You are on page 1of 7

NeriticVol.5No.1,hal814,Maret2014 ISSN.

19781210

KONDISI TERUMBU KARANG DI PESISIR BARAT PULAU KEI KECIL,


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
(Coral Reef Condition in West Coast Kei Kecil Island, Maluku Tenggara Regency)

Zulfikar Afandy1) dan Eka A. Supeni2)


1)
Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Tual
2)
Politeknik Perikanan Negeri Tual
e-mail : ikka_ji@yahoo.com

ABSTRACT
This research was held at 11 stations located in the coast and islands of the west coast
of the Kei Kecil island, an administrative region of sub district Kei Kecil, South East
Maluku Regency. This research was conducted in September until December 2013, by
using the Point Intercept Transect method. The results showed that the percentages of live
coral cover was 27.50-85.00%, which indicated that the coral coverage was in the medium
up to excellent categoris condition. But overall the percentage was 53.11% which also
indicated a good condition. Additionally, the reef mortality rate was (0.21) which showed
the change of the live coral to be a dead coral was not rising significantly yet. Therefore,
through this discussion we attempt to address that even so the above results indicate
excellent conditions, yet these area still have to be preserved and protected from the
exploitation or irresponsible activities, to ensure the better ecosystem for the life of coral
reefs.
Keywords: Coral Reef, Kei Kecil, Point Intercept Transect

PENDAHULUAN sebagai tempat penelitian dan kepentingan


Ekosistem terumbu karang pendidikan (Suharsono, 1996). Lebih dari
merupakan bagian dari ekosistem laut 80% penduduk Indonesia hidup di
yang menjadi sumber kehidupan bagi kawasan pesisir sehingga degradasi yang
beraneka ragam biota laut. Di dalam terjadi tidak hanya akan memberikan
ekosistem terumbu karang bisa hidup dampak yang signifikan terhadap
lebih dari 400 jenis karang, lebih dari 200 ekosistem terumbu karang saja, tetapi juga
jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis terhadap komunitas yang hidup dan
moluska, crustacea, sponge, algae, lamun menggantungkan mata pencahariannya
dan biota laut lainnya (Moosa et al., 1996 terhadap ekosistem ini (Burke et al., 2002
dalam Suharsono, 1996). dalam Habibi et al., 2007).
Disamping itu, terumbu karang Kabupaten Maluku Tenggara
merupakan sumber bahan makanan memiliki sebaran terumbu karang dengan
langsung atau tidak langsung dan sumber luas 299,29 km2, yang tersebar di beberapa
obat-obatan. Terumbu karang sebagai pulau-pulau kecil yang ada di daerah ini.
pelindung pantai dari hempasan ombak Secara umum kondisi terumbu karang di
dan sumber utama bahan konstruksi. Kabupaten Maluku Tenggara termasuk
Terumbu karang mempunyai nilai yang dalam kategori sedang dengan tutupan
penting sebagai pendukung dan penyedia karang hidup sebesar 46,77% (DKP
bagi perikanan pantai termasuk di Maluku Tenggara, 2010).
dalamnya sebagai penyedia lahan dan Diantara beberapa tipe terumbu
tempat budidaya berbagai hasil laut. karang ada dua bentuk yang ditemukan di
Pemandangan yang sangat indah untuk Kei Kecil, karang tepi disebagian besar
rekreasi pantai dan bawah laut serta kepulauan ini dan karang penghalang yang

