja seperti ini
adalah tinja penderita konstipasi ringan.
Model tinja 4 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular.
Tinja ini adalah bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi.
Model tinja 5 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti bulatan-bulatan
yang lembut, permukaan yang halus, dan cukup mudah untuk dikeluarkan.
Ini adalah bentuk tinja seseorang yang ususnya sehat.
Model tinja 6 Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat halus,
mudah mencair, dan biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan. Biasanya
ini adalah bentuk tinja penderita diare.
Model tinja 7 Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah
menyerupai air) dan tidak terlihat ada bagiannya yang padat. Ini
merupakan tinja penderita diare kronis.
Interpretasi Karakteristik Feses bayi
Model 1 sampai model 4 merupakan bentuk tinja penderita konstipasi.
Model 5 adalah tinja anak sehat.
Model 6 sampai model 7 merupakan bentuk tinja penderita diare.
Model 1 dan model 7 adalah tinja seseorang yang menderita gangguan.
padasaluran cerna bisa gangguan fungsional , infeksi atau gangguan
organik.
Interpretasi Karakteristik Feses
Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah menjadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak.
Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan,
kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning
juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
28
Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam
saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim
pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan
mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
Bau
Pemeriksaan bau indol, sketol dan asam butirat menyebabkan bau normal
pada tinja.
Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang
tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.
Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang
berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi
makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah
yang tercerna menambah bau tinja.
Konsistensi
Pemeriksaan konsistensi tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak
dan berbentuk.
Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.
29
Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan
bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit
hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi
usus
Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus.
Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin
terletak pada usus besar.
Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus.
Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis.
Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik
kolitis, mucous colitis pada anxietas.
Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta
peradangan rektal anal.
Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon.
30
hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan
semakin hitam warnanya.
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada
keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2 ml / hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari.
Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal
ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon
sigmoid, Lokal abses.
Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang
banyak.
Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makanan yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic
dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol
maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti
butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau
Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai
tetes-tetes merah atau jingga.
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritrosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.
Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair
baru didapatkan bentuk trofozoit.
31
Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris
trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam
seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan
didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan
pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran
pencenaan.
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.
Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya
eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite yaitu
yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari
bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah
sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal.
Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak.
Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan
bayamatau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah
banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal
Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang
disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin.
Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit.
Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan
Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil
pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk
invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat
32
dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS,
pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.
33
Merah di sekitar anus + + +
Panas ++ ++ ++ -
Mual muntah Sering jarang Sering Sering
34
Leukosit - + + -
35
Akral hangat.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai
pada pemeriksaan tinja :
SKOR
Yang dinilai
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,
mengantuk hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
36
Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit
37
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
38
tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari
diare yang diinduksi oleh patogen.
- Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan
mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran,
karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.
Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh
pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi
secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas
tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga
mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi
yang efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang
diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya
adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella,
Salmonella, rotavirus)
- Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai
kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Seperti terlihat pada
Gambar 1, kegagalan pencernaan dan penyerapan karbohidrat (CHO) akan
meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan membrane
mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan
membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal
karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat
dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare
osmotik dan bisa dihambat dengan berpuasa. (Lactose intolerance).
Osmotic Diarrhea
39
Absorption of water in the intestines is dependent on adequate absorption
of solutes. If excessive amounts of solutes are retained in the intestinal
lumen, water will not be absorbed and diarrhea will result. Osmotic diarrhea
typically results from one of two situations:
- Ingestion of a poorly absorbed substrate: The offending molecule is
usually a carbohydrate or divalent ion. Common examples include
mannitol or sorbitol, epson salt (MgSO4) and some antacids (MgOH2).
- Malabsorption: Inability to absorb certain carbohydrates is the most
common deficit in this category of diarrhea, but it can result virtually any
type of malabsorption. A common example of malabsorption, afflicting
many adults humans and pets islactose intolerance resulting from a
deficiency in the brush border enzyme lactase. In such cases, a moderate
quantity of lactose is consumed (usually as milk), but the intestinal
epithelium is deficient in lactase, and lactose cannot be effectively
hydrolyzed into glucose and galactose for absorption. The osmotically-
active lactose is retained in the intestinal lumen, where it "holds" water. To
add insult to injury, the unabsorbed lactose passes into the large intestine
where it is fermented by colonic bacteria, resulting in production of
excessive gas.
A distinguishing feature of osmotic diarrhea is that it stops after the patient
is fasted or stops consuming the poorly absorbed solute.
