You are on page 1of 27

KARAKTERISTIK GANGGUAN JIWA DI DESA KARANGANYAR

KECAMATAN SAMBUNGMACAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :

Muhamad Aulia Rahman 08711183


Dini Prima Utami 08711170
Hadi Salmi 08711123
Dyni Iswatinnisa 08711063

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013

1
KARAKTERISTIK GANGGUAN JIWA DI DESA KARANGANYAR
KECAMATAN SAMBUNGMACAN
INTISARI

Background: Mental disorder or syndrome is a psychological or behavioral pattern


of clinically important happens to a person and is associated with distress (eg, pain
symptom) or disability (ie impairment in one or more important areas of
functionality) or with an increased risk of painful death, pain, disability, or very loss
of freedom (American Psychiatric Association, 1994). Mental disorders cause the
sufferer unable to properly assess the reality, can no longer control themselves to
avoid disturbing others or damaging / hurting himself (Bayhaqi, et al, 2005). Actual
mental disorder similar to other physical disorders. It's just that mental disorders are
more complex, ranging from mild such as anxiety, fear to the level of mental illness
or severe form known as mad (Hardianto, 2009)
Methods: This study is a descriptive quantitative non-experimental study with cross
sectional approach. Additionally this study was non-experimental research with
qualitative methods of data collection techniques with in-depth interviews. Depth
interviews is one way of making or collecting data in qualitative studies.
Results: based on the analysis of the results found, the most common mental
disorders in women aged> 18 years, and have a basic education to the economic
status of the middle class, and have a family history of similar complaints, and the
most common mental disorder psychosis.
Keywords: mental disorders, characteristics

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum
Wr.Wb.
Terima kasih atas hidayah Allah SWT sehinggan menghantarkan kami untuk
bisa menysusun laporan ini. Karena tidak lepas dari bantuanNya lah kami dapat
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari banyak bantuan dari pihak-pihak di daerah SambunGMacan
dalam menyelesaikan tugas kami sehingga kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Iin Dwi Yuliarti, M. Kes selaku Kepala Puskesmas Sambungmacan I Kab.
Sragen.
2. Bidan desa Aida, Amd. Keb
3. Bidan Lestari, Amd. Keb
4. Anggota Puskesmas Sambungmacan I
5. Perangkat Desa Karanganyar (Kepala Desa, Sekretaris Desa, beserta jajaran
lainnya).
6. Perangkat Dusun (Kepala Dusun dan Ketua RT).
7. Kader Kesehatan Desa yang telah meluangkan waktu dan tenaga.
8. Warga Desa Karanganyar.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Kami selaku penulis berharap supaya apa yang telah kami lakukan dapat
bermanfaat terhadap kesehatan masyarakat desa Karanganyar.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Sragen, 5 September 2013

Penulis

3
PENDAHULUAN

Dalam dunia yang terus berubah-ubah, manusia harus senantiasa berusaha


menyesuaikan diri. Sejak saat pembuahannya, seorang manusia sudah merupakan
kesatuan badan dan jiwa yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Bila kita mengatakan
gangguan badan atau pun jiwa, maka hal ini hanya suatu pemisahan buatan saja
untuk memudahkan komunikasi dan berarti bahwa gangguan yang dimaksud itu
terutama terdapat pada unsur badan dan jiwa. Gangguan jiwa adalah suatu sindroma
atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau
disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994).
Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan
baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu
orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi,dkk, 2005). Gangguan
jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan
jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga
yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila (Hardianto, 2009)
Kecendrungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus
berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan
saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan
ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak
langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan
sosial yang terus berubah (Rasmun, 2001).

METODE

Metode Penelitian

4
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif non eksperimental dengan
pendekatan cross sectional. Selain itu Penelitian ini merupakan penelitian non
eksperimen metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam. Wawancara mendalam merupakan salah satu cara pengambilan atau
pengumpulan data dalam studi kualitatif. Wawancara mendalam dapat menelusuri
berbagai hal yang berkaitan berbagai hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko
suatu penyakit. Kegiatan wawancara mendalam terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis atau penarikan kesimpulan.

Populasi dan sampel merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian.


Namun dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel,
tetapi oleh Spradley dalam Sugiyono dinamakan Social situation atau situasi sosial
yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Jadi pada situasi sosial atau objek
penelitian ini, penulis dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang
ada pada tempat tertentu. Dalam hal penelitian ini penulis memfokuskan pada pasien
yang tercatat mengalami gangguanjiwa berdasarkan data yang diambil dari
Puskesmas sebagai subyek penelitian yang akan diamati dan diwawancara secara
mendalam untuk penelusuran informasi dan data lebih lanjut sehingga diperoleh
sesuai tujuan yang diharapkan oleh penulis.

