Professional Documents
Culture Documents
Pedoman GIS PDF
Pedoman GIS PDF
GIS/GIL
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Kemampuan SF6 dalam memadamkan busur api (1) .................................7
Gambar 1.2: Tegangan tembus AC gas SF6 dalam berbagai tekanan di bawah medan
listrik homogen ........................................................................................7
Gambar 1.3: Karakteristik dielektrik SF6 dalam medan listrik tidak homogen (6) .............8
Gambar 1.4: Titik Kritis cair ke gas untuk SF6 dan batas dew point. .............................9
Gambar 1.5: Kompartemen Busbar (model busbar 1 enclosure 1 phase) ................ 11
Gambar 1.6: Kompartemen Pemutus Tenaga (model busbar 1 enclosure 1 phase) . 12
Gambar 1.7: Kompartemen pemisah (model busbar 1 enclosure 1 phase) .............. 13
Gambar 1.8: Kompartemen Trafo Arus (model busbar 1 enclosure 1 phase) ........... 13
Gambar 1.9: Kompartemen Trafo tegangan (model busbar 1 enclosure 1 phase) .... 14
Gambar 1.10: Kompartemen LA (model busbar 1 enclosure 1 phase) ..................... 15
Gambar 1.11: Terminasi pada Sealing End Cable (model busbar 1 enclosure 1
phase) ................................................................................................... 15
Gambar 1.12: Terminasi/outdoor bushing (model busbar 1 enclosure 1 phase) ....... 16
Gambar 1.13: Terminasi trafo (model busbar 1 enclosure 1 phase) ......................... 16
Gambar 1.14: Relay Arus Lebih .................................................................................. 17
Gambar 1.15: Wiring system mekanik penggerak CB ................................................. 17
Gambar 1.16: Manometer gas SF6 .............................................................................. 18
Gambar 1.17: Density Monitor dan Density Switch SF6 ............................................... 19
Gambar 1.18: Absorbent kompartemen GIS ............................................................... 19
Gambar 1.19: Kompartemen (Gas Section) pada GIS................................................. 20
Gambar 1.20: Kompressor Sistem Pneumatic pada GIS ............................................. 20
Gambar 1.21: Sistem Pneumatic pada GIS ................................................................. 21
Gambar 1.22: Penggerak Hydraulic ............................................................................ 23
Gambar 1.23: Penggerak Spring/pegas ...................................................................... 25
Gambar 1.24: Kondisi rod/tuas penggerak mekanik PMS ........................................... 26
Gambar 2.1 Pengukuran Tahanan Pentanahan .......................................................... 37
Gambar 2.2 Pengukuran Suhu .................................................................................... 37
Gambar 2.3 Pengujian Purity dan Dew Point SF6 ........................................................ 38
Gambar 2.4 Pengujian Decomposition Product SF6 .................................................... 39
Gambar 2.5 Pengujian Partial Discharge..................................................................... 39
Gambar 2.6 Pengukuran Tahanan Kontak .................................................................. 41
Gambar 2.7 Pengukuran Keserempakan Kontak ........................................................ 41
Gambar 2.8 Pengukuran Tahanan Coil ....................................................................... 42
Gambar 2.9 Pengukuran Tahanan Isolasi Metode Atas-Pentanahan .......................... 43
Gambar 2.10 Pengukuran Tahanan Isolasi Metode Bawah-Pentanahan..................... 43
Gambar 2.11 Pengukuran Tahanan Isolasi Metode Atas-Bawah ................................ 43
Gambar 2.12 Pengukuran Tahanan Isolasi Metode Sekunder-Pentanahan pada CT .. 44
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 3
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kualitas Spesifikasi SF6 sebagai media isolasi GIS (3) ...................................9
Tabel 1.2 Kualitas SF6 sebagai media isolasi GIS (3) ................................................... 10
Tabel 2.1 In Service Inspection GIS ............................................................................ 30
Tabel 2.2 In Service Inspection GIL............................................................................. 34
Tabel 2.3 In Service Measurement GIS ....................................................................... 36
Tabel 2.4 In Service Measurement GIL ....................................................................... 36
Tabel 2.5 Shutdown Testing/Measurement GIS .......................................................... 40
Tabel 2.6 Shutdown Testing/Measurement GIL........................................................... 40
Tabel 2.7 Shutdown Function Test GIS ....................................................................... 45
Tabel 2.8 Shutdown Function Test GIL ....................................................................... 45
Tabel 3.1 Decomposition products SF6 (1). ................................................................... 49
Tabel 3.2 Nilai batas decomposition product SF6 ........................................................ 50
Tabel 4.1 Rekomendasi tindak lanjut hasil in-service inspection ................................. 54
BAB 1. PENDAHULUAN
Hingga saat ini sebanyak 80% gas SF6 yang diproduksi di seluruh dunia dipakai
sebagai media isolasi dalam sistem kelistrikan (2),(3). Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat
gas SF6 sebagai berikut (1),(3):
Sifat dielektrik yang bagus pada SF6 karena luasnya penampang molekul SF6 dan sifat
electron affinity (electronegativity) yang besar dari atom fluor (1). Dengan adanya sifat
ini maka SF6 mampu menangkap elektron bebas (sebagai pembawa muatan),
menyerap energinya, dan menurunkan temperatur busur api. Hal ini dinyatakan
dengan persamaan berikut (3) :
SF 6 + e SF 6 (1)
SF 6 + e SF 5 + F (2)
Energi yang diperlukan reaksi pertama adalah sebesar 0,05 eV untuk energi elektron
sebesar 0,1 eV, sedangkan untuk reaksi kedua adalah sebesar 0,1 eV (3). Setelah
proses pemadaman busur api, sebagian kecil dari SF6 akan tetap menjadi
decomposition product sedangkan sebagian besar akan kembali menjadi SF6.
Karakteristik SF6 dibandingkan udara dan campuran udara serta SF6 dalam
memadamkan busur api diperlihatkan pada Gambar 1.1.
(1)
Gambar 1.1: Kemampuan SF6 dalam memadamkan busur api
Kekuatan dielektrik SF6 adalah 2,3 kali udara. Pengujian terhadap tegangan tembus
AC dengan frekuensi 50 Hz di bawah medan listrik homogen yang dibentuk oleh 2
elektroda dengan susunan seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2 (a) menunjukkan
bahwa kekuatan dielektrik SF6 merupakan fungsi dari tekanan gas SF6 itu sendiri.
(a) (b)
Gambar 1.2: Tegangan tembus AC gas SF6 dalam berbagai tekanan di bawah medan listrik
homogen
(a) susunan pengujian
(3)
(b) sebagai fungsi dari jarak antar elektroda
Sedangkan dalam medan listrik tidak homogen, misalnya pada susunan jarum-pelat,
maka terjadi perubahan karakteristik sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.3.
(6)
Gambar 1.3: Karakteristik dielektrik SF6 dalam medan listrik tidak homogen
Gambar 1.3 memperlihatkan karakteristik dielektrik SF6 dalam medan listrik tidak
homogen pada rentang tekanan 0-6 atm absolut. Grafik paling atas menggambarkan
besar tegangan positif DC sampai SF6 breakdown, grafik tengah menggambarkan
besar tegangan positif impulse sampai SF6 breakdown, sedangkan grafik paling bawah
menggambarkan besar tegangan positif DC sampai terbentuk corona. Gas Sulfur
Heksafluorida (SF6) murni adalah senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak beracun serta memiliki kerapatan 5 (lima) kali lipat dari udara (1),(3).
