You are on page 1of 12

SYRINGOMYELIA

Serial Kasus

Prijo Sudibjo, Sekar Satiti, dan Ahmad Asmedi


Lab. Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
SMF Penyakit Saraf RS Dr. Sardjito
Jogjakarta

Abstract

Background: Syringomyelia is a rare case, constituting less than 1% of admissions


in neurological clinics. Symptoms usually begin between the ages of 25 to 40 years old,
males and females are equally affected but occasionally males somewhat higher than
females. As the nerve fibers inside the spinal cord are damaged, a wide variety of
symptoms from motor, sensory, and autonomic system can occur depending upon the size
and location of syrinx.
Purpose: This presentation will describe the clinical characteristic of
syringomyelia.
Methods : Medical record review of the patients diagnosed as syringomyelia with
spinal cord MRI or myelo-CT hospitalized in Dr. Sardjito Hospital since January 1998-
September 2003. We search the data about clinical symptom of each patients.
Results: There were four males (66,7%) and two females (33,3%) with a
distribution of age 25 until 48 years old, the mean age was 36 years old. Average
symptom onset was 10,2 years. All cases are progressive (100%), had no familial history,
and one case had a history of cervical trauma. There are three cases (50%) with
tetraparesis, two cases (33,3%) with biparesis, and one case (16,7%) with monoparesis
superior. The main symptoms included dissociated sensory loss especially to pain and
temperature, muscle weakness, atrophy, reduce of physiological reflex (100%),
fasciculation, pain (66,7%), paresthesia, spasticity (50%), disturbance of sweating and
scoliosis (16,7%).

Key words: syringomyelia incidence clinical features diagnosis.

Pendahuluan dengan insidensi pada laki-laki sedikit


Syringomyelia merupakan lebih besar daripada perempuan 2,3. Pada
gangguan degeneratif yang bersifat beberapa kasus syringomyelia bersifat
kronik progresif dengan gejala awal familial meskipun jarang terjadi 2. Hanya
timbul pada usia dewasa awal (25 - 40 terdapat kurang dari 1% kasus
tahun). Kasus ini sangat jarang syringomyelia dari seluruh pasien yang
ditemukan, insiden pada laki-laki sama datang di klinik saraf 4.
dengan perempuan 1. Syringomyelia Gambaran klinis sangat
umumnya terjadi pada usia 25-40 tahun bervariasi tergantung arah pelebaran

1
syrinx ke arah transversal atau serta pemeriksaan penunjang pada
longitudinal. Pelebaran biasanya terjadi maing-masing pasien. Anamnesis
ke arah anterior dari kanalis spinalis meliputi adanya keluhan sensorik,
daripada ke arah kanan atau kiri 5. Oleh motorik dan otonom. Pemeriksaan fisik
karena gejalanya yang sangat bervariasi, dilakukan terhadap adanya disosiasi
sehingga perlu dipikirkan adanya sensorik, serta defisit motorik yang
kelainan medula spinalis yang lain melibatkan komponen Lower Motor
sebagai diagnosis banding, yaitu: (1). Neuron atau Upper Motor Neuron.
Hematomyelia, terjadi rasa sakit Pemeriksaan penunjang meliputi MRI
mendadak pada area yang terkena dan medula spinalis atau myelo-CT yang
adanya riwayat trauma, (2). Tumor memastikan diagnosis syringomyelia.
intrameduler, kelainan neurologi
cenderung berjalan lebih cepat dan Hasil
protein LCS meningkat, (3). Tumor Didapatkan 6 penderita
ekstrameduler, lebih sering muncul syringomyelia yang dirawat inap di RS
dengan nyeri radikuler dan obstruksi Dr. Sardjito sejak bulan Januari 1998
atau bloking rongga subarakhnoid, hingga September 2003.
protein LCS meningkat, (4). ALS, tidak
ada abnormal sensorik dan secara umum Kasus 1
ada peningkatan refleks, (5). Spondilosis Seorang perempuan usia 48
Cervikalis, hilangnya sensori sesuai tahun, pekerjaan guru, alamat Klino
radix yang terkena 5. Ngambon Bojonegoro datang dengan
Laporan kasus ini dibuat karena keluhan utama kelemahan ke-empat
syringomyelia merupakan kasus yang anggota gerak. Kurang lebih 10 tahun
langka dengan adanya gejala klinis yang sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
sangat bervariasi melibatkan sistem penderita merasakan kelemahan pada
motorik, sensorik dan otonom, yang jari-jari tangan disertai rasa nyeri sampai
mempunyai gambaran klinis yang mirip ke lengan atas. Semakin lama kedua
dengan kelainan lain di medula spinalis. tangan dan lengan semakin kurus
disertai kedutan, tak dapat merasakan
Tujuan panas atau dingin, serta disertai
Untuk mendiskripsikan kelemahan pada kedua tungkainya. Pada
karakteristik klinik dari penderita pemeriksaan dijumpai tetraparesis
syringomyelia yang dirawat inap di RS campuran, dimana paresis pada
Dr. Sardjito Jogjakarta pada Januari ekstremitas atas bersifat flaksid disertai
1998 hingga September 2003. atrofi otot-otot lengan dan jari-jari
tangan, menurunnya tonus otot dan
Metode refleks fisiologis pada lengan serta tak
Melakukan review catatan medis ditemukan adanya refleks patologis.
penderita syringomyelia berdasarkan Adapun paresis pada ekstremitas bawah
International Statistical Classification of sifatnya spastik. Pemeriksaan sensibilitas
Diseases and Related Health Problem- menunjukkan adanya disosiasi
10 (ICD-10) yang dirawat di RS Dr. sensibilitas. Pemeriksaan M.R.I pada T1
Sardjito sejak bulan Januari 1998 hingga wighted image menunjukkan adanya
September 2003. Dilakukan telaah pelebaran luar biasa kanalis medularis
terhadap anamnesis, pemeriksaan fisik segmen servikal dan T2 weigted image

