You are on page 1of 10

Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Tn.

A Dengan Resiko Perilaku Kekerasan


Diruang Sorek Merapi Melalui Terapi Generalis

Febi Saputri
febisaputri01@gmail.com

ABSTRACT
Risk of Violent Behavior is a deviant behavior that harms oneself, others, and the environment which is characterized by
uncontrollable anger, commotion, and anxiety. harm yourself, others and damage the environment. Violent behavior can be caused
by several factors, both predisposing and precipitation factors, both of which can trigger violent behavior. Violent behavior occurs
because of repeated accumulation of frustration and due to individual desires that are not achieved or even fail, so that individuals
behave aggressively. The purpose of this writing is to provide psychiatric nursing care to Mr.R at the RSJ. Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan. The purpose of this writing is to provide mental nursing care to Mrs. P at PROF Hospital. M. ILDREM. The descriptive
writing method is a case study by conducting nursing care to patients with priority problems of risk of violent behavior with an
implementation strategy (SP). Data collection techniques were carried out using interview techniques, observation, and physical
examination. The nursing problem found in Mr. A is the risk of violent behavior with the management of deep breathing techniques
and hitting bed pillows, taking medication regularly, verbal communication: Assertive / talk well, spiritual. Suggestions in the
management of patients with violent behavior risk problems are expected with this research medical personnel can build a trusting
relationship with clients so that good communication can emerge and clients can express their problems so that the nursing process
is achieved, the role of the family to visit clients and care for clients while living alone and provide sufficient support and attention
to the client to accelerate the client's healing process.
Keywords: Risk of Violent Behavior, Mental Nursing Care, Impmentation Strategy

PENDAHULUAN
contoh psikosis adalah Skizofrenia (Malfasari et
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi yang al., 2020).
ditandai dengan gejala pola perilakuatau pola
psikologis yangdikaitkan dengan adanya rasa Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa
tidak nyaman disertai peningkatan resiko berat yang bersifat. Skizofernia merupakan
kematian yang menyakitkan, nyeri,cacat atau sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
sesuatu yang penting yang berkaitan dengan berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
kehilangan kebebasan pada dirinya. Gangguan berkomunikasi, merasakan, dan
jiwa dapat terjadi pada semua usia, namun mengekspresikan emosi, serta gangguan otak
masyarakat masih memiliki persepsi negatif yang ditandai dengan pikiran yang tidak teratur,
terhadap gangguan jiwa, mereka dianggap delusi, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede
sebagai orang yang kurang waras, sehingga 2021).
kehadiran pasien gangguan jiwa terjadi akibat
konstruksi pola pikir yang salah akibat Menurut WHO (2019) Skizofrenia merupakan
ketidaktahuan pada tindakan sehingga tidak gangguan mental berat dan kronis yang
membantu kesembuhan pasien gangguan jiwa menyerang 20 juta orang diseluruh dunia,
(Livana 2020). Gangguan jiwa dibedakan sedangkan Negara berkembang seperti Indonesia
menjadi dua yaitu gangguan mental emosional penderita gangguan jiwa menurut Riskesdas
dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa berat tahun 2019 penderita skizofrenia mengalami
dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu peningkatan sebesar 5,3% terutama untuk
skizofrenia berat seperti gangguan perilaku
hingga dengan pasung. Kasus tertinggi terdapat di keinginan individu yang tidak tercapai atau
Provinsi Bali 11,1% dan nomor dua disusul oleh bahkan gagal, sehingga individu berperilaku
Provinsi DI Yogyakarta 10,4%, NTB 9,6%, agresif (Pitiyanti 2020).
Provinsi Sumatera Barat 9,1%, Provinsi Sulawesi
Selatan 8,8%, Provinsi Aceh 8,7%, Provinsi Jawa Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi
Tengah 8,7%, Provinsi Sulawesi Tengah 8,2%, gejala perilaku kekerasan yaitu dengan
Provinsi Sumatera Selatan 8%, Provinsi memberikan tindakan asuhan keperawatan.
Kalimantan Barat 7,9%. Sedangkan Provinsi Bentuk asuhan keperawatan tersebut yaitu terapi
Sumatera Utara berada pada posisi ke 21 generalis SP 1 sampai SP 4 (Wandira, 2021).
