Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to examine the impact of dynastic politics in the
accountability and financial performance of local governments in
Indonesia. The study also examines whether public accountability can
weaken the negative effects of the practice of dynastic politics of the local
government's financial performance.
Using a sample of 112 regions years and OLS Regresion Method,
the study found that the practice of dynastic politics negatively affect public
accountability and no effect on the financial performance of local
government. Political dynasties have not affect to the financial performance
caused most of the regions in Indonesia have very high dependency on
central government funding. Local Source Revenue (Pendapatan Asli
Daerah/PAD) is only able to contribute about 10% of total revenues and the
proportion of the greatest sources of revenue are derived from natural
resource revenue sharing.
The study also found that the practice of dynastic politics is only
have negative effect on the regions that has a weak internal control system.
In regions with good internal control system, political dynasties have not
affect financial performance, especially financial performance measured by
the increase in PAD. This research is the first empirical evidence examines
the political dynastic impact in the accountability and financial
performance of local governments in Indonesia.
Keyword: Accountability, Financial Performance, Internal Control System,
PAD, Political Dynasty
Politik Dinasti
Politik dinasti dapat diartikan secara sederhana sebagai sejumlah kecil keluarga
mendominasi distribusi kekuasaan (Querrubin, 2010). Asako et al. (2010)
mendefinisikan politisi dinasti seperti mereka yang mewarisi jabatan publik yang sama
dari anggota keluarga mereka yang memegangnya sebelum mereka. Thompson (2007)
berpendapat bahwa dinasti politik sebagai jenis lain transmisi kekuatan politik baik
langsung maupun tidak langsung, yang melibatkan hubungan keluarga. Pada penelitian
ini, politik dinasti peneliti artikan sebagai perpindahan maupun perluasaan kekuasaan
dalam level eksekutif (kepala daerah) yang dilakukan dalam suatu keluarga (baik
sedarah maupun semenda). Pemilihan kepala daerah langsung juga menjadi salah satu
sebab munculnya masalah politik dinasti.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan politisi dinasti dalam
mempertahankan dan memperluas basis kekuasaan mereka. Pertama, nama keluarga
memberikan keuntungan pemilu atas pesaing non-dinasti (Rossi, 2009). Filipina
memiliki kecenderungan partai politik dan pemilih memilih anggota keluarga
6
Penelitian ini akan menguji hubungan antara praktik politik dinasti dengan
akuntabilitas publik dan kinerja keuangan pemerintah daerah dan melakukan analisis
apakah akuntabilitas publik yang diproksikan oleh pengendalian internal dapat
memperlemah dampak negatif praktik politik dinasti terhadap kinerja pemerintah
daerah. Politik dinasti yang menurunkan jabatan maupun memperluas kekuasaan
eksekutif kepada keluarga dapat menyebabkan penurunan kinerja dan menghambat
pembangunan ekonomi (Asako et al., 2010). Sistem pengendalian internal sebagai salah
satu wujud tata kelola pemerintahan yang baik diharapkan mampu meminimalisasi
dampak negatif yang disebabkan oleh praktik politik dinasti ini.
Pengembangan Hipotesis
Asako et al., (2010) menyatakan bahwa dinasti politik berpotensi menghambat
pembangunan ekonomi dan melemahkan daya saing pemilu. Mereka menemukan
bahwa daerah-daerah di bawah kendali politisi dinasti kurang efektif dalam membawa
pembangunan ekonomi kepada masyarakat, meskipun mereka menerima alokasi
anggaran yang lebih dari pemerintah pusat. Keberadaan dinasti politik juga
mempersulit munculnya calon alternatif bagi rakyat karena politisi dinasti memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk memenangkan pemilihan umum (Quetrubin, 2010).
Hal ini menyebabkan munculnya kepala daerah dengan kualitas yang rendah dan pada
akhirnya akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengelola dana publik dan
10
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah kabupaten dan kotamadya yang
kepemimpinan daerahnya menjalankan praktik politik dinasti. Jumlah daerah yang
terindikasi melakukan praktik politik dinasti di Indonesia sebanyak 37 daerah. Dari 37
daerah tersebut, 6 kepala daerah diantaranya baru menjabat sejak 2013 sehingga total
daerah yang menjadi sampel adalah sebanyak 31 daerah.
Mengingat jumlah sampel yang tidak terlalu besar dibandingkan total populasi
yang tidak melakukan politik dinasti (hanya sekitar 6% dari total daerah tingkat II)
maka penelitian menggunakan sampel pembanding (matched sample) dalam analisis ini.
