You are on page 1of 6

50 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No.

2, 2011

Pembuatan Resin Fenol Formaldehid sebagai Prekursor untuk


Preparasi Karbon Berpori
Pengaruh Turunan Phenol dan pH terhadap Karakteristik Resin dan Karbon
Mamik Mardyaningsih1, dan Rochmadi2
1)
Politeknik Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kupang NTT
2)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstract
Phenol formaldehyde resin can be modified by adding phenol derivates, such as tertiary butylphenol (TBP),
hydroquinone (HQ), and p-amino phenol (AP). This research aimed at studying the effect of phenol derivates
and pH on the resin characteristic and porous carbon.
Polymerization was carried out in a three-neck flask, equipped with a magnetic stirrer, heating jacket and
thermometer in a base condition, at 90C and 1 to 3 hours reaction time. The resin was then cooled and
neutralized. The curing process was carried out where resin was added by pTSA and then stirred to reach
homogeneous condition. The resin was then heated at 150C for 10 minutes. The carbonization process was
conducted by pyrolizing the phenolic resin at 800C for 1 hour. The result showed that the optimum condition of
phenol formaldehyde reaction was at pH 8. Resin product that had optimum physical properties was PFTBP
resin. It had a density of 1.18 g/cm3 and hardness value of 17.2 g/mm2. Among the phenolic resin materials
produced, the PF carbon showed the highest product quality, indicated by high BET surface area of 836.7 m 2/g
and high iodine number of 862.3 mg/g.

Keywords: phenol formaldehyde, resin, precursor, porous carbon

Abstrak
Phenol formaldehyde resin dapat dimodifikasi dengan menambahkan reaktan turunan phenol yaitu p-tert-
butylphenol, hidroquinon, dan p-amino phenol untuk prekursor karbon berpori. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh turunan phenol dan pH terhadap karakteristik resin dan karbon berpori.
Polimerisasi dijalankan dalam labu leher tiga, yang dilengkapi dengan pengaduk magnet, jaket pemanas,
termometer pada suasana basa, suhu 90C selama 1-3 jam. Hasil resin didinginkan dan dinetralkan. Untuk
proses curing, resin ditambah pTSA 5% berat serta diaduk sampai homogen. Resin yang dihasilkan kemudian
dipanaskan pada suhu 150C selama 10 menit. Proses karbonisasi dilakukan dengan pirolisis phenolic resin
pada suhu 800C selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi polimerisasi
adalah pada pH 8. Produk resin dengan sifat fisis terbaik dimiliki oleh resin PFTBP yang mempunyai nilai rapat
massa sebesar 1,18 g/cm3 dan nilai kekerasan sebesar 17,2 g/mm2. Karbon hasil pirolisis resin PF mempunyai
surface area internal BET tinggi yaitu 836,7 m2/g dan bilangan iodin tinggi sebesar 862,3 mg/g.

Kata kunci: Phenol formaldehyde, resin, prekursor, karbon berpori.

Pendahuluan dan formaldehyde membentuk rantai crosslinking


yang membentuk jaringan tiga dimensi (Hesse,
Resin berbasis phenol telah lama digunakan 1991). Pembuatan resin phenolic menggunakan
secara komersial, karena mempunyai banyak pereaksi para alkil phenol dan dimetil phenol
keunggulan antara lain tahan terhadap suhu dan diteliti oleh Lenghaus, dkk. (2001). Poljansek dan
bahan kimia, stabil, mudah diwarnai serta mudah Krajnc (2005) membuat resin phenolic meng-
dibentuk dan dicetak. Produk yang dihasilkan gunakan katalisator NaOH. Ibrahim, dkk (2007)
dari resin ini mempunyai sifat lebih keras, tidak melakukan modifikasi terhadap resin phenol
mudah terbakar, dan daya serap air yang lebih formaldehyde dengan penambahan lignin.
rendah (Rosarica, 2003). Pembuatan resin phenol Novakov, dkk (2006) membuat resin phenol
formaldehyde mengarah pada pengembangan formaldehyde dengan pelarut hexamethylene-
material yang memiliki sifat tahan terhadap asam, tetramine. Sedangkan Chang dan Stella (1996)
basa, tidak larut dan tidak dapat meleleh (Bajia menggunakan polyvinylidene chloride sebagai
dkk., 2007). Reaksi polimerisasi antara phenol bahan untuk membuat karbon berpori.
__________ Karbon berpori adalah tipe karbon yang
* Alamat korespondensi: email: rochmadi@chemeng.ugm.ac.id
mempunyai surface area internal yang tinggi
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011 51