2
tampak rongga subdural yang masih syringohydromyelia servikothorakal.
baik. Gambaran ini menunjukkan Laboratorium darah normal.
syringomyelia setinggi C II-VII.
Laboratorium darah normal. ENMG Kasus 3
terdapat neuropati berat di n. Medianus Seorang laki-laki usia 35 tahun,
kanan dan kiri, n. Ulnaris kanan dan kiri, pekerjaan PNS, alamat Mojorejo Bareng
aksonopati n. Tibialis kanan, denervasi Klaten datang dengan keluhan utama
m. Ekstensor Digiti Brevis, m. Abd. kelemahan anggota gerak atas. Kurang
Halucis kanan. lebih 15 tahun SMRS penderita merasa
tangan kiri sampai dengan tengkuk
Kasus 2 jimpe-jimpe yang dirasakan semakin
Seorang perempuan usia 29 memberat. Semakin lama lengan kirinya
tahun, pekerjaan buruh, alamat Sentono kurang bisa merasakan panas dan dingin
RT2/3 Ngering Jogonalan Klaten datang serta melemah dan mengecil
dengan keluhan utama kelemahan ke- dibandingkan lengan kanannya. Lengan
empat anggota gerak. Kurang lebih 15 kanan juga menjadi jimpe-jimpe dan
tahun SMRS, penderita merasa tangan lemah. Pemeriksaan didapatkan biparesis
kanannya tebal-tebal. Semakin lama flaksid disertai atrofi otot-otot lengan
tangan kanannya kurang bisa merasakan dan jari-jari tangan, menurunnya tonus
panas dan dingin serta sedikit melemah otot dan refleks fisiologis pada lengan,
dibandingkan tangan kirinya. Keluhan fasikulasi pada tangan dan jari-jari serta
semakin memberat dan bahu kanan tak ditemukan adanya refleks patologis.
terasa berat dan lebih tinggi daripada Pemeriksaan sensibilitas menunjukkan
bahu kiri , serta terasa tebal-tebal, tangan adanya disosiasi sensibilitas.
kiri terasa tebal-tebal dan lemah. Pemeriksaan M.R.I dengan T1W1
Kelemahan juga terjadi pada kedua tampak adanya pelebaran kanalis
tungkai yang semakin memberat. Kedua medularis pada segmen C II sampai C
tangan tampak kurus dan dekok-dekok, VII dan Th I dan T2W1 menunjukkan
disertai kedutan. Pada pemeriksaan rongga terisi cairan. Gambaran ini
didapatkan tetraparesis campuran, menunjukkan syringomyelia setinggi C
dimana paresis pada ekstremitas atas II sampai Th I. Laboratorium darah
bersifat flaksid disertai atrofi otot-otot normal.
lengan dan jari-jari tangan, menurunnya
tonus otot dan refleks fisiologis pada Kasus 4
lengan, fasikulasi pada tangan dan jari- Seorang laki-laki umur 36 tahun,
jari serta tak ditemukan adanya refleks pekerjaan Tani, alamat Bangas
patologis. Adapun paresis pada Gadingsari Sanden Bantul, datang
ekstremitas bawah sifatnya spastik, dengan keluhan kelemahan keempat
pemeriksaan sensibilitas menunjukkan anggota gerak. Kurang lebih 17 tahun
adanya disosiasi sensibilitas. SMRS penderita merasa hanya separuh
Pemeriksaan M.R.I tampak kanalis tubuhnya sebelah kiri yang berkeringat
vertebralis melebar dengan lesi bila penderita melakukan aktifitas,
hipointens di dalam medula spinalis sementara separuh tubuhnya yang kanan
pada T1W1 setinggi C II sampai daerah tidak keluar keringat sama sekali.
thorakal yang menjadi hiperintens pada Semakin lama tungkai kirinya terasa
T2W1, menunjukkan adanya baal dan melemah, yang dirasakan