Sampel pembanding diambil dengan mempertimbangkan ukuran dan letak geografis
daerah (total aset, total pendapatan, dan berada dalam provinsi yang sama). Laporan
keuangan pemerintah daerah yang digunakan dalam analsis adalah laporan keuangan
11
Variabel Operasional
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian adalah akuntabilitas dan kinerja keuangan
pemerintah daerah. Akuntabilitas diukur menggunakan opini laporan keuangan
pemerintah daerah. Nilai 1 untuk opini wajar tanpa pengecualian, nilai 2 untuk opini
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, nilai 3 untuk opini wajar dengan
pengecualian, nilai 4 untuk opini tidak menyatakan pendapat dan nilai 5 untuk opini
tidak wajar. Kinerja keuangan pemerintah daerah yang digunakan adalah rasio
desentralisasi fiskal, rasio kemandirian daerah, serta pertumbuhan pendapatan asli
daerah (PAD). Perhitungan rasio tersebut dilakukan dengan rumus berikut (Halim,
2001):
Rasio Desentralisasi Fiskal: Total PAD x 100%
Total Pendapatan Daerah
12
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian adalah: Praktik politik dinasti yang diukur
dengan menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika daerah tersebut terindikasi
menjalankan politik dinasti pada kepala daerah dan nilai 0 untuk daerah yang tidak
menjalankan praktik politik dinasti. Politik dinasti yang dimaksud seperti yang telah
dijelaskan pada bab 2.
Variabel Moderasi
Penelitian ini memasukan variabel sistem pengendalian internal sebagai faktor
yang dapat melemahkan hubungan negatif antara praktik politik dinasti dan kinerja
keuangan pemerintah daerah. Sebagai salah satu variabel penentu tata kelola
pemerintahan yang baik, pengendalian internal diharapkan dapat meminimalisasi
dampak negatif yang diakibatkan oleh praktik politik dinasti terhadap kinerja keuangan
pemetintah daerah. Pengendalian internal diukur menggunakan hasil evaluasi sistem
pengendalian intern yang dilakukan oleh BPK RI seperti yang dilaporkan dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI.
Sesuai dengan jumlah temuan dalam laporan tersebut, pemerintah daerah yang
memiliki temuan masalah pengendalian internal yang lebih banyak menunjukan kualitas
pengendalian internal yang lebih buruk dibandingkan daerah dengan temuan yang
sedikit. Jumlah temuan kelemahan sistem pengendalian internal yang banyak akan
memiliki sistem pengendalian intern yang lebih lemah dibandingkan jumlah daerah
dengan temuan yang lebih sedikit.
14
Statistik Deskriptif
Insert Tabel 1
Deskripsi data penelitian ini tergambar dalam tabel 1 Secara umum, rata-rata
pendapatan daerah yang berasal dari pusat (termasuk didalamnya adalah dana bagi hasil
pusat, bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dana alokasi khusus) adalah
sebesar Rp 861,9 Milyar dengan tertinggi sebesar Rp 5.172 Milyar di daerah Kutai
Kartanegara dan terendah adalah sebesar Rp 227,8 Milyar di daerah Kabupaten Bone.
Belanja pegawai rata-rata adalah sebesar Rp 620,7 Milyar per tahun. Belanja modal
terbesar adalah di daerah Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar Rp 1.817 Milyar dan
terendah adalah di daerah Tabanan Rp 70.442,6 Milyar dengan rata-rata sebesar Rp
16
Analisis Univariate
Peneliti melakukan pengujian perbedaan secara univariate untuk mendapatkan
gambaran mengenai penggunaan matched sample maupun sebagai pembanding antara
daerah yang melakukan praktik politik dinasti dan tidak. Hasil perbandingan dapat
dilihat pada tabel 2 Secara umum, sampel utama dan matched sampel memiliki jumlah
aset yang setara dan tidak berbeda signifikan. Pada sampel utama, jumlah aset lebih
tinggi disebabkan oleh ada sampel yang memiliki total aset yang sangat besar, yaitu
Kutai Kartanegara dan sampel ini tidak memiliki daerah pembanding yang setara di
seluruh Provinsi Kalimantan Timur. Pada akhirnya, matched sampel yang digunakan
adalah mempertimbangkan total pendapatan dan kewilayahan.
Daerah yang melakukan praktik politik dinasti cenderung memiliki PAD yang
lebih rendah, penerimaan dana dari pusat yang lebih besar, belanja modal yang lebih
besar, pertumbuhan PAD yang lebih rendah, persentase desentralisasi fiskal yang lebih
rendah, rasio kemandirian daerah yang lebih rendah, sistem pengendalian intern yang
lebih lemah, kerugian daerah yang lebih kecil serta opini audit yang lebih buruk
dibandingkan yang tidak melakukan politik dinasti. Akan tetapi, seluruh perbedaan ini
tidak signifikan secara statistik. Hanya belanja pegawai yang berbeda signifikan antara
daerah yang menerapkan praktik politik dinasti dan tidak, yaitu daerah yang melakukan
politik dinasti cenderung lebih besar dibandingkan yang tidak.