Kami mendapatkan data pasien yang menderita gangguan jiwa kemudian


kami mendatangi pasien tersebut untuk dilakukan wawancara langsung. Penelitian
dilakukan door to door pada pasien gangguan jiwa di desa karanganyar. Dilakukan
anamnesis dan penilayan status psikiatri untuk memastikan diagnosis pada pasien dan
pengambilan data mengenai identitas pasien dan factor resiko terjadinya gangguan
jiwa. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua pasien gangguan jiwa
yang berada didesa karanganyar yang tercatat di puskesmas sambungmacan,
berjumlah 13 pasien. Kemudian dari 13 pasien tersebut, kami memilih narasumber
untuk diwawancarai. Narasumber dipilih dengan teknik purposive sampling dengan

5
mengutamakan pengambilan sampel dari pasien jiwa yang mempunyai keunikan
dalam satu keluarga yang terkena gangguan jiwa. Narasumber pada penelitian ini
adalah orang yang pernah menderita sakit jiwa baik yang sedang melakukan
pengobatan maupun yang belum serta orang yang mengetahui informasi yang benar
atau yang mengenal orang sakit jiwa dengan baik. Maksudnya disini, narasumber
dapat pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan. Narasumber pada penelitian ini
berjumlah 6 orang (Narasumber, N1,N2,N3,N4,N5,N6).

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber, berbagai setting


dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan sumber data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer ini diperoleh dari
hasil wawancara mendalam untuk mengetahui pendapat subyek penelitian

Kriteria inklusi adalah:

Semua pasien gangguan jiwa di desa karanganyar yang bersedia ikut dalam
penelitian ini saat didatangi oleh peneliti.

Variabel yang dinilai pada penelitian ini adalah:

1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Tingkat Pendidikan
4. Sosial ekonomi
5. Riwayak keluahan serupa di keluarga
6. Diagnosis

HASIL

6
Berikut ini merupakan hasil analisis data karakteristik gangguan jiwa di desa
karanganyar berdasarkan variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel
dan chart.

Statistics
jenis Riwayat keluarga
kelami pendidika sosial yang mengalami
n Umur n ekonomi diagnosis gangguan jiwa
N Valid 13 13 13 13 13 13
Missi 0 0 0 0 0 0
ng
Mean 1,6154 1,923 2,6923 1,1538 1,0769 1,3077
1
Percentiles 25 1,0000 2,000 1,5000 1,0000 1,0000 1,0000
0
50 2,0000 2,000 2,0000 1,0000 1,0000 1,0000
0
75 2,0000 2,000 4,0000 1,0000 1,0000 2,0000
0

Frequency Table
jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Pria 5 38,5 38,5 38,5
Wanita 8 61,5 61,5 100,0
Total 13 100,0 100,0

7
umur
Frequenc Valid
y Percent Percent Cumulative Percent
Valid < 18 1 7,7 7,7 7,7
tahun
> 18 12 92,3 92,3 100,0
tahun
Total 13 100,0 100,0

8
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
SD
3
23,1
23,1
23,1

9
SLTP
4
30,8
30,8
53,8

SMA
3
23,1
23,1
76,9

tidak pernah sekolah


3
23,1
23,1
100,0

Total
13
100,0
100,0

10
sosial ekonomi
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
Percent
menengah 84,6
Valid
ke bawah 11 84,6 84,6
menengah ke atas 2 15,4 15,4 100,0
Total 13 100,0 100,0

11
Diagnosis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid psikosis 12 92,3 92,3 92,3
non psikosis 1 7,7 7,7 100,0
Total 13 100,0 100,0

12
Riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ada 9 69,2 69,2 69,2
tidak ada 4 30,8 30,8 100,0
Total 13 100,0 100,0