(Kemenkes, 2019). Berdasarkan Survei awal pada pembuatan askep
pada skizofrenia ini dilakukan di Rumah Sakit
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat Jiwa Prof.DR.M. Ildrem Medan dengan pasien
berakhir dengan hilanngya dengan nyawa resiko perilaku kekerasan dengan pasien nama
seseorang. Dalam penanganan penyakit ini inisial Tn.A, klien datang ke rumah sakit jiwa di
karena jiwa yang tergangangu maka di butuhkan bawa kakak klien karena awalnya klien sering
adalah terapi, rehabilitasi serta dengan marah, membanting barang yang ada di rumah,
konseling. Upaya terbesar untuk penangan dan sklien juga memukul salah satu keluarga
penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga yang di sekitar rumah klien.
dan masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik
adalah bentuk dukungan keluarga dalam METODE
mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia. Metode penulisan penggunakan pendekatan studi
Tanda dan gejala yang timbul akibat skizofrenia kasus dengan menggunakan 5 tahap proses
berupa gejala positif dan negatif seperti perilaku keperawatan, yaitu: Pengkajian keperawatan,
kekerasan (Pardede,2020). diagnose keperawatan, perencanaan
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu keperawatan. Tindakan keperawatan yang
respon marah yang diespresikan dengan dilakukan menggunakan terapi generalis yaitu
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri strategi pelaksanaan 1-4.
maupun orang lain. Pada aspek fisik tekanan
darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan Subjek yang akan digunakan dalam studi kasus
meningkat, marah, mudah tersinggung adalah satu orang pasien dengan masalah
mengamuk dan bisa mencederai diri sendiri perilaku kekerasan di RSJ Prof. Dr. Muhammad
Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis afektif, Ildrem Medan. Waktu pelaksanaan dimulai dari
hingga perilaku dan sosial hingga menyebabkan tanggal 16 Januari 2023 - 4 Februari 2023.
resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data Pengumpulan data menggunakan wawancara,
tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan observasi dan studi dokumentasi.
sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang
menunjukkan resiko perilaku kekerasan HASIL
sanggatlah tinggi (Pardede, 2020). Hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. A (39
tahun). Pasien masuk ke di RSJ pada tanggal 15
Perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh desember 2023 dengan diagnosis medis
beberapa faktor baik factor predisposisi ataupun Skizofrenia. Saat dilakukan pengkajian tanggal 16
presipitasi yang keduanya dapat memicu Januari 2023, pasien mengatakan bahwa ia
terjadinya perilaku kekerasan. Perilaku dirawat di RSJ karena sering mendengar suara,
kekerasan terjadi karena adanya hasil suka marah-marah,gelisah,dan klien mengatakan
akumulasi frustasi yang berulang dan dikarenakan pernah memukul keluarganya.dan pasien
mengtakan pasien kalau marah matanya merah topik pembicaraan dan afek pasien sesuai dengan
dan melotot. stimulus yang ada. Saat dikaji pasien kooperatif
dan bisa diajak bicara tetapi tatapan tajam.
Faktor predisposisi, Klien sebelumnya pernah di Sedangkan untuk data objektif, pasien tatapan
rawat di rsj 1 tahun yang lalu, kembali lagi karena tajam saat memandang orang lain dan pasien juga
tidak rutin kontrol dan tidak patuh minum obat kadang -kadang terlihat mondar mandir dan
serta diberikan obat Risperidone 2 mg dan gelisah klien juga kadang tidak mau diajak bicara.
Clozapine 25 mg dan pulang ke rumah dalam
keadaan tenang, dirumah klien tidak rutin minum Pasien juga mengatakan malu berada di RSJ. Dan
obat karena tidak mau minum obat. Hasil merasa hidupnya sudah tidak berguna. Setelah
penelitian Pardede (2020) menunjukkan bahwa dilakukan pengkajian, adapun diagnosa
Mayoritas 71 responden (61,2%) patuh dalam hal keperawatan yang ditegakkan sebagai berikut:
ketika minum obat, dan 45 responden (38,8%) Risiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Persepsi
tidak patuh dalam minum obat. Dengan membawa Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Harga diri
berobat setiap bulan secara rutin mereka rendah kronik.
berharap bahwa pasien akan sembuh dan dapat
menjalani hari-hari dengan orang normal biasanya
tanpa memberikan rasa taku kepada orang lain Intervensi Keperawatan yang diberikan pada Tn.A
dalam hal ketika menjalani waktu bersama seperti pada tanggal 19 januari 2023 jam 10.00 dengan
bekerja dan bersosialisasi dengan orang lain. menggunakan strategi pelaksanaan (SP1-4).