Pada temperatur dan tekanan kamar senyawa ini berwujud gas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan gas SF6 sebagai media isolasi selain
kualitasnya adalah tekanan kerja gas SF6. Hal ini disebabkan bahwa pada temperatur
dan tekanan tertentu SF6 akan berubah wujud dari gas menjadi cair (lihat Gambar
1.4.4 (a). Pada tekanan 1 atmosfer SF6 mencair pada suhu -63,8C (12). Jika hal ini
terjadi maka tekanan gas yang tersisa menjadi lebih rendah daripada tekanan kerja
yang diinginkan. Sedangkan untuk tiap tekanan kerjanya, terdapat titik kritis untuk dew
point pada temperatur tertentu seperti diperlihatkan pada Gambar 1.4 (b) (7).
(a) (b)
Gambar 1.4: Titik Kritis cair ke gas untuk SF6 dan batas dew point.
(1)
(a) Titik kritis dari cair ke gas untuk SF6 . Catatan: 100 psig = 6.894757 bar.
(b) Batas dew point untuk berbagai temperatur kerja pada tekanan SF6 5,5 bar
SF6 mempunyai sifat kimia: tidak mudah terbakar, stabil dan inert (tidak mudah
bereaksi) dengan metal, plastik, dan material lain yang biasanya digunakan di dalam
circuit breaker tegangan tinggi hingga suhu 150 C. Pada suhu tinggi (400 C hingga
600 C), pada saat terjadi spark, ikatan gas SF6 mulai pecah (3),(4).
SF6 yang dipakai untuk media isolasi memiliki persyaratan yang dicantumkan dalam
IEC 60376-2005 dengan tingkat kemurnian minimum 99,70%.
(3)
Tabel 1.1 Kualitas Spesifikasi SF6 sebagai media isolasi GIS
Metode Analisis
(Hanya untuk
Kandungan Spesifikasi Ketelitian
Indikasi, bukan
lebih mendalam)
Udara 2 g/kg 1) Metode infrared 35 mg/kg
absorption
Metode Gas- 3-10 mg/kg
chromatographic
Metode Desity 10 mg/kg
2
CF4 2 400 mg/kg ) Metode Gas- 9 mg/kg
chromatographic
H2O 25 mg/kg 3) Metode Gravimetric 0.5 mg/kg 5)
Metode Electrolytic 2-15 mg/kg
Metode Dew point 1 C
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 9
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
Spesifikasi dari pabrikan SF6 adalah seperti tercantum pada Tabel 1.2.
(3)
Tabel 1.2 Kualitas SF6 sebagai media isolasi GIS
Parameter Kimiawi Nilai Besaran
Sulfur hexafluorida 99,90 %
Udara 500 ppmw*
CF4 500 ppmw
Asam (HF) 0,3 ppmw
Uap air 15 ppmv**
Minyak mineral 10 ppmw
Fluorida penyebab hydrolisis 1 ppmw
(HF)
(* ppmw : part per million weight)
(** ppmv : part per million volume)
Berdasarkan hasil kajian PLN dan mengacu pada hasil kajian Knowledge Sharing and
Research (KSANDR) Belanda, GIS dibagi menjadi 5 subsistem berdasarkan fungsinya,
sebagai berikut :
Subsistem primary berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang
masih diijinkan yang terdiri dari beberapa komponen:
1.2.1.1. Busbar
Busbar adalah sebuah atau sekelompok konduktor yang berfungsi sebagai koneksi
yang digunakan bersama oleh dua atau lebih rangkaian (IEEE C37.100-1992).
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.5, konduktor (a) menggunakan bahan aluminium
(Al) atau tembaga (Cu) dan daerah kontak yang tidak bergerak (b) menggunakan silver
(Ag) plate. Ukuran tube konduktor bergantung pada kekuatan mekanik sesuai dengan
gaya arus hubung singkatnya. Dengan demikian ukurannya secara umum cukup untuk
mengalirkan arus normal tanpa kelebihan kenaikan temperatur. Tabung konduktor
ditunjang oleh isolator yang terbuat dari cast resin epoxy (c). Bentuk dari isolator
tersebut sedemikian rupa sehingga distribusi medan listriknya uniform. Untuk
mengantisipasi pengembangan axial akibat suhu tinggi disediakan sambungan
ekspansi.
1.2.1.2. PMT
PMT adalah sebuah peralatan switching mekanik yang memiliki kemampuan untuk
menyambung, menyalurkan dan memutus arus pada kondisi normal dan abnormal
sesuai dengan spesifikasi waktu dan kemampuan arus (IEEE C37.100-1992).
Dalam pengoperasiannya PMT digerakkan oleh suatu system penggerak yang dapat
berupa pneumatik, pegas, hidrolik atau kombinasi. Ada 2 jenis PMT, yaitu single
pressure puffer dan double pressure puffer. Arcing contact pada PMT terbuat dari
material Copper Tungsten (Cu-W).
PMS/PMS tanah adalah peralatan switching mekanis yang digunakan untuk mengubah
koneksi pada sebuah rangkaian tenaga atau untuk mengisolasi rangkaian/peralatan
dari sumber daya dan/atau sumber daya ke tanah (IEEE C37.100-1992).
CT adalah trafo pengukuran yang sisi primernya dihubungkan seri dengan konduktor
pembawa arus yang akan diukur, dimana arus sekundernya proporsional terhadap
arus sisi primernya (IEEE C57.13-1993) dan IEC 60044-2-2003.
CVT adalah trafo tegangan yang menggunakan kapasitor pembagi tegangan supaya
sisi tegangan sekunder unit elektromagnetik proporsional dan sefasa dengan tegangan
primer pada kapasitor pembagi tegangan (IEEE C57.93.1-1999).
LA adalah peralatan yang berfungsi mengamankan peralatan GIS dari tegangan lebih
akibat surja petir atau surja hubung.
1.2.1.8. Terminasi
Terminasi adalah bagian yang terpasang sebagai interface elektrik dan mekanik antar
2 sistem isolasi (IEEE 1300-1996). Terminasi pada GIS terdiri dari terminasi sealing
end (konduktor GIS-kabel), terminasi outdoor bushing (kabel-overhead line), terminasi
outdoor bushing (konduktor GIS-overhead line) dan terminasi trafo (konduktor GIS-
bushing trafo).
Gambar 1.11: Terminasi pada Sealing End Cable (model busbar 1 enclosure 1 phase)
1.2.2.1. Relay
Relay adalah peralatan elektrik yang didesain untuk merespon kondisi input sesuai
setting atau kondisi yang telah ditentukan (IEEE C37.100-1992).
Control wiring adalah wiring (pengawatan) pada switchgear sebagai rangkaian kontrol
dan koneksi ke trafo pengukuran, meter, relay dan lain-lain (IEEE C37.100-1992).
1.2.2.3. Alarm
Alarm adalah perubahan kondisi peralatan yang telah didefinisikan, indikasinya bisa
dinyatakan dalam bentuk suara, visual atau keduanya (IEEE C37.100-1992).