13
14
TEMA SUB TEMA Koding Kesimpulan
WAWANCARA
Gejala psikotik Waham, saking Jakarta niki mba Waham
ilusi,halusinasi ATMme,,asli..,katah kebesaran
pokoke..,juta-jutaan lah..
(N1 51-54)

nggeh hawane mangkel


niku,,pengene beli ini
beli itu tapi gak
kesampean..,nggeh Waham curiga
kadang ngerasa wonten
wong sing ngincer kulo
niku,,wedi niku.. (N1 90-
95)

pulang-pulang bilangnya
punya uang
banyak,ATMnya
banyak,,baju-bajunya
mahal,,jadi kaya waham Waham
kebesaran orang kaya kebesaran dan
gitu..,dia yang diangan- curiga
angankan seperti itu
karena ya tuntutan orang
tuanya ya pengennya
punya duit akeh..,nanti
kalau ditingal bilangnya
nanti bajuku didoli
mbokku..,yak arena Gejala
saking pengennya punya skizofrenia
duit banyak itu..,kalau paranoid
ditanya ko nganggur
disini,,gak ndang kerja
wae? ya..,dia ngamuk
itu..,ngamuk sampe
mecahi kaca loh itu
(N3 70-85)
ehm..,gak ada mba gak Halusinasi
ada yang nyuruh- auditorik
nyuruh,,Cuma ada yang
bilang aja.. (N4 124-126)
gak ada wujudnya,,kayak
ada yang bilang aja
ditelinga

15
saya,berdengung- Halusinasi
dengung (N4 133-132) auditorik
ya,,disuntik..,sama
perawat..,terus ke Inkoheren
waduk..,kena keong..
(N5 233-235)
kalau masnya itu
ngomongnya sering
Inkoheren,
ngelantur,,ya kayak gini
manik, gejala
ini..kadang suka
skizofrenia
ngomong dewe,,jalan-
hebefrenik
jalan,,ngguyu-guyu
dewe,,tapi ya gak sampe
ngamuk-ngamuk (N6
242-248)

16
Penyebab - Biologis walah..,mpun boten Konflik
gangguan jiwa - Psikososial gadah kulo,,cerai.. (N1 keluarga
- Lingkungan 119-120) (perceraian)

nggeh masalah keluarga


e mas..,mpun boten iso Sosial ekonomi
nafkahi malih,,stress
kulo..(N1 122-124)

Nggeh..,pas cerai niku perceraian


lah ketoke,,pokoke mpun
mboten karu-karuan
rasane.. (N1 127-129)

kerja,,kerja jadi ibu


rumah tangga..,jarotnya
kuli bangunan
itu,,kemudian menikah
terus punya anak
satu..,namanya purja
ituNah jarot itu
namanya apa
ya..apa..,ketoke kerjanya
gak giat gitu,,mertuanya
gak seneng..,akhirnya
suruh cerai sama orang
tuanya itu..,cerai kalau
yang namanya purwanti
itu khan masih seneng
sama suaminya..,tapi
disuruh orang tuanya Masalah
cerai,,akhirnya dia ekonomi rendah
cerai..,terus dia kerja lagi
di Jakarta,tapi wong
namanya masih seneng
sama suami terus disuruh
cerai..ya khan akhirnya
nuntun..,tapi ya gimana
lagi orang dah gak bisa
ngehidupi lagi
suaminya..,anaknya
masih kecil..,orang pas
waktu itu anaknya yang
imunisasi saya..

17
(N3 48-59)

kalau kumat ya kalau gak


punya duit Ekonomi rendah
mba,,hehe,,mikirin
hutang banyak.. (N5 281-
283)

ya dulu awalnya pas


masih gadis mba..,pas
masih kerja di
Solo..,sebelum ketemu
suaminya..,setelah
menikah tambah semakin
goyah,,jarang kumpul
sama
suaminya,,suaminya
kerja di malang,,jarang Konflik
pulangya dulunya keluarga
kalau kumat,,pendiem
terus ngamuk,,mecahin
piring..,terus dibanting
ko ya.. (N6 155-165)
ya..,itu kalau Purwanti
pas kerja di Jakarta gara-
gara cerai sama
suaminya,,kalau teguh
adiknya dari STM
Retardasi
itu..,kalau Ira itu bawaan
mental
dari kecil..,retardasi
mental itu..,ya
kerjaannya Cuma
mangan turu mangan
turu,,jan gak mudeng
blas.. (N3 144-152)
ya..,depresi..,sana
sakit,,sini sakit,,yang sini
stroke,,ibunya yang di
Kediri masuk rumah
sakit..,terus gak punya
biaya untuk Orang tua sakit,
nengok,bayarlah atau ekonomi rendah
18
apalah..(N6 187-192)
sekarang gak
kerja..,sebelumnya kerja
di pabrik..,anaknya tiga Pengangguran
tuh.. (N6 195-197)
kalau keturunan..,dulu
ketoke ada,,tapi dari
Riwayat
ibunya,,saudaranya
keluarga
ibunya gitu katanya.. (N3
301-304)
emm,,,saudara dari bapak
kalau ndak salah,,,kayak
depresi juga..,bapak Riwayat
pernah cerita seperti keluarga
itu,,tapi saudaranya itu
sudah meninggal.. (N6
299-303)