8
ZulfikarAfandydanEkaA.Supeni

terdapat di bagian barat Kepulauan Krus, Burung) terdiri dari 55 jenis, 14 suku dan
bagian Timur Pulau Tangwain dan 28 marga (Sutarna 1991 dalam Monk, et al.,
diantara pulau Ohoiwa dan pulau Ohoitir 2000)).
(Sutarna, 1991 dalam Monk, et al., 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah
Berdasarkan survey potensi sumber untuk mengetahui kondisi terkini terumbu
daya perikanan dan kelautan yang karang yang ada di pesisir barat Pulau Kei
dilakukan di 6 Kecamatan (DKP Maluku Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, data
Tenggara, 2010) tercatat 204 jenis karang, kondisi tersebut sangat dibutuhkan untuk
yang tergolong dalam 62 marga dan 17 mengetahui kecenderungan yang terjadi
suku. Sedangkan menurut studi yang pada ekosistem terumbu karang sehingga
dilakukan oleh Sutarna dan Sumadiharja dapat dirumuskan satu bentuk pengelolaan
(1990) dalam Monk. Et al. (2000) paling yang terbaik untuk menjaga kelestariannya.
sedikit 75 jenis karang dicatat, yang
tergolong dalam 14 suku dan 35 marga. METODE PENELITIAN
Jumlah ini dikumpulkan dari 9 lokasi studi, Waktu dan Tempat
Tonguing (Timur Laut dan Utara), Pulau Penelitian ini dilaksanakan mulai
Nura, Pulau Krus, Pulau Lik, Pulau bulan September Desember 2013.
Ohoiwa, Pulau ohoitir dan Pantai Pasir Lokasi penelitian dilakukan di pesisir dan
Panjang (Ngur Bloat). Sedangkan jenis pulau-pulau kecil yang terdapat di bagian
karang dari 6 lokasi studi lainnya barat pulau Kei Kecil, Kabupaten Maluku
(Kepulauan Warbal, Kepulauan Ohoililir, Tenggara (Gambar 1).
Ngilngof, Dullah Laut, Sorbat Indah dan

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan Metode Pengambilan Data


Alat dan bahan yang digunakan Metode pengambilan data yang
dalam penelitian ini: 1) Alat selam digunakan dalam penelitian ini adalah
SCUBA, 2) Roll meter, 3) Sabak dan metode transek dengan model Point
pensil, 3) Kamera bawah air 4) GPS, dan Intercept Transect (PIT). Metode ini dapat
5) Perahu/boat. memperkirakan kondisi terumbu karang di

9
NeriticVol.5No.1,hal814,Maret2014 ISSN.19781210

suatu lokasi berdasarkan persen tutupan Sedang bila persen tutupan karang
karang batu hidup dengan mudah dan hidup antara 25-49,9%
cepat (Manuputty, 2009). Secara teknis, Baik bila persen tutupan karang hidup
metode Point Intercept Transect (PIT) adalah antara 50-74,9%, dan
cara menghitung persen tutupan (% cover) Sangat baik apabila persen tutupan
substrat dasar secara acak, dengan karang batu hidup 75-100%
menggunakan tali bertanda disetiap jarak
0,5 meter atau juga dengan pita berskala Analisis Data
(roll meter) sepanjang 30 meter. Persen cover tutupan karang
Penempatan roll meter sesuai kontur Untuk menghitung besarnya
terumbu pada kedalaman 4-6 m sejajar persentase tutupan karang hidup, karang
garis pantai. Kondisi ekosistem terumbu mati dan kategori lainnya, dipergunakan
karang ditentukan berdasarkan persen rumus Manuputty dan Djuwariah (2009):
tutupan karang batu hidup dengan kriteria
berdasarkan Gomez & Yap (1988) sebagai Li=Ni/ Lx 100%
berikut: Dimana:
Li = persentase penutupan kategori ke-i;
Rusak bila persen tutupan karang ni = jumlah point kategori ke-i; dan
hidup antara 0-24,9%. L = jumlah total point semua kategori .

Tabel 1. Kategori bentuk pertumbuhan karang (Manuputty, et al, 2006)


Substrat Kategori Penjelasan
Live Coral
AC Acropora, termasuk Acropora bercabang, Acropora bentuk meja, Acropora
bentuk menjalar/mengerak, Acropora bentuk submassive, Acropora bentuk
digitata.
NA Non Acropora, termasuk jenis karang bentuk bercabang, jenis karang bentuk
massif, jenis karang bentuk menjalar/mengerak, jenis karang berbentuk daun, jenis
karang dari famili Fungiidae (bentuk jamur), Millepora sp (karang api), Heliopora sp
(karang biru).
Dead Coral
DC Karang mati
DCA Karang mati tertutup alga
Other (Fauna lainnya)
SC Karang lunak
SP Sponge
OT Others: anemon, gorgonian, hydroid, ascidian, kima, dan lain-lain
Abiotik
S Pasir
R Rubble (pecahan karang)
Ket: AC: Acropora, NA: Non Acropora, DC: Death Coral, DCA:Death Coral Algae, SC: Soft Coral, SP: Sponge, OT: Other, S: Sand,
R: Rubble