40
- Viruses: rotaviruses, coronaviruses, parvoviruses (canine and feline),
norovirus
- Protozoa: coccidia species, Cryptosporium, Giardia
The immune response to inflammatory conditions in the bowel contributes
substantively to development of diarrhea. Activation of white blood cells
leads them to secrete inflammatory mediators and cytokines which can
stimulate secretion, in effect imposing a secretory component on top of an
inflammatory diarrhea. Reactive oxygen species from leukocytes can damage
or kill intestinal epithelial cells, which are replaced with immature cells that
typically are deficient in the brush border enyzmes and transporters necessary
for absorption of nutrients and water. In this way, components of an osmotic
(malabsorption) diarrhea are added to the problem.
41
menyerap cairan danmakanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan
terkumpul di usus halus dan akanmeningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik kedalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan danmakanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.
Faktor umur
42
mungkin erkontaminasi bakteri tinja manusia atau binatang pada saat bayi
mulai merangkak.
Infeksi asimptomatik
Faktor musim
43
Berikan cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT
DIBERIKAN 5-10 ml/kg BB setiap diare atau berdasrkan usia.
Dosis oralit berdasarkan usia:
Umur < 1 tahun : 5- 100 ml
Umur 1 5 tahun : 100 200 ml
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
atau semaunya.
Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komlikasi
lain (tidak mau minum, munth terus menerus, diare frekuen dan
profus).
b. Dehidrasi ringan-sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di
bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg
bb untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare
tanpa dehidrasi.
Rehidrasi parenteral(intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intraven yang diberikan
adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara
berkala.
Dosis rehidrasi parenteral
Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
Berat badan >15 kg : 135 ml/kgBB/hari
Pasien dipantau di puskesmas/rumah sakit selama proses rehidrasi
sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada
orangtua.
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
Mata : Cekung
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
44
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2
detik).
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100ml/kgBB dengan cara pemberian:
- Umur < 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
- Umur > 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam jam pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses
rehidrasi.
2. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak.SengZink elemental diberikan selama 10-
14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis:
Umur < 6 bulan: 10 mg per hari
Umur > 6 bulan: 20 mg per hari
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare.
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur
tetap diberikan untuk mencegah terjadinya kehilangan berat badan dan
sebagi pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat,
dan makanan yang mudah dicerna. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan.
45
dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional
dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.
Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat
pilihan untuk amuba vegetatif
Tidak boleh diberikan obat anti diare
5. Edukasi
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
46
(lebih dari 120x / menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien
gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis.
Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun
sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi
dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena
infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang
darah.
47
V. LEARNING ISSUE
ANATOMI GIT
48
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di
sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut
hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari sari makanan yang
terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa sisa makanan melalui
anus.
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan
usus sampai anus.Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap
tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila
makanan melewatinya. Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam
rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Lambung
dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
49
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan
absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum,
bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus
halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum.Ini disebut sekum
pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal.Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus
ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat
ini terdapat apendiks veriformis.
Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen
transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden
pada sisi kiri abdomen.Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang
sudah hampir lengkap pada kolon.Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian.
Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang
sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air
perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus
besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena
adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk
baik sfingter internal dan eksternal.
Peningkatan koordinasi dan kekuatan kontraksi gaster dan usus halus mulai
didapatkan pada usia kehamilan 30 minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu pola
motilitas saluran cerna janin mulai menyerupai pola motilitas usus bayi yang
50
telah cukup bulan, saat ini gerakan menghisap dan menelan telah teratur, janin
menelan cairan amnion kira-kira 450 mL/hari pada trimester ketiga.
Motilitas organ saluran cerna diatur oleh input dari miogenik, neural dan
neuroendokrin baik saat puasa atau saat digesti. Berikut berapa faktor yang
mempengaruhi motilitas saluran cerna antara lain aktivitas listrik otot polos
gastrointestinal dan ion Kalsium, kalium dan kontraksi otot, system syaraf dan
neurotransmitter dan hormon yang disekresi oleh neuron-neuron enterik yang
berpengaruh terhadap motilitas gastrointestinal.
Rasio kalium intra dan ekstraseluler merupakan faktor penentu potensial listrik
di sel membran. hal ini berperan dalam bangkitan potensial jaringan saraf dan otot.