19
Pengobatan - Lamanya emmm,,10 tahunan lah 10 tahun
menderita bu ketoke.. (N1 109-110)
- Rutin
- Tidak rutin kalau teguh itu pas
sekolah STM,sekitar 7 7 tahun
tahunan,pengen punya
sepeda motor (N3 155-
158)

kalau Ira sejak lahir, dia Sejak lahir


khan retardasi.. (N3 205-
208)

Emm,,sekitar 6 tahun
nggeh mba kaya-e 6 tahun
minum obatnya (N4 147-
149)
lamaan mbanya,,ini baru 1 tahun
ko,,sekitar satu tahunan
(N6 207-209)

diobati ya gak mau..,satu


Tidak rutin
rumah tiga mau diobati
minum obat,
pada gak mau,,katanya
insight pasien
sopo sing ngomong
masih buruk
stress?,,kita kerja sama
sama dinas
sosial,,ira,teguh,purwanti
arep diparani,,tapi ya
teguh itu gak merasa gila
gak.. (N3 188-194)
tesih berobat.. (N4 54)
teng solo.. (N4 56) Rutin minum
obat

sekarang udah
mendingan mba..,kalau Telat minum
telat obat mawon obat
niku,,kumatnya jadi lebih
pendiam,ngelamun,,kala
u diajak ngobrol ya
20
ngelantur niku..(N6 138-
143)
Tidak mau
haa,,mboten ngangge minum obat,
obat..o kulo..,wedi obat
insight buruk
kulo..(N5 228-229)

21
PEMBAHASAN mencapai cita-cita dan konflik yang
berlarut-larut, kematian keluarga yang
Menurut Maramis, sumber
dicintai dan lain sebagainya dapat
penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
berkembang menjadi gangguan jiwa
oleh faktor somatik, faktor psikologik
skizofrenia.
dan faktor sosio-budaya yang secara
Ada beberapa faktor psikososial
terus-menerus saling mempengaruhi.
yang mempengaruhi gangguan jiwa
Munculnya gejala skizofrenia
skizofrenia, yaitu sosial ekonomi rendah
diakibatkan dari adanya perubahan pola
dan stres lingkungan. Menurut Mallett
lingkungan, perilaku dan akibat kondisi
et al bahwa kehilangan orangtua dan
biologik individu tersebut. Pada
pengangguran merupakan faktor
perkembangan psikologi yang salah
psikososial yang dapat mempengaruhi
terjadi ketidakmatangan atau fiksasi
terjadinya gangguan jiwa skizofrenia.
bahwa individu gagal berkembang lebih
Konflik keluarga sangat mempengaruhi
lanjut pada fase berikutnya dan ada
perkembangan psikopatologis anak.
tempat-tempat yang lemah (rentan).
Konflik dalam keluarga juga akan
Individu yang rentan tersebut apabila di
mempengaruhi sikap atau didikan
kenai stres psikososial seperti status
orangtua terhadap anak, dan sikap
ekonomi yang rendah, gagal dalam
22
orangtua sangat berpengaruh terhadap Salah satu variabel yang diteliti
pola asuh kepada anak. Pola pengasuhan adalah pendidikan, berdasarkan hasil
orangtua mempengaruhi perkembangan analisi ditemukan pasien yang banyak
perilaku sosial anak. Terjadinya psikosis mengalami gangguan jiwa adalah yang
atau skizofrenia kemungkinan berstatus pendidikan rendah. Dari teori
disebabkan pada masa kanak-kanaknya yang kami baca, sebenarnya pada
mendapatkan perlakuan kekerasan, gangguan jiwa bisa terjadi disemua
sehingga menimbulkan trauma yang kalangan status pendidikan. Namun
mendalam pada diri anak lebih sering terjadi pada status
Berdasarkan data yang kami pendidikan rendah.
peroleh kemudian kami analisis
Sedangkan berdasarkan status
didapatkan jenis kelamin perempuan
ekonomi. Yang paling banyak
lebih banyak mengalami gangguan jiwa
mengalami gangguan jiwa adalah yang
dibandingkan dengan laki-laki. menurut
mempunyai status ekonomi menengah
Alexander dan Fakhari et Al wanita
kebawah. Kecendrungan gangguan jiwa
lebih menpunyai risiko untuk menderita
akan semakin meningkat seiring dengan
stres psikologik dan juga wanita relatif
terus berubahnya situasi ekonomi dan
lebih rentan bila dikenai trauma.
politik kearah tidak menentu,
Sementara menurut Kaplan & Sadock
prevalensinya bukan saja pada kalangan
prevalensi skizofrenia antara laki-laki
menengah kebawah sebagai dampak
dan perempuan adalah sama. Kita
langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi
ketahui gangguan jiwa terjadi pada saat
juga kalangan menengah keatas sebagai
seseorang tidak mampu mengelola stres
dampak langsung atau tidak langsung
yang menimpa.
ketidakmampuan individu dalam
Sedangkan berdasarkan distribusi
penyesuaian diri terhadap perubahan
umur, pasien yang mengalami gangguan
sosial yang terus berubah (Rasmun,
jiwa paling banyak ditemukan diusia
2001).
>18 tahun atau usia dewasa.
Status ekonomi rendah mempunyai
risiko 6,00 kali untuk mengalami