3
semakin memberat, disertai dengan tonus otot dan atrofi pada oror-otot
kelemahan dan baal pada kedua tangan lengan dan tangan. Terdapat disosiasi
dan apabila memegang es atau benda sensibilitas nyeri dan suhu setinggi
panas tidak merasakan dingin atau dermatom C7 sampai Th 1. Pemeriksaan
panas. Bahu kiri terasa nyeri, otot-otot myelografi yang dilanjutkan dengan
kedua lengan dan telapak tangannya myelo CT tampak gambaran kontras
terasa makin kurus, dekok-dekok dan mengisi ruang subarachnoid dengan
kedutan. Tak lama kemudian disertai lebar tidak sama, tak tampak filling
pula kelemahan pada tungkai kanan. defect maupun tumor medula. Gambaran
Pemeriksaan didapatkan adanya ini memberikan kesan adanya
tetraparesis campuran, dimana atas syringomyelia di daerah thorakal atas
flaksid disertai atrofi otot-otot lengan, masih belum dapat disingkirkan.
tangan dan punggung, menurunnya Pemeriksaan laboratorium darah dalam
tonus otot dan refleks fisiologi. Adapun batas normal.
paresis pada ekstremitas bawah bersifat
spastik. Pemeriksaan sensibilitas Kasus 6
menunjukkan disosiasi nyeri dan suhu. Seorang laki-laki usia 25 tahun,
Pemeriksaan MRI pada T1W1 tampak pekerjaan wiraswasta, alamat
gambaran hipointens memanjang mulai Tegalmulyo RT 2/2 Tegalmulyo
setinggi C V hingga Th IV, yang Kemalang Klaten Jawa Tengah. Datang
menjadi hiperintens pada T2W1 yang dengan keluhan utama lengan bawah dan
menunjukkan adanya syringomyelia tangan kanan lemah dan mengecil. Sejak
setinggi C V hingga Th IV. Pemeriksaan 2 tahun SMRS sekitar siku kanan bila
LCS dalam batas normal. terkena sinar matahari terasa panas dan
nyeri. Semakin lama dirasakan
Kasus 5 kesemutan dan kedutan pada tangan dan
Seorang laki-laki usia 43 tahun, jari-jari tangan kanan. Tak lama
pekerjaan buruh, alamat Sawangan Alian kemudian mulai dirasakan kelemahan
Kebumen RT 03 RW 05 datang dengan pada lengan bawah dan tangan kanan,
keluhan utama kelemahan dan kaku pada dan bila memegang gelas yang berisi teh
kedua lengan dan tangan. Sejak 2 tahun panas atau es penderita tidak dapat
SMRS penderita merasakan kesemutan merasakan panas atau dingin. Lengan
pada tengkuk sampai lengan dan kedua bawah dan tangan kanannya mengecil,
tangan kanan dan kiri, nyeri, kesemutan, telapak tangan dan punggung tangan
disertai dengan kelemahan. Semakin kanannya tampak dekok-dekok.
lama penderita tidak dapat merasakan Pemeriksaan didapatkan monoparese
panas atau dingin bila memegang gelas superior dekstra flaksid disertai atrofi
berisi air panas atau es dan kedua otot-otot lengan bawah dan tangan
tangannya mulai kurus dan dekok- kanan, menurunnya tonus otot dan
dekok. Sebelum keluhan muncul refleks fisiologi. Didapatkan adanya
penderita mengaku pernah jatuh dan disosiasi sensibilitas nyeri dan suhu pada
terjadi benturan pana leher dan dermatom C5 sampai Th 1.
punggungnya 3 tahun sebelum gejala Pemeriksaan MRI pada T1W1
awal muncul. Pemeriksaan didapatkan menunjukkan gambaran hipointens
adanya biparesis flaksid disertai intramedulair meluas dari pangkal C III
penurunan refleks fisiologis, penurunan hingga thorakal yang menjadi

