You are on page 1of 10

PENENTUAN MASSA MOLAR BEBERAPA JENIS LOGAM

MENGGUNAKAN HUKUM DULONG-PETIT

Henni Simbolon1, Minarni2, Antonius Surbakti2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Fisika
2
Dosen Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

hennisimbolon_8587@yahoo.co.id

ABSTRACT

The research about molar mass of some metals using calorimeter and Dulong-Petits
law has been done. The metals used are Aluminium, Iron, Brass and Copper organized
in a cubic form with mass of 2.79 g, 7.51 g, 8.38 g and 8.63 g respectively. The
measurement of the heat capacity of calorimeter was conducted first as many as 7 times
in order to include in the specific heat capacity. The specific heat capacity measurement
of the metals was conducted first as many as 10 times for each metal. Molar mass of
metals is then calculated using the specific heat capacity and law of Dulong-Petit.
Research data shows that the temperature change of the water in calorimeter decreases
overtime until it reaches the equilibrium while the temperature change of the metal and
water mixture in the calorimeter increases overtime until it reaches the equilibrium
temperature. Heat capacity of calorimeter measured is 67.35 J/0C. Specific heat
capacities for metals Aluminium, Iron, Brass and Copper are 0.90 J/g0C, 0.47 J/g0C,
0.39 J/g0C and 0.38 J/g0C respectively. Calculation of the molar mass using the specific
heat capacity and the law of Dulong-Petit are 27.96 g/mol, 53.53 g/mol, 64.54 g/mol
and 66.40 g/mol respectively. Compared to the mass molar metal written on the
Chemical Periodic Table, these discrepancies were found of 3.63% for Aluminium,
4.15% for Iron, and 1.58% for Copper.

Keywords: specific heat of metals, Dulong-Petits law, molar mass

ABSTRAK

Penelitian tentang massa molar beberapa jenis logam menggunakan kalorimeter dan
hukum Dulong-Petit telah dilakukan. Logam yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga yang berbentuk kubus dengan massa masing-
masing sebesar 2,79 g, 7,51 g, 8,38 g dan 8,63 g. Pengambilan data untuk kapasitas
panas kalorimeter dilakukan sebanyak 7 kali dan untuk kapasitas panas jenis setiap
logam dilakukan sebanyak 10 kali. Dari kapasitas panas jenis yang diperoleh, massa

1
molar logam ditentukan. Data penelitian menunjukkan perubahan suhu campuran antara
kalorimeter dengan air terhadap waktu semakin berkurang sampai mencapai suhu
kesetimbangan dan perubahan suhu campuran logam Aluminium, Besi, Kuningan dan
Tembaga dengan air dan kalorimeter terhadap waktu semakin lama semakin naik
sampai mencapai suhu kesetimbangan. Kapasitas panas kalorimeter yang diperoleh
adalah 67,35 J/oC. Kapasitas panas jenis logam Aluminum, Besi, Kuningan dan
Tembaga masing-masing adalah sebesar 0,90 J/goC, 0,47 J/goC, 0,39 J/goC dan 0,38
J/goC. Hasil perhitungan massa molar dari kapasitas panas jenis yang diperoleh untuk
logam Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga masing-masing adalah sebesar 27,96
g/mol, 53,53 g/mol, 64,54 g/mol dan 66,40 g/mol. Hasil ini berbeda sebesar 3,63%
untuk logam Aluminium, 4,15% untuk logam Besi dan 1,58% untuk logam Tembaga
terhadap hasil yang tertera pada Tabel Periodik.