yang dapat digunakan sebagai material penjerap, digunakan untuk mengurangi kandungan air, dan
medium penyimpan gas, ayakan molekuler dan satu unit alat pirolisis yang terdiri dari reaktor
penyangga katalisator (Chang dan Stella, 1996). pirolisis, preheater, manometer, dan tabung gas
Karbon berpori banyak digunakan untuk N2.
membran dan proses katalitik (Mieville dan
Robinson, 2003). Pembuatan karbon berpori Cara penelitian
mengarah pada pengembangan material yang Resin phenol formaldehyde dibuat dengan
mempunyai surface area internal besar dan perbandingan mol phenol : senyawa turunan
distribusi ukuran pori yang relatif seragam phenol : formaldehyde = 0,8 : 0,2 : 2,8. Reaksi
(Zhang, dkk 2006). Pembuatan karbon berpori dalam labu leher tiga berlangsung pada suhu
dari turunan phenol dapat menghasilkan struktur 90C. Larutan KOH 2% digunakan untuk
molekul resin yang lebih teratur, sehingga mengatur pH larutan menjadi sekitar 8. Reaksi
terbentuk karbon dengan ukuran pori seragam dijalankan selama 75 menit. Hasil larutan phenol
(Lenghaus, dkk. 2001). Pemakaian turunan formaldehyde harus dengan cepat mendapat
phenol diharapkan mampu mensubstitusi gugus perlakuan proses curing. Larutan phenol
phenol guna mengurangi panggunaan sumber formaldehyde hasil polimerisasi dinetralkan
daya alam tak terbarukan (Linggawati, dkk. menggunakan HCl, kemudian didistilasi vakum
2008). untuk menghilangkan air yang terbentuk.
Resin phenol formaldehid (PF) merupakan Larutan phenol formaldehyde yang telah
hasil reaksi dua langkah, yaitu reaksi adisi dan dinetralkan dimasukkan ke dalam labu distilasi.
reaksi kondensasi. Reaksi adisi terjadi sebagai Pemanas diatur pada suhu 60C dan pompa
berikut: vakum dinyalakan. Distilasi dihentikan ketika
larutan phenol formaldehyde sudah terlihat kental
dan berwarna agak kekuningan. Setelah dingin
(1) larutan phenol formaldehyde dicampur dengan p-
toluene sulfonic acid (pTSA) sebanyak 5 %.
Campuran dipanaskan pada suhu 150C selama
Pada kondisi basa reaksi adisi makin cepat 10 menit, sehingga terbentuk padatan yang
dengan kenaikan pH (Pizzi, 1983). Reaksi keras.
kondensasi merupakan kelanjutan dari reaksi Padatan resin yang sudah terbentuk dipirolisis
adisi, yaitu: pada suhu 800C untuk membentuk karbon
berpori. Untuk mencegah terjadinya burn off oleh
(2) oksigen maka ke dalam reaktor dialiri oleh gas
N2 selama proses pirolisis.

Reaksi kondensasi ini dipengaruhi oleh Hasil dan Pembahasan


tingkat keasaman larutan. Pada kondisi asam,
kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi Resin yang dibuat adalah jenis resol.
ion hidrogen, tetapi pada kondisi basa, reaksi Penambahan turunan phenol tersebut akan
kondensasi berjalan lambat. mempengaruhi struktur dari resin. Sebagai
pembanding, dilakukan pembuatan resin phenol
Metode Penelitian formaldehyde tanpa penambahan turunan phenol.
Rapat massa dan kekerasan resin
Bahan menunjukkan keteraturan dan kerapatan struktur
Bahan-bahan yang digunakan yaitu phenol molekul pada resin. Kerapatan resin dilihat dari
(96%), formaldehyde (37%), p-tert-butilphenol, posisi ikatan rantai pada struktur molekul dan
hidroquinon, p-amino phenol, KOH, HCl dan ukuran gugus. Tabel 1 menunjukkan hasil
pTSA serta gas N2. analisis resin. Semakin besar ukuran gugus pada
struktur jaring phenol formaldehyde, maka rapat
Alat massa resin semakin kecil. Ukuran gugus yang
Peralatan yang digunakan dalam penelitian semakin besar menyebabkan jarak antar molekul
terdiri dari satu unit rangkaian alat untuk phenol semakin renggang. Kekerasan tertinggi
polimerisasi yang berupa labu leher tiga, ditunjukkan oleh resin PFTBP dan PFAP yaitu
magnetic stirrer, termometer, pendingin balik, sebesar 17,20 g/mm2 dan 17,55 g/mm2.
jaket pemanas, satu unit alat dehidrasi resin yang Sedangkan yang terendah resin PFHQ yaitu
52 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011