Measuring device adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur suatu besaran.
Auxiliary switch adalah switch yang dioperasikan secara mekanik oleh peralatan
utama.
Density Switch adalah switch yang dioperasikan secara mekanik apabila terjadi
penurunan tekanan gas. Ada 2 tahap penurunan tekanan gas, yaitu tahap 1 akan
menggerakkan kontak alarm dan tahap 2 menggerakkan kontak trip.
Subsistem dielectric berfungsi untuk memadamkan busur api dan mengisolasi active
part. Subsistem dielectric meliputi:
1.2.3.1. SF6
SF6 adalah gas sulfur hexafluoride yang digunakan sebagai media isolasi dan
pemadam busur api pada peralatan listrik (IEC 60376-2005).
1.2.3.2. Spacer
Spacer adalah isolator padat (pada umumnya berbahan epoxy) yang digunakan untuk
menyangga konduktor di dalam enclosure (IEEE C37.122.1-1993)
Seal (O-Ring) adalah komponen yang didesain untuk mencegah kebocoran gas/liquid
antar sistem (IEEE C37.122.1-1993).
1.2.3.4. Absorbent
Absorbent adalah material yang berfungsi menyerap uap air dan decomposition
product SF6
1.2.4.1. Pneumatic
Motor kompresor merupakan bagian utama dari sistem pengisian, umumnya motor
kompresor adalah jenis motor 3 phasa, fungsinya untuk mengoperasikan pompa
kompresi udara (pengerak mula).
Berfungsi sebagai alat untuk memampatkan udara, biasanya mengisap udara dari
atmosfir.
1.2.4.1.3. Kopling
Tangki udara dipakai untuk menyimpan udara betekanan agar apabila ada kebutuhan
udara tekan yang berubah-ubah jumlahnya dapat dilayani dengan lancar. Dalam hal
kompresor torak, dimana udara dikeluarkan secara berfluktuasi, tangki udara akan
memperhalus aliran udara. Selain itu, udara yang disimpan dalam tangki udara akan
mengalami pendinginan pelan-pelan dan uap air yang mengembun dapat terkumpul di
dasar tangki untuk sewaktu-waktu dibuang. Dengan demikian udara yang disalurkan
ke pemakai selain sudah dingin, juga tidak terlalu lembab.
Berfungsi untuk mencegah tekanan udara dari tangki kembali ke ruang kompresor
apabila tekanan tangki lebih tinggi dari udara keluar kompresor atau pada saat
kompresor berhenti.
Katup pengaman harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tingkat kompresor.
Katup ini harus membuka dan membuang udara keluar jika tekanan melebihi 1,2 kali
tekanan normal maksimum dari kompresor. Pengeluaran udara harus berhenti secara
tepat jika tekanan sudah hampir mencapai tekanan normal maksimum.
Berfungsi sebagai switch start dan stop motor kompresor apabila dioperasikan secara
otomatis. Kerja pressure switch ditentukan oleh setelan nilai tekanan yang melewatinya
Berfungsi untuk mengukur tekanan tangki udara serta sistem pengisian udara.
Oil level berfungsi untuk mengetahui level minyak pelumas pada pompa kompresi.
1.2.4.1.10. Pengering udara (air dryer) atau penjebak air (water trap)
1.2.4.2. Hydraulic
1.2.4.2.3. Akumulator/aktuator
Katup yang berfungsi untuk mencegah aliran minyak balik dari tangki ke aktuator
apabila tekanan tangki lebih tinggi dari aktuator.
1.2.4.3. Spring
Indikator yang menunjukkan kondisi pegas (fully charge/not fully charge). Berfungsi
untuk melihat kesiapan PMT pada operasi berikutnya.
Mekanisme pengisian pegas yang terdiri atas rantai pengatur posisi pegas yang diatur
oleh sebuah roda yang digerakkan oleh charging motor
Failure Mode and Effect Analyis (FMEA) adalah analisa alur kegagalan suatu peralatan
yang menyebabkan peralatan tersebut tidak berfungsi dan efek yang ditimbulkan
akibat kegagalan tersebut. FMEA berguna untuk menentukan indikasi dan parameter
yang dibutuhkan untuk memonitor kondisi peralatan. FMEA GIS PT. PLN (Persero)
dibedakan menjadi 2, yaitu FMEA GIS yang terdiri dari 5 subsistem dan FMEA GIL
yang terdiri dari 2 subsistem (FMEA secara lengkap di lampiran 1).
Berdasarkan fungsi masing-masing subsistem GIS dan GIL, diketahui batasan kondisi
kegagalan fungsi dan penyebab utama kegagalan fungsi tersebut, yaitu :
Posisi kontak tidak simetri yang disebabkan oleh gangguan fungsi kerja /
degradasi subsystem mekanik.
Subsistem primary tidak mampu menyalurkan arus listrik disebabkan
oleh internal baut yang kendor akibat instalasi yang kurang baik maupun
material yang kurang baik
Subsistem secondary, dikatakan mengalami kegagalan fungsi apabila tidak dapat
memberikan trigger pada subsistem driving mechanism untuk mengaktifkan subsystem
mekanik pada waktu yang tepat. Kondisi ini disebabkan oleh:
Pressure switch, density monitor, rele bantu tidak berfungsi akibat kontak
tidak berfungsi, seal box fatigue/menua, pegas bimetal lemah, kebocoran
manometer tipe basah (menggunakan minyak).
Kerusakan wiring kontrol mekanik akibat korosi
Subsistem dielektrik, mengalami kegagalan fungsi apabila tidak mampu mengisolasi
tegangan antar peralatan. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan tekanan maupun
penurunan kualitas gas SF6. Penurunan tekanan gas disebabkan oleh:
instalasi yang kurang baik dan ageing yang menyebabkan seal/o-ring
menua, lapuk (fatigue)
katup yang rusak/degradasi akibat perlakuan yang tidak sesuai SOP atau
ageing,
ageing yang menyebabkan adanya retakan pada sambungan
upper/lower serta pada bushing base dan retakan pada disk rupture
kompartemen,
degradasi isolasi sealing end akibat instalasi yang kurang baik dan
ageing,
pemburukan spacer yang dipicu oleh partial discharge akibat instalasi
yang kurang baik maupun loss main contact. Sumber partial discharge
dapat berupa runcingan (protrusion), celah (void), permukaan tidak
rata/halus, free partikel, maupun floating part.
proses pelilitan pvc tape yang kurang bagus yang menyebabkan pvc
tape sebagai isolasi sealing end rusak
Penurunan kualitas gas SF6 disebabkan oleh:
Adanya kebocoran akibat penuaan o-ring/seal maupun valve yang rusak
/ degradasi
Pemburukan spacer yang dipicu oleh partial discharge akibat instalasi
yang kurang baik.
Peralatan kerja yang kurang sesuai dan cara penanganan gas yang
kurang baik pada saat melakukan penanganan gas/gas handling
Kandungan decomposed product yang tinggi akibat tingginya jumlah
kerja main contact atau kondisi kontak yang kurang baik maupun
instalasi yang kurang baik.
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 27
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
Valve yang rusak/ degradasi akibat perlakuan yang kurang sesuai sop
ataupun ageing.