Kata kunci: kapasitas panas jenis logam, hukum Dulong-Petit, massa molar

PENDAHULUAN

Tahun 1819, Dulong dan Petit menyatakan bahwa kapasitas panas molar dari
sebuah elemen padat adalah konstan, mendekati 25 J mol-1K-1 (Young et al, 2002).
Abad ke 19 hukum Dulong-Petit terbukti sangat membantu dalam mengklarifikasi
massa atom _ atom dan formula atom. Hukum Dulong-Petit memainkan peranan penting
dalam pengembangan tabel periodik yang digunakan Mendeleyeff pada tahun 1870
untuk memperbaiki berat atom Indium, Cerium dan Uranium yang salah dalam tabel
pada tahun 1869 (Laing, 2006).
Logam mempunyai sifat konduktivitas listrik, konduktivitas termal, tingkat
kekerasan, titik lebur dan kapasitas panas. Sifat logam yang keras banyak dimanfaatkan
untuk kendaraan bermotor, jembatan dan bahan konstruksi bangunan. Selain itu, logam
juga banyak digunakan sebagai perhiasan, sebagai kabel listrik karena merupakan
konduktor yang baik serta alat memasak seperti ketel, panci dan kuali karena
mempunyai kapasitas panas yang lebih kecil dibandingkan dengan non logam. Sifat
logam yang istimewa tersebut menyebabkan logam sangat banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah akibat
perbedaan suhu (Giancoli, 2001), sedangkan suhu merupakan suatu ukuran yang
menyatakan derajat panas suatu benda. Kapasitas panas (C) merupakan jumlah panas
yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari suatu sampel bahan sebesar 1oC (Tipler,
1991).
Kapasitas panas mempunyai beberapa sifat yaitu sifat ekstensif dan intensif.
Sifat ekstensif dari kapasitas panas yaitu jumlahnya tergantung dari besar sampel,
sedangkan sifat intensif dari kapasitas panas berhubungan dengan panas jenis (c) yang
didefenisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari 1
g massa bahan sebesar 1oC. Semakin kecil kapasitas panas jenis suatu benda, semakin
mudah naik suhunya bila dipanasi, demikian juga sebaliknya semakin besar kapasitas
panas jenis suatu benda semakin banyak panas yang harus diberikan untuk menaikkan
suhunya (Ratna, 2009).

2
Logam pada umumnya mempunyai kapasitas panas jenis yang lebih kecil
daripada non logam misalnya kapasitas panas jenis air. Panas yang diperlukan untuk
memanaskan 1 g besi dengan kenaikan suhu 1oC lebih sedikit dibanding untuk air,
dengan kata lain jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 g besi lebih
sedikit dibanding untuk menaikkan suhu 1 g air. Kapasitas panas dari suatu bahan
sangat penting untuk diketahui misalnya dalam pembuatan material-material
nanokomposit (Avramov, 2008).
Cara umum yang sederhana dan sering digunakan untuk menentukan kapasitas
panas atau panas jenis suatu benda adalah dengan mengukur suhu benda tersebut
menggunakan kalorimeter. Sistem kerja kalorimeter menggunakan teknik pencampuran
dua zat didalam suatu wadah. Banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih
tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah pada
pencampuran dua zat, teori ini dikenal dengan asas Black. Pada pencampuran antara dua
zat tersebut sesungguhnya terdapat kalor yang hilang ke lingkungan sekitar. Wadah
pencampuran (kalorimeter) akan menyerap kalor sebesar hasil kali antara massa, kalor
jenis dan kenaikan suhu wadah, oleh sebab itu kalorimeter harus dikalibrasi
menggunakan tetapan yang disebut tetapan kalorimeter, dengan menggunakan tetapan
kalorimeter ini besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter dapat diukur sehingga
perubahan kalor dalam reaksi dapat diukur secara keseluruhan.
Pada penelitian ini, kapasitas panas jenis beberapa logam diukur dengan
menggunakan kalorimeter. Suhu sebagai fungsi waktu untuk proses dalam kalorimeter
juga dianalisa. Berdasarkan hukum Dulong-Petit yang menghubungkan kapasitas panas
jenis dengan massa molar, massa molar dari beberapa jenis logam yaitu aluminium,
besi, kuningan dan tembaga ditentukan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Eksperimen, Jurusan Fisika, FMIPA UR.
Kapasitas panas jenis dari beberapa jenis logam diukur dengan menggunakan
kalorimeter. Massa molar beberapa jenis logam tersebut ditentukan dengan
menggunakan hukum Dulong-Petit dari kapasitas panas jenis yang diukur.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode eksperimen. Alat yang