Diagnosa resiko perilaku kekerasan, dilakukan
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada strategi pelaksanaan (1) dimana tanda dan
yang memiliki gangguan jiwa, hanya dirinya saja. gejalanya pasien mengatakan pernah memukul
Pasien mengatakan trauma dipukuli oleh ayahnya orang disekitarnya, mudah marah, mudah
dan ayahnya melakukan KDRT pada ibunya tersinggung,tatapan tajam, nada suara pasien
sehinnga orangtuanya memilih bercerai, setelah tinggi,sering memakasakan kehendak dan
itu klien mulai menunjukan gangguan jiwa sering tampak mengepalkan tangan Setelah diterapkan
marah-marah,tidak bergabung dengan orang lain, tindakan keperawatan (SP1) yaitu Mengontrol
ada mendengar suara -suara, klien pernah risiko perilaku kekerasan dengan cara :Tarik
memukul salah satu dari keluarga. nafas dalam. Pukul kasur bantal
RTL : Sp2 Risiko Perilaku Kekerasan: Mengontrol
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan risiko perilaku kekerasan dengan minum obat
kelompok/masyarakat. Pada saat di RSJ, klien secara teratur.
juga tidak mengikuti kegiatan seperti senam dan Evaluasi: setelah melakukan tindakan
aktivitas kelompok, klien hanya melakukan keperawatan tersebut maka evaluasi yang
kegiatan membersihkan tempat tidur dan mencuci diharapkan Pasien mampu melakukan latihan
piring. Pasien berbicara lancar dan dan mampu fisik tarik nafas dalam dengan mandiri 3x1 dan
melakukan aktivitas fisik. Pasien tampak gelisah Pasien mampu pukul kasur bantal dengan
dan tegang jika diungkit masa lalunya tentang mandiri 3x1.
orang tuanya. Tidak ada alam perasaan spesifik
karena kadang pasien tampak biasa saja, kadang Pada Jumat (20 januari 2023) dilakukan strategi
merasa sedih karena ingin segera pulang bertemu pelaksanaan (2) dimana tanda dan gejalanya
ibunya. pasien mengatakan pernah memukul orang
disekitarnya,mudah marah, mudah
Saat dikaji kontak mata pasien melotot ketika tersinggung,tatapan tajam, nada suara pasien
diajak bicara kadang nada keras dan sesekali tinggi,sering memakasakan kehendak dan
menunduk. Proses pikir pasien sesuai dengan tampak mengepalkan tangan. Setelah diterapkan
tindakan keperawatan (SP 2) meminum obat motivasi, pada wawancara pasien sudah
secara teratur . menjawab pertanyaan dengan baik, pasien
RTL: Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan Komunikasi mampu berdoa secara mandiri.
secara verbal:Asertif / bicara baik-baik.
Evaluasi dari strategi pelaksanaan tersebut Kemudian dilanjutkan dengan diagnose halusinasi
pasien mampu latihan tarik nafas dalam 3x/hari. pendengaran. Pada hari selasa (24 januari 2023)
Latihan pukul Kasur bantal 3x/hari minum obat dilakukan strategi pelaksaan (SP 1) dimana tanda
secara teratur risperidone 2x1,clozapine 1x1. dan gejalanya pasien berbicara sendiri,sering
mendengar suara-suara yang menyuruhnya
Sabtu (21 januari 2023) jam 11.00 wib pada melakukan hal-hal berbahaya. Dan mengatakan
diagnose resiko perilaku kekerasan dengan tanda sulit tidur kadang tertawa sendiri tindakan
dan gejala pernah memukul orang keperawatan (SP 1) yaitu Mengidentifikasi isi,
disekitarnya,mudah marah, mudah frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
tersinggung,tatapan tajam, nada suara pasien perasaan dan respon halusinasi. Mengontrol
tinggi,sering memakasakan kehendak dan halusinasi dengan cara menghardik.
tampak mengepalkan tangan. Dilakukan strategi RTL: Sp2: Mengontrol halusinasi dengan
pelaksanaan SP (3) yaitu Komunikasi secara minum obat secara teratur.
verbal assertif/ berbicara baik-baik . Evaluasi: Pasien mampu mengidentifikasi isi,
RTL:Sp (4) Spiritual. frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
setelah melakukan strategi pelaksanaan (3) resiko perasaan dan respon halusinasi 3x sehari. Pasien
perilaku kekerasan Pasien mampu melakukan mampu melakukan cara menghardik dengan
latihan fisik tarik nafas dalam dengan mandiri. bantuan 3x sehari.