4
hiperintens pada T2W1 yang Pembahasan
menunjukkan adanya syringomyelia Dijumpai 6 penderita
serviko-thorakal. Pemeriksaan ENMG syringomyelia yang telah dirawat di RS
lesi mulai sel motorik kornu anterior ke Sardjito terdiri dari empat laki-laki
perifer terutama kanan. Laboratorium (66,7%) dan dua perempuan (33,3%)
darah normal. dengan umur rata-rata 36 tahun seperti
tampak pada tabel 1.

Tabel 1. Gambaran klinis 6 penderita syringomyelia yang dirawat di RS Dr. Sardjito.


KRITERIA Ks 1 Ks 2 Ks 3 Ks 4 Ks 5 Ks 6 %
Umur 48 29 35 36 43 25 @ 36
Jenis Kelamin P P L L L L P 33,3
L 66,7
Awal muncul gejala (th) 10 15 15 17 2 2 10,17
Onset KP KP KP KP KP KP 100
Sifat Defisit Motorik Tetra Tetra Bi Tetra Bi Mono T 50
Sup : Fl Sup : Fl Flaksid Sup : Fl Flaksid Flaksid B 33,3
Inf : Sp Inf : Sp Inf : Sp M 16,7
Defisit sensorik-motorik SM SM SM SM SM SM 100
Disosiasi Sensorik + + + + + + 100
Nyeri - - + + + + 66,7
Paresthesi + - - - + + 50
Gangguan berkeringat - - - + - - 16,7
Penurunan reflek fisiologis + + + + + + 100
Fasikulasi + + - + - + 66,7
Atrofi + + + + + + 100
Kelemahan otot + + + + + + 100
Skoliosis - - + - - - 16,7
Riwayat trauma - - - - + - 16,7
Imaging MRI MRI MRI MRI Myelog MRI --
rafi+CT
Keterangan : S : sensorik EI : ekstremitas inferior Th : Thoracal
M : motorik Fl : Flaksid Ks : kasus
KP : kronik progresif Sp : Spastik
T, B, M : Tetra, Bi, dan Monoparesis C : Cervical

Hal ini sesuai dengan data yang laporan ini lebih kecil dari laporan
diperoleh National Institute of sebelumnya yang menunjukkan angka
Neurological Disorder and Stroke kejadian yang kurang dari 1% dari
bahwa syringomyelia umumnya seluruh pasien yang dating ke klinik
terjadipada usia dewasa muda antara saraf4.
umur 25-40 tahun dengan insidensi pada Dari keenam pasien tersebut
laki-laki sedikit lebih besar daripada terdapat 5 pasien yang dilakukan
perempuan2. Dari 4.109 pasien yang pemeriksaan MRI medulla spinal dan
dirawat di bangsal saraf RS DR. Sardjito hanya terdapat 1 pasien yang hanya
sejal Januari 1998 hingga September dilakukan pemeriksaan myelografi
2003 hanya terdapat 6 penderita dilanjutkan dengan myelo-CT. Semua
syringomyelia (0,15%). Jumlah kasus gambaran MRI menunjukkan adanya
syringomyelia yang ditemuhan pada syringomyelia dengan adanya dengan