digunakan adalah termometer digital untuk mengukur suhu, kalorimeter untuk
mengukur kapasitas panas jenis logam, barometer untuk mengukur tekanan, gelas
beaker untuk mengukur volume air, kompor listrik untuk memanaskan air dan logam,
stopwatch digital untuk menghitung waktu yang dibutuhkan, logam aluminium, besi,
kuningan dan tembaga yang berbentuk kubus dengan ukuran yang sama sebagai sampel,
timbangan lab untuk mengukur massa logam, massa kalorimeter dan massa air,
manik-manik yang terbuat dari kaca untuk meratakan suhu yang sampai pada logam dan
air. Prosedur penelitian serta pengambilan data untuk menentukan kapasitas panas
kalorimeter adalah sebagai berikut (PHYWE, 2009).

1. Kapasitas Panas Kalorimeter

Kalorimeter harus dipastikan dalam keadaan bersih dan kering. Suhu kalorimeter
di ukur dengan memasukkan termometer kedalam kalorimeter melalui lubang yang ada

3
dalam tutup tabung kalorimeter. Air dimasukkan ke dalam beaker (150 g). Air dalam
beaker dipanaskan sampai mencapai suhu sekitar 50oC. Air yang sudah dipanaskan
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan hati-hati, perubahan suhu di amati dan
pembacaan suhu dalam kalorimeter di plot ke dalam grafik sebagai fungsi perubahan
suhu terhadap waktu. Air dalam kalorimeter tersebut dibiarkan sampai suhu mencapai
kesetimbangan dan setelah pengukuran selesai, air dengan suhu ruang dimasukkan ke
dalam kalorimeter sehingga kalorimeter dapat kembali ke suhu ruang. Air di dalam
kalorimeter dibiarkan sekitar 5 menit kemudian kalorimeter tersebut dikosongkan dan
dikeringkan. Kapasitas panas kalorimeter dapat ditentukan dengan Persamaan 1.
(1)

Termometer digital Kompor


listrik

Gelas
beaker

Kalorimeter

Sumber arus

Gambar 1. Skema susunan alat pengukuran kapasitas panas kalorimeter

2. Kapasitas Panas Jenis Logam

Logam Aluminium ditimbang dan massa logam tersebut di catat kemudian


diikat dengan menggunakan tali (benang), hal yang sama dilakukan untuk jenis logam
Besi, Kuningan dan Tembaga. Manik-manik dimasukkan ke dalam beaker dengan
kedalaman sekitar 3 cm, kemudian logam dan air dimasukkan sehingga logam yang
dimasukkan ke dalam beaker tidak menyentuh beaker selama logam tersebut
dipanaskan. Logam tersebut dipanaskan sampai airnya mendidih dan biarkan di dalam
air yang mendidih sekitar 10 menit. Kalorimeter di isi dengan air dingin yang massanya
diketahui dan suhu air dalam kalorimeter tersebut dicatat. logam yang sudah dipanaskan
dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi air. Suhu di dalam kalorimeter di baca
sebelum dan setelah logam diletakkan di dalam kalorimeter dan pembacaan waktu di
plot ke dalam grafik. Logam di dalam kalorimeter tersebut dibiarkan sekitar lima
sampai delapan menit sampai suhu logam sama dengan suhu air (suhu mencapai
kesetimbangan). Setelah pengukuran selesai dilakukan, logam dikeluarkan dari
kalorimeter dan dikeringkan. Prosedur yang sama dilakukan untuk logam Besi,