14,36 g/mm2. Nilai kekerasan resin sangat Pada resin PFHQ dan PFAP gugus OH dan
dipengaruhi oleh proses pembentukannya. Pada gugus amina (-NH2) menempati posisi para,
pemanasan resin dengan suhu terlalu tinggi sehingga ikatan rantai yang terjadi hanya pada
menyebabkan air terperangkap membentuk orto-orto. Kedua resin ini mempunyai ukuran
rongga-rongga. Proses dehidrasi resin yang gugus yang relatif kecil, sehingga struktur jaring
kurang sempurna sangat mempengaruhi sifat yang terbentuk mempunyai keteraturan dan rapat.
resin yang terbentuk. Struktur jaring resin PFHQ dan PFAP dapat
dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 1. Analisis hasil karbon yang terbentuk OH OH OH OH OH
Jenis Ukuran Rapat masa, Kekerasan CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2
resin gugus, () g/cc
PF 0,00 1,18 14,57 CH2 CH2 CH2 CH3 C CH3 CH2
PFHQ 0,48 1,13 14,36 HO
CH3
PFAP 1,008 1,08 17,55 CH2 CH2 CH2
CH2
CH2 CH2
PFTBP 4,84 1,18 17,20 OH OH
CH3 C CH3 OH OH
CH3 CH2
PF = phenol formaldehyde OH OH CH2

PFHQ = phenol formaldehyde hidroquinon CH2 CH2 CH2 CH2 CH2

PFAP = phenol formaldehyde amino phenol OH


CH2 CH2
PFTBP = phenol formaldehyde tersier butyl phenol OH
OH OH OH

CH2 CH2 CH2 CH2 CH2


Resin PF mempunyai struktur jaring yang OH
sangat rapat, disebabkan pada posisi orto-orto CH3 C CH3 CH2 CH2
dan para semua membentuk ikatan rantai CH3

(jembatan methylene) sebagai penghubung antar Gambar 2. Struktur jaring resin PFTBP
molekul phenol. Pada struktur jaring resin PF
OH
mempunyai ukuran gugus methylene yang sama, OH OH OH
CH2 CH2 CH2 CH2 CH2
sehingga membentuk ikatan rantai yang saling
crosslink. Struktur jaring resin PF dapat dilihat OH CH2
CH2 CH2
pada Gambar 1. OH

OH OH OH OH OH CH2 CH2 CH2 OH


CH2 CH2 OH
CH2 CH2 CH2 CH2
CH2
CH2 OH
CH2 CH2 CH2 OH
CH2 CH2 OH CH2 CH2

OH CH2 CH2 CH2


OH CH2
CH2 CH2 OH
OH OH OH OH OH
CH2 CH2
OH CH2 CH2 CH2 OH
OH
CH2 CH2 CH2
CH2 OH CH2
OH CH2
OH CH2
OH
OH CH2 CH2

OH Gambar 3. Struktur jaring resin PFHQ


CH2 CH2 CH2 CH2 CH2
OH OH OH OH
OH OH
CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2
CH2