5
adanya gambaran hipointens (T1W1) trauma medula spinalis. Belum
atau hiperintens (T2W1) di dalam didapatkan data kejadian syringomyelia
medulla spinalis yang tampak oleh faktor penyebab yang lain.
memanjang pada potongan sagital. Dikenal adanya dua tipe mayor
Sedangkan myelo-CT menunjukkan syringomyelia berdasarkan pada etiologi
gambaran syringomyelia dengan adanya dan ada tidaknya hubungan dengan
pelebaran pada medulla spinalis kanalis sentralis, Communicating
sehingga memberikan gambaran kontras syringomyelia dan Non-communicating
yang tidak sama di ruang subarachnoid. syringomyelia. Communicating
Pada awalnya untuk diagnosis syringomyelia adalah dilatasi kanalis
syringomyelia digunakan myelografi spinalis yang bersifat primer dan hampir
dengan kontras yang dilanjutkan dengan selalu dihubungkan dengan abnormalitas
CT-Scan yang dapat memperlihatkan dari foramen magnum seperti Chiari
adanya pelebaran dari medula spinalis. malformation tipe 1 atau basilar
Myelografi secara sendiri jarang arachnoiditis baik pos infeksi atau
digunakan untuk diagnosis idiopatik. Pada tipe ini terdapat
syringomyelia 2,5. Setelah ditemukannya hubungan langsung antara syrinx dengan
MRI maka diagnosis syringomyelia sistem ventrikular, sehingga cairan
lebih baik ditegakkan dengan MRI didalamnya mempunyai konsistensi
karena dapat memberikan gambaran yang sama dengan cairan serebrospinal.
tentang struktur medula spinalis secara Non-communicating syringomyelia kista
lebih detail. MRI dapat menunjukkan terbentuk pada substansi dari medula
adanya syrinx dengan perluasan spinalis dan tidak berhubungan langsung
abnormal pada potongan sagital atau dengan kanalis sentralis atau spatium
beberapa kondisi yang lain di dalam subarachnoid. Tipe ini kemungkinan
medula spinalis seperti keberadaan disebabkan oleh trauma, idiopatik,
tumor di dalamnya 2,5,6,7. Selain itu MRI neoplasma (kebanyakan glioma) atau
mempunyai keamanan yang tinggi, serta arachnoiditis, tanpa keterlibatan fossa
tidak menimbulkan rasa sakit 2. posterior atau foramen magnum 9.
Pada keenam pasien tersebut Post traumatik syringomyelia
tidak didapatkan penyebab pasti dari merupakan kasus yang jarang tetapi bila
syringomyelia dan hanya terdapat satu terjadi akan menimbulkan sekuele yang
pasien (16,7%) dengan riwayat trauma serius. Pada laporan ini, pasien dengan
leher dan punggung tiga tahun riwayat trauma tiga tahun sebelumnya
sebelumnya. Data sebelumnya hanya dilakukan pemeriksaan
menunjukkan kira-kira 90% kasus myelografi yang dilanjutkan dengan
syringomyelia disebabkan oleh adanya myelo-CT sehingga hanya didapatkan
gangguan kongenital yaitu Chiari gambaran pelebaran pada medulla
malformation tipe I. Dari keseluruhan spinalis saja 5. Untuk dapat memberikan
kasus Chiari malformation tipe I kira- gambaran yang jelas tentang adanya
kira hanya sebesar 50% saja yang proses patologis yang ada di medulla
menunjukkan gejala syringomyelia1. spinalis harus dilakukan MRI medulla
Adapun sebagian kasus syringomyelia spinalis2,5,6,7. Studi klinis sebelumnya
lain yang pernah dilaporkan terdapat 1% dengan Computerized Tomography
sampai 4% 8, atau 0,3% sampai 3% 9 dari menunjukkan insidensi sebesar 1%-5%
kasus timbul sebagai komplikasi dari kasus, tetapi dengan MRI mendapatkan

