You are on page 1of 10

Pratami, E.K., & Kuswanti, I., “Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum ....

” 25

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko


Perilaku Kekerasan (RPK) Terhadap Pengetahuan Keluarga
Dalam Merawat Pasien Di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Klaten Jawa Tengah
Nina Permata Sari1), Istichomah2)

ABSTRACT

Background: Health education is a process in giving the health information so that a person
can change their health behavior as expected. Some people are still treat the patients with
mental disorders by binding, confining, and shackling. The families need a knowledge and
information how to deal with the family members who have the mental disorder.
Objective: to know the effect of a health education about the risk of violence behavior (RVB)
toward family knowledge in treating the patients in the Mental Hospital RSJD of DR. RM.
Soedjarwadi Klaten.
Methods: This research is experimental design with one group pre test - post test, The
research subjects were the family members who treated the patients being visiting to the
mental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten. The samples taken 30 people by using
the accidental sampling method.The measurement instrument used questionnaires. The
analysis of statistical data processing used the T test.
Results: Pre test shown that 12 respondents (40%) having a good knowledge. Post test shown
that 20 respondents (66%) having a good knowledge. The analysis of T test was obtained the
result of P value (sig 2-tailed) about 0.008 compared with value about 0.05. P values was <
value that indicates the average difference between before and after the respondents
were given by the health education about RVB.
Conclusion: There was an effect of a health education about RVB toward family knowledge
in treating the patients in the mental hospital RSJD of DR. RM. Soedjarwadi Klaten.
Keywords: Health education, RVB, knowledge, family.

PENDAHULUAN perkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita


Beberapa permasalahan utama di bidang gangguan jiwa ditemukan di dunia. Berdasarkan
kesehatan adalah penyakit degeneratif, kanker, data studi World Bank dibeberapa negara
kesehatan jiwa (gangguan jiwa) dan kecelakaan. menunjukkan 8,1% dari kesehatan global
Berdasarkan Departemen Kesehatan dan World masyarakat (Global Burden Disease) menderita
Health Organization (WHO) tahun 2010 mem- gangguan jiwa (Wirnata, 2012).

1. Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta


2. Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

25
26 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No. 01 Januari 2015

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Pasien dengan gangguan jiwa baik yang
tahun 2010, menyatakan jumlah penderita dirawat maupun tidak dirawat, seharus di-
gangguan jiwa di indonesia mencapai 2,5 juta pertimbangankan potensi untuk melakukan
yang terdiri dari pasien resiko perilaku ke- perilaku kekerasan.Pada penanganan masalah
kerasan. Diperkirakan sekitar 60% menderita gangguan jiwa terdapat salah satu diagnosa
resiko perilaku kekerasan di Indonesia keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan.
(Wirnata, 2012). Proses globalisasi dan pesat- Resiko perilaku kekerasan adalah keadaan
nya kemajuan teknologi informasi memberikan dimana seseorang pernah atau mempunyai
dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya riwayat melakukan tindakan yang dapat mem-
pada masyarakat. bahayakan diri sendiri atau orang lain atau
lingkungan baik secara fisik atau emosional atau
Permasalahan kesehatan saat ini yang paling
seksual dan verbal (Keliat, 2010). Tanda gejala
banyak dikeluhkan oleh masyarakat adalah
yang ada adalah ada ide melukai, merencana-
kesehatan jiwa, hal ini disebabkan karena
kan tindakan kekerasan, mengancam, penya-
beban kehidupan dan pikiran manusia yang
lahgunaan obat, depresi berat, marah, sikap
semakin berat.Masyarakat dihadapkan dalam
bermusuhan/panik, bicara ketus, mengucapkan
berbagai permasalahan kehidupan yang sangat
kata-kata kotor, serta adanya riwayat perilaku
kompleks. Setiap orang mempunyai kemam-
kekerasan.
puan yang tidak sama untuk beradaptasi dengan
perubahan kondisi sosial budaya. Jika individu Resiko perilaku kekerasan merupakan salah
kurang atau tidak mampu dalam beradaptasi satu diagnosa yang memiliki resiko lebih tinggi
dengan perubahan tersebut, maka individu dibandingkan dengan yang lain karena jika
akan 2 pasien kambuh dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Data yang
mengalami berbagai penyakit fisik maupun
diperoleh dari studi pendahuluan di bagian
mental (timbul stress dan terjadi perilaku
Rekam Medis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten
kekerasan). Menurut Goldenberg (2004) cit
Jawa Tengah, tercatat bahwa jumlah pasien
Suwarno (2014), keluarga klien dengan gang-
rawat inap pada bulan Januari sampai dengan
guan jiwa tidak dapat menghindari penyakit
September 2012 adalah 789 pasien. Jumlah
mental tersebut yang dapat menjadi beban bagi
pasien rawat inap tersebut 515 pasien (65,27%)
keluarga. Keluarga memerlukan pengetahuan
merupakan pasien ulangan atau kambuh.
dan informasi bagaimana cara menghadapi
Jumlah kunjungan poli klinik jiwa dari bulan
anggota keluarga yang gangguan jiwa dan
Januari sampai September 2012 adalah 7.277
ketrampilan koping manghadapi masalah.
pasien yang terdiri dari pasien baru 1.016 pasien
Keluarga penderita gangguan jiwa umumnya (13,96%) dan ulangan 6.261 pasien (86,04%).
sangat sedikit sekali yang memiliki kesadaran Tingginya pasien ulangan dapat menimbulkan
untuk datang ke fasilitas kesehatan.Hal ini kurangnya perawatan di rumah. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan fasilitas kesehatan terdiri dari macam – macam diagnosa kepe-
yang ada di negeri ini.Keluarga dan masyarakat rawatan yaitu Halusinasi, Resiko Perilaku
sering mengeluhkan adanya suatu beban ketika Kekerasan, Menarik Diri, Waham, Defisit
ada anggota keluarga atau masyarakat yang Perawatan Diri, Resiko Bunuh Diri, Harga Diri
mengalami gangguan jiwa.Penderita yang Rendah. Data diagnosa keperawatan menun-
sudah menjalani perawatan di rumah sakit jukkan tingkat kejadian yang meningkat adalah
sering mengalami kekambuhan karena kurang- diagnosa resiko perilaku kekerasan dengan
nya pengetahuan keluarga dalam memberikan persentase bulan September 18,60 %, bulan
perawatan terhadap pasien gangguan jiwa di Oktober 19,64%.
rumah.
Data dari rekam medis juga menunjukkan
Sari, N.P., & Istichomah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku ....” 27

