You are on page 1of 14

7

Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama


dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia
Religious Based Social Services on
Rehabilitation of Schizophrenic Patients
Soetji Andari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS),
Jl. Kesejahteraan Sosial No.1, Sonosewu, DIY. Telpon (0274) 377265. HP. +6285643916275.
E-mail: soetjiandari@gmail.com. Diterima 6 Mei 2017, diperbaiki 17 Juli 2017, disetujui 21 Agustus 2017

Abstract

Schizophrenia is a complex mental disorder in which a person experiences


difficulties in thought processes leading to hallucinations, delusions, thought disorder. Treatment
committed on persons with schizophrenia after three months of therapy at the rehabilitation center
sufisti- psychiatric hospital, made their conditions become better, which was originally
their behavior unstable with often talking to himself, then gradually recovered. This research is a qualitative
descriptive through observation in one of the Boarding Schools in Demak which handles clients with schizophrenia.
Interviews and observations on 37 clients conducted with a wide range of
backgrounds problems. Of the 255 clients who are in rehab
cottage “Nurussalam”. Healing Model conducted by boarding ngepreh is an alternative treatment method with Hydro
Therapy Method (religious therapy and herbal therapy) for clients with schizophrenia, the healing is still relatively rare
and worth replicated elsewhere. The family as a supporter of healing have a strong conviction to help heal patients with
psychotic disorders, other than that there is cooperation between the therapist and the client, the desire of the client to
heal, an atmosphere of togetherness with affection and kinship. The amount of family support clients, greatly help in the
smooth process of healing.

Keywords: support; family; schizophrenia patients

Abstrak

Skizofrenia merupakan suatu gangguan kejiwaan kompleks saat seseorang mengalami kesulitan dalam proses
berpikir sehingga menimbulkan halusinasi, delusi, dan gangguan berpikir. Pengobatan yang dilakukan terhadap
penyandang skizofrenia setelah tiga bulan mendapat terapi sufistik di panti rehabilitasi sakit jiwa, kondisinya menjadi
lebih baik, yang semula tingkah-lakunya labil dengan sering bicara sendiri, kemudian berangsur-angsur pulih.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dilakukan melalui observasi di salah satu Pondok Pesantren di
Demak, yang menangani penderita skizofrenia. Wawancara dan observasi dilakukan terhadap 37 penderita dengan
berbagai macam latar belakang masalah, dari 255 orang penderita yang berada di panti rehabilitasi pondok
“Nurussalam”. Model penyembuhan yang dilakukan oleh pondok pesantren ngepreh adalah cara pengobatan alternatif
dengan metode Hydro Therapy (terapi religi dan terapi herbal) bagi penderita skizofrenia, tergolong masih langka dan
layak direplikasi di tempat lain. Keluarga sebagai pendukung penyembuhan memiliki keyakinan kuat untuk membantu
menyembuhkan penderita gangguan psikosis, ada kerja sama antara terapis dan penderita, adanya keinginan dari
penderita untuk sembuh, suasana kebersamaan dengan penuh kasih sayang dan kekeluargaan. Besarnya dukungan
keluarga penderita, sangat membantu dalam kelancaran proses
penyembuhan. A. Pendahuluan
Skizofrenia adalah gangguan psikotik
Kata kunci: Dukungan; keluarga; Penderita
skizofrenia
yang ditandai dengan gangguan utama dalam
pikiran, emosi dan perilaku pikiran yang
terganggu, berbagai pikiran tidak berhubung
secara logis; persepsi dan perhatian yang

195
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul
berbagai gangguan aktivitas motorik yang pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut
bizarre. Pasien skizofrenia menarik diri dari perubahan pada segi fisik, psikologis dan
orang lain dan kenyataan, sering sekali masuk sosialbudaya (Irawan, 2013). Skizofrenia pada
ke dalam kehidupan fantasi yang penuh lansia angka prevalensinya sekitar 1 persen dari
delusi dan halusinasi (Davison, 2006). kelompok lanjut usia (lansia). Banyak
Gangguan mental yang ditandai dengan pembahasan yang telah dikeluarkan ahli
gangguan proses berpikir yang menyimpang sehubungan dengan timbulnya skizofrenia pada
akibat beban berat yang tidak dapat diatasi lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari
oleh penderita (Ambari, 2010). Skizofrenia kenyataan yang terjadi pada lansia bahwa
merupakan masalah kesehatan yang dialami terdapat hubungan yang erat antara gangguan
di seluruh dunia, dan memerlukan perhatian parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia
terutama dalam menjalani kehidupan sehari- lambat (late paraphrenia) digunakan oleh ahli
hari. Skizofrenia adalah gangguan mental di Eropa untuk penderita yang memiliki gejala
yang sering ditandai dengan perilaku sosial paranoid tanpa gejala demensia atau delirium
abnormal dan kegagalan untuk mengenali serta terdapat gejala waham dan halusinasi yang
yang nyata. Gejala umum ditandai dengan berbeda dari gangguan afektif. Salah satu
berpikir tidak jelas atau bingung, halusinasi penanganan skizofrenia dengan menggunakan
pendengaran, keterlibatan sosial berkurang pengobatan antipsikotik (Rubbyana, 2012). Hal
dan ekspresi emosional, dan kurangnya tersebut terjadi karena keluarga dan masyarakat
motivasi. Diagnosis tersebut berdasarkan berupaya untuk menghi-langkan stigma pada
pengamatan pada perilaku dan penderita jiwa skizofrenia, berkaitan dengan
pengalamanseseorang. hal tersebut diperlukan adanya penyuluhan dan
Skizofrenia bukanlah penyakit jiwa yang sosialisasi tentang gangguan jiwa skizofrenia,
tidak dapat disembuhkan, dukungan keluarga agar masyarakat awam mengetahui. Mengingat
sangat diperlukan guna penyembuhan bahwa penyakit ini memang masih kurang
penyakitnya. Peningkatan angka relapse pada populer di kalangan masyarakat awam dan
penderita Skizofrenia pascaperawatan dapat belum juga ditemukan terapi yang manjur untuk
mencapai 25 persen - 50 persen yang pada menyembuhkannya
akhirnya dapat menyebabkan keberfungsian (Prinda Kartika Mayang Ambari, 2010)
sosialnya menjadi terganggu. Pada saat relapse Data American Psychiatric Association
peranan keluarga diperlukan untuk menekan (APA) tahun 1995 menyebutkan satupersen
sekecil mungkin angka relapse dan populasi penduduk dunia menderita skizofrenia,
mengembalikan keberfungsian sosial. Keluarga 75 persen penderita skizofrenia mulai mengidap
dapat mewujudkannya dengan memberi pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
bantuan berupa dukungan emosional, materi, muda memang berisiko tinggi karena tahap
nasehat, informasi, dan penilaian positif yang kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita
sering disebut dengan dukungan keluarga. sering terlambat disadari keluarga dan
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa salah lingkungannya karena dianggap sebagai bagian
satu faktor yang dapat meningkatkan dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan
keberfungsian sosial penderita Skizofrenia intervensi dini berupa obat dan psikososial
pascaperawatan rumah sakit adalah dukungan sangat penting karena semakin lama tidak
keluarga (Suryani, diobati, kemungkinan kambuh semakin sering
Komariah, & Karlina, 2014) dan resistensi terhadap upaya terapi semakin
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan kuat. Seseorang yang mengalami gejala
gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke
dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut psikiater dan psikolog.