Absorbsi air di usus halus disebabkan karena derajad osmolaritas yang terjadi
apabila bahan terlarut ( khususnya natrium) diabsorbsi secara aktif dari lumen usus
oleh sel epitel vili. Ada beberapa mekanisme penyerapan Na di usus halus :
Natrium( Na+) terkait dengan penyerapan ion klorida atau diabsorbsi langsung
sebagai ion Na+ atau ditukar dengan ion hydrogen atau terkait dengan absorbsi
bahan organik seperti glukosa aatu asam amino tertentu untuk dapat masuk sel
epitel. Penambahan glukosa ke larutan elektrolit dapat meningkatkan
penyerapan Natrium di usus halus sebanyak tiga kali. Setelah disbsorbsi, natrium
dikeluarkan dari sel epitel melalui pompa ion yang disebut sebagai Na+ K+ATPase.
Pengeluaran Na+ ke cairan ekatraseluler ini meningkatkan osmolaritasnya dan
menyebabkan air dan elektrolit lainnya mengalir secara pasip dari lumen usus
halus melalui saluran interseluler ke dalam cairan ekstraseluler. Proses ini
menjaga keseimbangan osmotik antara cairan intraluminer usus dan cairan
ekstraseluler.
51
REFLEKS DEFEKASI
Reflek defekasi timbul saat tinja memasuki rektum , maka peregangan rektum
selanjutnya menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis,
sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada usus besar desenden,
sigmoid dan rektum, mendorong tinja kearah anus. Distensi rektum
menimbulkan impuls pada serat-serat sensoris asendens yang selanjutnya
dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang adanya distensi.
Sementara itu terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksternus,
puborectal sling (bagian dari muskulus levator ani). Dengan demikian terjadilah
reflek yang disebut reflek inflasi.
Relaksasi sfingter ani internus ini terjadi secara proposional terhadap volume
dan kecepatan distensi rektum. Keadaan ini diikuti oleh penghambatan spingter
ani eksternus, yang melibatkan jalur refleks dan fasilitasi kortikal. Reflek
puborektalis akan mengakibatkan melebarnya sudut anorektal (normal 60 105 o
menjadi 140o) menyebabkan jalur anus tidak terhalangi. Peningkatan tekanan
abdomen dihubungkan dengan peristaltik pada dinding abdomen, menyebabkan
keluarnya tinja sehingga terjadi pengosongan rektum.
52
mekoneum akan keluar pada 36-48 jam pertama setelah lahir sebanyak 2 3 kali
per hari.
Mikroflora usus normal gram positif pada ASI lebih banyak dibandingkan gram
negatif. Pada bayi kurang bulan sering didapatkan tinja yang keras atau frekuensi
defekasi yang rendah. Pada bayi yang mendapatkan susu formula memiliki tinja
yang lebih padat dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI.
DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air
53
besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
FAKTOR RISIKO
1. Umur > 60 tahun / <5 tahun
2. Developed diarrhea: setelah minum pruduk dari susu, selama atau setelah
perjalanan (terutama daerah ysng kurang berkembang), setelah berenang pada air
yang terkontaminasi, atau setelah berlayar
3. Terpapar hewan peternakan
4. Kelompok situasi tertentu: asrama, rumah sakit, kampi militer, pusat perawatan
anak, panti jompo
5. Riwayat bedah gallbladder, abdominal, bariatric untuk obesitas, terapi radiasi
6. Gaya hidup
Penggunaan alkohol
Penyalahgunaan obat
Sex oral atau anal
Bekerja di lingkungan kesehatan seperti rumah
sakit
7. PengobatanAntibiotik
(ampicillin, amoxicillin, erytromycin, cephalosporins), digoxin. Lithium,
pengobatan untuk transplantasi organ, kemoterapi, terapi radiasi, theophylline
8. Penyakit
Kanker, CAD, HF, cystic fibrosis, diabetes, masalah traktus GI (lactose
intolerance, irritable bowel syndrome), eating disorders (anorexia dan bulimia),
kelainan endokrin (Addison disease, penyakit tiroid), HIV, inflammatory bowel
disease, penyakit ginjal,sindrom malabsorpsi
PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
54
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik penyakit diare antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu
meningkat, nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai
dengan adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet,
dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan
darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan
diakhiri dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, Mata dan ubun-
ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan diare:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun
melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Diet:
- ASI tetap diberikan, pisang, nasi, atau
makanan lunak, konsumsi makanan tinggi potasium.