berdasarkan wawancara pihak rekam medis (Notoatmojo, 2007). Pendidikan kesehatan


keluarga pasien RPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. merupakan suatu proses memberikan masukan
Soedjarwadi Klaten diperoleh keterangan berupa informasi – informasi kesehatan agar
keluarga pasien resiko perilaku kekerasan seseorang dapat merubah perilaku kese-
belum memperoleh pendidikan kesehatan hatannya sesuai yang diharapkan.
tentang resiko perilaku kekerasan. Pada wa-
Pendidikan kesehatan jiwa adalah strategi
wancara dengan 15 orang keluarga pasien RPK
untuk memampukan individu keluarga, komu-
di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten
nitas, kelompok mengotrol kesehatan jiwa dan
diperoleh data 15 orang keluarga pasien RPK
faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan,
belum memperoleh pendidikan kesehatan
kebiasaan dan pola hidup Widyatuti (2009) cit
tentang RPK, 13 orang keluarga pasien resiko
Suryana (2012).
perilaku kekerasan mengatakan ketika pasien
kambuh dilakukan pengurungan di dalam Perawat wajib berperan sebagai pendidik
kamar, 2 orang keluarga pasien resiko perilaku kegiatan yaitu mendengar, memerintahkan,
kekerasan mengatakan bila pasien kambuh menyarankan, menjelaskan, mendiskusikan
dilakukan pengikatan. dan membantu memutuskan.Dengan pendi-
dikan kesetatan jiwa yang diberikan di klinik
Berdasarkan data diatas keluarga pasien
keperawatan oleh perawat membuat pasien
resiko perilaku kekerasan masih belum tahu
dan keluarga tahu, yakin, memutuskan dan
cara penanganan pasien dengan benar. Keluar-
melakukan informasi dan latihan yang di-
ga masih melakukan tindakan mengurung dan
berikan Widyatuti (2009) cit Suryana (2012).
mengikat pasien ketika pasien kambuh. Hal
tersebut dilakukan agar tidak membahayakan 2. Resiko Perilaku Kekerasan
diri pasien atau orang lain.
Resiko perilaku kekerasan adalah keadaan
TINJAUAN PUSTAKA dimana seseorang pernah atau mempunyai
riwayat melakukan tindakan yang dapat mem-
1. Pendidikan Kesehatan bahayakan diri sendiri atau orang lain atau
Menurut Undang-undang No.39 Tahun 2009 lingkungan baik secara fisik/emosional/seksual
yang dimaksud dengan kesehatan jiwa adalah dan verbal (Keliat, 2010).
upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk men- Tanda gejala yang ada adalah ada ide me-
jamin setiap orang dapat menikmati kehidupan lukai, merencanakan tindakan kekerasan,
kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, mengancam, penyalahgunaan obat, depresi
tekanan, dan gangguan lain yang dapat meng- berat, marah, sikap bermusuhan/panik, bicara
ganggu kesehatan jiwa. ketus, mengucapkan kata-kata kotor, serta
Kesehatan jiwa disini mengandung penger- adanya riwayat perilaku kekerasan (Keliat,
tian seseorang dikatakan sehat jiwa apabila 2010).
secara individu merasa nyaman dengan ling- Cara penanganan resiko perilaku kekerasan
kungan dan dirinya sendiri.Lingkungan sangat untuk keluarga pasien RPK adalah :
berperan dalam kejadian gangguan jiwa baik
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
sebagai faktor presipitasi ataupun faktor pre-
perasaannya saat jengkel atau marah.
disposisi.
2. Bantu klien mengidentifikasi penyebab
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
marah/jengkel.
penerapan pendidikan di bidang kesehatan
dengan hasil yang diharapkan adalah perilaku 3. Bicarakan dengan klien akibat/kerugian
kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan dari cara yang dilakukan..
meningkatkan kesehatan yang kondusif 4. Bantu klien untuk memilih cara yang paling
28 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No. 01 Januari 2015