196
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

Jumlah penderita penyakit ini cukup banyak Grafik 1. Prevalensi Skizofrenia


karena menyerang 4 sampai 7 dari setiap 1000
orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia
merupakan gangguan kejiwaan yang harus
ditangani secara cermat dan seksama, jika tidak
penderita akan mengalami kemunduran fungsi
sebagai seorang manusia pada umumnya.
Penderita skizofrenia pada umumnya akan
mengalami kesulitan dalam proses berpikir
Sumber: Riskesdas, 2013,www.litbang.depkes.go.id
sehingga menimbulkan halusinasi, delusi,
gangguan berpikir dan bicara atau perilaku
yang tidak biasa (dikenal sebagai gejala Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa
psikotik). Gejala tersebut mengakibatkan berat (skizofrenia) secara nasional sebesar 0,17
penderita mengalami kesulitan untuk persen. gambaran di atas terlihat, bahwa secara
berinteraksi dengan orang lain dan menarik diri nasional terdapat 0,17 persen penduduk
dari aktivitas sehari-hari dan dunia luar. Indonesia yang mengalami gangguan mental
berat (Skizofrena) atau secara absolute terdapat
Beban penyakit atau burden of disease
400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia.
penyakit jiwa di tanah air masih cukup besar.
Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
Yogyakarta dan Aceh, sedangkan yang
2013, menunjukkan bahwa prevalensi
terendah di Provinsi Kalimantan Barat.
gangguan mental emosional yang ditunjukkan
Gambaran diatas juga menunjukkan kalau ada
dengan gejala 6 persen untuk usia 15 tahun ke
12 provinsi yang mempunyai prevalensi
atas atau sekitar 14 juta orang. Prevalensi
gangguan jiwa berat melebihi angka nasional.
gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia 1,7
Peringkat pertama yang menempati prevalensi
per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang
gangguan jiwa berat Daerah Istimewa
(Depkes, 2014). Berdasarkan jumlah tersebut,
Yogyakarta dibandingkan provinsi lain dengan
ternyata 14,3 persen di antaranya atau sekira
penderita skizofrenia sebesar 0,27 persen
57.000 orang pernah atau sedang dipasung.
(Riskesdas, 2013).
Angka pemasungan di pedesaan sebesar 18,2
persen. Angka ini lebih tinggi jika Penyandang skizofrenia dalam keluarga
dibandingkan dengan angka di perkotaan, merupakan beban berat yang harus ditanggung
sebesar 10,7 persen. Skizofrenia bia-sanya pada saat mengalami hingga menjalani
menyerang penderita dewasa yang berusia 15- kehidupan sehari-hari. Skizofrenia adalah
35 tahun. Diperkirakan terdapat 50 juta masalah kesehatan yang dialami orang di
penderita di dunia, 50 persen dari penderita seluruh dunia, dan memerlukan banyak
tidak menerima pengobatan yang sesuai, dan perhatian terutama dalam menjalani kehidupan
90persen dari penderita yang tidak mendapat sehari-hari. Gangguan jiwa yang dimaksud
pengobatan tepat tersebut terjadi di negara tidak hanya gangguan jiwa psikotik/skizofrenia,
berkembang (WHO, 2011). tetapi kecemasan, depresi dan penggunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza)
juga menjadi masalah kesehatan jiwa. Jumlah
jiwa di Indonesia, prevalensi penderita
Skizofrenia 0,3 persen-1 persen, dan terbanyak
pada usia sekitar 18–45 tahun, terdapat juga
beberapa penderita yang mengalami pada umur
11–12 tahun. Apabila penduduk Indonesia 200