Indeks kematian karang karang dapat diketahui melalui indeks


Penilaian suatu kondisi atau kematian karang dengan perhitungan
kesehatan ekosistem terumbu karang tidak (English et al. 1997):
hanya berpatokan pada persentase
%
penutupan karang hidup, karena bisa saja
% %
terjadi dua daerah memiliki persentase
karang hidup yang sama namun IM=Indeks mortalitas/indeks kematian
mempunyai tingkat kerusakan yang
Nilai indeks kematian yang
berbeda. Tingkat kerusakan ini terkait
mendekati nol menunjukkan bahwa tidak
dengan besarnya perubahan karang hidup
ada perubahan yang berarti bagi karang
menjadi karang mati. Rasio kematian
hidup. Sedangkan nilai yang mendekati

10
ZulfikarAfandydanEkaA.Supeni

satu menunjukkan bahwa terjadi terdiri dari 5,00 % karang bercabang


perubahan yang berarti dari karang hidup (Acropora sp) dan karang keras lainnya
menjadi karang mati. (Non Acropora) sebesar 22,50 % dengan
bentuk pertumbuhan Sub Massif dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Branching. Sedangkan yang tertinggi di
Persen Cover Tutupan Karang stasiun Ngurbloat, tutupan karang hidup
Hasil pengukuran kondisi terumbu di stasiun ini terdiri dari 21,67 % karang
karang di beberapa stasiun yang terletak di bercabang (Acropora sp) dan karang keras
Kei Kecil Barat dapat dilihat pada Tabel 3. lainnya (Non Acropora) sebesar 23,33 %
Tabel 2. Kondisi terumbu karang di tiap dengan bentuk pertumbuhan Massif dan
stasiun penelitian Branching. Tutupan abiotik cukup tinggi di
Stasiun Lokasi LC DC OT AB Kondisi stasiun ini, yang didominasi dari kategori
1
2
Pulau Er
Pulau Ngaf
43,33 13,33 25,00 18,33 Sedang
68,33 10,00 0,00 21,67 Baik
Rubble (patahan karang) sebesar 20 %, hal
3 Ohoililir 58,33 26,67 6,67 8,33 Baik ini ini mengindikasikan pada site ini
4
5
Ngurbloat
Ngilngof
45,00 13,33 18,33 23,33 Sedang
35,00 15,00 31,67 18,33 Sedang
pernah terjadi penggunaan bahan
6 Pulau Ohoieuw 27,50 15,00 32,50 25,00 Sedang peledak/pengeboman, hal ini sesuai
7
8
Pulau Ohoiwa 85,00 6,67 8,33 0,00 Sangat Baik
Namar 75,00 16,67 1,67 6,67 Sangat Baik
dengan yang dikemukakan Raymmundo et
9 Lairngangas 55,00 11,67 16,67 16,67 Baik al. (2007) dalam Hartoni (2011), bahwa
10 Pulau Ohoitir 40,00 11,67 23,33 25,00 Sedang
11 Pulau Warhu 51,67 8,33 3,33 36,67 Baik
praktek penangkapan dengan
Persentase rata-rata 53,11 13,48 15,23 18,18 pengeboman adalah penyebab utama
Ket: LC: Live Coral, DC: Death Coral, OT: Other fauna, AB: degradasi terumbu karang di Indo Pasifik.
Abiotik
Patahan karang yang dihasilkan tidak
Berdasarkan hasil penelitian, dari 4 dapat bertahan hidup dan menciptakan
kategori kondisi terumbu karang 3 puing-puing karang yang tidak stabil tidak
diantaranya ditemukan di stasiun cocok untuk perekrutan karang yang baru.
penelitian, yakni kondisi sedang, baik dan
sangat baik, dengan persentase tutupan LC DC OT AB
karang hidup berkisar dari 27,50-85,00 %. 80.00
70.00
60.00
LC DC OT AB
50.00
50.00
45.00 40.00
40.00 30.00
35.00
30.00 20.00
25.00 10.00
20.00
15.00 0.00
10.00 Pulau Ngaf Ohoililir Pulau Warhu Lairngangas
5.00
0.00
Pulau Ngurbloat Ngilngof Pulau Pulau Er
Gambar 3. Persentase dan sebaran terumbu
Ohoieuw Ohoitir karang kondisi baik