tepat dan bantu klien mengidentifikasi 4. Keluarga


manfaat cara yang dipilih. Bisa melakukan Menurut Friedman (1998) cit Suryana (2012),
tarik nafas dalam, jika sedang kesal/me- keluarga adalah sekumpulan orang dengan
mukul bantal/kasur atau olah raga atau ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
melakukan pekerjaan yang memerlukan bertujuan untuk menciptakan, mempertahan-
tenaga. kan budaya dan meningkatkan perkembangan
5. Anjurkan klien untuk mengatakan bahwa fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
dirinya sedang kesal/tersinggung/jengkel anggota keluarga.
(“saya kesal anda bicara seperti itu”, “saya A. Fungsi Keluarga Friedman (1998) cit Suryana
marah karena mama tidak memenuhi (2012), mengidentifikasikan lima fungsi
keinginan saya”). dasar keluarga yaitu :
6. Bantu klien untuk minum obat sesuai 1. Fungsi afektif
dengan yang diprogramkan oleh dokter.
Benar nama, benar obat, benar waktu, Fungsi keluarga yang utama adalah untuk
benar dosis, benar cara. mengajarkan segala sesuatu dan mem-
persiapkan anggota keluarga dalam
7. Anjurkan klien beribadah/berdoa: meminta berhubungan dengan orang lain. Fungsi
diberi kesabaran oleh Tuhan, dan mengadu ini dibutuhkan untuk perkembangan
kepada Tuhan tentang kejengkelan yang individu dan psikososial anggota keluar-
dialami. ga. Keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota
3. Pengetahuan
dan membentuk identitas dan memper-
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tahankan saat terjadi stress seperti :
terjadi satelah orang melakukan pengindraan
a) Saling mengasuh, cinta kasih, keha-
pada suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
ngatan, saling menerima dan men-
Dari pengalaman dan penelitian ternyata
dukung antar anggota keluarga.
perilaku-perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada b) Saling menghargai ikatan dan iden-
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan tifikasi. Ikatan antar anggota keluarga
(Wawan, 2010). Dalam teori pembelajaran dikembangkan melalui proses iden-
Silberman (2006) cit Luthfiyah (2010), seseorang tifikasi dan penyesuaian pada aspek
dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit kehidupan anggota keluarga.
pertama pembelajaran, sedangkan dalam
2. Fungsi sosialisasi
sepuluh menit terakhir mereka hanya dapat
mengingat 20% materi pembelajaran. Adalah fungsi mengernbangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehi-
Pengetahuan diperoleh melalui indera
dupan sosial sebelum meninggalkan
pendengaran (telinga) dan indera penglihatan
rumah.Keluarga sebagai guru, mena-
(mata).Pengetahuan seseorang terhadap objek
namkan kepercayaan, nilai, sikap, me-
mempunyai intensitas atau tingkatan berbeda-
kanisme koping memberikan umpan
beda.Begitu juga pengetahuan keluarga dalam
balik, memberikan petunjuk dalam
merawat pasien RPK biasanya mempengaruhi
pemecahan masalah dan sosialisasi
keputusan keluarga dalam merawat pasien.
primer anak-anak yang bertujuan untuk
1) Tingkat pengetahuan membantu mereka menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan juga
sebagai penghargaan status anggota
keluarga.
Sari, N.P., & Istichomah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku ....” 29

3. Fungsi reproduksi 1. Anggota keluarga yang merawat pasien RPK


Keluarga berfungsi untuk mempertahan- yang berkunjung ke Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
kan generasi dan menjaga kelangsungan Soedjarwadi Klaten.
hidup masyarakat seperti keluarga me- 2. Keluarga pasien RPK yang bersedia menjadi
lahirkan anaknya. responden.
4. Fungsi ekonomi 3. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
Keluarga memiliki fungsi untuk meme- masih ada ikatan keluarga.
nuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
seperti kebutuhan akan makan, pakaian,
tahun 2014 selama satu bulan di Poli Jiwa RSJD
rumah.
Dr. RM. Soedjarwadi Klaten.Instrumen pene-
5. Fungsi keperawatan kesehatan litian yang digunakan berupa kuesioner
Keluarga berfungsi untuk melaksanakan tertutup. Instrumen ini terdiri empat bagian
pratek asuhan keperawatan yaitu untuk yaitu : bagaian pertama berisi permohonan
mencegah terjadinya gangguan kese- menjadi responden, bagian kedua pernyataan
hatan dan merawat anggota keluarga bersedia menjadi responden, bagian ketiga
yang sakit. biodata responden.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah penelitian eks- 1. Gambaran Umum RSJD Dr. RM.
perimen dengan desain penelitian one group Soedjarwadi Klaten
pre test - post test, yaitu penelitian eksperimen
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi merupakan salah
yang sudah dilakukan observasi pertama (pre
satu rumah sakit jiwa pemerintah Provinsi Jawa
test) sehingga penguji dapat menguji peru-
Tengah yang berlokasi di Jalan Ki Pandanaran
bahan-perubahan yang terjadi setelah adanya
KM.2 Klaten.RSJD Dr. RM. Soedjarwadi meru-
perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada
pakan rumah sakit tipe B yang memberikan
kelompok kontrol atau pembanding
pelayanan kesehatan terutama untuk kese-
(Handayani, 2011). Populasi dalam penelitian
hatan jiwa dan kesehatan masyarakat yang
ini adalah anggota keluarga yang merawat
bersifat umum bagi masyarakat Klaten maupun
pasien resiko perilaku kekerasan yang sedang
luar Klaten. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi bediri
berkunjung di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
sejak tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni
Soedjarwadi Klaten pada bulan Januari sampai
Orang Sakit Jiwa (KOSJ), dimana pasien semula
Desember tahun 2012 yakni berjumlah 235
berasal dari RSJ Mangunjayan Surakarta dan RSJ
pasien. 28
Keramat Magelang.
Pengambilan sampel sesuai dengan pen-
dapat Sugiyono (2011) penelitian eksperimen 2. Karakteristik Responden
yang sederhana atau menggunakan kontrol Responden dalam penelitian ini adalah
maka jumlah anggota sampel masing masing anggota keluarga yang merawat pasien RPK
antara 10 s/d 20.Metode pengambilan sampel yang berkunjung ke Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
dalam penelitian ini menggunakan metode Soedjarwadi Klaten. Pada bagian ini diuraikan
accidental sampling yakni semua responden distribusi karakteristik anggota keluarga yang
yang ditemui secara kebetulan sesuai dengan menjadi responden, meliputi : umur, pen-
kriteria.Pada saat penelitian sampel yang didikan, pekerjaan, penghasilan.
diperoleh sebanyak 30 orang. Kriteria res-
ponden dalam penelitian ini telah ditentukan
sebagai berikut :
30 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No. 01 Januari 2015