197
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

juta jiwa, sekitar dua juta jiwa menderita 6. Berubahnya pola tidur dan makan
skizofrenia (Arif, 2006). (Rubbyana, 2012)
Beberapa penderita skizofrenia paranoid Pada beberapa kasus, penderita skizofrenia
mengalami halusinasi suara, mereka mendengar melihat dunia dengan cara yang berbeda dari
suara-suara yang tidak nyata. Umumnya, orang di sekitar mereka. Mereka bisa
mereka juga mengalami delusi bahwa diri mendengar, melihat, menghirup dan merasakan
mereka lebih hebat, lebih kuat, serta punya hal yang tidak dialami oleh orang lain
pengaruh besar daripada kenyataannya. Gejala (halusinasi), misalnya mendengar suara-suara
utama yang dirasakan oleh penderita cenderung menjadi halusinasi yang paling
skizofrenia paranoid adalah: umum.Mereka memiliki keyakinan yang tak
1. Halusinasi suara. tergoyahkan dalam hal yang tidak benar
2. Merasa cemas, curiga, berhati-hati, dan (delusi), misalnya bahwa orang membaca
suka menyendiri. pikiran mereka, mengendalikan pikiran mereka
3. Gangguan persepsi. atau berencana menyakiti mereka.
4. Merasa dirinya lebih hebat dari kenyataan Ketika dunia mereka tampak menyimpang
(delusi kebesaran). akibat halusinasi dan delusi, orang dengan
5. Delusi paranoid yang rutin dan stabil. skizofrenia dapat merasa takut, cemas dan
6. Mengalami perasaan cemburu tidak realistis bingung. Mereka bisa menjadi begitu kacau
(delusi cemburu). (Rubbyana, 2012). sehingga mereka dapat merasa takut sendiri dan
Skizofrenia merupakan salah satu jenis juga dapat membuat orang di sekitar mereka
gangguan mental, pemeriksaan harus dilakukan takut (Gitasari & Savira, 2015). Dari uraian di
oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. atas rumusan masalah dalam penelitian ini
Mereka mengalami halusinasi, delusi, bicara adalah Bagaimanakah rehabilitasi yang
meracau, dan terlihat datar secara emosi. dilakukan panti berbasis agama terhadap
Mereka mengalami penurunan secara signifikan penderita skizofrenia?
dalam melakukan tugas sehari-hari, termasuk
penurunan dalam produktivitas kerja dan B. Penggunaan Metode Penelitian
prestasi di sekolah akibat gejala di atas. Gejala Jenis penelitian yang digunakan dalam
di atas bukan disebabkan oleh kondisi lain, penelitian ini penelitian deskriptif
seperti gangguan bipolar atau efek samping kualitatif,dilakukan melalui observasi di salah
penyalahgunaan obatobatan. Untuk satu Pondok Pesantren di Demak yang
memperbesar peluang sembuh, pengobatan juga menangani penderita skizofrenia. Wawancara
harus ditunjang oleh dukungan dan perhatian dan observasi mengenai latar belakang
dari orang-orang terdekat, seperti keluarga, penderita yang berada di pondok tersebut
saudara, teman hingga masyarakat di dilakukan dengan pengurus pondok dan
lingkungannya. Seringkali penderita skizofrenia keluarga penderita. Informan pada analisis data
mengalami beberapa gejala ringan: kualitatif dimulai dari pengumpulan data
1. Terobsesi dengan kematian, sekarat, atau terhadap 37 penderita dengan berbagai macam
kekerasan. latar belakang masalah yang berbeda-beda, dan
2. Merasa terperangkap atau putus asa. mendapatkan terapi sufistik, untuk
3. Mengucapkan salam perpisahan yang tidak mengembalikan keseimbangan dan
biasa. kesadarannya, dari 255 orang penderita yang
4. Mendata orang-orang terdekat untuk berada di panti rehabilitasi pondok
membagikan barang-barang pribadi. Nurussalam.Penelitian kualitatif bertujuan
5. Meningkatnya konsumsi minuman keras memperoleh gambaran seutuhnya mengenai
atau obat-obatan. suatu hal menurut pandangan manusia yang
diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan

198
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

dengan ide, persepsi, pendapat atau 2009. Dikuatkan dengan Surat Izin operasional
kepercayaan orang yang diteliti dan dari Dinas provinsi Jawa Tengah Nomor: 662/
kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Orsos/VI.2005 yaitu izin menekankan pada
David Williams (1995) seperti yang dikutip upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
Moleong (2013) mengemukakan bahwa penderita dengan menggali dan memanfaatkan
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data potensi, atau sumber keterampilan yang masih
pada suatu latar alamiah, data di analisis untuk dapat dipergunakan untuk kemandiriannya.
disajikan dalam narasi yang bermakna dengan Sikap gotong royong diciptakan dengan
menggunakan metode alamiah. memberi kegiatan kepada penderita yang
Teknik pengumpulan data dilakukan bersifat kebersamaan, keakraban,
dengan: Wawancara, merupakan teknik kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial, dan
pengumpulan data untuk lebih mendalami tanggung jawab sosial, saling menghormati dan
memahami secara spesifik latar belakang menghargai mencintai dan kasih sayang di
penderita skizofrenia melalui pendamping, antara mereka.
pengurus pondok dan keluarga penderita. Saat ini Panti Rehabilitasi Cacat Mental dan
Pengumpulan data primer melalui wawancara Sakit Jiwa Nurussalam, Ngepreh, Sayung,
yang diperoleh melalui informan dan data Demak merawat 255 penderita gelandangan
sekunder diperoleh dari berbagai hasil psikotik hasil operasi Satuan Polisi Pamong
penelitian dan jurnal penelitian tentang pondok Praja (Satpol PP) Kabupaten Demak dan
pesantren tersebut untuk memperkuat data kiriman dari keluarga penderita. Sejak berdiri
primer yang telah diperoleh. tahun 2005 telah berhasil menyembuhkan 368
Observasi yaitu teknik pengumpulan data penderita.
melalui pengamatan langsung dan pencatatan Panti ini membantu pemerintah dalam hal
secara sistematis terhadap kelayan obyek yang penyembuhan gelandangan psikotik dan
diteliti seperti kondisi penderita skizofrenia dan membantu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
lingkungan di sekitar pesantren dengan cara termasuk Panti Nurussalam, juga mengelola
pengamatan. Telaah dokumen diperoleh pondok pesantren dan sekolah Madrasah.
melalui fakta yang tersimpan dalam catatan, Dalam pelaksanaan dan pasca penyembuhan
arsip, foto dan berbagai kegiatan di dalam penderita, pihak panti menjalin kerja sama
panti. yang dikerjakan secara prospektif dan kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah
hasil penelitian disajikan secara deskriptif. (Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Balitbang,
Observasi yaitu teknik pengumpulan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
melalui pengamatan langsung dan pencatatan Organisasi Sosial (Orsos) “Lembaran Mas
secara sistematis terhadap obyek yang diteliti Murni” Jawa Tengah. Penderita yang telah
seperti kondisi penderita skizofrenia dan berhasil disembuhkan dikembalikan kepada
lingkungan di sekitar pesantren dengan cara keluarganya dan membaur dengan masyarakat,
pengamatan. bekerja, dan berumah tangga. Namun, ada pula
penderita yang tidak mau kembali kepada
C. Terapi Skizofrenia di Pondok Nurssalam keluarganya karena malu dan memilih tetap
1. Keberadaan Pondok Pesantren tinggal di panti dan menjadi relawan sosial.
Panti rehabilitasi Nurussalam merupakan Panti rehabilitasi Nurussalam membangun
pondok pesantren yang mandiri dan dibentuk kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak,
berupa yayasan panti rehabilitasi cacat mental baik kepada instansi pemerintah, swasta
dan gangguan jiwa Nurussalam yang diaktakan maupun masyarakat. Antara lain, pada tahun
pada notaris dan PPAT Nurna Ningsih, SH., M. 2008-2011 menjalin kerjasama penanganan
KN. Jalan raya Buyaran nomor 36 Demak. gelandangan psikotik dengan dinas sosial
Dengan Akte terbaru adalah nomor 70 tahun provinsi DKI Jakarta. Pelaksanaan operasional