Gambar 2. Persentase dan sebaran terumbu Tutupan karang dengan kondisi baik
karang kondisi sedang ditemukan di 4 stasiun, yakni di Pulau
Ngaf, Ohoililir, Pulau Warhu dan
Kondisi sedang terdapat di 5 Lairngangas, dengan nilai kisaran 51,67
stasiun (gambar 2), yakni di stasiun Pulau 68,33 %. Nilai tutupan terendah terdapat
Ohoieuw, Ngurbloat, Ngilngof, Pulau di Pulau Warhu yang terdiri dari terdiri
Ohoitir dan Pulau Er, dengan nilai kisaran dari 15,00 % karang bercabang (Acropora
27,50 - 45,00 %. Nilai tutupan terendah sp) dan 36,67 % karang keras lainnya (Non
berada di stasiun Pulau Ohoieuw yang Acropora) sebesar dengan bentuk

11
NeriticVol.5No.1,hal814,Maret2014 ISSN.19781210

pertumbuhan Massif dan Sub Massif. potensi sumber daya perikanan dan
Sedangkan nilai tutupan tertinggi kelautan (DKP Maluku Tenggara, 2010)
ditemukan di stasiun Pulau Ngaf yang menyatakan terumbu karang di perairan
didominasi oleh jenis karang bercabang pesisir Kecamatan Kei Kecil dengan
(Acropora sp). persen tutupan karang batu yang tinggi
adalah Ohoiwa (90,56 %) dan Tanjung
LC DC OT AB Ngadiun (75,94%). Nilai persen tutupan
90.00
karang yang tinggi itu sekaligus
80.00 menegaskan bahwa kondisi terumbu
70.00 karang pada perairan pesisir Ohoiwa dan
60.00 Tanjung Ngadiun termasuk kategori
50.00
Sangat Baik (Excellent). Sedangkan hasil
40.00
30.00
penelitian ini menunjukkan nilai tutupan
20.00 karang 85,00% di Pulau Ohoiwa terdiri
10.00 dari 3,00 % karang bercabang (Acropora
0.00 sp) dan 80 % karang keras lainnya (Non
Pulau Ohoiwa Namar
Acropora) dengan bentuk pertumbuhan
Branching, Foliose dan Mushroom. Sementara
Gambar 4. Persentase dan sebaran terumbu tutupan karang mati sebesar 6,67%
karang kondisi sangat baik
sedangkan karang mati yang telah
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa ditumbuhi alga (DCA) tidak ditemukan di
sebaran terumbu karang dengan kondisi stasiun ini. Sementara organisme lain yang
sangat baik hanya terdapat di dua stasiun, ditemukan berupa Tridacna sp sebesar 8,33
yakni di Pulau Ohoiwa dan Namar dengan %. Salah satu faktor yang menyebabkan
nilai masing-masing 85,00 % dan 75 %. kondisi terumbu karang di sekitar pulau ini
Pulau Ohoiwa memiliki tingkat penutupan masih sangat baik adalah aktifnya
karang hidup tertinggi diantara semua pengawasan di sekitar pulau oleh petugas
stasiun, pada sebelah timur pulau ini keamanan yang terdapat di perusahaan
terdapat perusahaan mutiara berskala mutiara sehingga membuat stasiun ini
nasional, adapun stasiun penelitian aman dari tindakan destructive fishing.
berlokasi di timur laut pulau. Tingginya
Indeks Kematian Karang (IM)
tutupan karang di pulau ini sesuai dengan
Pengukuran tingkat kerusakan terumbu
hasil survei manta tow kondisi terumbu
karang diperoleh melalui pendekatan
karang Kei Kecil Barat (WWF, 2010) yang
indeks kematian karang. Nilai indeks
menunjukan kondisi karang hidup di
kematian karang pada tiap stasiun dapat
Pulau Ohoiwa persentasenya diatas 75%
dilihat pada Gambar 5.
(Excellent). Sementara berdasarkan survey
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00

