Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The aim of this research was to know most effective solvent comparison (ethanol, ethanol:HCL,
ethanol: Citric Acid) on the betacyanin extract properties from Beet Peel. The characteristic of
Beet Peel contain 82,85 percent water, fiber 5,95 percent, ash 1,33 percent, and lipid 0,31
percent. The research was also aimed to know potential of Beet Peel for narutal dyes. This
research was conducted only to compare effectivity of three different solvent that use to extract
Beet Peel, temperature that use for extraction are the same at 30oC for 40 minute. The best
characteristic of extract was obtained from the ethanol:HCL with betalain of 2,4535 mg/100g.
Keywords: beet peel, betacyanin, solvent
38
Ekstraksi Betasianin Dari Kulit Umbi Bit (Beta vulgaris) Sebagai Pewarna Alami (Martinus Andree Wijaya Setiawan, dkk)
Coultate (1996) menyatakan bahwa betalain Zat warna alami (naturaldyes) adalah zat warna
dibagi menjadi dua kelompok yaitu betasianin yang diperoleh dari alam khususnya dari tumbuh-
39
AGRIC Vol. 27, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2015: 38 - 43
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa tum- HCL. Lama ekstraksi adalah selama 40 menit,
buhan penghasil zat warna mengandung senya- adapun pengujian pada sampel kulit umbi bit
wa-senyawa berwarna. Senyawa zat warna yang sebelum dilakukan ekstraksi yaitu berupa kadar
paling dominan penggunaanya sebagai indikator abu (Sudarmaji, 1997), kadar air dengan meng-
titrasi asam basa adalah antosianin karena zat gunakan Ohaus MB25, kadar lemak dengan
tersebut paling banyak diperoleh dari bunga- metode Soxhlet (Sudarmaji, 1997), dan kadar serat
bunga berwarna. Antosianin mempunyai sifat (Sudarmaji, 1997). Parameter uji yang dilakukan
larut dalam air membentuk zat warna. Dalam pada hasil ekstrasi kulit umbi bit dari 3 macam
suasana asam berwarna merah dan lebih stabil. pelarut adalah kandungan betalain (Wrolstad,
Dalam suasana basa berwarna biru. (Siti Marwati, 2001) yang menggunakan Spektrofotometri UV-
2010). Selain antosianin, warna merah juga Visible (UV-1240 Shimadzu) pada tiga panjang
dihasilkan dari senyawa betalain yang mengandung gelombang yaitu 476, 538, dan 600. Hasil
nitrogen dan larut dalam air. Betalain terdiri dari absorbansi yang didapat kemudian dihitung
senyawa betasantin dan betasianin. Betasantin dengan rumus dibawah ini untuk mengetahui
bersifat larut dalam air membentuk larutan kandungan betasianin dalam tiap macam pelarut.
berwarna merah. Stabil dalam larutan panas
x = 1,095 (A538 A600)
(60oC), cahaya dan udara terbuka. Senyawa
tersebut lebih stabil pada kondisi pH 3,5-5,0. z = A538 x
Pigmen betasantin berwarna kuning dan
betasianin berwarna ungu. Perlu diketahui bahwa y = A476 z -
proses penggunaan zat pewarna alami dari Dimana: x = absorbansi betanin dikurangi
tumbuhan harus melalui proses ekstraksi, pengotor
sedangkan penelitian tentang pelarut ekstraksi
y = absorbansi vulgaxantin-I
masih belum banyak dilakukan terutama kaitannya
dengan penggunaan jenis pelarut. Maka penelitian z = absorbansi pengotor
dilakukan untuk mencari efektifitas dari jenis konsentrasi betanin dan vulgaxantin-I ditentukan
pelarut dalam proses ekstraksi sehingga didapatkan dengan persamaan sebagai berikut:
kadar betalanin yang tinggi.