Pasien mampu pukul kasur bantal dengan
mandiri. Pasien mampu minum obat secara
teratur dengan mandiri. Pasien mampu melakukan Pada hari rabu (25 Januari 2023) dilakukan
komunikasi secara verbal : asertif/bicara baik- strategi pelaksanaan (2) dimana tanda dan
baik dengan motivasi, pada wawancara pasien gejalanya pasien pasien berbicara sendiri,sering
sudah menjawab pertanyaan dengan baik. mendengar suara-suara yang menyuruhnya
melakukan hal-hal berbahaya. Dan mengatakan
Pada hari senin (23 Januari 2023) dilakukan sulit tidur kadang tertawa sendiri. Setelah
strategi pelaksanaan (4) dimana tanda dan dilakukan tindakan keperawatan (SP2) yaitu
gejalanya pasien mengatakan pernah memukul Mengontrol halusinasi dengan minum obat secara
orang disekitarnya,mudah marah, mudah teratur .
tersinggung,tatapan tajam, nada suara pasien RTL: Sp 3: Mengontrol halusinasi dengan
tinggi,sering memakasakan kehendak dan bercakap-cakap dengan orang lain.
tampak mengepalkan tangan. Setelah diterapkan Evaluasi:
tindakan keperawatan (SP 4) yaitu spiritual. Pasien mampu mengidentifikasi isi, frekuensi,
RTL: SP 1 : Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan dan
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon respon halusinasi 3x sehari. Pasien mampu
halusinasi. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan cara menghardik dengan motivasi 3x
menghardik. sehari. Pasien mampu menyebutkan nama obat,
Evaluasi Pasien mampu melakukan latihan fisik fungsi dan jadwal minum obat dengan benar dan
tariknafas dalam dengan mandiri. Pasien mampu mandiri risperidone 2x1, clozapine 1x1 .
pukul kasur bantal dengan mandiri. Pasien
mampu minum obat secara teratur dengan Pada hari kamis (26 Januari 2023) untuk diagnosa
mandiri. Pasien mampu melakukan komunikasi halusinasi pendengaran. Jam 16.00 wib dengan
secara verbal : asertif/bicara baik-baik dengan tanda dan gejala pasien berbicara sendiri,sering
mendengar suara-suara yang menyuruhnya mengatakan tidak berguna karena gagal menjadi
melakukan hal-hal berbahaya. Dan mengatakan anak yang baik untuk orangtuanya Klien tampak
sulit tidur kadang tertawa sendiri. Strategi murung dan sedih ,Klien tampak tidak
pelaksanaan (3) yaitu mengontrol halusinasi bersemangat ,Klien lebih senang menyendiri
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. ,Saat di tanya tentang perasaannya klien sedih
RTL: Sp 4 :mengontrol halusinasi dengan dan terdiam. Strategi pelaksanaan (1) yaitu
melakukan kegiatan yang terjadwal. mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki.
Evaluasi : Pasien mampu mengidentifikasi isi, RTL:Sp 2 : Menilai kemampuan yang dapat
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, digunakan, Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
perasaan dan respon halusinasi. Pasien mampu kemampuan, Melatih kegiatan sesuai
melakukan cara menghardik dengan motivasi. kemampuan yang dipilih 1.
Pasien mampu menyebutkan nama obat, fungsi Evaluasi : Pasien mampu mengenali mengidentifikasi
dan jadwal minum obat dengan benar danmandiri kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
risperidone 2x1, clozapine 1x1. Pasien mampu
minum obat secara teratur dengan motivasi.