Ageing yang menyebabkan adanya retakan pada sambungan
upper/lower serta pada bushing base dan retakan pada disk rupture
kompartemen.
Degradasi isolasi sealing end akibat instalasi yang kurang baik dan
ageing.
Pemburukan spacer yang dipicu oleh partial discharge akibat instalasi
yang kurang baik maupun loss main contact. Sumber partial discharge
dapat berupa runcingan (protrusion), celah (void), permukaan tidak
rata/halus, free partikel, maupun floating part.
Proses pelilitan pvc tape yang kurang bagus yang menyebabkan pvc
tape sebagai isolasi sealing end rusak.
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Triwulan
Detective
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
A. Kondisi Umum -
1 Suhu O - Panca Indera
2 Kelembaban O - Panca Indera
B. PMT
1 Pemeriksaan tekanan gas SF6 O O ON - Panca Indera
2 Pemeriksaan kondisi manometer O O ON - Panca Indera
3 Pemeriksaan lampu indikator O O ON - Panca Indera
4 Pemeriksaan counter kerja O O ON - Panca Indera
Penggerak
Pemeriksaaan status MCB
5 O O ON hidrolik dan Panca Indera
motor hidrolik
hidrolik spring
Penggerak
6 Pemeriksaan tekanan kompresor O O ON Panca Indera
pneumatik
Pemeriksaan tekanan, pompa,
valve release/drain, manometer, Penggerak
7 valve pengisian minyak, piping, O O ON hidrolik dan Panca Indera
aktuator, piping aktuator, nipple hidrolik spring
drain aktuator, dan MCB motor.
Jenis
Periode Pemeliharaan
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
C. PMS
1 Pemeriksaan tekanan gas SF6 O O ON - Panca Indera
2 Pemeriksaan kondisi manometer O O ON - Panca Indera
PMS dengan
12 Pemeriksaan kondisi kontak O O ON Panca Indera
sarana optik
Pemeriksaan kondisi sarana PMS dengan
13 O O ON Panca Indera
optik sarana optik
Pemeriksaan kondisi klem sarana
14 O O ON PMS Tanah Panca Indera
pengujian
D. CT
Pemeriksaan box/casing bagian
1 O O ON - Panca Indera
luar CT
Pemeriksaan kondisi mur baut
2 O O ON - Panca Indera
sambungan kompartemen
E. CVT/PT
1 Pemeriksaan tekanan gas SF6 O O ON - Panca Indera
2 Pemeriksaan kondisi manometer O O ON - Panca Indera
Jenis
Periode Pemeliharaan
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
F. Sealing End/Sealing Box
1 Pemeriksaan tekanan gas SF6 O O ON - Panca Indera
Pemeriksaan kondisi manometer
2 O O ON - Panca Indera
gas sf6
Pemeriksaan lampu indikator
3 O O ON - Panca Indera
tekanan gas SF6
Pemeriksaan tekanan minyak
4 O O ON - Panca Indera
sealing end/sealing box
Pemeriksaan kondisi manometer
5 O O ON - Panca Indera
minyak sealing end/sealing box
Jenis
Periode Pemeliharaan
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
I. Kontrol Panel/Box
Pemeriksaan lampu-lampu
1 O O ON - Panca Indera
indikator
2 Pemeriksaan lampu penerangan O O ON - Panca Indera
3 Pemeriksaan kabel kontrol O O ON - Panca Indera
4 Pemeriksaan terminasi wiring O O ON - Panca Indera
5 Pemeriksaan kondisi pintu panel O O ON - Panca Indera
6 Pemeriksaan kondisi dalam panel O O ON - Panca Indera
Pemeriksaan kondisi door
7 O O ON - Panca Indera
sealent (karet pintu)
8 Pemeriksaan indikator On/Off O O ON - Panca Indera
Pemeriksaan lubang kabel
9 O O ON - Panca Indera
kontrol
10 Pemeriksaan bau O O ON - Panca Indera
11 Pemeriksaan grounding panel O O ON - Panca Indera
J. Grounding
Pemeriksaan Sambungan dari
1 body kompartemen menuju ke O O ON - Panca Indera
grounding
Pemeriksaan sambungan dari
2 body kompartemen PMS tanah O O ON - Panca Indera
menuju ke grounding
Pemeriksaan sambungan antar
3 O O ON - Panca Indera
body kompartemen
K. Basement
1 Pemeriksaan kebersihan O O ON - Panca Indera
2 Pemeriksaan ventilasi/exhaust fan O O ON - Panca Indera
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
A.Kondisi Umum
1 Pemeriksaan suhu O ON - Panca Indera
2 Pemeriksaan kelembaban O ON - Panca Indera
B.Kompartemen GIL
Pemeriksaan tekanan gas SF6
1 O O ON - Panca Indera
dan kondisi manometer
Pemeriksaan kondisi bodi
2 O O ON - Panca Indera
kompartemen
3 Pemeriksaan suhu kompartemen O O ON - Panca Indera
Jenis
Periode Pemeliharaan
Kondisi Peralatan
Pemeliharaan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
E. Terminasi
Pemeriksaan kondisi Termination
1 O O ON - Panca Indera
kabel head
Pemeriksaan flanges bushing
2 O O ON - Panca Indera
kabel head
Pemeriksaan kondisi mur baut
3 O O ON - Panca Indera
sambungan kompartemen
Pemeriksaan kondisi level
4 minyak bushing kabel (khusus O O ON - Panca Indera
type oil impregnated)
Pemeriksaan sambungan dari
5 O O ON - Panca Indera
flange ke grounding
Marshalling Kiosk
F.
Termination Cable Head
Pemeriksaan tekanan gas SF6
1 O O ON - Panca Indera
dan kondisi manometer
G. Panel Kontrol/Box
1 Pemeriksaan lampu penerangan O O ON - Panca Indera
Pemeriksaan kondisi nipple/
2 O O ON - Panca Indera
valve SF6
3 Pemeriksaan kondisi piping SF6 O O ON - Panca Indera
4 Pemeriksaan kabel kontrol O O ON - Panca Indera
5 Pemeriksaan terminasi wiring O O ON - Panca Indera
6 Pemeriksaan kondisi pintu panel O O ON - Panca Indera
7 Pemeriksaan kondisi dalam panel O O ON - Panca Indera
Kondisi Peralatan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Semester
Bulanan
Harian
ON/
1 Pengukuran tahanan pentanahan O O - Earth Tester
OFF
Pengujian kualitas gas SF6
Manometer, Dew point,
2 (kemurnian, kelembaban dan O O O ON -
dan Purity test
dekomposisi produk)
Kompressor
3 Pemeriksaan kompressor O O O ON Tool set
Off
Pemeriksaan suplay tegangan ON/
4 O O - Multi Meter
AC dan DC control OFF
5 Pengukuran partial discharge O O ON - Alat ukur PD
Pemeriksaan heater di panel
6 O O ON - Multi Meter
kontrol/box
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
ON/
1 Pengukuran tahanan pentanahan O O - Earth Tester
OFF
Pengukuran kualitas gas SF6
Manometer, Dew point,
2 (kemurnian, kelembaban dan O O O ON -
dan Purity test
dekomposisi produk)
Pemeriksaan suplay tegangan ON/
3 O O - Multi Meter
AC dan DC control OFF
4 Pengukuran partial discharge O O ON - Alat ukur PD
Pemeriksaan heater di panel
5 O O ON - Multi Meter
kontrol/box
Nilai tahanan pentanahan di Gardu Induk bervariasi, tergantung dari besarnya nilai
tahanan tanah yang ditentukan oleh kondisi tanah, misalnya tanah kering, cadas,
kapur, dan sebagainya. Semakin kecil nilai pentanahannya maka semakin baik.