- Selama periode diare aktif, hindari produk
susu, buah-buahan, daging merah (daging sapi), dan makanan yang berbumbu
- Apabila frekuensi BAB menurun,
perlahan dapat mulai mengkonsumsi nasi, kentang rebus, ataupun sup ayam
- Apabila konsistensi feses sudah padat,
dapat mulai mengkonsumsi ikan, ayam, apel, ataupun pisang
Medikamentosa
- Kausatif: antibiotik jika bukan disebabkan
oleh virus atau jika ada infeksi sekunder
55
Aeromonas species Use cefixime and most third- and fourth-generation
cephalosporins.
56
disease.
Penatalaksanaan:
1. Pemberian cairan IVFD
a. RL 120cc kali BB dalam 4 jam(RSMH)
b. RL 30cc kali dalam 1 jam,selanjutnya70cc kali BB dalam 5 jam (who)
2. Setelah bisa minum: diberikan oralit10-20 cc kali BB setiap BAB, atau untuk
anak <10kg=100 cc setiap BAB, >10 kg=200 cc setiap kali BAB.
3. Medikamentosa,tidak memakai antibiotik,zinc 1kali 20mg selama 10-14 hari.
4. Diet:seperti biasa,pada fase penyembuhan 1,5 kali lipat.
57
5. Penyuluhan.
KOMPLIKASI
Kehilangan air dan elektrolit - Dehidrasi, hipokalemia, asidosis metabolik, kejang,
alkalosis metabolik
Gangguan sirkulasi darah - Syok hipovolemik
Gangguan gizi - Hipoglikemia, malnutrisi energi protein, intolerasi laktosa
sekunder
Dehidrasi
DEFINISI
Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran
cairan lebih besar daripada pemasukan.
Dehidrasi ringan (kehilangan 1-2% berat badan) dan sedang (kehilangan 2-5%
berat badan) memiliki dampak terhadap fungsi kognitif sehingga menurunkan
akurasi kinerja.
Secara garis besar, ada 3 macam kehilangan cairan badan:
a. Kehilangan cairan karena pemasukan air yang tidak mencukupi.
b. Kehilangan cairan karena pengeluaran melalui ginjal berlebihan.
c. Kehilangan cairan karena sebab lain seperti berkeringat berlebihan dibawah panas
terik matahari, diare.
KLASIFIKASI DEHIDRASI
Dehidrasi dibedakan menjadi 3 jenis, antara lain:
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan antara 2-5% dari berat badan. Tanda dehidrasi ringan dengan
adanya gejala mulut dan bibir kering serta lengket, turgorkulit normal, denyut
jantung menjadi meningkat, tenggorokan kering, sakit kepala.
2. Dehidrasi sedang
58
Kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badan. Tanda dehidrasi sedang antara
lain: mengantuk, pusing, otot menjadi lemak, mata kering, haus, produksi urin
yang sedikit, silau melihat sinar, suhu tubuh meningkat.
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan sekitar 8% dari berat badan. Tanda dehidrasi berat anatar lain :
urine berwarna kuning gelap sampai menjadi oranye tua, hipotensi, ekstremitas
dingin, kram otot, kondisi fisik menjadi sangat lemah, lidah menjadi bengkak,
mata cekung, menggigil, penurunan fungsi ginjal, kulit menjadi kering, terkadang
bisa terjadi pingsan.
TATALAKSANA DEHIDRASI
Terapi rehidrasi oral lebih murah, efektif dan praktis dariapda cairan intravena
Cairan oral antara lain:
Pedialit, oralit, dll.
Cairan infuse antara lain:
- Ringer laktat, dll.
- Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam
Macam pemberian kebutuhan cairan:
1. Menurut metode Pierce:
a. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% BB ( kg )
b. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% BB ( kg )
c. Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% BB ( kg )
2. Metode Daldiyono, berdasarkan skor klinis
Kebutuhan cairan = ( skor/15 )x 10% x kbBB x 1liter.
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
peroral ( sebanyak mungkin sedikit demi sedikit ). Bila skor lebih atau sama
dengan 3 disertai syok diberikan cairan per intravena.
Skor penilaian Klinis Dehidrasi
Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Kesadaran apatis 1
59
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Kebutuhan cairan = .
Muntah
60
DEFINISI
Muntah berarti dikeluarkannya isi lambung secara ekspulsif melalui mulut dengan
kontraksi otot dinding perut. Muntah pada bayi terutama dibedakan dengan
regurgitasi yaitu pengeluaran isi lambung secara ekspulsi tanpa kekuatan.