Pada senin (30 Januari 2023) jam 15.40 wib tanda
Pasien mampu bercakap cakap dengan orang
dan gejala Klien tampak gelisah dan bingung, dan
lain.
tampak sedih saat di tanya perasaannya ,Klien
Jumat (27 Januari 2023) jam 15.00 wib dengan. merasa malu karena mempunyai sakit gangguan
Strategi pelaksanaan (4) tanda dan gejalanya jiwa , Klien mengatakan tidak berguna karena
pasien pasien berbicara sendiri,sering mendengar gagal menjadi anak yang baik untuk orangtuanya
suara-suara yang menyuruhnya melakukan hal- Klien tampak murung dan sedih ,Klien tampak
hal berbahaya. Dan mengatakan sulit tidur kadang tidak bersemangat ,Klien lebih senang
tertawa sendiri. Setelah dilakukan tindakan menyendiri ,Saat di tanya tentang perasaannya
keperawatan (SP 4) yaitu mengontrol halusinasi klien sedih dan terdiam.strategi pelaksanaan (2)
dengan melakukan kegiatan terjadwal. yaitu Menilai kemampuan yang dapat digunakan ,
Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
RTL: Sp1 : Harga diri rendah mengidentifikasi kemampuan, Melatih kegiatan sesuai
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki. kemampuan yang dipilih 1.
Evaluasi : Pasien mampu mengidentifikasi isi, RTL: Sp 3 : melatih kegiatan sesuai dipilih 2.
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, Evaluasi : Pasien mampu mengenali
perasaan dan respon halusinasi. Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
melakukan cara menghardik dengan motivasi. yang dimiliki pasien. Pasien mampu melakukan
Pasien mampu menyebutkan nama obat, fungsi kegiatan sesuai kemampuan yaitu menyapu
dan jadwal minum obat dengan benar danmandiri dengan motivasi 3x sehari.
risperidone 2x1, clozapine 1x1. Pasien mampu
minum obat secara teratur dengan motivasi. Pada hari selasa (31 Februari 2023) tanda dan
Pasien mampu bercakap cakap dengan orang gejala Klien tampak gelisah dan bingung, dan
lain. Pasien mampu membuat kegiatan terjadwal tampak sedih saat di tanya perasaannya ,Klien
dan melakukannya dengan bantuan. merasa malu karena mempunyai sakit gangguan
jiwa , Klien mengatakan tidak berguna karena
Pada hari sabtu (28 Januari 2023) untuk diagnose gagal menjadi anak yang baik untuk orangtuanya
harga diri rendah kronik dilakukan strategi Klien tampak murung dan sedih ,Klien tampak
pelaksanaan (1) dengan tanda dan gejala Klien tidak bersemangat ,Klien lebih senang
tampak gelisah dan bingung, dan tampak sedih menyendiri ,Saat di tanya tentang perasaannya
saat di tanya perasaannya ,Klien merasa malu klien sedih dan terdiam. Strategi pelaksanaan (3)
karena mempunyai sakit gangguan jiwa , Klien
melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih (Pardede, 2020) dengan data Data Subjek :
2. Pasien suka membentak dan menyerang orang
RTL: Sp 4: melatih kegiatan sesuai kemampuan lain. Dan data Objektif : Mata melotot/pandangn
yang dipilih 3. tajam. Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
Evaluasi : Pasien mampu mengenal Suara keras, Bicara kasar, ketus. Agresif dan mau
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif merusak lingkungan.
yang dimiliki pasien. Pasien mampu melakukan
kegiatan sesuai kemampuan yaitu menyapu Pada pengkajian berikutnya pasien mengatakan
dengan motivasi 3x sehari. Pasien mampu bahwa dia mendengar suara aneh yang
melakukan kegiatan sesuai kemampuan yaitu mengatakan bahwa dia disuruh untuk memukul
membersihkan tempat tidur dengan motivasi 3x anaknya. Disini sudah didapatkan kesesuaian
sehari. antara kasus dan konsep teori dimana pasien
mendengar suara-suara. Dalam (Andri et al.,
Pada hari selasa (1 Februari 2023) tanda dan 2019) dikatakan halusinasi merupakan keadaan
gejala Klien tampak gelisah dan bingung, dan hilangnya kemampuan individu dalam
tampak sedih saat di tanya perasaannya ,Klien membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
merasa malu karena mempunyai sakit gangguan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
jiwa , Klien mengatakan tidak berguna karena persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa
gagal menjadi anak yang baik untuk orangtuanya adanya objek atau rangsangan yang nyata.
Klien tampak murung dan sedih ,Klien tampak Contohnya klien mendengar suara padahal tidak
tidak bersemangat ,Klien lebih senang ada orang yang berbicara. Gejala gangguan jiwa
menyendiri ,Saat di tanya tentang perasaannya klien mengalami perubahan persepsi sensori yaitu
klien sedih dan terdiam. Strategi pelaksanaan (4) merasakan sensori palsu berupa suara,
melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih penglihatan, pengecapan atau penghiduan.