Menurut IEEE std 80-2000 tentang Guide for Safety in AC Substation Grounding
besarnya nilai tahanan pentanahan untuk switchgear adalah 1 ohm. Untuk mengukur
tahanan pentanahan digunakan alat ukur tahanan pentanahan (earth resistance tester)
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pengukuran tahanan pentanahan ini bertujuan
untuk menentukan tahanan antara besi atau plat tembaga sebagai elektro yang
ditanam dalam tanah terhadap peralatan atau kompartemen GIS/GIL.
Sampai dengan saat ini, kualitas gas SF6 yang dapat terukur oleh alat pengukuran dan
pengujian yang tersedia antara lain untuk purity, dew point (moisture content), dan
decomposition product.
2.2.4 Purity
Purity (kemurnian) menyatakan dengan prosentase jumlah gas SF6 murni dalam suatu
kompartemen GIS/GIL. Semakin tinggi persentase ini maka semakin sedikit zat lain
dalam isolasi gas SF6. Untuk metode pengujian purity seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.3.
Dew point (titik embun) menunjukkan titik dimana gas SF6 berubah menjadi cair. Hal ini
terkait dengan tingkat kelembaban gas SF6, yaitu berapa banyak partikel air yang
terkandung dalam isolasi gas SF6. Semakin tinggi nilai dew point maka dapat
menurunkan nilai isolasi gas SF6 karena kontaminasi kelembaban air (CIGRE 15/23-1
Diagnostic Methods for GIS Insulating System, 1992). Sedangkan untuk metode
pengujian dew point seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Partial discharge adalah peluahan sebagian secara elektrik pada media isolasi yang
terdapat diantara dua elektroda berbeda tegangan, dimana peluahan tersebut tidak
sampai menghubungkan kedua elektroda secara sempurna. Peristiwa seperti ini dapat
terjadi pada bahan isolasi padat. Sedangkan pada bahan isolasi gas, partial discharge
terjadi di sekitar elektroda yang runcing. Partial discharge di sekitar elektroda dalam
gas biasanya disebut korona. Adanya aktifitas partial discharge di dalam kompartemen
menandakan adanya defect dalam kompartemen. Sumber partial discharge tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: partikel bebas, partikel bebas yang
menempel pada permukaan, tonjolan atau ketidakrataan permukaan (protrusion),
elektroda yang mengambang (floating electrode) dan gelembung udara (void).
Diharapkan dengan memonitor aktifitas partial discharge secara kontinyu dapat
diketahui kerusakan isolasi secara dini sehingga tidak sampai merusak sistem atau
peralatan secara keseluruhan. Metode pengukuran partial discharge seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Kondisi Peralatan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
No Kegiatan Keterangan Peralatan Kerja
Harian
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
Pengukuran tahanan kontak bertujuan untuk mengetahui kondisi titik sambungan dan
untuk memperoleh nilai tahanan kontak pada rangkaian tenaga listrik seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.6. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari
beberapa jenis konduktor bertemu secara pisik sehingga arus listrik dapat disalurkan
tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 40
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
hambatan (resistance) terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan
menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya
tinggi. Nilai tahanan kontak yang normal disesuaikan dengan petunjuk dari pabrikan
untuk PMT seperti std GE 100-350 , std ASEA 45 , std MG 35 atau
dengan mengambil data awal dari komisioning dan juga statistik data hasil
pemeliharaan tahanan kontak.
ALAT UJI
KESEREMPAKAN
Pengukuran tahanan coil dari PMT adalah untuk mengetahui nilai tahanan opening
dan closing coil PMT apakah masih sesuai standar. dan dapat berfungsi dengan baik.
Standar yang digunakan yaitu 10% dari nameplate dan pengukuran rutin.
Pengukuran tahanan coil ini biasanya dilakukan bersamaan dengan uji kecepatan dan
keserempakan kerja PMT.
Pengukuran tahanan isolasi dimaksudkan untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi
dan memperoleh nilai/besaran tahanan isolasi suatu peralatan. Pengukuran biasanya
dilakukan menggunakan insulation tester (megger) dengan catu daya yang
menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang lebih stabil.
Nilai tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria tingkat kelembaban suatu peralatan
dan mengetahui apakah ada bagian-bagian yang terhubung singkat.
Sedangkan metode pengukuran tahanan isolasi yang digunakan untuk peralatan GIS
terdiri atas tiga metode, yaitu Metode Atas-Pentanahan, Metode Bawah-Pentanahan,
dan Metode Atas-Bawah seperti pada Gambar 2.9, Gambar 2.10 dan Gambar 2.11.
Untuk metode pengukuran tahanan isolasi yang digunakan untuk peralatan sekunder
CT dan CVT/VT terdiri atas 2 metode, yaitu Metode Sekunder-Pentanahan dan Metode
antar Core Sekunder.
P1 1s1
1s2
2s1
P2
2s2
Gambar 2.15 Pengukuran Tahanan Isolasi Metode antar Core Sekunder pada CVT/VT
Shutdown function test adalah pemeliharaan untuk menguji fungsi proteksi yang
meliputi pengujian proteksi dan pemeriksaan density detector. Sedangkan shutdown
function test untuk GIS dan GIL seperti diperlihatkan pada Tabel 2.7 dan
Tabel 2.8.
Tabel 2.7 Shutdown Function Test GIS
Jenis
Periode Pemeliharaan
Pemeliharaan
Kondisi Peralatan
Bila diperlukan
10 Tahunan
5 Tahunan
Preventive
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
Mingguan
Corrective
Predictive
Detective
Triwulan
Tahunan
Semester
Bulanan
Kebocoran gas SF6 akan menyebabkan penurunan tekanan pada kompartemen yang
berdampak langsung pada penurunan kekuatan isolasi. Pada umumnya, setiap
kompartemen telah dilengkapi alat pengukur tekanan gas yang difungsikan untuk
mengukur tekanan gas dan memberikan sinyal alarm atau trip/blok sebagai fungsi
proteksi. Besarnya tekanan gas setting alarm dan trip/blok disesuaikan dengan manual
book masing-masing peralatan. Kebocoran gas SF6 pada umumnya terjadi pada
sambungan antar selubung (enclosure) kompartemen GIS, sistem pengukuran tekanan
gas SF6 atau melalui katup inlet/oulet sebagai dampak dari manurunnya kualitas seal
atau mengendurnya baut mur dan baut penghubung kompartemen.
Batas maksimum laju kebocoran gas SF6 adalah 1% per tahun per kompartemen pada
suhu lingkungan yang sama (14). Untuk menghitung besarnya laju kebocoran SF6,
informasi yang perlu dicatat adalah tanggal pengisian, tekanan gas dan suhu
lingkungan sebelum dan sesudah pengisian gas.