Insert Tabel 2
17
18
19
UJI SENSITIVITAS
Pengujian sebelumnya, sistem pengendalian intern di hitung menggunakan
jumlah seluruh temuan pada laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya error maupun bias penelitian, karena perbedaan antara jumlah
yang memiliki sistem pengendalian intern yang baik dan buruk bisa jadi berbeda. Oleh
karena itu, peneliti melakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan ukuran sistem
pengendalian intern secara dummy. Penelitian memisahkan daerah yang memiliki
sistem pengendalian intern yang baik dan buruk dengan standar median sebagai titik
tengahnya. Daerah yang jumlah temuan kelemahan sistem pengendalian intern diatas
jumlah median maka dikategorikan sebagai daerah yang memiliki sistem pengendalian
intern buruk dan diberikan angka 0 sedangkan daerah dengan jumlah temuan kelemahan
sistem pengendalian intern dibawah jumlah median maka dikategorikan sebagai daerah
yang memiliki sistem pengendalian intern baik dan diberikan angka 1.
Insert Tabel 8 dan Tabel 9
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa praktik politik dinasti hanya
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan daerah dengan proksi pertumbuhan PAD
pada daerah dengan sistem pengendalian intern yang lemah, sedangkan untuk daerah
yang memiliki sistem pengendalian intern yang baik dampak negatif ini tidak terjadi.
Hal ini membuktikan bahwa akuntabilitas pemerintah daerah yang baik dapat
meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan oleh praktik politik dinasti.
ANALISIS TAMBAHAN
Penelitian ini melakukan analisis tambahan untuk mengevaluasi dampak praktik
politik dinasti terhadap kerugian daerah. Politik dinasti rawan terhadap korupsi,
sehingga analisis mengenai dampak praktik politik dinasti terhadap kerugian daerah
menjadi penting untuk dilakukan. Kerugian daerah merupakan jumlah rupiah kerugian
daerah yang benar-benar telah terjadi di suatu daerah berdasarkan hasil audit BPK RI.
Jumlah ini menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja dan akuntabilitas
21
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh praktik politik dinasti di
Indonesia terhadap akuntabilitas dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini
juga melakukan analsis tentang dampak akuntabilitas publik yang diproksikan oleh
penerapan sistem pengendalian intern terhadap hubungan antara praktik politik dinasti
dan kinerja keuangan pemerintah daerah.
Hasil penelitian menemukan bahwa praktik politik dinasti berpengaruh negatif
terhadap akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Daerah yang melakukan
praktik politik dinasti cenderung memiliki opini audit yang lebih buruk dibandingkan
daerah yang tidak menjalankan praktik politik dinasti. Praktik politik dinasti tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini dapat disebabkan
oleh tingginya ketergantungan seluruh daerah d Indonesia terhadap penerimaan dari
pusat. Kontribusi pendapatan asli daerah rata-rata hanya sebesar 10% dari total
penerimaan yang diterima oleh suatu daerah.
Akuntabilitas publik yang diproksikan oleh sistem pengendalian intern dapat
meminimalisasi dampak negatif politik dinasti terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Hasil penelitian menemukan bahwa hubungan negatif antara praktik politik
dinasti terhadap kinerja keuangan yang diproksikan oleh pertumbuhan PAD hanya
terjadi pada daerah yang memiliki sistem pengendalian intern yang buruk, dan tidak
terjadi pada daerah yang memiliki sistem pengendalian intern yang baik. Pada ukuran
kinerja lainnya seperti desentralisasi fiskal dan kemandirian daerah, akuntabilitas tidak
22
Implikasi Penelitian
Penelitian ini membuktikan bahwa praktik politik dinasti di Indonesia
memberikan dampak negatif pada akuntabilitas keuangan daerah. Penelitian juga
membuktikan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah yang baik dapat
meminimalisasi dampak negatif praktik politik dinasti. Hal ini dapat berimplikasi pada
perumusan peraturan tentang perbaikan peraturan Pemerintah Daerah oleh DPR serta
memberikan suatu masukan tentang pentingnya sistem pengendalian intern yang efektif
di pemerintah daerah.