6
hasil lebih besar dari 22%. Kavitasi perih, seperti tertusuk jarum atau seperti
sering terjadi dari inti jaringan nekrotik tertekan, yang diperberat dengan batuk
(myelomalacic cores) daripada lisis dari atau bersin 3,4. Nyeri yang terjadi dapat
hematoma 10, dan akan memberikan muncul spontan (93%) atau paroksismal
gambaran non-communicating (70%)4 yang kebanyakan dirasakan di
9
syringomyelia . Lain halnya dengan daerah punggung atas, punggung
penelitian El Massry & Biyani yang bawah, kepala dan leher, bahu, serta
menyimpulkan bahwa hanya terdapat anggota gerak atas 3,4.
3,43% saja dari semua kasus trauma Pada laporan ini, semua kasus
medula spinalis yang berlanjut sebagai menunjukkan adanya gejala klasik
syringomyelia. Interval antara trauma berupa disosiasi sensorik pada seluruh
sampai terdiagnosanya syringomyelia kasus (100%) yang merupakan bukti
berkisar antara 6 bulan sampai 34 tahun keterlibatan dari decussatio sensorik bila
(rata-rata 8,6 tahun) 11. terjadi pada dua sisi. Apabila jaras
Pada laporan ini semua kasus spinothalamikus lateralis terlibat maka
menunjukkan gejala yang bersifat kronis disosiasi sensorik terjadi kontralateral
progresif. Onset mulai timbulnya gejala lesi 3,5. Keluhan ini baru dirasakan
pada keenam pasien ini sangat bervariasi beberapa tahun setelah onset penyakit.
antara 2 tahun sampai 17 tahun atau rata- Penelitian sebelumnya dengan
rata sekitar 10,2 tahun. Sesuai dengan menggunakan Pain-related
data sebelumnya bahwa sebagian besar Somatosensory Evoked Potensials (Pain-
syringomyeli terjadi secara kronis SEP) menyimpulkan bahwa Pain-SEP
progresif dalam beberapa tahun 1,2,8,12 abnormal ditemukan pada semua pasien
meskipun ada beberapa yang syringomyelia dan sebanding dengan
menunjukkan gejala akut 2. derajat klinis dari gangguan sensasi
Keluhan yang pertama kali nyeri dan suhu 13. Akan tetapi penelian
dirasakan adalah adanya gangguan lain menyimpulkan bahwa tidak semua
sensorik berupa rasa nyeri (66,7%), penderita syringomyelia menimbulkan
paresthesi (50%), dan gangguan otonom gejala disosiasi sensorik, hanya terdapat
berupa anhidrosis (16,7%) yang timbul sekitar 49% kasus saja, sehingga perlu
sebelum gejala klasik (disosiasi dipertimbangkan dengan diagnosis
sensorik) muncul. Gangguan sensorik banding penyakit yang lain yang
dapat terjadi akibat keterlibatan dari mengenai medula spinalis 14.
kornu posterior 3, sedangkan anhidrosis Gejala defisit motorik yang
terjadi karena keterlibatan dari serabut timbul berupa kelemahan pada anggota
otonom di kornu lateralis 3,5. Rasa nyeri gerak atas dan bawah, dimana
yang dirasakan berupa perasaan perih kelemahan pada anggota gerak atas
atau perasaan seperti terbakar. Hal ini bersifat lower motor neuron (LMN) dan
sesuai dengan penelitian sebelumnya anggota gerak bawah bersifat upper
bahwa keluhan nyeri atau disesthesia motor neuron (UMN). Gejala LMN
adalah keluhan yang pertama kali terjadi bila sel-sel kornu anterior terlibat
dirasakan oleh penderita syringomyelia dan gejala UMN terjadi bila jaras
yaitu sebesar 59% serta dapat kortikospinalis yang terlibat 3,5. Gejala
menimbulkan disabilitas pada 67% UMN lebih sering ditemukan pada
penderitanya 4. Nyeri yang dirasakan anggota gerak bawah dibandingkan
dapat berupa nyeri seperti terbakar, dengan anggota gerak atas 3. Gejala