3.
Evaluasi: Pasien mampu mengenali
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif Pada pengkajian berikutnya pasien mengatakan
yang dimiliki pasien. Pasien mampu melakukan malu dirawat dirumah sakit jiwa, dan merasa
kegiatan sesuai kemampuan yaitu menyapu dirinya tidak berguna. Kasus ini sesuai dengan
dengan motivasi 3x sehari. Pasien mampu teori menurut (Rahayu et al., 2019) dikatakan
melakukan kegiatan sesuai kemampuan yaitu disana gejala yang tanpak pada kasus harga diri
mencuci piring dengan motivasi 3x sehari. rendah kronik yaitu secara afektif pasien merasa
rendah diri, merasa takut dan malu, secara
perilaku pasien menunjukkan pasif dan tidak
PEMBAHASAN responsif, kehilangan inisiatif dan sulit
Setelah penulis melaksanakan asuhan mengambilan keputusan
keperawatan kepada Tn.A dengan resiko perilaku
kekerasan Pada saat melakukan pengkajian Diagnosa keperawatan yang ditemukan dan teori
didapatkan hasil pasien di bawa kerumah sakit yang telah dijelaskan diatas, bahwa berdasarkan
jiwa karena selama dirumah dia memukul orang pohon masalah core problem yaitu risiko perilaku
disekitar sering marah-marah lalu pada saat kekerasan, gangguan persepsi sensori dan harga
wawancara dilakukan pasien tanpak menjawab diri rendah kronik. Dalam pohon masalah di
pertanyaan dengan nada keras sulit diajak jelaskan bahwa yang menjadi Core Problem
berbicara baik, mata melotot kearah penulis dan adalah risiko perilaku kekerasan, etiologinya yaitu
tangan terlihat mengepal keras. Hal ini sesuai harga diri rendah kronik kronik kronis, dan sebagai
dengan teori tanda dan gejala pasien dengan efek yaitu risiko menciderai diri sendiri, orang lain,
diagnose risiko perilaku kekerasan dalam
maupun lingkungan. Pada kasus Tn.A didapatkan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari–
halusinasi sebagai Diagnosa ditemukan hari.

Pada tahap intervensi penulis hanya menyusun Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
rencana tindakan sesuai dengan masalah dan sebelum diberikan intervensi dapat diketahui
prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan rendahnya pengetahuan pasien dalam
dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien menghardik halusinasi, keuntungan mempunyai
berdasarkan analisis data dan diagnosa teman dan cara perawatan diri. Hasil penelitian ini
keperawatan. pada tahap ini tidak ada sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kesenjangan yang didapat penulis. Secara teoritis Santi (2021) bahwa kemampuan pasien dalam
digunakan cara strategi pelaksanaan sesuai mengontrol halusinasi menurut di pengaruhi oleh
dengan diagnose saat pengkajian yang muncul. faktor internal seperti sejauh mana pemahaman
SP risiko perilaku kekerasan.: Mengontrol pasien mengenai halusinasi. seperti pasien
Perilaku Kekerasan dengan Tarik nafas dalam mampu mengenai halusinasinya sendiri, pasien
dan Pukul kasur bantal ,Mengontrol risiko perilaku memiliki untuk sembuh, keterbukaan pasien
kekerasan dengan minum obat secara terartur. menyampaikan isi halusinasi atau apa yang
Komunikasi secara verbal assertif/berbicara baik- pasien alami, dan respon atau sikap pasien dalam
baik, Setelah diberikan asuhan keperawatan menghadapi halusinya apabila muncul. Selain
dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan faktor internal, peneliti juga menerangkan adanya
pasien mengalami penurunan tanda dan gejala faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan
risiko perilaku kekerasan pada klien setelah mengontrol pasien seperti pengetahuan dan
dilakukan tindakan keperawatan. Hal ini sejalan dukungan yang ada pada keluarga pasien,
dengan penelitian dapat mengurangi risiko lingkungan tempat tinggal pasien, dan asuhan
perilaku kekerasan dengan mengalihkan focus keperawatan. Pengendalian halusinasi yang
terhadap risiko perilaku kekerasan. dapat diterapkan pada pasien yakni menghardik,
bercakap-cakap, berkegiatan sesuai jadwal yang
Diagnose keperawatan Halusinasi Pendengaran telah dibuat, dan mengonsumsi obat secara
strategi pelaksanaan gangguan persepsi sensori: teratur (Waruwu, 2022). Setelah dilakukan strategi
Halusinasi :Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu pelaksanaan pada pasien halusinasi pasien
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon sudah bisa mengendalikan halusinasi saat
halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan cara halusinasi dating.