40
Ekstraksi Betasianin Dari Kulit Umbi Bit (Beta vulgaris) Sebagai Pewarna Alami (Martinus Andree Wijaya Setiawan, dkk)
41
AGRIC Vol. 27, No. 1 & No.2, Juli & Desember 2015: 38 - 43
Efektifitas dari proses ekstraksi tidak terlepas dari daripada C betanin pada penggunaan pelarut
kemampuan pelarut dalam melarutkan komponen- campuran ethanol:Asam sitrat yaitu sebesar
komponen zat yang terlarut. Peristiwa pelarutan 0,0014. Pada penggunaan pelarut campuran
suatu zat terjadi karena adanya interaksi antara ethanol: HCl diperoleh nilai Cbetanin tertinggi yaitu
pelarut dengan bahan yang dilarutkan (Effendi, sebesar 0,0015. Sedangkan pada Cvulgaxanthin-
1991). Selain itu efektivitas suatu proses ekstraksi I diperoleh nilai yang tidak berbeda antara
juga ditentukan oleh kemurnian pelarut, suhu penggunaan pelarut ethanol dan ethanol:asam
ekstraksi, metode ekstraksi dan ukuran partikel- sitrat yaitu sebesar 0,0007, akan tetapi pada
partikel bahan yang diekstraksi. Makin murni penggunaan pelarut ethanol:HCl diperoleh
suatu pelarut dan makin lama waktu kontak antara Cvulgaxanthin-I lebih tinggi yaitu 0,0010.
pelarut dengan bahan yang diekstraksi pada suhu Kandungan betalain pada kulit umbi bit yang
tertentu, maka ekstrak yang dihasilkan makin diperoleh dari penggunaan pelarut ethanol
banyak (Geankoplis, 1991). diperoleh 1,6084 mg/100g, pelarut ethanol:Asam
sitrat 2,1384 mg/100g, dan pelarut ethanol:HCl
Penggunaan 3 jenis pelarut dalam penelitian ini
sebesar 2,4535 mg/100g sampel kulit umbi
yaitu terdiri dari 1 pelarut tunggal yaitu ethanol
bit.Suhu yang digunakan pada ketiga perlakuan
dan 2 pelarut campuran yaitu ethanol: HCl dan pelarut ini dianggap tidak berpengaruh karena
ethanol: Asam Sitrat. Fungsi ethanol dan asam
suhu ekstraksi dilakukan pada suhu ruang. Begitu
sitrat untuk menurunkan pH pelarut. Menurut
juga dengan waktu ekstraksi pada ketiga per-
Metriva (1980) dalam Nursaerah mengatakan lakuan pelarut sama yaitu 40 menit.
bahwa pengasaman pelarut menggunakan HCl
bersifat korosif terhadap sampel. Maka perlu Tabel 3. Kandungan Betasianin pada kulit umbi bit
digunakan asam-asam organic contohnya asam Betalain
sitrat dalam pengasaman pelarut. Menurut Pelarut Cbetanin Cvulgaxanthin-I
(mg/ 100g)
Castellar et al. (2003) bahwa betasianin memiliki
Ethanol 0,9276 0,6808 1.6084
tingkat kestabilan yang tinggi pada pH 5,
Ethanol + As. Sitrat 1,4060 0,7324 2.1384
sedangkan menurut Reid et al. (1980) kerusakan
betasianin meningkat tajam di bawah pH 4 dan Ethanol + HCL 1,4757 0,9778 2.4535
Coultate (1996) menambahkan bahwa pada nilai
pH netral menyebabkan kerusakan betasianin dan Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa
berubah menjadi berwarna cokelat. Oleh karena perlakuan pelarut yang paling baik dalam
itu, pH pelarut perlu dikondisikan pada pH optimal ekstraksi betasianin pada kulit umbi bit yaitu
betasianin. Namun, pada penelitian ini tidak penggunaan pelarut ethanol: HCl. Hal ini diduga
dilakukan pengukuran pH pada pelarut. karena kombinasi pelarut ethanol:HCl memberi-
kan tingkat kepolaran yang mendekati tingkat
Betasianin merupakan pigmen berwarna merah kepolaran betasianin pada kulit umbi bit sehingga
atau merah-violet. Warna merah bit segar disebab- meningkatkan kemampuan untuk melarutkan
kan oleh pigmen betasianin, suatu senyawa yang betasianin dan ekstraksi dapat terjadi secara
mengandung nitrogen. Bit juga mengandung maksimal. Vogel (1987) menyatakan bahwa daya
betaxantin, suatu pigmen berwarna kuning. Kedua melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
pigmen ini beragam menurut kultivar, dan dapat kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
berubah karena kondisi lingkungan. Tingkat warna diekstraksi.