Gambar 1. Struktur jaring resin PF CH2 NH2 CH2 CH2


OH
CH2 CH2 CH2
Resin PFTBP mempunyai rapat massa yang OH CH2
OH OH
besarnya sama dengan resin PF. Resin PFTBP CH2 CH2 NH2
mempunyai gugus C4H9 pada molekul tertiary OH

butylphenol yang mensubstitusi pada posisi para. OH CH2 CH2 CH2 CH2
OH
Ikatan rantai antar monomer hanya terjadi pada CH2 OH OH CH2
orto-orto. Gugus C4H9 pada molekul tertiary OH
butylphenol bukan merupakan rantai panjang OH CH2 CH2 CH2 CH2
sehingga tidak memerlukan ruang yang besar CH2 OH
CH2 NH2
untuk membentuk struktur jaring, seperti terlihat
pada Gambar 2. Gambar 4. Struktur jaring resin PFAP
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011 53

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5. Hasil foto SEM karbon hasil pirolisis phenolic resin (a) karbon PF, (b) karbon PFTBP, (c) karbon PFHQ
dan (d) karbon PFAP

Hasil analisis bilangan iodin dari karbon hasil tinggi. Pori yang terbentuk sangat seragam,
pirolisis resin disajikan pada Tabel 2. Semakin sehingga mampu menjerap iodin dalam jumlah
tinggi rapat massa resin, semakin besar bilangan banyak.
iodin. Hal ini mengindikasikan hubungan Dari Tabel 2 nampak ada kesesuaian antara
keteraturan struktur molekul jaring suatu resin rapat massa, bilangan iodin dan surface area.
dengan rapat massa, pori yang teratur dan Karbon dengan kemampuan menjerap iodin
seragam. Ukuran gugus pada struktur molekul tinggi memiliki surface area yang besar dan
jaring resin juga akan mempengaruhi pori karbon memiliki struktur micropore dan mesopore yang
yang dihasilkan. besar. Fenomena ini dijumpai pada pembuatan
dan karakterisasi karbon aktif dari sekam padi
Tabel 2. Data analisis surface area karbon hasil pirolisis (Suzuki, 2007). Keteraturan struktur jaring pada
phenolic resin (Suhu pirolisis = 800C; Waktu resin dikarenakan oleh posisi gugus pada
pirolisis = 1 jam)
senyawa turunan phenol yang mensubstitusi
Jenis Karbon Rapat Bilangan Surface
massa iodin area
molekul phenol pada struktur phenol
g/cm3 (mg/g) (m2/g) formaldehyde. Posisi dan besar kecilnya ukuran
Karbon PF 1,18 862,32 836,7 gugus pada senyawa turunan phenol sangat
Karbon PFTBP 1,18 794,16 702,7 mempengaruhi struktur jaring resin. Struktur
Karbon PFHQ 1,13 651,70 631,4 permukaan karbon dari resin yang berbeda dapat
Karbon PFAP 1,08 575,88 456,0 dilihat dengan Scanning Electron Microscope
(SEM). Hasil pencitraan yang menggambarkan
Karbon PF mempunyai bilangan iodin morfologi struktur permukaan karbon disajikan
paling tinggi, karena ukuran gugus methylene pada Gambar 5.
(-CH2-) pada posisi orto-orto maupun para Morfologi struktur permukaan karbon PF,
memiliki ukuran yang sama, sehingga struktur PFTBP, PFHQ dan PFAP yang ditunjukkan
resin teratur dan memiliki rapat massa yang dengan perbesaran antara 500-5000 kali
tinggi karena semua jembatan methylene pada mengindikasikan adanya perbedaan struktur pada
posisi orto-orto maupun para dan saling silang permukaan karbon tersebut. Terjadi keterkaitan
(crosslink). Karbon PFHQ, PFAP dan PFTBP antara penambahan senyawa turunan phenol
mempunyai bilangan iodin yang tinggi. Ketiga dengan morfologi struktur permukaan pada
karbon merupakan hasil pirolisis dari resin yang karbon yang dihasilkan. Gambar (5a) dan (5b)
mempunyai struktur jaring dengan letak gugus untuk morfologi struktur permukaan karbon PF
pada posisi para, sehingga struktur jaringnya dan PFTBP menunjukkan hasil yang berbeda dan
mempunyai keteraturan dan kerapatan yang lebih porous jika dibandingkan dengan Gambar
54 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011