24
25
26
Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DINASTI 112.00 1.00 2.00 1.50 0.50
PUSAT 112.00 227,822.35 5,172,116.99 861,910.10 657,569.12
ASET 112.00 512,507.09 18,359,860.14 2,698,512.44 2,407,363.24
BP 112.00 105,604.89 1,642,100.00 620,725.90 306,015.48
BM 112.00 70,442.61 1,817,070.00 241,742.52 252,824.10
OPINI 112.00 1.00 5.00 2.79 0.88
K_PAD 112.00 (150,800.67) 434,597.09 35,903.22 69,770.49
DF 112.00 0.01 0.34 0.09 0.07
KMD 112.00 0.02 0.81 0.15 0.15
SPI 112.00 2.00 29.00 10.84 5.01
KD 112.00 - 8,810.00 1,219.04 1,790.32
28
Tabel 4
Hubungan antara Praktik Politik Dinasti dengan Kinerja Keuangan Pemda
Variabel Pertumbuhan PAD Desentralisai Fiskal Kemandirian
Dependen Daerah
Koefisie Prob. Koefisien Prob. Koefisien Prob.
n
30
31
Tabel 6
Dampak Akuntabilitas terhadap Hubungan Praktik Politik Dinasti dan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah
Variabel Pertumbuhan PAD Desentralisai Fiskal Kemandirian
Dependen Daerah
Koefisien Prob. Koefisien Prob. Koefisien Prob.
32
Tabel 8
Dampak Akuntabilitas terhadap Hubungan Praktik Politik Dinasti dan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah
Variabel Pertumbuhan PAD Desentralisai Fiskal Kemandirian Daerah
Dependen Koefisie Prob. Koefisien Prob. Koefisien Prob.
n
25508.3
0 0.2370 0.095984 0.0000*** 0.170217 0.0003**
- 0.0907* -0.008517 0.6274 -0.016423 *
19459.9 0.2406 0.015726 0.3985 0.018418 0.6577
8 0.6080 2.04E-08 0.0243** 5.32E-08 0.6509
19755.9 0.0810* -1.24E-07 0.0013*** -3.32E-07 0.0044**
6 0.0037** -1.84E-13 0.0013*** -3.77E-13 *
0.00658 * 1.83E-07 0.0120** 4.91E-07 0.0000**
4 0.0001** -5.68E-06 0.2932 -1.56E-05 *
- * 0.000828 0.5358 0.002389 0.0002**
0.07331 0.0010** 0.009616 0.5081 0.002399 *
8 * 0.0009**
Var_Independen -1.28E- 0.2247 *
Constan 07 0.7599 0.0504*
Dinasti 0.26005 0.3549
2 0.9307
Dinasti*D_SPI -
Aset 12.5759
Pusat 9
BP 1535.36
BM 4
KD -
SPI 3304.21
D_Years 9
Adjusted R-squared 0.279970 0.172480 0.394912
Sumber: Data mentah diolah dengan Eviews 6.0.
*signifikan pada 10%, **signifikan pada 5%, ***signifikan pada 1%
34
Tabel 10
Praktik Politik Dinasti dan Kerugian Daerah
Variabel Total Kerugian Daerah Berdasarkan Laporan Keuangan
Dependen Pemda
Koefisien t-Statistic Prob. Expect Hasil
- 0.6818 ? Tidak
0.411170 0.5567 + Signifikan
- 0.6830 + Tidak
0.589719 0.9378 + Signifikan
- 0.7904 + Tidak
0.409527 0.0737* + Signifikan
Var_Independen 0.078202 0.1234 + Tidak
Constan -174.1785 - 0.4088 ? Signifikan
Dinasti -174.5363 0.266437 Tidak
Aset -8.00E-05 1.806443 Signifikan
Pusat 5.08E-05 1.553352 Signifikan
BP -5.90E-10 0.829426 Tidak
BM 0.003460 Signifikan
SPI 62.83897 Tidak
D_Years 249.7660 Signifikan
Adjusted R-squared 0.191672
Sumber: Data mentah diolah dengan Eviews 6.0.
Keterangan: DINASTI: Praktik politik dinasti, diukur dengan dummy 1 untuk daerah
dengan kepala daerah yang berlatar belakang politik dinasti serta 0 untuk daerah dengan
kepala daerah bukan berlatar belakang politik dinasti. SPI: Sistem pengendalian intern,
diukur sesuai dengan jumlah temuan kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah
berdasarkan laporan BPK RI. ASET: Ukuran daerah, diukur menggunakan jumlah total
aset daerah. PUSAT: Total pendapatan berasal dari pusat, merupakan penjumlahan
antara Dana Bagi Hasil Pusat, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus yang diterima daerah sesuai yang dilaporkan pada
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. BP: Belanja Pegawai, diukur dengan besar
belanja pegawai yang dikeluarkan daerah sesuai yang dilaporkan pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. BM: Belanja Modal, diukur dengan besar belanja modal
36
37