23
gangguan jiwa skizofrenia lingkungan (rumah yang kecil, tidak
dibandingkan status ekonomi tinggi. adanya waktu dan rasa aman) maka hal
Pada analisis multivariabel, status ini merupakan beban bagi orangtua
ekonomi rendah berisiko 7,4 kali untuk yang akibatnya akan mempengaruhi
menderita ganguan jiwa skizofrenia kesehatan anak. Kemiskinan ditandai
dibanding dengan status ekonomi tinggi dengan oleh sedikitnya dukungan,
dengan OR=7,482 (95%IK;2,852- sedikitnya keselamatan, tidak adanya
19,657) dengan p=0,000. Artinya ruang sehingga terlalu sesak, tidak
kelompok ekonomi rendah kemungkinan adanya kebebasanpribadi,
mempunyai risiko 7,48 kali lebih besar ketridakpastian dalam masalah ekonomi
mengalami kejadian skizofrenia yang akhirnya mungkin menimbulkan
dibandingkan kelompok ekonomi tinggi. risiko kesehatan bagi keluarga
Menurut Werner et al, yang Rata-rata yang mengalami
melakukan penelitian di Israel gangguan jiwa mempunya riwayat
mengatakan orang yang dilahirkan keluarga yang mengalami keluhan
mempunyai orangtua yang berstatus serupa. Hal ini sesuai yang tertera dalam
sosio ekonomi dan didaerah miskin suatu penelitian yang menyebutkan
berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan jiwa sangat erat kaitannya
skizofrenia (OR1.39 (95%CI;1.10 dengan riwayat dalam keluarga.
1.78),p<0,00. Status ekonomi rendah
sangat mempengaruhi kehidupan
seseorang. Beberapa ahli tidak
mempertimbangkan kemiskinan (status
ekonomi rendah) sebagai faktor risiko,
tetapi faktor yang menyertainya
bertanggung jawab atas timbulnya
gangguan kesehatan. Menurut Graham,
keluarga adalah faktor perantara yang
paling penting. Ketika kehidupan
keluarga dipengaruhi oleh penyebab
24
25
KESIMPULAN

Gangguan mental atau sindrom adalah pola psikologis atau perilaku klinis
penting yang terjadi pada seseorang dan berhubungan dengan distress (misalnya,
gejala nyeri) atau cacat (yaitu gangguan dalam satu atau lebih bidang-bidang
penting fungsi) atau dengan peningkatan risiko kematian yang menyakitkan ,
sakit, cacat, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,
1994). Gangguan mental menyebabkan penderitanya tak mampu benar menilai
kenyataan, tidak bisa lagi mengendalikan diri untuk menghindari mengganggu
orang lain atau merusak / menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi, et al, 2005).
Gangguan mental yang sebenarnya mirip dengan gangguan fisik lainnya. Hanya
saja gangguan mental yang lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti
kecemasan, ketakutan dengan tingkat penyakit mental atau bentuk parah yang
dikenal sebagai gila (Hardianto, 2009). Penelitian ini merupakan penelitian non-
eksperimental deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Selain itu
penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan metode kualitatif teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah
salah satu cara untuk membuat atau mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif. Berdasarkan analisis hasil ditemukan, gangguan mental yang paling
umum pada wanita usia> 18 tahun, dan memiliki pendidikan dasar dengan status
ekonomi kelas menengah, dan memiliki riwayat keluarga keluhan serupa, dan
yang paling umum gangguan mental psikosis.

You might also like