(5c) dan (5d) masing-masing untuk karbon PFHQ menunjukkan bahwa dengan penambahan
dan PFAP. polyethylene glycol disertai aktivasi steam,
surface area yang dihasilkan 1027 m2/g. Hayashi
Pengaruh pH (2000) menggunakan resin lignin phenol
Reaksi polimerisasi phenol formaldehyde formaldehyde (LPF) dengan suhu pirolisis 800C
pada kondisi basa divariasikan pada nilai pH 8, dan bahan aktivasi K2CO3 diperoleh surface area
10 dan 12. Rapat massa dan kekerasan semakin 2000 m2/g. Surface area pada penelitian ini jauh
rendah dengan semakin tinggi pH. Resin PF dan lebih kecil dibandingkan dengan penelitian di
PFTBP menunjukkan rapat massa yang sama atas karena pembuatan karbon dengan bahan
yaitu pada pH 8 sebesar 1,18 g/cm3, tetapi baku phenolic resin dilakukan tanpa aktivasi.
mempunyai kekerasan yang berbeda yaitu resin
PF dan PFTBP mempunyai kekerasan berturut- Kesimpulan
turut 14,57 g/mm2 dan 17,20 g/mm2. Akan
Penambahan senyawa turunan phenol sebagai
tetapi, rapat massa tidak berbanding lurus dengan
reaktan pada reaksi polimerisasi phenol
kekerasan. Selama pengamatan, mulai waktu
formaldehyde menghasilkan resin yang
persiapan sampai proses reaksi sangat
mempunyai sifat fisik berbeda antara lain rapat
berpengaruh terhadap padatan resin yang
massa dan kekerasan. Karbon hasil pirolisis resin
terbentuk. Reaksi terlalu cepat menyebabkan air
juga mempunyai perbedaan baik surface area
yang terperangkap semakin banyak, sehingga
maupun morfologi struktur permukaan. Semakin
terjadi rongga-rongga pada padatan resin yang
tinggi pH, rapat massa dan kekerasan resin
mempengaruhi kekerasan resin tersebut.
semakin rendah. Bilangan iodin karbon hasil
Karbon yang terbentuk mempunyai bilangan
pirolisis resin semakin rendah seiring naiknya
iodin semakin menurun dengan naiknya pH. Hal
pH. Sebaiknya reaksi adisi dilakukan pada pH
ini disebabkan reaksi adisi berjalan semakin
dibawah 10. Karbon yang dihasilkan dari pirolisis
cepat dan pembentukan methylolphenol semakin
resin yang mempunyai bilangan iodin tinggi dan
banyak, namun kecepatan reaksi kondensasi
sesuai standar Nasional untuk karbon sebagai
semakin lambat. Kondisi ini mengakibatkan
adsorben adalah karbon PF dan PFTBP. Karbon
ikatan rantai yang terbentuk bercabang (network)
tersebut mempunyai surface area tinggi yaitu
serta tidak terjadi struktur jaring (crosslink),
karbon PF sebesar 836,7 m2/g dan karbon
sehingga resin belum membentuk polimer yang
PFTBP sebesar 702,7 m2/g.
keras dan tidak terbentuk pori.