dalam kategori baik sebelum dan sesudah


diberikan pendidikan kesehatan tentang RPK.
Pada saat pre test ada 12 responden atau 40%
yang mempunyai pengetahuan baik dan me-
ningkat setelah diadakan post test yaitu 20
responden atau 66% yang mempunyai penge-
tahuan baik. Hal itu menunjukkan bahwa
adanya peningkatan jumlah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu meningkat
sebanyak 8 responden.
Berdasarkan diskripsi data pretes dan
protest di atas, maka dapat dilakukan per-
bandingan pada masing-masing nilai diskripsi
mean, median, dan modus. Hasil perbandingan
dapat diuraikan pada tabel 4.3 sebagai berikut ;
Perbandingan Pengetahuan Keluarga Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang
RPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten
Pada Bulan Mei Tahun 2014
Berdasarkan analisis data penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat diperoleh pem-
bahasan hasil tentang pengetahuan keluarga
sebagai berikut : Dari 30 responden diperoleh
umur terbanyak yaitu diatas 40 tahun sebesar
17 atau 57% dengan pendidikan terbanyak SMA Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
sebesar 12 orang atau 40%. Mayoritas res- terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan
ponden bekerja sebanyak 27 orang atau 90%, antara sebelum dan sesudah diberikan pen-
berpenghasilan >500.000 ada 20 orang atau 67%. dididkan kesehatan tentang RPK. Sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang RPK
(pre test) didapatkan rata-rata Cukup (64,83)
dengan standar deviasi sebesar 20,160. Setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang PRK
(post test) didapatkan rata-rata Baik (82,80)
dengan standar deviasi 21,381. Hal itu menun-
jukkan adanya peningkatan rata-rata sebesar
17,97. Selain itu juga ada peningkatan pada nilai
median, nilai modus, nilai minimal.
Perbedaan pengetahuan keluarga antara
sebelum dan sesudah dilakukannya pendidikan
kesehatan tentang RPK, sehingga dapat di-
buktikan ada tidaknya pengaruh pendidikan
kesehatan tentang RPK terhadap pengetahuan
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari
keluarga.
30 responden diperoleh hasil pengetahuan
Sari, N.P., & Istichomah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku ....” 31