menghardik, Mengontrol halusinasi dengan
makan obat teratur, Mengontrol halusinasi
dengan bercakap - cakap dengan orang lain, Diagnosa keperawatan jiwa Harga Diri Rendah
Mengontrol halusinasi dengan melakukan Strategi pelaksanaan harga diri rendah kronik
kegiatan terjadwal. kronik : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki, Menilai kemampuan yang
Respons afektif pada klien Tn.A dengan dapat digunakan, Menetapkan/memilih kegiatan
halusinasi pendengaran adalah merasa sedih, sesuai kemampuan, Melatih kegiatan sesuai
menangis tanpa sebab, teriak-teriak dan merasa kemampuan yang dipilih satu, Melatih kegiatan
tertekan atau deperesi. Hal ini sejalan dengan sesuai kemampuan yang dipilih dua, Melatih
penelitian Rahayu & utami (2019) perilaku klien kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih tiga.
dengan halusinasi pendengaran adalah tidak
mampuan untuk berkomunikasi atau mengenali
realitas yang menimbulkan kesukaran dalam Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti
kemampuan seseorang untuk berperan terhadap harga diri pada pasien skizofrenia
dengan harga diri rendah di RSJ Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan didapatkan kehilangan
rasa percaya diri, pesimis, dan tidak berharga di Atmojo, B. S. R., & Purbaningrum, M. A. (2021).
kehidupan. Setelah diberikan intervensi Literature Review: Penerapan Latihan
keperawatan menggunakan strategi pelaksanaan Kemampuan Positif Terhadap
terlihat peningkatan harga diri pasien skizofrenia. Peningkatan Harga Diri Rendah Pada
Hal ini sejalan dengan penelitian Atmojo (2021) Klien Yang Mengalami Skizofrenia
bahwa pasien skizofrenia dengan harga diri Dengan Gangguan Konsep Diri Harga Diri
rendah dapat membina hubungan saling percaya, Rendah. Nursing Science Journal
klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan (NSJ), 2(1), 55-62.
bantuan perawat, klien dapat melaksanakan https://doi.org/10.53510/nsj.v2i1.63
perawatan diri secara mandiri. Setelah melakukan Darman, M., Silaen, P. E., Manulang, C., Waruwu,
strategi pelaksanaan harga diri rendah kronik A. M., Putri, N., & Pardede, J. A. (2022,
maka pasien tampak lebih senang,dan sudah bisa April 9). Application of Group Activity
menerima bahwa ia dirawat di RSJ. Therapy in Schizophrenic Patients with
Risk Problems of Violent Behavior.
https://doi.org/10.31219/osf.io/bx3gu
SIMPULAN Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar,
Skizofernia merupakan keadaan seseorang RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI
mengalami perubahan dalam pola dan jumlah Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor
stimulasi yang di prakarsai secara internal atau Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
eksternal disekitar dengan pengurangan Risiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon Keperawatan Jiwa, 2(3), 149- 156.
terhadap setiap stimulasi. Faktor-faktor yang https://doi.org/10.32584/jikj.v2i3. 226
mampu mempengaruhi kekambuhan penderita Livana, P. H., Daulima, N. H. C., & Mustikasari, M.
skizofrenia dengan halusinasi meliputi ekspresi (2020). Karakteristik Keluarga Pasien
emosi keluarga yang tinggi, pengetahuan Gangguan Jiwa yang Mengalami
keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan Stres. Jurnal Ners Widya Husada, 4(1), 27-
kesehatan, penghasilan keluarga dan kepatuhan 34.
minum obat pasien skizofrenia. Intervensi https://doi.org/10.33666/jners.v4i1.299
keperawatan dengan terapi generalis sangat Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi,
efektif diberikan pada pasien dengan resiko R. (2020). Analisis tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori perilaku kekerasan pada pasien
halusinasi pendengaran, dan harga diri rendah skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan
kronik. Hal ini ditandai dengan penurunan tanda
Jiwa, 3(1),65-74.
gejala resiko perilaku kekerasan, halusinasi
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478
pendengaran dan harga diri rendah kronis pada
klien setelah diberikannya tindakan keperawatan Nazara, R., & Pardede, J. A . (2022) Application of
dengan terapi generalis yaitu strategi Generalist Therapy in Providing Mental
pelaksanaan (SP 1-4). Nursing Care Among Schizophrenic
Patients with Violent Behavior Risk
DAFTAR PUSTAKA Problems: A Case Study.
Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., https://osf.io/q6fv7/download
& Utama, D. A. (2019). Implementasi Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R.
Keperawatan dengan Pengendalian Diri (2020). The Symptoms of Risk of Violence
Klien Halusinasi pada Pasien Skizofrenia. Behavior Decline after Given Prgressive
Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 146–155. Muscle Relaxation Therapy on
https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922 Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100. https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i10.1
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534 1153
Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability Pardede, J. A. (2020). Beban keluarga
to Interact With Schizophrenic Patients berhubungan dengan koping saat merawat
through Socialization Group Activity pasien halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Therapy International Journal of Jiwa, 3(4), 445-452..
Contemporary Medicine, 9(1), 7. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925 Pardede, J. A. (2020). Beban keluarga SP 1-4
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronis
(2020).Beban dengan Koping Keluarga Pada Penderita Skizofrenia.
Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang https://osf.io/y52rh/download
Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi
Kesehatan, 11(2), 189-196. Penyakit Skizofrenia Dalam Rangka
http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106 Mengurangi Stigma Negatif Warga di Desa
Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance Tambakmas Kebonsari-Madiun. Journal of
and Aommitment Therapy and Health Community Engagement in Health,
Education Adherence to Symptoms, Ability 3(2),300-303.
to Accept and Commit to Treatment and https://doi.org/10.30994/jceh.v3i2.83
Compliance in Hallucinations Clients Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H.
Mental Hospital of Medan, North (2019). Perubahan Tanda Gejala dan
Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30- Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah
35. Kronis Setelah Latihan Terapi Kognitif dan
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Psikoedukasi Keluarga. Journal
Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia Educational of Nursing (Jen), 2(1), 39-51.
Meningkat Setelah Diberikan Acceptance
https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.10
And Commitment Therapy dan Pendidikan
Rahayu, P. P., & Utami, R. (2019). Hubungan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Lama Hari Rawat Dengan Tanda Dan
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
Gejala Serta Kemampuan Pasien Dalam
https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.419
Mengontrol Halusinasi. Jurnal
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A.
Keperawatan Jiwa, 6(2), 106-115.
(2021). Self-Efficacy Dan Peran Keluarga
https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.106-
Berhubungan Dengan Frekuensi
115
Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal
Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E.,
Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
Aisah, S., & Hidayati, E. (2021). Perawatan
https://Doi.Org/10.32584/Jikj.V4i1.846
halusinasi, dukungan keluarga dan
Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing
kemampuan pasien mengontrol halusinasi:
Symptoms of Risk of Violent Behavior in
literature review. Jurnal Keperawatan dan
Schizophrenia Patients Through Group
Kesehatan Masyarakat Cendekia
Activity Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan
Utama, 10(3), 271-284.
Jiwa, 3(3), 291-300.
https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621
Wandira, S. A., Alfianto, A. G., & Ulfa, M. (2022).
Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R.
Terapi Ners Generalis: Sesi 1 Pada Klien
H. (2020). The Effects of Cognitive Therapy
Dengan Kekambuhan Risiko Perilaku
on Changes in Symptoms of Hallucinations
Kekerasan Dengan Pendekatan Teori
in Schizophrenic Patients. Indian Journal of
Peplau: Laporan Kasus. Jurnal Kesehatan
Public Health Research & Development,
Hesti Wira Sakti, 10(1), 35-42.
7(11),2696–2701.
https://doi.org/10.47794/jkhws.v10i1.361
Waruwu, Y. D. (2022). Manajemen Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. I Dengan
Masalah Halusinasi Pendengaran: Studi
Kasus. https://osf.io/h4j3q/downloa
https://doi.org/10.47794/jkhws.v10i1.361
WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from.
https://www.who.int/newsroom/factsheets/
%20detail/schizophrenia

You might also like