Gambar 5. Nilai indeks kematian karang di tiap stasiun

12
ZulfikarAfandydanEkaA.Supeni

Gambar 5 di atas menunjukkan nilai Maluku Tenggara. Kerjasama Dinas


indeks kematian karang berkisar 0,07 Kelautan dan Perikanan Kabupaten
0,35, dimana nilai tertinggi berada pada Maluku Tenggara dengan
stasiun Pulau Ohoieuw, sedangkan CV.Alfreges. Langgur.
terendah pada stasiun Pulau Ohoiwa. English, S., C. Wilkinson, and V. Baker,
Secara keseluruhan nilai indeks kematian (1994). Survey Manual for Tropical
karang menunjukkan nilai indeks kematian Marine Resources. ASEAN-Australia
yang cukup rendah yakni 0,21, Marine Science Project : Living
menunjukkan perubahan kondisi dari Coastal Resources. Australian
karang hidup menjadi karang mati belum Institute of Marine Science.
terlalu berarti, hal ini sesuai dengan Townsville.
pernyataan English, et al. (1997), yang
Gomez, E.D and H.T. Yap, (1988).
menyatakan nilai indeks kematian yang
Monitoring Reef Condition in
mendekati nol menunjukkan bahwa tidak
Kenchington, R. A. and B. E. T.
ada perubahan yang berarti bagi karang
Hudson (ed.): Coral Reef
hidup, sedangkan nilai yang mendekati
Management Hand Book.
satu menunjukkan bahwa terjadi
UNESCO Regional Office for
perubahan yang berarti dari karang hidup
Science and Technology for South
menjadi karang mati.
East Asia. Jakarta.
KESIMPULAN Habibi. A., N. Setiasih, dan J. Sartin,
Berdasarkan hasil penelitian (2007). Satu Dekade Pemantauan Reef
disimpulkan, kondisi terumbu karang di Check: Kondisi dan Kecenderungan pada
pesisir barat pulau Kei Kecil, Kabupaten Terumbu Karang Indonesia. JKRI.
Maluku Tenggara menunjukkan nilai Jakarta.
persentase tutupan karang hidup berada Hartoni., A. Damar, dan Y. Wardiatno,
pada kisaran 27,50-85,00%, nilai tersebut (2011). Kondisi Terumbu Karang di
menunjukan tutupan karang berada dalam Perairan Pulau Tegal dan Sidodadi
kategori sedang hingga sangat baik, namun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
secara keseluruhan nilai persentase Pesawaran Provinsi Lampung.
tutupan karang hidup sebesar 53,11 % https://docs.google.com. 25
yang tergolong dalam kondisi baik. Februari 2014.
Sedangkan nilai indeks kematian karang Manuputty, A.E.W., Giyanto, Winardi,
berkisar 0,07 0,35, namun rata-rata S.R. Suharti, dan Djuwariah, (2006).
keseluruhan nilai indeks kematian karang Manual Monitoring Kesehatan Karang
sebesar 0,21, menunjukkan perubahan (Reef health monitoring). CRITC
kondisi dari karang hidup menjadi karang COREMAP Indonesia. Jakarta.
mati belum terlalu berarti. Namun Manuputty, A.E.W, dan Djuwariah,
kawasan ini tetap perlu dijaga dari (2009). Panduan Metode Point Intercept
tindakan pemanfaatan yang tidak Transect (Pit) untuk Masyarakat.
bertanggung jawab dan merusak agar COREMAP II-LIPI. Jakarta.
kondisi terumbu karang tetap terjaga dan
dapat lebih baik. Monk, K.A, Y. de Fretes, dan R.G. Lilley,
(2000). Ekologi Nusa Tenggara dan
DAFTAR PUSTAKA Maluku. Prenhall Indo. Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raymmundo, L.J, A.P. Maypa, E.D.
Maluku Tenggara, (2010). Laporan Gomes and P. Cadiz, (2007). Can
Akhir Kajian Potensi Sumberdaya Dynamite Blasted Reef Recover? A
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Novel, Low-Tech Approach to

13
NeriticVol.5No.1,hal814,Maret2014 ISSN.19781210

Stimulating Natural Recovery in Fish and World Wide Foundation, (2010). Laporan
Coral Population. Marine Pollution Survey Manta Tow Kondisi Terumbu
Bulletin 54: 1009-1019. Karang Kei Kecil Barat. WWF-ID.
Suharsono, (1996). Jenis-jenis Karang yang Langgur.
Umum Dijumpai di Indonesia. P3O-
LIPI Jakarta.

14

You might also like