Istilah lain berkaitan muntah adalah refluks gastoesopagheal yaiut kembalinya isi
lambung ke esofagus secara pasif akibat hipotoni spinkter esofagus, posisi abnormal
sambungan esofagus cardia, atau lambatnya pengosongan esofagus. Jika isi lambung
tersebut dikeluarkan dari mulut, maka disebut regurgitasi. Makanan yang di
regurgutasi kemudian dikunyah atau di telan kembali disebut dengan ruminasi.
61
Sumber Gambar : Buku Ajar Gastroenterologi, 2011.
PATOGENESIS
Proses muntah dikendalikan oleh pusat muntah di sistem saraf pusat dengan
aktifasi impuls dari kemoreseptor triger zone ( CTZ) lewat nervus vagus. Proses
muntah terjadi dalam tiga tahap : nausea, retching dan emesis. Nausea adalah sensasi
ingin muntah akibat berbagai stimulus, ditandai rasa mula, gerakan peristaltik aktif
berhenti, tekanan fundus dan korpus menurun, sedangkan di antrum pars decendens
duodenum tekanan akan meningkat. Lalu pada fase retching terjadi inspirasi dalam
dengan gerakan otot napas spasmodik, diikuti kontraksi otot perut dan diafragma,
serta relaksasi spinkter esopagus bawah. Kemudian pada fase emesis, perubahan
tekanan intratoraks menjadin positif dan spinkter esofagus akan berelaksasi sehingga
isi lambung keluar dari mulut.
Distensi atau iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan
yang kuat untuk muntah.Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal
dari faring, esofagus, perut, dan bagian atas dari usus halus. Dan impuls saraf yang
ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagal dan saraf simpatis ke berbagai nuclei
yang tersebar di batang otak yang semuanya bersama-sama disebut "pusat muntah."
Dari sini,impuls motorik yang menyebabkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari
pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran
pencernaan bagian atas, melalui saraf vagal dan simpatis ke saluran yang lebih
bawah, danmelalui saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.
Antiperistalsis. Pada tahap awal dari iritasi atau distensi
berlebihangastrointestinal, antiperistalsis mulai terjadi, sering beberapa menit
62
sebelum muntah terjadi. Antiperistalsis berarti gerakan peristaltic kea rah atas
saluran pencernaan, bukannya ke arah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh
ileum di saluran pencernaan, dan gelombang antiperistaltic bergerak mundur naik ke
halus dengan kecepatan 2 sampai 3 cm / detik; proses ini benar-benar dapat
mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah kembali ke duodenum dan
lambung dalam waktu 3 sampai 5 menit. Kemudian, pada saat bagian atas dari
saluran pencernaan, terutama duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini
menjadi faktor pencetus yang menimbulkan tindakan muntah yang sebenarnya.
Aksi muntah. Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul
perilaku,efek yang pertama adalah (1) napas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan
laring untuk menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka, (3) penutupan
glotis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru, dan (4) pengankatan palatum
molek untuk menutup nares posterior. Kemudian datang kontraksi diafragma yang
kuat ke bawah bersama dengan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini
memeras perutdi antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan
intragastrik sampaik ke batas yang tinggi. Akhirnya, sfingter esophageal bagian
bawah berelaksasisecara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui
esophagus.
VI. HIPOTESIS
63
Amir, 12 bulan, tinggal di lingkungan kumuh mengalami diare akut dengan
dehidrasi berat et causa virus.
DAFTAR PUSTAKA
64
Cholid. 2010. Pendahuluan. eprints.undip.ac.id/29091/3/Bab_2.pdf , diunduh pada 20
April 2015
Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9th Ed. W. B Saunders
Company. Philadelphia.
Hadi, Soejono. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, Diare Akut, hal 87-118. Alumni:
Bandung
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1907/1/09E01451.pdf
https://enind.wordpress.com/2012/11/11/diare-oleh-rotavirus/
http://eprints.undip.ac.id/33641/3/Bab_2.pdf
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf
http://www.medicinesia.com/harian/fisiologi-cairan-dan-elektrolit/
Nelson. 2011. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2, edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC: Jakarta
65
Price, A Sylvia, Wilson, M Lorraine. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Rani, A Azis, dkk. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, ed. I. Jakarta : Interna Publishing
Simadribata dan Daldiyono dalam Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
Edisi V. hal 548 556. Jakarta Pusat : InternaPublishing
Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, jilid II, ed. IV. Jakarta : Media
Aesculapius.
66