7
LMN yang muncul dapat berupa normal, dan dapat terjadi peningkatan
fasikulasi, penurunan refleks tendo, kadar protein bila terjadi tumor pada
atrofi otot dan tidak munculnya refleks medulla spinalis2,5.
patologis. Adapun gejala UMN yang Terdapat dua pasien yang
muncul adalah adanya spastisitas, dilakukan pemeriksaan elektrofisiologi
peningkatan reflek tendo, munculnya (ENMG), satu pasien menunjukkan
refleks patologis dan klonus pada kaki. adanya neuropati berat di n. Medianus
Skoliosis yang terjadi pada 1 pasien kanan dan kiri, n. Ulnaris kanan dan kiri,
(16,7%) terjadi karena aksonopati n. Tibialis kanan, denervasi
ketidakseimbangan akibat kelemahan m. Ekstensor Digiti Brevis, m. Abd.
yang terjadi pada otot-otot sternomastoid Halucis kanan (pasien 1). Pasien
dan trapesius 3. berikutnya ENMG menunjukkan adanya
Gangguan berkeringat berupa lesi mulai sel kornu anterior setinggi C
anhidrosis hanya terjadi pada satu pasien IV - VII ke perifer terutama kanan.
(16,7%) yang menunjukkan keterlibatan Kepustakaan menyebutkan bahwa
sistem otonom. Penelitian sebelumnya pemeriksaan elektrofisiologi
menyebutkan bahwa dari 30 pasien menunjukkan penurunan potensial aksi
syringomyelia terdapat 26,7% dengan dari otot-otot hipotenar pada adanya
hipohidrosis, 33,3% dengan segmental syringomyeli didaerah servikal.
hiperhidrosis, dan 40% dengan Didapatkan fibrilasi dan penurunan
normohidrosis. Adanya hiperhidrosis potensial motorik pada otot-otot kecil
terjadi karena hiperaktivitas dari tangan 5. Peneliti lain menyimpulkan
Sympathetic Preganglionics Neurons bahwa studi EMG penderita
(SPGNs) dengan dua kemungkinan syringomyelia terjadi potensial aksi yang
mekanisme. Pertama, SPGNs secara sangat tidak stabil dengan durasi yang
langsung dirangsang dengan adanya sangat panjang pada m.
kerusakan jaringan minimal interosseusdorsalis pertama
disekitarnya, dan kedua, kerusakan dari dibandingkan m. biceps brachii dan m.
Inhibitory Local Interneurons (ILINs) extensor digitorum komunis. Hal ini
yang mendahului kerusakan SPGNs menunjukkan keterlibatan sel-sel kornu
sehingga aktivitas SPGNs akan anterior pada segmen brachial 16.
meningkat. Tetapi penelitian ini juga Dapat dirangkum disini bahwa
menyimpulkan bahwa syringomyelia gejala syringomyelia yang pertama kali
dengan gejala hiperhidrosis dapat muncul adalah rasa nyeri dan atau
memberikan informasi bahwa medula paresthesi yang terdistribusi pada daerah
spinalis masih intak atau hanya terjadi leher kepala, punggung atas lengan dan
gangguan minimal. Pada laporan ini tangan. Namun adanya gejala ini belum
karena terjadi anhidrosis, maka bisa memberikan gambaran tentang
kemungkinan besar sudah terjadi syringomyelia, tetapi harus didukung
gangguan yang cukup besar pada medula dengan gejala lain berupa disosiasi
spinalis 15. sensoris terhadap nyeri dan suhu,
Analisa LCS hanya dilakukan kelemahan otot, penurunan refleks tendo
pada satu pasien yang menunjukkan dan atrofi pada otot bahu, lengan dan
hasil yang normal. Hal ini sesuai dengan tangan. Keterlibatan anggota gerak
data sebelumnya bahwa pada bawah selalu bersifat UMN.
syringomyelia analisis LCS dalam batas