Hasil Output SPSS Paired Sample T-Test pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang RPK di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Pada Mei 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui t hitung umumnya makin tinggi pendidikan sese-
sebesar 2,834 dengan t tabel 2,042 atau dengan orang makin mudah menerima informasi.
kata lain t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak
Pengaruh pendidikan terhadap perilaku
dan H diterima atau bisa ditarik kesimpulan
atau sikap seseorang yang ditunjukkan dari
ada perbedaan rata-rata pengetahuan antara
hasil pretest diatas juga sesuai dengan hasil
sebelum dan sesudah responden diberikan
penelitian dari Suryana (2012) yang menyim-
intervensi berupa pendidikan kesehatan
pulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
tentang resiko perilaku kekerasan. Hasil analisis
antara pendidikan kesehatan dengan peran
menunjukkan nilai P (sig 2-tailed) sebesar 0,008
keluarga dalam merawat pasien gangguan
yang dibandingkan dengan nilai sebesar 0,05.
jiwa di Klinik Keperawatan Jiwa RS Grahasia
Nilai P < nilai sehingga menunjukkan adanya
Provinsi DIY. Hal ini juga sesuai dengan
perbedaan rata-rata antara sebelum dan
penelitian Hastuti (2010) yaitu pendidikan
sesudah responden diberikan intevensi berupa
tentang obat yang mempengaruhi.
pendidikan kesehatan tentang resiko perilaku
kekerasan.Tanda negatif (-) pada t hitung kepatuhan seseorang untuk minum obat
menunjukkan bahwa harga pre test lebih kecil di Klinik Keperawatan RS Grahasia DIY.
dibandingkan harga post test. Umur terbanyak dalam pre test yaitu >40
tahun.Umur tersebut dalam teori tumbuh
1. Pengetahuan Keluarga Tentang RPK
kembang termasuk kategori dewasa me-
Sebelum Pendidikan Kesehatan
nengah sehingga bila diberikan intervensi
Pada data pre test nilai rata-rata penge- berupa pendidikan kesehatan tentang RPK
tahuan responden cukup (64,83). Res- pada umur tersebut dapat mengaplikasikan
ponden dengan tingkat pengetahuan baik dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori
40 %, cukup 30%, kurang 20%, tidak baik Huclok (1998) cit Wawan (2010), semakin
10%.Dari hasil tersebut didapatkan res- cukup umur, tingkat kematangan dan ke-
ponden dengan pengetahuan baik memiliki kuatan seseorang akan lebih matang dalam
latar belakang pendidikan SMA. Hal ini berfikir dan bekerja.
sesuai dengan teori Wawan (2010), pen-
Mayoritas pekerjaan responden adalah
didikan dapat mempengaruhi seseorang
wiraswasta, sehingga mereka tidak memiliki
termasuk juga perilaku akan pola hidup
waktu luang untuk belajar tentang resiko
terutama dalam memotivasi sikap untuk
perilaku kekerasan dan tidak dapat me-
berperan serta dalam pembangunan, pada
lakukan perawatan secara baik, sehingga
32 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No. 01 Januari 2015