4
Kuningan dan Tembaga. Kapasitas panas jenis logam dapat ditentukan dengan
Persamaan 2.
( )( )
( )
(2)
Titik didih air T2 ditentukan sebagai fungsi atmosfir p, dimana p dalam hPa dan T2
dalam oC yang dinyatakan dalam Persamaan 3.
T2 = 100 + 0.0276 (p 1013 hPa) 0.000017 (p 1013 hPa) (3)
Termometer Kompor
digital listrik
aluminium

Manik-manik
kaca

Barometer
Kalorimeter

Sumber arus

Gambar 2. Skema susunan alat pengukuran kapasitas panas jenis logam

Berdasarkan hukum Dulong-Petit yang diperoleh untuk nilai kapasitas panas


molar maka massa molar logam dapat ditentukan dengan Persamaan 4.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dari pengukuran kapasitas panas
kalorimeter, kapasitas panas jenis beberapa jenis logam dan perhitungan massa molar
berbagai jenis logam dengan pengukuran langsung menggunakan kalorimeter, air dan
beberapa jenis logam. Jenis logam yang digunakan adalah Aluminium (massa 2,79 g),
Besi (massa 7,51 g), Kuningan (massa 8,38 g ), dan Tembaga (massa 8,63 g).
Pengukuran kapasitas panas kalorimeter dilakukan sebanyak 7 kali dan untuk
kapasitas panas jenis pengukuran dilakukan masing-masing sebanyak 10 kali untuk
setiap jenis logam. Hasil perhitungan dari data kemudian dibandingkan dengan hasil
yang diperoleh dari literatur.

5
Grafik hasil pengukuran suhu rata - rata sebagai fungsi waktu untuk perhitungan
kapasitas panas kalorimeter dapat dilihat pada Gambar 3. Dari perhitungan tersebut nilai
rata-rata kapasitas panas kalorimeter diperoleh yaitu 67,35 J/oC.
Grafik perubahan suhu rata-rata campuran air, kalorimeter dan logam
Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 4.
Untuk perhitungan massa molar logam, nilai kapasitas panas molar untuk setiap logam
adalah 25 J/moloC yang diperoleh dari hukum Dulong-Petit. Dari hasil perhitungan
rata-rata kapasitas panas jenis logam Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga masing-
masing diperoleh 0,90 J/goC, 0,47 J/goC, 0,39 J/goC dan 0,38 J/goC dan nilai massa
molar rata-rata untuk masing-masing logam adalah 27,96 g/mol, 53,53 g/mol, 64,54
g/mol dan 66,40 g/mol seperti pada Tabel 1- 4.

51,5
51
50,5
Suhu (oC)

50
49,5
49
48,5
0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600
Waktu (sekon)

Gambar 3. Grafik perubahan suhu campuran air dan kalorimeter terhadap waktu

27

26,5

26
Suhu (oC)

Aluminium
25,5
Besi
25 Kuningan
24,5 Tembaga

24
0 60 120 180 240 300 360 420 480
Waktu (sekon)

Gambar 4. Perubahan suhu campuran air, kalorimeter dan logam Aluminium, Besi,
Kuningan dan Tembaga terhadap waktu

6
Tabel 1. Perhitungan kapasitas panas jenis dan massa molar logam Aluminium
No c (J/goC) Cm (J/moloC) M (g/mol)
1 0,94 25 26,60
2 0,82 30,45
3 0,81 30,86
4 0,96 26,04
5 0,94 26,60
6 0,80 31,25
7 0,92 27,17
8 0,93 26,88
9 0,93 26,88
10 0,93 26,88
Rata -rata 0,90 27,96
Keterangan: setiap nilai diatas merupakan perhitungan dari 10 kali pengukuran

Tabel 2. Pengukuran kapasitas panas jenis dan massa molar logam Besi
No c (J/goC) Cm (J/moloC) M (g/mol)
1 0,46 25 54,35
2 0,46 54,35
3 0,46 54,35
4 0,45 55,56
5 0,45 55,56
6 0,45 55,56
7 0,50 50,00
8 0,50 50,00
9 0,50 50,00
10 0,45 55,56
Rata -rata 0,47 53,53
Keterangan: setiap nilai diatas merupakan perhitungan dari 10 kali pengukuran