199
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

lembaga sosial dan lembaga swadaya karena dihawatirkan dapat mempengaruhi


masyarakat penyelenggara kegiatan usaha kenyamanan dan kebersihan.
kesejahteraan sosial, diperpajang pada tahun Hal tersebut untuk menghindari agar
2010 dengan nomor: 662/ orsos/2005/2010, penderita mempunyai hak yang sama tanpa
Kantor sekretariat: dukuh Ngepreh, desa membedakan status sosial keluarganya.
Sayung RT 02 RW VI Kecamatan Sayung Penderita skizofrenia yang memiliki dukungan
Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. keluarga mendapatkan keterampilan hidup
Gedung panti rehabilitasi Nurussalam terdiri (berfungsi) yang lebih baik dibandingkan
atas 14 gedung. mereka yang terisolasi. Mereka yang hidup
secara mandiri perlu dukungan dari keluarga
Grafik 2. Jenis Kelamin Responden dan teman. Sebuah lingkungan yang stabil
dapat membantu penderita mempertahankan
terapi dan tetap menjaga komunikasi secara
rutin dengan dokter mereka dan tenaga
kesehatan.

2. Terapi dan Pengobatan bagi Penderita


Gangguan Jiwa
Sumber: data sekunder 2014, N= 37 Pengobatan yang dilakukan oleh panti
rehabilitasi pondok Nurussalam secara non-
Grafik 2 penderita yang berada di panti medis, hal itu dipilih karena pengobatan non-
rehabilitasi Nurussalam berjumlah 255 orang medis biasanya lebih terjangkau daripada
penderita yang direhabilitasi, terdiri dari pengobatan medis. Selain itu, merupakan upaya
penderita laki-laki 185 (73 persen) dan 70 (27 tambahan untuk mendampingi pengobatan
persen) penderita wanita. Banyak faktor medis yang sedang dijalani atau upaya terakhir
penyebab penderita skizofrenia baik laki-laki setelah gagal menjalani pengobatan secara
maupun perempuan karena putus dari pacar, medis. Besarnya animo masyarakat terhadap
gagal masuk ke sekolah impian, kesulitan pengobatan nonmedis, kemudian memunculkan
memenuhi tuntutan hidup, hingga kehilangan berbagai-macam jenis pengobatan alternatif.
orang yang dicintai, bahkan depresi karena di- Ada yang mempromosikan diri sebagai ahli
bully teman-temannya. pengobatan tradisional, pengobatan herbal,
Jumlah penderita yang menjadi informan pengobatan spiritual, pengobatan ala Nabi, dan
pada penelitian ini 37 orang, responden adalah ada juga yang menggunakan istilah sufi
penderita skizofrenia dari yang ringan hingga healing. Pengobatan sufi healing
berat tanpa melihat jenis kelamin, mendapatkan atau dikenal juga dengan istilah terapi sufistik
terapi pengobatan dan memiliki keluarga yang menjadi fenomena tersendiri karena terbukti
dapat memberikan informasi. Asal daerah mampu menyembuhkan berbagai penyakit, baik
penderita berasal dari berbagai daerah tidak fisik maupun kejiwaan.
hanya berasal dari Kabupaten Demak, tetapi Sufihealing (pengobatan sufi) merupakan
juga dari berbagai daerah lain di Jawa, bahkan salah satu cara yang digunakan oleh sufi dalam
ada beberapa dari luar Jawa. Untuk dapat pengobatan dan penyembuhan, pengobatan dan
masuk menjadi kelayan di pondok ini ada penyembuhan tersebut menggunakan metode
beberapa persyaratan. Khusus untuk penderita yang berdasarkan keagamaan, yaitu dengan
yang diantar keluarga tidak diperbolehkan membangkitkan potensi keimanan kepada
membawa barang yang berlebihan, hanya Tuhan, lalu menggerakkannya ke arah
pakain secukupnya untuk dikenakan di panti, pencerahan batin atau pencerahan rohani yang
pada akikatnya menimbulkan kepercayaan diri

200
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah satu- zikir dan doa, penderita diberi ramuan
satunya kekuatan penyembuh dari penyakit hingga memiliki kesadaran dalam diri untuk
yang dideritanya (Gusti Abd. Rahman,2012). mencapai kesembuhan, dan setelah semua
Terapi pengobatan yang dilakukan kepada selesai minum ramuan mereka menyalami
penderita di panti rehabililitasi Nurusslalam terapis.
diklasifikasikan menjadi dua: a. Penderita yang mengalami gangguan
Penderita penderita skizofrenia berat atau jiwa ringandan sedang, bisa hidup
gangguan jiwa berat ditandai penderita yang normal seperti layaknya orang lain
sulit membedakan alam nyata dengan alam dalam kesehariannya. Penderita yang
fantasinya. Misalnya, penderitanya mengaku mengalami gangguan jiwa sedang dapat
sebagai utusan Tuhan atau jenderal, padahal menjalani kehidupan sehari-hari, tetapi
sebenarnya bukan. Penderita gangguan jiwa disertai keluhan yang berkepanjangan,
berat seringkali mengamuk, atau berteriak misalnya selalu merasa cemas, depresi.
bahkan berontak tanpa sebab, meraung ataupun Penanganan terapi terhadap penderita
marah. Terapi yang diterima oleh penderita gangguan jiwa dengan kategori ringan
yang dikategorikan berat meliputi: dan sedang mendapatkan terapi yang
1) Terapi pijat, untuk mengatasi penderita samadengan yang dijalani penderita
yang seringkali mengamuk biasanya gangguan berat, sama-sama
diberikan pijatan pada bagian syaraf memperoleh empat terapi, dari pijat
tertentu yang dapat memberi ketenangan syaraf, terapi mandi malam, zikir dan
pada penderita. Hal tersebut dilakukan ramuan herbal. Akan tetapi terapi pijat
setiap hari pada minggu pertama dan syaraf dan mandi malam tidak diperoleh
apabila sudah tenang terapi dilakukan tiga setiap hari, hanya satu kali dalam
kali dalam seminggu. seminggu.
2) Terapi air atau terapi mandi dilakukan pada b. Terapis melakukan pengamatan
malam hari bagi penderita yang masih terhadap penderita satu persatu, sikap
dalam kondisi berat. Tujuan dari terapi tersebut membuat penderita nyaman,
mandi malam mengembalikan kebiasaan membangun keakraban terhadap terapis
penderita seperti manusia pada umumnya sehingga mempermudah dalam
yang sehat secara jasmani dan rohani. menghadapi penderita dengan tingkat
Proses terapi biasanya mandi dilakukan emosional yang berbeda-beda.
pada pukul 23.00 WIB, dilakukan selama Kenyamanan yang diberikan kepada
kurang lebih satu jam, yang bertujuan untuk penderita mengurangi ketegangan
mengendorkan syaraf yang tegang. Sesekali dalam diri. Pendekatan terapis yang
dilakukan pemijatan di kepala, setelah sabar, sayang dan penuh keikhlasan
penderita menunjukan perubahan yang membentuk suasana kondusif dalam
lebih baik kemudian dikeluarkan dari kamar proses pengobatan tersebut. Hal
mandi. tersebut memperbaiki kondisi penderita
3) Terapi zikir, setelah dilakukan terapi di atas yang saat pertama kali sering
diberikan terapi mujahadah atau terapi zikir mengamuk dan sulit diatasi setelah
selama dua minggu pertama, setelah mendapat terapi menjadi lebih tenang
berubah lebih baik akan dikurangi jumlah dan mampu memelihara kondisi
mandi malamnya menjadi dua kali badannya sendiri seperti, makan,
seminggu. membersihkan pakaian, menggunakan
4) Terapi herbal dilakukan dengan meminum pakaian yang bersih hingga mampu
ramuan dari daun-daun herbal yang sudah membersihkan lingkungan sekitar
di sediakan ketika terapis selesai membaaca ruangannya.