sangat diperlukan adanya pendidikan kese- Pada data post test nilai rata-rata penge-
hatan tentang RPK.Hal ini sesuai dengan tahuan responden Baik (82,80). Responden
Wawan (2010) bahwa bekerja umumnya yang berpengetahuan baik 66 %, cukup 20%,
merupakan kegiatan yang menyita waktu. kurang 7%, tidak baik 7%.Dari post test yang
2. Pengetahuan Keluarga Tentang RPK dilakukan ada peningkatan jumlah per-
Setelah Pendidikan Kesehatan sentase dalam pengetahuan responden
pada kriteria dengan pengetahuan baik, hal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
responden terbanyak adalah keluarga pa- responden meningkat setelah diberikan
sien RPK yang berkunjung ke poli jiwa RSJD pendidikan kesehatan. Hasil post test ini
Dr. RM. Soedjarwadi Klaten pada kelompok sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007),
umur e” 40 tahun berjumlah 17 orang atau pengetahuan merupakan suatu informasi
sekitar 57%. Pada teori tumbuh kembang atau fakta yang diperoleh dari proses belajar
umur ini termasuk dalam kategori dewasa dan pengalaman, hal itu bisa didapat mela-
menengah sehingga dalam menerima pen- lui berbagai proses salah satunya dengan
didikan kesehatan tentang RPK, responden pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini
dapat mengambil keputusan dalam peme- pendidikan kesehatan dilakukan untuk
liharaan kesehatan pasien. Hal ini sesuai memberikan informasi dan pengetahuan
dengan Notoatmodjo (2010) yang menya- tentang RPK yang diharapkan dapat mem-
takan umur mempengaruhi bagaimana berikan pengalaman belajar pada res-
mengambil keputusan dalam pemeliharaan ponden.
kesehatannya, sedangkan menurut Huclok
(1998) cit Wawan (2010) semakin cukup 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
umur, tingkat kematangan dan kekuatan Tentang RPK Terhadap Pengetahuan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir Keluarga Dalam Merawat Pasien
dan bekerja. Data penelitian menunjukkan
bahwa responden terbanyak adalah ke- Berdasarkan analisis pengujian hipotesis
luarga pasien RPK dan berkunjung ke poli menggunakan bantuan program SPSS data
jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten ber- pre test dan post test, diperoleh hasil bahwa
pendidikan SMA ada 12 responden atau 40%. H diterima, maka dapat ditarik kesimpulan
Semakin tinggi pendidikan maka orang bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
tersebut dapat lebih mudah dalam mene- tentang RPK terhadap pengetahuan ke-
rima pendidikan kesehatan tentang RPK, hal luarga dalam merawat pasien di Poli Jiwa
ini sesuai dengan Wawan (2010), pendidikan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten.
dapat mempengaruhi seseorang termasuk
Analisis menggunakan Paired Sample T-
juga perilaku akan pola hidup terutama
Test untuk membandingkan nilai pre test
dalam memotivasi sikap untuk berperan
dengan nilai post test. Hasil pengujian
serta dalam pembangunan, pada umumnya
menunjukkan nilai P (sig 2-tailed) sebesar
makin tinggi pendidikan seseorang makin
0,008 yang dibandingkan dengan nilai
mudah menerima informasi.
sebesar 0,05. Nilai P < nilai sehingga
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
menunjukkan adanya perbedaan pengeta-
responden terbanyak yang bekerja ada 27
huan responden rata-rata antara sebelum
orang atau 90%.Orang yang bekerja me-
dan sesudah responden diberikan pendi-
mungkinkan untuk memperoleh informasi
dikan kesehatan tentang RPK.Hasil pene-
terbaru seluas-luasnya dari lingkungan kerja
litian juga menunjukkan pengetahuan
atau bisa bertukar pikiran dan pendapat
keluarga meningkat dari sebelum dila-
dengan banyak orang.
Sari, N.P., & Istichomah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Perilaku ....” 33