Tabel 3. Pengukuran kapasitas panas jenis dan massa molar logam Kuningan
No c (J/goC) Cm (J/moloC) M (g/mol)
1 0,41 25 60,98
2 0,42 59,52
3 0,36 69,44
4 0,40 62,50
5 0,41 60,98
6 0,40 62,50
7 0,40 62,50
8 0,35 71,43
9 0,35 71,43
10 0,39 64,10
Rata -rata 0,39 64,54
Keterangan: setiap nilai diatas merupakan perhitungan dari 10 kali pengukuran

7
Tabel 4. Pengukuran kapasitas panas jenis dan massa molar logam Tembaga
No c (J/goC) Cm (J/moloC) M (g/mol)
1 0,35 25 71,43
2 0,36 69,44
3 0,40 62,50
4 0,34 73,53
5 0,43 58,14
6 0,38 65,79
7 0,38 65,79
8 0,38 65,79
9 0,38 65,79
10 0,38 65,79
Rata -rata 0,38 66,40
Keterangan: setiap nilai diatas merupakan perhitungan dari 10 kali pengukuran

Perubahan suhu campuran kalorimeter dengan air terhadap waktu yang diukur
memperlihatkan suhu campuran semakin berkurang terhadap waktu sampai mencapai
suhu kesetimbangan dan cenderung menuju suhu kalorimeter yang ditampilkan pada
Gambar 3. Perubahan suhu rata-rata campuran air dan kalorimeter sebagai fungsi waktu
diberikan pada Tabel 1 dengan menggunakan persamaan 1. Rata-rata nilai kapasitas
panas kalorimeter adalah 67,35 J/oC. Berdasarkan literatur nilai rata-rata kapasitas panas
kalorimeter adalah (66 1) J/K (PHYWE, 2009).
Pada Gambar 4, perubahan suhu campuran jenis logam Aluminium, Besi,
Kuningan dan Tembaga dengan air dan kalorimeter terhadap waktu semakin lama
semakin naik, sampai mencapai suhu kesetimbangan.
Hasil pengukuran kapasitas panas jenis dengan hasil perhitungan menunjukkan
angka yang mendekati. Nilai kapasitas panas jenis yang diperoleh dari pengukuran
untuk logam Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga masing-masing diperoleh 0,90
J/goC, 0,47 J/goC, 0,39 J/goC dan 0,38 J/goC. Nilai kapasitas panas jenis dari literatur
untuk logam Aluminium dan Tembaga adalah 0,90 J/goC dan 0,39 J/goC (Halliday,
1985), Besi 0,45 J/goC (Giancoli, 2001), dan Kuningan 0,39 J/goC (PHYWE, 2009) .
Hasil perhitungan massa molar dari kapasitas panas jenis yang diperoleh untuk
logam Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga masing-masing adalah 27,96 g/mol,
53,53 g/mol, 64,54 g/mol dan 66,40 g/mol. Nilai massa molar dari literatur untuk logam
Aluminium 26,98 g/mol, Besi 55,85 g/mol dan Tembaga 65,37 g/mol (Tabel Periodik).
Nilai massa molar untuk logam kuningan tidak dapat diketahui secara pasti karena nilai
massa molar secara teori untuk logam di atas merupakan logam murni, sedangkan
logam kuningan merupakan campuran dari logam Besi dan Tembaga.
Faktor yang menyebabkan perbedaan hasil yang diperoleh dari pengukuran dan
literatur untuk logam Aluminium, Besi dan Tembaga, salah satunya adalah
kemungkinan logam tersebut bukan merupakan logam murni dan nilai kapasitas panas
molar yang digunakan 25 J/gmol. Faktor lainnya adalah kemungkinan ada air yang
masuk bersamaan dengan logam yang dipanaskan (massa air bertambah) dan isolator
kalorimeter masih kurang sehingga ada panas yang keluar ke lingkungan.
Berdasarkan data hasil pengukuran diperoleh nilai kapasitas panas kalorimeter
67,35 J/oC dan dari literatur yang digunakan 66 J/oC maka diperoleh nilai error sebesar