201
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

Grafik 3. Dampak Terapi terhadap sedini mungkin, agar dapat meningkatkan


Penderita Skizofrenia probabilitas pemulihan sempurna (recovery).
Konsep recovery masih dianggap terlalu jauh,
padahal sangat diperlukan untuk kehidupan
orang dengan skizofrenia (ODS) dalam jangka
panjang.
Hasil wawancara dengan salah satu
penderita melalui pendamping, penderita
menderita gangguan psikosis akibat tekanan
dari orang tua yang ingin anaknya masuk
jurusan IPA atau paspal pada saat SMA, tetapi
Sumber: Hasil Wawancara, N=37 karena tidak mampu akhirnya menekan sendiri
perasaan dan pikirannya, dan dia tidak bisa
Dari grafik 3 di atas diketahui bahwa menerima kenyataan hidup, hingga akhirnya dia
penderita yang berontak setelah dilakukan mengalami gangguan jiwa yang akhirnya pada
terapi selama seminggu berjumlah 11 persen. taraf psikosis. Pengobatan yang dilakukan
Hal tersebut karena penderita belum mengenal setelah tiga bulan mendapat terapi sufistik di
terapis secara lebih dekat sehingga ada panti rehabilitasi sakit jiwa kondisinya menjadi
pemberontakan meskipun lebih tenang lebih baik, yang semula tingkah-lakunya labil
dibandingkan saat pertama kali datang. dengan sering bicara sendiri, berangsur-angsur
Penderita yang merasa takut 22 persen, artinya mengalami perubahan menuju kondisi normal.
ketakutan dibawa ke kamar mandi pada malam Secara psikologis penderita yang mulai
hari dan air di semprotkan adalah air dingin sembuh dan mampu menyadari yang menimpa
sehingga ketakutan kedinginan setelah pada dirinya dan lambat laun mampu dapat
menjalani terapi. Penderita merasa mengantuk menerima kenyataan hidupnya. Penderita yang
setelah menjalani terapi sejumlah 33 persen, hal mulai memahami diri, pada kondisi sadar
tersebut karena dilakukan pada jam tidur dan dengan kenyataan yang dihadapi dan keadaan
setelah dilakukan terapi biasanya penderita dirinya, masih sering menangis, melamun dan
langsung tidur. Penderita yang merasa nyaman menarik diri dari lingkungan sekitar. Data
34 persen, pada saat terapi penderita menurut terakhir penderita yang menderita gangguan
apa yang diperintahkan oleh terapi hingga skizofrenia di panti rehabilitasi sakit jiwa
selesai tanpa perlawanan dan menikmati proses Nurussalam ada 37 penderita dengan berbagai
terapi hingga berlangsung selama satu jam pada macam latar belakang masalah yang berbeda-
malam hari. Setiap terapis dibekali dengan beda, mereka harus mendapatkan terapi
pengetahuan yang berkaitan dengan sistem sufistik, untuk mengembalikan kesadaran
pengobatan bagi penderita gangguan jiwa,baik sehingga dapat kembali hidup secara normal.
tradisional maupun spiritual dan pengetahuan Pandangan yang diperdebatkan tentang
terapi sufistik. skizofrenia, ketika orang dipandang sebagai si
Penderita gangguan jiwa berat seringkali ‘sakit’ atau si ‘sehat’. Namun, pandangan telah
mengalami kondisi berbicara sulit dimengerti, bergeser ke konsep spektrum ‘kesehatan’ dari
isi pikiran yang tidak sesuai realita (delusi atau sakit akut, melalui berbagai tingkat dalam
waham), disertai gangguan persepsi fungsi sampai ‘sehat’.Ini berarti bahwa orang
pancaindera, yaitu halusinasi, dan disertai dengan skizofrenia dapat mengalami gangguan
tingkah laku yang aneh, seperti berbicara atau yang cukup besar dalam kehidupan mereka.
tertawa sendiri. Gangguan jiwa ini kerap Keluarga dan teman juga bisa sangat
muncul di usia produktif yaitu 15-25 tahun, terpengaruh akibat penderitaan melihat efek
sehingga perlu mengenali gejala, serta terapi dari kondisi dan permasalahan dalam