Purity menunjukkan persentase kadar kemurnian gas SF6 pada setiap kompartemen.
Dalam kompartemen GIS kadar kemurnian gas SF6 tidak mungkin mencapai 100%, hal
ini disebabkan oleh adanya kontaminan yang dapat bersumber dari:
Secara garis besar maka kontaminan dalam kompartemen dapat dibagi menjadi :
Cairan yang bersifat konduktif yaitu air yang merupakan hasil kondensasi
dari uap air (moisture) dalam bentuk tetesan air
Decomposition product padat yang bersifat non konduktif, meliputi Copper
Fluoride (CuF2), tungsten oksida (WO3), tungsten oksilorida (WO2F2) dan
WOF4 dan alumunium fluoride (AlF3).
Kontaminan padat yang bersifat konduktif, seperti karbon dan debu logam
yang menjadi kritis ketika menumpuk di permukaan isolator yang terpapar
medan listrik sebagai lapisan yang konduktif.
Gas non reaktif, kandungan maksimum yang masih dapat ditoleransi
untuk gas non reaktif adalah 3 % volume.
Gas reaktif (korosif dan beracun).
Batas minimal purity untuk gas SF6 didalam kompartemen GIS yang sudah beroperasi
adalah 97 % (16), sedangkan untuk gas SF6 baru adalah 99.7 %.
Decomposition product gas SF6 merupakan hasil turunan gas SF6 akibat suhu tinggi
yang disebabkan adanya electric discharge (corona, spark dan arching).
Decomposition product dapat berupa gas dan padat. Dalam jumlah yang besar bersifat
korosif dan beracun. Proses terbentuknya decomposition product dapat dijelaskan
sebagai berikut, pada suhu 400 C hingga 600 C ikatan gas SF6 mulai pecah,
kemudian pada temperatur 3000 C senyawa-senyawa yang bersifat dielektrik lain
terbentuk, seperti diagram dibawah ini.
Senyawa korosif ini sangat merusak material seperti gelas, porselen, kertas isolasi,
dan yang sejenisnya. Tingkat kerusakan bergantung pada tingkat konsentrasi senyawa
korosif. Material seperti epoxy-resin, PTFE, polyethylene, polyvinyl chloride, dan
polymethylene oxide hanya sedikit atau sama sekali tidak terpengaruh. Demikian pula
halnya dengan metal seperti aluminium, baja, tembaga, dan kuningan (3). Secara
lengkap decomposition products dari SF6 diperlihatkan pada Tabel 3.1.
(1)
Tabel 3.1 Decomposition products SF6 .
Gas Senyawa Sumber
Carbon tetrafluoride CF4 By product, arc tip erosion, komponen berunsur
carbon, minyak, pelumas
Hydrofluoric acid HF Terbentuk di SF6 jika ada busur api
Sulfur dioxide SO2 Terbentuk jika SOF2 bereaksi dengan air
Sulfur monofluoride S2F2 Dapat tidak terdeteksi karena sangat reaktif/tak
stabil
Sulfur difluoride SF2 Mudah bereaksi lagi
Sulfur tetrafluoride SF4 Sangat mudah bereaksi lagi
Disulfur decafluoride S2F10 Sangat beracun, keberadaannya dalam SF6
diragukan
Thionyl Fluoride () SOF2 Jika ada busur api dan air
Sulfuryl Fluoride SO2F2 Jika ada busur api dan air
Thionyl tetrafluoride SOF4 Jika ada busur api dan oksigen
Tungsten WF6 Erosi kontak
hexafluoride
Silicon tetrafluoride SiF4 Busur api, jika ada silicon
Carbon disulfide CS2 Busur api, jika ada silicon
Carbon dioxide CO2 Dari senyawa yang mengandung carbon
Carbon monoxide CO Dari senyawa yang mengandung carbon
Thionyl fluoride berbau telur busuk dan sering dikira/tertukar dengan hidrogen sulfida
(H2S)
Keberadaan senyawa-senyawa ini diteliti dengan menggunakan gas
chromatography/mass spectrometri (GC/MS) suatu alat penganalisa kandungan gas
secara kualitas dan kuantitas. Untuk mengurangi resiko timbulnya senyawa-senyawa
yang korosif maka jumlah uap air harus terkontrol. Uap air dan decomposition products
dapat dihilangkan dengan cara yang relatif mudah yaitu dengan menggunakan
adsorption agents, seperti aluminium oksida, saringan/filter berukuran molekul, atau
kombinasi antara keduanya. Teknik yang sama, terutama filter, dapat diterapkan saat
pengisian gas untuk menjaga agar dew point tetap rendah. Biasanya teknik ini dipakai
pada CB. Dalam banyak kasus static filter juga memadai (3).
Pada umumnya di GIS terdapat absorbent yang berfungsi untuk menyerap
decomposition products yang merugikan seperti HF, SF4, SF2, S2F2, dan lain-lain yang
dihasilkan oleh busur api pada peralatan kontak, adanya kebocoran pada
kompartemen, ataupun ketidaksempurnaan pada proses handling gas SF6.
Dari senyawa-senyawa yang timbul tersebut ada senyawa yang dari hasil penelitian
menjadi indikasi terjadinya suatu proses, sebagai berikut:
Apabila alat uji kualitas gas SF6 tidak bisa mendeteksi konsentrasi masing-masing gas
hasil dekomposisi maka batas maksimum konsentrasi total decomposition product
adalah 2000 ppmv.
Dew point (titik embun) gas SF6 adalah suhu di mana uap air dalam gas tersebut
berkondensasi (berubah menjadi zat cair). Batas dew point untuk gas SF6 didalam
peralatan adalah kurang dari -5 oC (pada suhu lingkungan 20 oC) (16).
CHECK JENIS
SENSOR
T (KERAMIK)
MIRROR
MOISTURE
Y
CONTENT
DEW
POINT
CHECK SUHU
DAN TEKANAN
ppmv=
CARI DEW POINT
TEKANAN PARTIAL/
(TABEL)
TEKANAN SF6 ABSOLUT
STANDARISASI
Gambar 3.2 Flowchart Pengukuran Dew Point dan Moisture Content SF6
Untuk alat uji dew point (moisture content) yang menggunakan sensor keramik, maka
besaran yang terukur adalah jumlah moisture content. Untuk mendapatkan nilai dew
point, maka terlebih dahulu akan dihitung nilai tekanan parsial uap air berdasarkan nilai
moisture content, tekanan dan suhu SF6 saat pengujian. Dari nilai tekanan parsial uap
air maka melalui table IEEE 1125 tahun 1993, maka akan didapat nilai dew point.
Untuk interpretasi perlu diperhatikan bahwa besaran amplitudo pC/nC yang diperoleh
dari metoda IEC 60270 tidak dapat disetarakan dengan V/mV. Dan yang harus
diperhatikan adalah pertumbuhan dan intensitas PD serta jenis sumber PD (tiap
sumber tingkat resikonya berlainan). Perlu diperhatikan bahwa untuk pengujian dengan
metode acoustic emission / AE masih diperlukan data pembanding dengan metode
pengujian yang lain atau statistikal data (trending).