8
Ringkasan 6. Lindsay, KW., Neurology and
Telah dilaporkan 6 kasus Neurosurgery Illustrated, third ed.,
syringomyelia yang dirawat di RS Churchil Livingston Inc, The
Sardjito sejak bulan Januari 1998 sampai Britain Press, New York.1992.
dengan September 2003. Terdiri dari 7. Bernard, JL, Vincent FM.
empat kasus laki-laki (66,7%) dan dua Neurology, Problem in primary
kasus perempuan (33,3%) dengan umur care.; Medical Economics
rata-rata 36 tahun dan onset rata-rata Books,Oradell, New Jersey. 1987.
timbulnya gejala 10,2 tahun. Terdapat 8. Greenberg, MS. Handbook of
tiga kasus dengan tetraparesis (50%), Neurosurgery, Fifth ed., Thieme
dua kasus dengan biparesis (33,3%), dan Medical Publisher, Greenberg
satu kasus dengan monoparesis superior Graphics Inc., New York. 2001.
(16,7%). 9. Jinkins, JR., Reddy, S., Leite, CC.,
Tanda klinis utama yang muncul Bazan, C., Xiong, L. MR of
adalah : disosiasi sensoris terhadap nyeri Parenchimal Spinal Cord Signal
dan suhu, kelemahan otot, atrofi otot, Change as a Sign of Active
dan penurunan refleks fisiologis (100%), Advancement in Clinically
fasikulasi, nyeri (66,7%), paresthesi, Progressive Posttraumatic
spastisitas (50%), gangguan berkeringat, Syringomyelia. Am. J. Neuroradiol
skoliosis (16,7%). Dari keenam pasien 1998; 19: 177-82
tersebut diperoleh diagnosis pasti pasien 10. Squier, MV and Lehr, RP. Post-
dari hasil MRI dan hanya satu pasien traumatic Syringomyelia. , J.
dengan myelografi yang dilanjutkan Neurol. Neurosurg. Psychiatry
dengan myelo-CT. 1994; Vol 27: 1095-98.
11. El Massry, WS and Biyani, A.
Incidence, Management, and
DAFTAR PUSTAKA outcome of Post-traumatic
1. Victor,M and Ropper, AH. Syringomyelia. In Memory of Mr.
Principles of Neurology. 7th Ed. Mc. Bernard Williams. , J. Neurol.
Graw Hill Inc. New York. 2001. Neurosurg. Psychiatry 1996; Vol
2. NINDS. Syringomyelia. National 60: 141-6.
Institute of Health. 12. Muller, D. Syringomyelia. Division
http://www.ninds.nih.gov/. Juli 2001. of Neurological Surgery, University
3. Kiriakopoulos, ET., Syringomyelia. of Missoury, Columbia.2003.
Department of Neurology, 13 Kakigi, R, Shibasaki, H, Kuroda, Y,
University of Maryland Medicine, 22 Neshige, R, Endo, C, Tubachi, K,
South Greene Street, Baltimore. Kishikawa, T. Pain-related
http://www.umm.edu/ency/article/00 Somatosensory Evoked Potentials in
1398sym.htm. 2002. Syringomyelia. Brain. 1991; Vol.
4. Cohodarevic, T, Mailis, A, 114, Issue 4, p: 1871-89.
Montanera, W. Syringomyelia: Pain, 14. Honan, WP and Williams, B.
Sensory Abnormalities, and Sensory Loss in Syringomyelia: not
Neuroimaging. The Journal of Pain necissarily dissociated. Journal of
2000; Vol. 1(1): 54-66. The Royal Society of Medicine
5. Gilroy J. .Basic Neurology, Second 1993; Vol 86, issue 9, p: 519-20.
ed., Mc Graw Hil Inc., Pergamon
Press. Singapore. 1992.

9
15. Sudo, K, Fujiki, N, Tsuji, S, Ajiki, 16. Schwartz, MS., Stalberg, E., and
M, Higashi, T, Niino, M, Kikuchi, Swash, M. Pattern of Segmental
S, Moriwaka, S, Tashiro, K, 1999. Motor Involvement in
Focal (segmental) Dyshidrosis in Syringomyelia: A Single Fibre
Syringomyelia, J. Neurol. EMG Sudy. Journal of Neurology,
Neurosurg. Psychiatry 1999; 67: Neurosurgery, and Psychiatry
106-8. 1980; Vol. 43: 150-155.

10
Syringomyelia
Serial Kasus

Oleh: Prijo Sudibjo, Sekar Satiti, dan Ahmad Asmedi


Lab. Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
SMF Penyakit Saraf RS Dr. Sardjito
Jogjakarta

11
12

You might also like