Perbandingan Hasil dengan Penelitian Lain Daftar Pustaka


Hasil penelitian Yudhi (2008) menunjukkan Bajia, S. C., Swarnkar. P., dan Kumar. S., 2007.
bilangan iodin karbon tempurung kelapa sebesar Microwave Assisted Synthesis of Phenol-
565,30 mg/g, sedangkan karbon akar Vetiver Formaldehyde Resol, E-Journal of Chemistry, vol.
mempunyai bilangan iodin 690-860 mg/g dan 4, Departement of Pure and Aplied Chemistry,
Maharshi Daynand Saraswati University, Ajmer-
karbon biji bunga flamboyan bilangan iodinnya 305009, hal. 458-460.
560-628 mg/g (Gaspard, 2009). Karbon aktif Chang, C. H. dan Stella, A., 1996. Carbon Molecular
kulit singkong memberikan bilangan iodin Sieves Derived From Polymers for Natural Gas
606,59 mg/g (Suherman, dkk. 2009). Lenghaus, Storage, Allied Signal Inc. Des Plaines, IL 60017.
dkk., (2001) memodifikasi beberapa jenis phenol. Gaspard, S., 2009. Preparation of Activated Carbon
Pada perbandingan mol 1 : 1,2 phenol from Vetiver Roots and Flamboyant Seeds,
formaldehyde dengan suhu pirolisis 1000C Covachim, EA 925, Universite des Antilles at de la
dihasilkan karbon yang memiliki surface area 53 Guyane.
m2/g, pada perbandingan mol 1 : 1,8 memiliki Hayashi, J., 2000. Preparation of Activated Carbon
surface area 107 m2/g. Jenis phenol lain yang from Lignin by Chemical Activation, Department
of Chemical Engineering, Kansai University,
digunakan adalah 3,5 dimetil phenol, 4-isopropil Yamate-cho, Suita, Osaka, Japan.
phenol, 4-isopropil-2,6 dihidroksimetil phenol. Hesse, W., 1991. Phenolic Resin dalam Ulmanns
Karbon hasil pirolisis resin tersebut memiliki Encyclopedia of Industrial Chemistry, VCH
surface area masing-masing 635 m2/g, 636 m2/g Publishers, New York, hal: 175-181.
dan 500 m2/g. Hasil ini tidak jauh berbeda Ibrahim, M. M. N., Ghani, A. Md. dan Nen, N., 2007.
dengan hasil penelitian ini yaitu karbon PF, Formulation Of Lignin Phenol Formaldehyde
PFTBP dan PFHQ masing-masing 836,7 m2/g, Resins As A Wood Adhesive, The Malaysian
702,7 m2/g dan 631,4 m2/g. Zhang, dkk (2006) Journal of Analytical Sciences, Vol 11, School of
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2, 2011 55

Chemical Sciences, University Sains Malaysia, Poljansek, I. dan Krajnc, M., 2005. Characterization of
11800 Minden, Pulau Pinang, Malaysia, hal: 213- Phenol-formaldehyde Prepolymer Resins by in
218. Line FT-IR Spectroscopy, Scientific Paper,
Lenghaus, K., Qiao G. G., Solomo D. H., Gomes C., Ljubljana, Slovenia.
dan Reinoso F. S., 2001. Controlling Carbon Rosarica, B., 2003. Pembuatan Resin Phenol-
Microporosity: The Structure of Carbons Obtained Formaldehyde : Pengaruh Penambahan Hexamine,
from Different Phenolic Resin Precursors, Polymer Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia,
Science Group, Department of Chemical Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Engineering, The University of Melbourne, Suherman, Ikawati dan Melati, 2009. Pembuatan
Parkville, Victoria 3010, Australia Departamento Karbon Aktif Dari Limbah Kulit Singkong,
de Quimica Inorganica, Universidad de Alicante, Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia,
Alicante, Spain, hal. 743-749. Bandung.
Linggawati, A., Muhdarina, Erman, Azman, dan Suzuki, R. M, 2007. Preparation and Characterization
Midiarty, 2008. Pemanfaatan Tanin Limbah Kayu of Activated Carbon from Rice Bran, Departemen
Industri Kayu Lapis Untuk Modifikasi Resin of Chemistry, Universidade Estadual de Maringo,
Phenol Formaldehyde, Jurnal Natur Nasional, Brazil.
Riau. hal. 84-95. Yudhi, N., 2008. Penentuan Daya Serap Arang Aktif
Mieville, R. L. dan Robinson, K. K., 2003. Carbon Teknis Terhadap Iodin Secara Potensiometri,
Company, 105 N. 11th Avenne, Sulte 123, St. Potentiometric.blogspot.com, hal. 1-5
Charles, II 60174. Zhang, X., Hu, H., Zhu, Y. dan Zhu, S., 2006. Carbon
Novakov, P., Iliev, I., Yordanova, H., dan Petrenko, Molecular Sieve Membranes Derived from Phenol
P., 2006. Reaction of Phenol-Formaldehyde Formaldehyde Novolac Resin Blended with
Novolac Resin and Hexamethylenetetramine in Polyethylene glycol, School of Chemistry and
OH Containing Solvents as Medium, Journal of Chemical Engineering, Anhui University of
the University of Chemical Technology and Technology, 59 Hudong Road, Maanshan 243002,
Metallurgy, 41, 8 Kl. Ohridski, 1756 Sofia, PR China, hal. 88-90.
Bulgaria, hal. 29-34.
Pizzi, A., 1983. Wood Adhesive Chemistry and
Technology, New York: Marcell Dekker, hal.
21572160.

You might also like