Selain waktu kerja buka dan tutup yang tepat, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
keserempakan kerja ketiga phasa PMT. Standar perbedaan waktu kerja antar phasa
untuk PMT 150 kV adalah <10 ms (Standar alat uji Breaker Analyzer). Adapun untuk
akurasi perbedaan kerja antar fasa disarankan untuk melihat buku manual dari
pabrikan sesuai dengan merk dan type GIS.
Batas nilai tahanan untuk closing coil dan opening coil untuk PMT yang diijinkan
antara +/- 10% dari nilai pengukuran pada saat test rutin atau nameplate.
Setiap bentuk anomali atas hasil on-line inspection peralatan akan diberikan
rekomendasi sebagai berikut :
hilang
Kondisi door tidak Lakukan penggantian
sealant (karet elastis /
pintu ) panel putus /
mekanik PMT hilang
Lubang kabel tidak rapat Lakukan perbaikan
kontrol glen kabel Lakukan penggantian
tidak ada
Bau bangkai / Lakukan investigasi
gosong dan perbaikan
Grounding korosi Lakukan perbaikan
panel rantas / Lakukan penggantian
kendor /
putus
Kondisi klem kendor Lakukan
sarana pengencangan
pengujian korosi Lakukan perbaikan
(khusus PMS
tanah)
Kondisi rusak Lakukan perbaikan
pondasi MK
Kondisi baut patah / Lakukan perbaikan
antara MK hilang
dan pondasi
MCB sumber trip Lakukan investigasi
tegangan AC
pada MK
Termination
cable head
GIL
DIELECTRIC GAS Kondisi korosi Lakukan perbaikan
manometer rembes / Lakukan penggantian
SF6 rusak
Lampu tidak Lakukan penggantian
indikator terpasang /
tekanan gas putus /
SF6 hilang
menyala Cek tekanan SF6
menggunakan
manometer portabel
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 55
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
termination
cable head
LIQUID Kondisi korosi Lakukan perbaikan
manometer rembes / Lakukan penggantian
minyak rusak /
sealing hilang
end/sealing
box
Kran minyak rembes / Jadualkan
sealing rusak / pemadaman untuk
end/sealing hilang perbaikan atau
box penggantian
Bushing kotor Lakukan pembersihan
sealing end rembes / Jadualkan
outdoor retak pemadaman untuk
perbaikan atau
penggantian
Link Box kotor / Lakukan pembersihan
lembab / / perbaikan
korosi
Kondisi korosi / Lakukan perbaikan
Termination rembes /
kabel head kendor
Flanges korosi Lakukan perbaikan
bushing rembes / Jadualkan
kabel head lepas pemadaman untuk
perbaikan atau
penggantian
Kondisi level minimum Lakukan pengukuran
minyak dissipasi faktor dan
bushing kapasitansi serta arus
kabel bocor bushing,
(khusus type kemudian lakukan
oil penambahan minyak
impregnated)
DRIVING HIDROLIK Level minyak minimum Lakukan penambahan
MECHANISM hidrolik minyak
Manometer retak / Lakukan penggantian
minyak tidak
hidrolik terbaca
hidrolik minyak
Manometer retak / Lakukan penggantian
minyak tidak
hidrolik terbaca
Minyak Rembes Lakukan pengecekan
hidrolik kebocoran dan
penambahan minyak
Pompa rembes / Lakukan pengecekan
hidrolik bocor kebocoran dan
penambahan minyak
Valve terbuka Lakukan pengecekan
release/drain dan penambahan
minyak
Valve rembes / Jadualkan
pengisian bocor pemadaman untuk
minyak penggantian
hidrolik
Piping kembung / Jadualkan
Hidrolik bocor/ pemadaman untuk
bengkok penggantian
MCB motor trip Lakukan investigasi
hidrolik
Frekuensi Sering (di Lakukan investigasi
kerja pompa atas kebocoran
hidrolik normalnya)
PNEUMATIK Kondisi valve tertutup Valve dibuka
udara rusak Jadualkan
penggerak pemadaman untuk
penggantian
Motor macet Jadualkan
penggerak pemadaman untuk
PMS perbaikan
tidak Lakukan investigasi
berfungsi
Kondisi saat ada Lakukan investigasi
motor percikan dan perbaikan
penggerak api /
bekerja berderit /
bergetar
kencang
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 59
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
grounding
Sambungan korosi / Lakukan perbaikan /
antar body kendor pengencangan
kompartemen rantas / Lakukan penggantian
putus /
hilang
Kondisi bodi kotor Lakukan pembersihan
kompartemen cat pudar / Lakukan perbaikan
korosi
Suhu panas Lakukan pemeriksaan
kompartemen kondisi grounding
Kondisi fisik kotor Lakukan pembersihan
counter korosi Lakukan perbaikan
arrester
Sambungan korosi Lakukan perbaikan
dari flange ke rantas / Lakukan penggantian
grounding putus /
hilang /
putus
Kondisi korosi / Lakukan perbaikan
dudukan retak /
kompartemen rusak
Perhitungan laju kebocoran gas SF6 dilakukan rutin setiap tahun. Laju kebocoran gas
SF6 dapat dikatakan normal jika penurunan tekanan gas di bawah 1% per tahun untuk
tiap kompartemen (IEEE C37.123-1996). Apabila laju kebocoran melebihi batas
maksimal, perlu dilakukan identifikasi titik kebocoran dengan menggunakan leakage
detector.
Pengujian kemurnian (purity) gas SF6 dilaksanakan rutin setiap tahun. Apabila
kemurnian gas SF6 lebih kecil dari 97%, maka perlu dilakukan pengujian dew point dan
decomposition product. Jika hasil pengujian dew point >-5 C (sebanding dengan
tekanan parsial uap air sebesar 400 Pa) atau hasil pengujian decomposition product >
1000 ppmv maka pengukuran partial discharge perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya partial discharge di dalam kompartemen. Apabila partial discharge tidak
ditemukan, maka perlu dilakukan penggantian gas SF6 berikut absorbent (untuk
kompartemen PMT dan PMS). Apabila terdapat partial discharge di dalam
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 61
PT PLN (Persero)
GIS/GIL
Gambar 4.1 Diagram alir rekomendasi monitoring laju kebocoran dan pengujian kualitas gas
SF6
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi gas SF6 pada saat
penanganan SF6 adalah sebagai berikut:
Mengganti absorbent.
Melakukan prosedur penanganan gas yang tepat.
Melakukan evakuasi udara dengan hati-hati dari kompartemen sebelum
diisi dengan gas SF6 (direkomendasikan tekanan udara sisa < 100 Pa
atau < 0.1 mBar).
Perlu diperhatikan bahwa absorbent pengganti tidak boleh dibiarkan pada ruangan
terbuka (kontak langsung dengan udara) lebih dari 15 menit.
Pengukuran tahanan kontak pada GIS umumnya mengukur sekaligus beberapa kontak
yang berada pada beberapa kompartemen. Apabila ditemukan hasil ukur tahanan
kontak yang lebih tinggi dari nilai yang distandarkan oleh pabrikan, maka pemeriksaan
lebih lanjut perlu dilakukan terhadap hasil uji kualitas gas SF6, terutama untuk purity
dan decomposition product gas SF6 pada kompartemen-kompartemen yang terukur.