8
2,05 %. Nilai kapasitas panas jenis yang diperoleh dari pengukuran untuk logam
Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga masing-masing diperoleh 0,90 J/goC, 0,47
J/goC, 0,39 J/goC dan 0,38 J/goC. Nilai kapasitas panas jenis dari literatur untuk logam
Aluminium, Besi, Kuningan dan Tembaga adalah 0,90 J/goC, besi 0,45 J/goC,
0,39J/goC dan 0,39 J/goC, dan maka diperoleh nilai error untuk logam Aluminium dan
Kuningan yaitu 0 % dan 0 %, Besi 4,44 % dan Tembaga 2,56 %.
Nilai massa molar yang diperoleh dari pengukuran untuk logam Aluminium,
Besi dan Tembaga masing-masing diperoleh 27,96 g/mol, 53,53 g/mol dan 66,40 g/mol.
Nilai massa molar dari literatur untuk logam tersebut masing-masing adalah 26,98
g/mol, 55,85 g/mol dan 65,37 g/mol, maka diperoleh nilai error masing-masing logam
yaitu 3,63%, 4,15% dan 1,58%.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengukuran dan analisa data, dapat disimpulkan bahwa


perubahan suhu terhadap waktu untuk campuran kalorimeter dengan air semakin
berkurang sampai mencapai suhu kesetimbangan dan cenderung menuju suhu
kalorimeter. Perubahan suhu campuran jenis logam Aluminium, Besi, Kuningan dan
Tembaga dengan air dan kalorimeter terhadap waktu semakin lama semakin naik,
sampai mencapai suhu kesetimbangan. Hasil pengukuran kapasitas panas kalorimeter
secara eksperimen dan literatur menunjukkan angka yang mendekati dengan persentase
kesalahan 2,05%. Hasil pengukuran kapasitas panas jenis logam dengan perhitungan
menunjukkan angka yang mendekati bahkan sama dengan literatur, untuk logam besi
terdapat perbedaan sebesar 4,44 % dan tembaga 2,56 %. Hasil pengkuran massa molar
logam Aluminium, Besi dan Tembaga dengan perhitungan dan yang diperoleh dari
litaratur terdapat perbedaan sebesar yaitu 3,63%, 4,15% dan 1,58%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Minarni dalam membimbing,


memberikan motivasi dan saran-saran kepada penulis dalam penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Antonius Surbakti atas bimbingan dan saran-
saran yang diberikan dalam penyelesaian Skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Avramov, I., Michailov, M. 2008. Specific heat of nanocrystals. Institute of Physical


Chemistry, Bulgarian Academy of Sciences, Academic Georgi Bontchev street,
Block 11, 1113 Sofia, Bulgaria.
Giancoli, D. C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima (terjemahan), Erlangga, Jakarta.
Halliday, D. dan R. Resnick. 1985. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (terjemahan). Erlangga,
Jakarta.
Laing, M. dan Laing, M. 2006. Dulong and Petit's Law: We Should Not Ignore Its
Importance, J. Chem. Educ., 2006, 83 (10), p 1499.
PHYWE. 2009. Heat Capacity of Metals. Laboratory Experiments Physics, Manuals.
PHYWE SYSTEME GMBH.

9
Ratna dkk. 2009. Kapasitas Panas, Panas Spesifik dan Kalorimetri. http://www.chem-
is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/kapasitas-panas-panas-spesifik-dan-
kalorimetri/.
Tabel Periodik Unsur-unsur Kimia. 2005.
Tipler, P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Erlangga, Jakarta.
Young, H. D dan R. A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi kesepuluh
(terjemahan). Erlangga, Jakarta.

10

You might also like