202
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

mendukung penderita. Hal ini menjadi masalah sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi
yang pelik bagi anggota keluarga, khususnya individu yang diperoleh dari orang lain yang
ketika mereka mengingat seseorang sebelum dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu
mereka menderita skizofrenia. akan mengetahui bahwa orang lain
Meskipun skizofrenia dapat menyusahkan memperhatikan, menghargai, dan mencintainya
dan menakutkan, hal tersebut tidak berarti (Shindy,2014). Berbeda pada penderita yang
bahwa orang dengan penyakit ini tidak dapat dijenguk satu kali dalam setahun (10 persen),
memiliki kualitas hidup yang baik dan mungkin biasanya penderita lebih gelisah, tidak bisa
untuk dipekerjakan. Sama seperti orang lain tenang, pandangan kosong, sulit bersosialisasi
yang memiliki penyakit jangka panjang atau dengan teman. Demikian juga dengan penderita
berulang, orang dengan skizofrenia dapat yang tidak pernah dijenguk (9 persen) biasanya
belajar untuk mengelola kondisi dan mengalami skizofrenia berat. Mereka berada di
melanjutkan kehidupan mereka. panti karena diserahkan oleh orang lain atau
masyarakat yang merasa terganggu, selain dari
Grafik 4. Tingkat Kehadiran Keluarga keluarganya. Penderita ini seringkali
Menjenguk Penderita Skizopfrenia mengalami halusinasi berat, seringkali
berbicara sendiri, tertawa sendiri bahkan
mengamuk apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan.
Proses pemulihan penderita bervariasi
sebagai alat fundamental untuk membantu
mereka mendapatkan kembali keseimbangan
dalam hidup. di Pondok ini pengalihan agar
tidak sering tertawa atau berbicara sendiri
dengan melakukan kegiatan antara lain
Sumber: data primer, N=37
beternak ayam, beternak lele bahkan membantu
Grafik4 dapat dilihat tentang penerimaan pekerjaan se-perti memperbaiki bangunan,
keluarga terhadap penderita skizofrenia dapat pagar dan kegiatan yang dapat menghilangkan
dilihat dari tingkat kehadiran keluarga untuk rasa jenuh dari penderita. Beberapa orang
menjenguk pasien, dari seluruh pasien di panti menganggap bahwa olahraga sangat penting
ini terdapat 58 persen keluarga yang sering untuk menjaga badan tetap bugar, kombinasi
menjenguk atau lebih dari lima kali dalam obat dengan pendekatan lain memungkinkan
setahun menjenguk pasien dalam pondok. mereka untuk memulai proses perbaikan agar
Artinya lebih dari setengah keluarga penderita tetap sehat.
memberi perhatian kepada penderita, biasanya Keluarga mempunyai tanggung jawab yang
mereka menjenguk dengan memberi keperluan penting dalam proses perawatan di rumah sakit
sandang, pangan dan keinginan bertemu dengan jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah
penderita. agar adaptasi penderita berjalan dengan baik.
Penderita yang sering dijenguk lebih tenang Kualitas dan efektivitas perilaku keluarga akan
dan stabil dalam melaksanakan aktivitas membantu proses pemulihan kesehatan
keseharian, kebanyakan mampu berkomunikasi penderita sehingga status penderita meningkat.
dengan baik dan dapat melaksanakan kegiatan Beberapa peneliti menunjukkan bahwa salah
sehari-hari tanpa bantuan terapis dan satu faktor penyebabkambuh gangguan jiwa
pendamping, 23 persen penderita yang dijenguk adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara
tiga kali dalam setahun kondisinya hampir sama menangani penderita di rumah (Yosep,
dengan penderita yang dijenguk lima kali Puspowati dan Sriati, 2009)
setahun. Dukungan sosial dapat dianggap

203
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

Pada pelaksanaan proses penyembuhan ada gelandangan dari hasil operasi yang
faktor pendukung dan faktor penghambat, dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten
antara lain: Demak tidak disertai dengan biaya
1. Faktor pendukung terdapat media hidupnya, sehingga sangat membebani
penunjang dalam pelaksanaan proses terapi, panti. Kuantitas serta keragaman pangan
antara lain model terapi, sumber daya dan keseimbangan gizi yang diberikan
manusia terapis, pendamping dan penderita kepada pasien belum bisa memenuhi
yang akan diobati. Model Penyembuhan standar yang diperlukan, mereka menjadi
yang dilakukan oleh pondok pesantren, bosan apabila terus-menerus diberi lauk
Ngepreh adalah cara pengobatan alternatif pauk, misalnya telur. Hal ini sematamata
dengan metode hydro therapy (terapi religi karena keterbatasan dana operasional yang
dan terapi herbal) bagi penderita sangat tinggi yang dialami oleh panti.
skizofrenia, tergolong masih langka dan 3. Faktor Penghambat dalam proses terapi
layak direplikasi di tempat lain. Tanpa untuk penderita gangguan psikosis antara
media tersebut mustahil proses terapi dapat lain:Penderita susah dikendalikan atau yang
terlaksana dengan baik dan dapat dikatakan belum kooperatif sehingga masih sulit
bahwa media merupakan unsur terpenting untuk didekati terutama penderita yang
untuk pencapaian tujuan. Untuk membantu mengalami skizofrenia berat dan sudah
proses terapi harus memiliki terapis yang stadium lanjut sehingga sulit diatur sering
berkompeten, yang selalu siap memberi mengamuk dan bertindak semauanya
terapi penderita. Keluarga sebagai sendiri. Kurangnya tenaga terapis yang
pendukung penyembuhan harus memiliki profesional, karena minimnya tenaga
keyakinan yang kuat untuk membantu profesional yang mau bekerja dengan
menyembuhkan penderita gangguan pendapatan rendah, dukungan dana yang
psikosis, kerja sama antara terapis dan terbatas sehingga yang bertindak sebagai
penderita, keinginan dari penderita untuk terapis santri yang membantu proses terapi.
sembuh, suasana kebersamaan dengan Hal tersebut karena terbatasnya sumber
penuh kasih sayang dan kekeluargaan. dana dan dukungan baik dari dari
Besarnya dukungan keluarga penderita, masyarakat maupun pemerintah,selain
sangat membantu dalam kelancaran proses masih kurang sarana dan prasarana yang
penyembuhan. Keadaan yang aman dan dapat membantu untuk kemajuan proses
nyaman sangat membantu dalam proses terapi sufistik untuk keperluan rehabilitasi.
terapi juga berbagai sarana dan prasarana Upaya mengurangi hambatan dalam proses
yang sudah dipersiapkan dalam proses terapi dan rehabilitasi untuk penderita
terapi yang antara lain: asrama, tempat gangguan psikosis di pondok ini
pemandian, aula atau ruangan terapi, memerlukan hubungan timbal balik antara
mushola dan kantor. terapis dan penderita, diperlukan keyakinan,
2. Kendala yang dihadapi antara lain panti kesabaran dan kasih sayang yang akan juga
rehabilitasi ini merupakan panti swasta, membantu proses penyadaran penderita
sehingga tidak mendapatkan dana dari gangguan psikosis, perawatannya juga lebih
pemerintah secara rutin. Untuk memenuhi intensif.
kebutuhan biaya operasional yang sangat Pengobatan skizofrenia berlangsung dalam
besar, selain dari para donatur, panti ini jangka waktu lama, meski gejalanya sudah
berusaha mengembangkan agribisnis ternak mereda. Hal tersebut dikarenakan gejala
ayam potong (broiler), kebun sayur dan skizofrenia masih dapat kambuh sewaktu-
membudidayakan perikanan darat ikan lele. waktu. Skizofrenia ditangani dengan kombinasi
Kendala lainnya, adalah kiriman obat-obatan dan terapi (pengobatan psikologis).