kukannya pendidikan kesehatan tentang pemberian informasi pengalaman belajar


RPK dibandingkan setelah diberikan pen- terhadap peningkatan pengetahuan res-
didikan kesehatan tentang RPK, peningkatan ponden.
pengetahuan itu dari 40% ke 66%.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan ten-
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tang RPK merupakan penyampaian informasi
adanya pengaruh pendidikan kesehatan sehingga mampu mempengaruhi penge-
tentang RPK terhadap pengatahuan keluarga tahuan keluarga dengan nilai t-Test 2,834 dalam
dalam merawat pasien RPK. Hal ini sejalan merawat pasien RPK.Pengetahuan keluarga
dengan teori pengetahuan Notoatmodjo mengenai RPK sangat diperlukan agar keluarga
(2007), bahwa pengetahuan merupakan dapat merawat pasien dengan benar.
suatu informasi atau fakta yang diperoleh
keempat berisi kuesioner pengetahuan
dari proses belajar dan pengalaman. 47
keluarga tentang RPK. Jumlah pertanyaan
Seseorang yang memperoleh informasi pada kuesioner pengetahuan keluarga
lebih banyak maka pengetahuannya se- tentang RPK adalah 18 pertanyaan.
makin luas.
KESIMPULAN
Pada penelitian Hastuti (2010) yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Tentang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat di dilaksanakan di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
Klinik Keperawatan Rumah Sakit Grhasia Soedjarwadi Klaten pada bulan Mei tahun 2013
Provinsi DIY” mendapatkan hasil responden dapat ditarik kesimpulan :
yang memiliki nilai baik pada saat pre test 1. Pengetahuan keluarga sebelum dilaku-
37 orang (59,7%), post test 47 orang (75,8%). kannya pendidikan kesehatan tentang
Data tersebut menunjukkan adanya pening- resiko perilaku kekerasan di Poli Jiwa RSJD
katan kepatuhan minum obat disebabkan Dr. RM. Soedjarwadi Klaten adalah Baik
pendidikan tentang obat, sehingga dapat (40%), Cukup (30%), Kurang (20%), Tidak
disimpulkan bahwa ada pengaruh pen- baik (10%).
didikan tentang obat terhadap kepatuhan
2. Pengetahuan keluarga setelah dilakukan-
minum Obat. Pada penelitian ini responden
nya pendidikan kesehatan tentang resiko
yang menunjukkan nilai baik saat pre test 12
perilaku kekerasan di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
orang (40%), post test 20 orang (66%). Data
Soedjarwadi Klaten adalah Baik (66%),
ini menunjukkan adanya peningkatan pe-
Cukup (20%), Kurang (7%), Tidak baik (7%).
ngetahuan responden setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. Jadi kedua penelitian 3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan ten-
ini memiliki persamaan hubungan variabel tang resiko perilaku kekerasan (RPK) ter-
yaitu : “Ada pengaruh pendidikan terhadap hadap pengetahuan keluarga dalam me-
sikap dan pengetahuan responden”. rawat pasien di Poli Jiwa RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi Klaten dengan nilai t-Test 2,834
Pengaruh pendidikan kesehatan ter-
dan signifikasi 0,008.
hadap pengetahuan responden yang ditun-
jukkan pada penelitian ini sebesar 26% juga DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan penelitian Suwarno (2014)
Anogara.(2007). Psikologi Kerja. Rineka Cipta.
bahwa Family Psychoeducation berpenga-
Jakarta.
ruh terhadap pengetahuan dan sikap ke-
luarga dalam merawat klien gangguan jiwa. Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pada kedua penelitian ini memiliki ke- Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
samaan yaitu adanya pengaruh positif Jakarta.
34 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 06 No. 01 Januari 2015

Handayani, Sri, Riyadi, Sujono. (2011). Pedoman Notoatmodjo, S. (2007).Kesehatan Masyarakat


Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Kesehatan.SIP. Yogyakarta. Jakarta.

Hastuti.(2010). Pengaruh Pendidikan Tentang Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan dan


obat Terhadap Kepatuhan Minum Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Obat di Klinik Keperawatan Rumah
Sakit Grhasia Provinsi DIY.Skripsi. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku
Stikes „Aisyiyah. Yogyakarta. Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Keliat, B., et al. (2010). Model Praktik Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Keperawatan Profesional Jiwa. Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
EGC. Jakarta.
Sirait, J. (2009). Peran Keluarga Terhadap
Luthfiyah, I. (2010). Penerapan Strategi Pananganan Penderita Skizofrenia
Pembelajaran Aktif Model Every Dengan Resiko Perilaku Kekerasan
One Is Teacher Here Untuk di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.
Meningkatkan Motivasi Belajar Skripsi. Universitas Gajah Mada.
Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Yogyakarta.
Sosiologi Madrasah Aliyah
Sugiyono.(2007). Statistika Untuk Penelitian.
Singosari Malang. Skripsi.UIN
Alfabeta. Bandung.
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Malang. Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Murwani, A. (2010). Asuhan Keperawatan
Bandung. 52
Keluarga. Fitramaya.Yogyakarta.

You might also like