Apabila ditemukan pemburukan kualitas gas SF6 pada salah satu atau lebih
kompartemen terukur, maka perlu dilakukan pemeriksaan kondisi kontak pada
kompartemen tersebut. Namun apabila hasil ukur kualitas gas SF6 pada kompartmen
terukur masih dalam kondisi baik, maka perlu dilakukan pengukuran tahanan kontak
pada periode berikutnya untuk melihat trend/kecenderungannya.
Pengujian kecepatan kerja PMT diukur dengan melihat waktu kerja buka, tutup dan
tutup-buka PMT. Apabila kecepatan kerja buka atau tutup PMT terukur lebih besar dari
yang distandarkan oleh pabrikan, maka perlu diperiksa keserempakan kerja PMT
tersebut.
Keserempakan kerja PMT diukur dengan melihat selisih waktu kerja antar pole PMT
dalam satu kali operasi tutup-buka. Apabila ditemukan selisih waktu maksimum pada
tiap operasi tutup, buka maupun tutup-buka antar pole PMT lebih besar dari yang
distandardkan, maka perlu diperiksa sistem penggerak mekaniknya.
Apabila ditemukan nilai tahanan isolasi sisi sekunder CT atau CVT/VT yang kurang
dari standar, maka perlu dilakukan langkah sebagai berikut :
Gear merupakan sarana transfer energi antara poros kontak kompartemen PMS
dengan penggeraknya. Salah satu sisi gear berisolasi gas SF6 sedangkan sisi lainnya
berada pada udara luar. Masing-masing sisi dilindungi/dibatasi oleh sub-seal (gasket
atau o-ring). Pemeriksaan gear pada sisi luar perlu dilakukan untuk melihat kondisi
sub-seal, apabila sub-seal yang berfungsi sebagai pelindung dari kontaminasi gas SF6
oleh udara luar kondisinya sudah mengeras (elastisitasnya berkurang), maka perlu
dilakukan penggantian sub-seal tersebut.
Pelumasan sub-seal disarankan tidak terlalu tebal, hal ini untuk menghindari kerusakan
sub-seal akibat kontaminasi oleh debu karena dapat mempercepat proses penuaan
sub-seal.
Interlock elektrik dinyatakan tidak berfungsi dengan baik bila motor penggerak PMS
bekerja tapi poros PMS tidak berputar. Apabila hal ini terjadi, maka harus dilakukan
investigasi lebih lanjut terhadap motor penggerak. Kondisi ketidaknormalan lain adalah
bila PMS sudah selesai bekerja/berganti posisi, motor penggerak masih terus bekerja.
Untuk itu perlu dilakukan investigasi pada pasokan tegangan kontaktor, kondisi
kontaktor/relay, kondisi indikator dan sinyal pada local control cubicle (LCC) dan posisi
limit switch pada system penggerak mekanik.
Announciator kegagalan trip circuit faulty (TCF) / trip circuit supervision (TCS) muncul
terjadi karena kehilangan sumber DC yang menginisiasi opening atau tripping coil.
Untuk lebih detail, lihat buku pedoman pengujian sistem proteksi gardu induk.
Pada manometer jenis basah (terendam minyak), apabila ditemukan error yang lebih
besar dari yang distandarkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan kondisi
cairan/minyak dalam manometer. Bila kondisinya memburuk, maka dapat dipastikan
penyebab error adalah korosi pegas. Hal ini ditanggulangi dengan penggantian
manometer.
Pada manometer jenis kering, apabila ditemukan error yang lebih besar dari yang
distandarkan, maka dapat dipastikan penyebab error adalah kejenuhan pegas. Hal ini
ditanggulangi dengan penggantian manometer.
Ketidaknormalan nilai tahanan coil PMT karena putus (nilai pengukuran nol). Langkah
yang dilakukan adalah penggantian coil. Di samping coil putus, hal yang perlu
diperhatikan adalah berkaratnya rod coil dan koneksi kabel. Langkah yang dilakukan
adalah membersihkan rod dan koneksi kabel tersebut.
LAMPIRAN
1. FMEA GIS/GIL
Maintenance after failure adalah pemeliharaan yang dilakukan pada saat setelah
gangguan maupun kegagalan.
Penggantian Kompartemen PT
1. Melakukan investigasi terhadap kompartemen PT spare yaitu antara lain
pengecekan kondisi fisik, pengecekan tekanan gas SF6 selama penyimpanan,
Keterangan (lampiran 4) :
1. Nilai hasil uji merupakan parameter yang didapat dari hasil pengujian (Purity,
Moisture Content, Dew Point dan Decomposition Product)
2. Standar nilai Purity berdasarkan IEC 60376 adalah >99,7% untuk gas baru dan
>97% untuk gas dalam peralatan
3. Standar nilai moisture content sesuai CIGRE 234 Task Force B3.02.01 tahun
2003 adalah < tekanan parsial uap air sebesar 400 Pa. Nilai tekanan parsial uap
air tersebut senilai dengan nilai moisture content sebesar 400 Pa dibagi dengan
nilai tekanan absolute SF6 saat pengujian pada suhu 20C
4. Standar nilai dew point sesuai CIGRE 234 Task Force B3.02.01 tahun 2003
adalah < -5C pada suhu pengujian 20C. Nilai de w point yang didapatkan
saat pengujian dapat distandarisasi ke suhu 20C de ngan mengacu pada nilai
moisture content terukur yang kemudian dapat dikorelasikan ke dew point pada
suhu 20C
5. Standar nilai decomposition product SF6 sesuai CIGRE 234 Task Force
B3.02.01 tahun 2003 adalah < 2000 ppmv.
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR PUSTAKA
2. L.G. Christophorou, R.J. Van Brunt, SF6/N2 Mixtures: Basic and HV Insulation
Properties, IEEE Transactions on Dielectric and Electrical Insulation, Vol. 2, No. 5,
Oktober 1995, pp. 952-1003.
5. H. M. Ryan, G.R. Jones, SF6 Switchgear, Peter Peregrinus Ltd., London, 1989,
pp. 1-62.
6. E. Maggi, SF6 Circuit Breakers, IEE Monograph Series 17: Power Circuit Breaker
Theory and Design, edited by C.H. Flurscheim, -, Peter Peregrinus Ltd.,
Stevenage, 1975, pp. 293-317.
9. IEEE 1300, 1996 (IEEE Guide for Cable Connection for Gas Insulated Substation)
10. IEEE C57.13, 1993 (IEEE Standard Requirements for Instrument Transformers
Description)
12. IEC 60376-2005 (Specification of technical grade sulfur hexafluoride SF6 for use
in electrical equipment)
14. IEEE C37.123, 1996 (IEEE Guide to Specifications for Gas-Insulated, Electric
Power Substation Equipment)
16. CIGRE 234 Task Force B3.02.01, (SF6 Recycling Guide), Agt 2003.
18. IEEE std 80-2000 tentang Guide for Safety in AC Substation Grounding
19. CIGRE 15/23-1 Diagnostic Methods for GIS Insulating System, 1992
22. IEC 60694 ed.2.2 : 2002-01 (Common Spesifications for high-voltage switchgear
and controlgear standards)
23. Guideline for Infrered Inspection of Electrical and mechanical System oleh
Infraspection Institute