204
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

Selama periode gejala akut, rawat inap di menerima titipan dari keluarga pasien. Untuk
rumah sakit jiwa diperlukan untuk menjamin meningkatkan pendapatan panti dalam
nutrisi, kebersihan, dan istirahat penderita, serta merehabilitasi penderita skizofrenia memiliki
menjamin keamanan diri penderita dan orang- usaha peternakan ayam, lele dan pertanian
orang di sekitarnya. Dalam mengatasi penderita untuk biaya terapi. Sedangkan pemberian
dengan skizofrenia memerlukan terapi obat dan makanan sehari-hari bagi penderita skizofrenia
terapi dalam memainkan peran, serta terapi menggunakan menu jawa, terkadang diambil
wicara untuk membantu mengingatkan kembali dari hasil peternakan dan pertanian.
daya ingat yang dimiliki, agar dapat mengalami Terapi lain yang diberikan kepada penderita
perbaikan, dalam hal belajar untuk mengatasi dengan memberikan ketrampilan, seperti
gangguan, dan mencapai atau mendapatkan kemampuan percakapan, yang dapat membantu
kembali tingkat fungsi sehari-hari yang sesuai. dalam beradaptasi dengan masyarakat di
Para pembimbing dan terapis dalam lingkungannya. Bentuk terapi seperti ini sering
menangani penderita skizofrenia merupakan digunakan dalam panti rehabilitasi psikososial
seseorang yang sudah diberi tugas oleh pihak berbasis agama untuk membantu penderita agar
panti untuk memberikan bimbingan dan terapi bisa kembali berperan dalam masyarakat.
kepada klien. Pengalaman yang sudah dimiliki Mereka dibantu dan didukung untuk
oleh para pembimbing dan terapis Panti melaksanakan tugas harian seperti dzikir,
Rehabilitasi Nurussalam telah membuktikan mengaji, melakukan sholat wajib maupun sunah
atas penyembuhan para penderita. Upaya serta berkomunikasi, bersahabat, dan
rehabilitasi bagi penderita skizofrenia di panti sebagainya. Meskipun terapi ini cukup berhasil,
berbasis agama melalui terapi sosial dengan namun masih ada persoalan bagaimana
mempelajari perilaku yang sesuai, untuk mempertahankan perilaku karena situasi
menguatkan perilaku dengan memberikan tertentu yang tidak diajarkan secara langsung.
tanggung jawab tertentu bila penderita berhasil Keluarga diberi penjelasan tentang cara untuk
melakukan suatu perilaku tertentu maka dapat mendampingi, mengajari, dan melatih penderita
ditukar dengan hadiah (reward), seperti dengan sikap penuh penghargaan.
melakukan sholat, mengaji, menggunakan Penanganan terhadap penderita tidak selesai
metode dzikir dan mendengarkan bacaan hanya dengan memberikan obat, tetapi perlu
Alquran untuk menyembuhkan penyakit jiwa. disertai dengan intervensi psikologis.
Selain dengan metode dzikir, ada tiga metode Penanganan bagi penderita skizofrenia
penyembuhan yang dilakukan. Yakni ramuan membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang
herbal buatan pondok untuk merevitalisasi besar, bahkan tidak jarang menimbulkan
jaringan syaraf yang rusak, pijat untuk konflik dalam keluarga. Oleh karena itu,
melancarkan sirkulasi darah, dan mandi malam keluarga perlu mempersiapkan diri dengan
untuk membersihkan kotoran di jasmani dan matang agar tidak menimbulkan masalah baru
rohani. dalam diri penderita.
Pelayanan diberikan oleh panti ini ratarata Faktor dukungan keluarga merupakan salah
dalam waktu tiga bulan pasien mengalami satu faktor penting dalam menentukan
perkembangan. Dari semula parah dapat keparahan dan kambuh (relapse) atau tidaknya
menjadi lebih nyaman bahkan beberapa orang penderita gangguan Skizofrenia. Berdasarkan
mendekati kesembuhan. Penderita yang kasus yang ditemukan ketika praktek, keluarga
diberikan pelayanan memiliki tingkatan, yaitu seringkali terlambat membawa penderita ke
parah, menengah dan mendekati kesembuhan. tenaga medis (dokter, psikiater, perawat atau
Pondok juga memisahkan laki-laki dan psikolog). Mereka juga kurang paham tentang
perempuan. Terkait biaya, pondok tak gangguan skizofrenia dan penanganannya
mempersoalkan. Bisa gratis, juga bersedia sehingga penderita yang dibawa ke tempat