merah menunjukkan bahwa kandungan betaxan-
tinnya sedikit, warna kuning menunjukkan bahwa KESIMPULAN
tidak terdapat betasianin, dan warna putih
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
menunjukkan tidak terdapatnya kedua pigmen
bahwa pada kulit umbi bit memiliki kandungan
tersebut.
air yang tinggi yaitu 82,85 persen, kadar lemak,
Pada penggunaan pelarut tunggal ethanol serat, dan abu yang rendah yaitu 0,31 persen,
diperoleh nilai Cbetanin sebesar 0,0009 lebih kecil 5,95 persen, dan 1,33 persen. Oleh karena
42
Ekstraksi Betasianin Dari Kulit Umbi Bit (Beta vulgaris) Sebagai Pewarna Alami (Martinus Andree Wijaya Setiawan, dkk)
rendahnya kandungan air, lemak, serat, dan abu Jackman, R.L., Smith, J.L. 1996. Anthocyanins
tersebut, proses ekstraksi kulit umbi bit tidak and Betalains in Natural Food Colorants.
terlalu sulit. Hal ini juga ditunjukkan dengan Blackie Academic and Professional.
kandungan air yang tinggi dengan kandungan serat London.
yang rendah. Analisis kandungan betasianin Marwati, S. 2010. Aplikasi Beberapa Bunga
antara tiga pelarut maksimal pada pelarut Berwarna sebagai Indikator Alami
ethanol:HCl dengan nilai sebesar 2,4535 mg/100g. Titrasi Asam Basa. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian. Pendidikan dan
DAFTAR PUSTAKA
Penerapan MIPA FMIPA UNY
Castellar, R., Obon, J.M., Alacid,M., Lopes, J.A.F.
Metriva, M. 1995. Mempelajari Ekstraksi
2003. Color properties and stability of
Antosianin dari Kulit Buah Manggis
betacyanin from Opuntia fruits. J. Agric.
(Garnicia mangostana L) Menggunakan
Food Chem. 51: 2772-2776.
Pelarut Metanol yang Diasamkan.
Coultate, T.P. 1996. Food The Chemistry of Its (Skripsi) Fakultas Teknologi Pertanian.
Components. 3rd edition. The Royal Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Society and Chemistry Company. Cambridge.
Reid, M., Jack, S., Paul, L., Young, R.E. 1980.
Effendi, W. 1991. Ekstraksi, Purifikasi dan Effects of pH and ethephon on betacyanin
Karakterisasi Antosianin dari Kulit leakage from beet root discs. Plant
Manggis (Garcinia mangostana L.). Physiol 66: 1015-1016.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Stintzing, F.C., Carle, R. 2007. Betalains-
Pertanian Bogor. Bogor.
emerging prospects for food scientists.
Escribano, J., Pedreno, M.A., Garcia-Carmona, Tends Food Sci. Technol. 18: 514 525.
F., Munoz, R. 1998. Characterization of
Sudarmadji, S.B., Haryono, S. 1997. Prosedur
the antiradical activity of betalains from
Analisa untuk Bahan Makanan dan
Beta vulgaris L. Roots. Phytochem.
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Anal. 9:124-127.
Vogel, A.C. 1987. Textbook of Practical
Geankoplis C.J. 1991. Transport Processess and
Organic Chemistry. Fourth Edition.
Unit Operations, 2nd Ed, Allyn and
Pp.130-136.
Bacon, Inc, Toronto.
Wirakusumah, E. 2007. Cantik Awet Muda
Hardojo, L. 1995. Teknologi Kimia Bagian II.
Dengan Buah Sayur dan Herbal.
Cetakan Pertama, Penerbit PT. Prandnya
Jakarta: Penebar Swadaya.
Paramita, Jakarta.
Wrolstad, R.E., Giusti, M.M. 2001. Unit F1.2:
Havlikova, L.K., Mikova, K. 1983. Heat Stability
anthocyanins.Characterization and
of Betacyanins. Lebensm Unters Forsch
measurement with UV-visible spectroscopy.
177: 247-250
In: Wrolstad, RE, editor. Current protocols
Herbach, K.M., Stinizing, F.C., Carle, R. 2006. in food analytical chemistry. New York:
Betalain stability and degradation John Wiley & Sons. p. F1.2.1 1.2.13.
structural and chromatic aspects. J. Sci.
of food. Vol. 71.Nr.4.
***
43