205
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

praktek seringkali telah menurun fungsi sosial keluarga dapat menanggulangi peristiwa
dan kognitifnya. kurang menyenangkan dan memunculkan
Untuk menangani penanganan terhadap peristiwa positif yang dapat mendukung
penderita skizofrenia: kondisi penderita. Keluarga perlu berlatih
1. Keluarga banyak yang kurang mengetahui komunikasi dan penyelesaian masalah
tentang terapi farmakologis. Artinya tidak secara positif. Mereka juga dapat
semua keluarga mengetahui pentingnya menerapkan latihan tersebut pada penderita
terapi farmakologis berkaitan dengan yang masih dapat berfungsi dengan baik.
pengobatan antipsikotik yang dapat Keluarga perlu mengetahui kegiatan yang
mengurangi keresahan dalam diri penderita dapat dilakukan penderita. Misalnya, olah
dan dapat membantu untuk meningkatkan raga, mendengarkan musik, berdoa,
fungsi sosial dan kognitif. Keluarga dapat menonton tv, menulis dan menggambar.
mendorong penderita agar segera Hal lain yang perlu diketahui oleh keluarga
mendapatkan pengobatan. Bagi masyarakat adalah harus disadari bahwa gangguan ini
yang kurang mampu, obatobatan merupakan gangguan jangka panjang. Artinya,
antipsikotik ini bisa didapatkan di beberapa penderita membutuhkan perhatian dan
puskesmas atau rumah sakitdengan kartu perawatan yang sifatnya komprehensif dan
jamkesmas. Hanya dokter (psikiater) yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang
dapat memberikan resep ini. Dokter akan panjang. Penanganan terhadap penderita tidak
menjelaskan tentang jenis dan dosis obat selesai hanya dengan memberikan intervensi
antipsikotik tersebut. Hal lain yang perlu psikologis. Penanganan ini juga
diketahui adalahpentingnya memberi atau membutuhkankesabaran dan ketelatenan yang
meminum obat secara teratur. Keluarga besar, bahkan, tidak jarang menimbulkan
perlu mengetahui tips dan trik dalam konflik dalam keluarga. Oleh karena itu,
memberikan obat kepada penderita. keluarga perlu mempersiapkan diri dengan
2. Kurangnya pengetahuan tentang gejala dan matang agar tidak menimbulkan masalah baru
gangguan Skizofrenia keluarga seringkali dalam diri penderita maupun keluarga.
beranggapan, bahwa penderita sedang
diganggu oleh”makhluk halus” dan perlu D. Kesimpulan dan Rekomendasi
dibawa ke “orang pintar” agar Proses pemulihan penderita skizofrenia
sembuh,bahkan ada penderita yang melalui panti berbasis agama dan dilakukan
dipasung atau dirantai karena kurang melalui pengobatan alternatif dengan Metode
pengetahuan tentang gejala skizofrenia. hydro therapy (terapi religi dan terapi herbal)
Oleh karena itu, keluarga perlu mencaridan bagi penderita skizofrenia, yang tergolong
mendapatkan pengetahuan yang lengkap masih langka dan layak direplikasi di tempat
tentang skizofrenia sehingga tidak lain. bagi penderita skizofrenia. Keluarga
terperangkap pada keyakinan atau “belief” sebagai pendukung penyembuhan memiliki
yang salah. Keluarga juga perlu memahami keyakinan yang kuat untuk membantu
adanya istilah “kekambuhan gangguan” dan menyembuhkan penderita gangguan psikosis
“penundaan dalam mendapatkan layanan ada kerja sama antara terapis dan penderita,
medis” yang dapat memperburuk kondisi adanya keinginan dari penderita untuk sembuh,
penderita. suasana kebersamaan dengan penuh kasih
3. Mempertahankan situasi kondusif dan sayang dan kekeluargaan. Besarnya dukungan
nyaman dalam keluarga. Keluarga perlu keluarga penderita, sangat membantu dalam
mengetahui peristiwa rentan yang dapat kelancaran proses penyembuhan. Secara
menimbulkan kekambuhan penderita. psikologis penderita yang mulai sembuh dan
Dengan mengetahui peristiwa tersebut, mampu menyadari yang menimpa dirinya

206
Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi Penderita Skizofrenia (Soetji
Andari)

lambat laun mampu dapat menerima. Keluarga Gitasari Siti Ina Savira Abstrak. Character, 3(2), 1–
sebagai pendukung penyembuhan memiliki 8.
Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia.
keyakinan yang kuat untuk membantu Cermin Dunia Kedokteran, 40(11), 815–819.
menyembuhkan penderita gangguan psikosis, Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara Strategi Koping
ada kerja sama antara terapis dan penderita, dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia
adanya keinginan dari penderita untuk sembuh, Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis Dan
suasana kebersamaan dengan penuh kasih Kesehatan Mental, 1(2), 59–66.
Shindy, O. W. (2014). Hubungan Antara Dukungan
sayang dan kekeluargaan. Perlu menjaga dan Sosial Keluarga Terhadap Tingkat Self Esteem pada
mempertahankan situasi kondusif dan nyaman Penderita Pasca Stroke. Jurnal Psikologi Pendidikan
dalam keluarga agar penderita tidak kambuh dan Perkembangan, 3, 110–118. Retrieved from
kembali. journal. unair.ac.id/download-fullpapers-
jppp1b5b31dac4full. pdf
Rekomendasi penanganan terhadap Suryani, Komariah, M., dan Karlina, W. (2014). Persepsi
penderita tidak selesai dengan memberi keluarga terhadap skizofrenia di Rumah Sakit X.
intervensi secara psikologis namun juga secara Retrieved from https://www.researchgate.net/
medis secara terintegrasi. Untuk meningkatkan publication/273866851_Persepsi_Keluarga_Terhada
pelayanan dalam merehabilitasi penderita p_Skizofrenia_Di_Rumah_Sakit_X
Yosep, I., Puspowati, N. L. N. S., & Sriati, A. (2009).
skizofrenia memerlukan sarana dan prasarana Pengalaman Traumatik Penyebab Gangguan Jiwa
yang memadai sehingga proses rehabilitasi (Skizofrenia) Pasien di Rumah Sakit Jiwa Cimahi
dapat berhasil dengan baik. Perlu ada kerjasama Traumatic Experiences of Mental Disorder Client
pemerintah daerah, masyarakat dan keluarga (Schizophrenia) at Mental Health Hospital Cimahi.
untuk mencegah dan mengatasi penderita Mkb, 41(4), 194–200.
skizofrenia agar tidak mengalami stigma dan
diskriminasi serta mengajak orang lain peduli.

Ucapan Terimakasih
1. Kepada Pimpinan Panti Pondok
Nurussalam di Dukuh Ngepreh
Desa/Kecamatan Sayung.
2. Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

Pustaka Acuan
Bungin, Burhan, (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Burhani, Ahmad Najib, (2001). Sufisme Kota;
Berpikir Jernih Menemukan Spiritual Positif,.
Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
Compton, M. T., Chien, V. H., Liener, A. S., Goulding,
S. M., Wiess, P. S. (2008). Mode on fonset of
psychosis and family involvement in
help-seeking as determinants of
duration of untreated psychosis. Journal Social
Psychiatry Epidemiology. 43:975-982.
Ambari. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Pasca Perawatan Di Rumah
Sakit.Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Semarang.
Gitasari, N., & Savira, S. I. (2015). Pengalaman Family
Caregiver Orang Dengan Skizofrenia. Novia

207
Jurnal PKS Vol 16 No 2 Juni 2017; 195 - 208

208

You might also like