You are on page 1of 7

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, November 2012, hlm. 59-65 Vol. 9 No.

2
ISSN : 1693-5683

HEALTH SEEKING BEHAVIOR


DI KALANGAN MASYARAKAT URBAN DI KOTA YOGYAKARTA
ARIS WIDAYATI
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Abstract : Research presented in this article investigated health seeking behavior among people
in an urban area of Yogyakarta City Indonesia. The research was a cross-sectional survey
involved adults in Yogyakarta City who were selected using a cluster random sampling
technique. Sample size was 640 respondents. Data were collected using a pre-tested
questionnaire during March to May 2010. Data were analyzed using descriptive statistics, Chi-
square tests, and Logistic regression. A total of 559 questionnaires were completed, resulted in
90% of response rate. Mostly respondents stated that they had one to three medical complaints
within a month (51% of 559). The most popular health seeking behavioris a combination between
self-care and consultation to health care providers (41%). Other options are self-care (36%),
consultation to public health care centre (16%), and consultation to private health care (5%).
Among the socio-demographic and economic characteristics, marital status is the only factor
that significantly correlated with health seeking behavior. Based on the results it can be
recommended that programs for improving health behavior should consider self-care, including
no medication and self medication with modern and herbal/traditional medicines. The role of
family members (e.g. spouse) should also be considered as an important factor of health related
behavior.

Keywords : Health seeking behavior

1. Pendahuluan inisiatif sendiri dan untuk diri mereka sendiri


Ketika seseorang merasakan gejala yang tanpa mencari rujukan atau berkonsultasi
mengganggu kesehatannya, maka beberapa dengan pihak lain. Tanggapan yang ke-4
kemungkinan tanggapan atau upaya yang merupakan upaya pencarian rujukan kepada
dilakukan oleh individu tersebut adalah: 1) pihak lain baik kepada tenaga kesehatan
tidak melakukan upaya apapun, 2) profesionalmaupun non-profesional, baik
melakukan upaya penyembuhan sendiri dilakukan di pusat-pusat pelayanan
tanpa menggunakan obat-obatan, 3) kesehatan formal atau di luar pusat pelayanan
melakukan upaya pengobatan sendiri dengan kesehatan(WHO, 1998 & Dean, 1986).
menggunakan obat-obatan baik modern Perilaku kesehatan seperti digambarkan
maupun tradisional/herbal, 4) di atas dipengaruhi oleh faktor internal dan
mengupayakan penyembuhan dengan ekternal individu. Faktor internal individu
melakukan rujukan atau berkonsultasi misalnya faktor sosio-demografi ekonomi,
dengan pihak lain(Dean, 1986). Tanggapan dan faktor sosio-kognitif seperti
pertama yang berupa tidak melakukan upaya pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi
apapun dapat berupa pembiaran terhadap terhadap lingkungan, dan persepsi tentang
gejala yang dialami atau penundaan terhadap konsep sehat dan sakit. Sedangkan
konsekuensi pencarian pertolongan faktor ekternal dapat disebutkan dua yang
pengobatan.Tanggapan kedua dan ketiga utama yaitu sistem kesehatan yang
termasuk dalam komponen konsep self-care, diterapkan di tingkat institutional maupun
yaitu upaya penyembuhan berdasarkan nasional dan budaya lokal (Hardon, Hodgin,
ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 60

and Fresle, 2004; Rimer and Glanz, 2005; Liu adalah masyarakat dewasa (berumur lebih
a n d L i u , 2 0 1 0 , S a t o , dari 18 tahun) di Kota Yogyakarta. Hasil
2012).Mempertimbangkan faktor-faktor penelitian yang disajikan dalam artikel ini
tersebut maka pola perilaku pencarian merupakan salah satu bagian dari sebuah
pengobatan dapat dipandang sebagai salah penelitian payung sehingga metode metode
satu cerminan implementasi sistem yang diterapkan terutama pada metode
kesehatan nasional dan akses terhadap pengambilan sampel seperti yang diuraikan
pelayanan kesehatan. di bawah ini telah dipublikasikan di tempat
Pada konteks perilaku pencarian lain (Widayati, Suryawati, de Crespigny, and
pengobatan di Indonesia, dalam naskah Hiller, 2011).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Pengambilan sampel penelitian
dinyatakan adanya peningkatan dalam dilakukan dengan metode cluster-random
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan sampling.Hasil perhitunganbesar sampel
masyarakat(Depkes, 2009).Hal tersebut adalah 640 (proporsi=50%; margin of error
merupakan salah satu indikasi yang positif (d) = 0,05; Confidence Interval (CI) = 95%;
dari penyelenggaraan upaya efek desain klaster= 1,5; dan penambahan
kesehatan.Namun demikian, seperti telah 10% untuk antisipasi tingkat
diuraikan di atas perilaku pencarian partisipasi).Proses pengambilan sampel
pengobatan mencakup juga upaya melibatkan seluruh kecamatan (14
pengobatan di luar pusat pelayanan kecamatan) dan semua kelurahan(45
kesehatan formal. Bahkan, dalam konteks kelurahan)di Kota Yogyakarta. Pada setiap
sebuah negara yang kaya akan budaya dan kelurahan ditetapkan sebanyak 15 sampai 16
kearifan lokal seperti Indonesia, perilaku rumah tangga yang dipilih secara acak
pencarian pengobatan dapat melibatkan menggunakan tabel bilangan random,
sumber sumber daya di luar atau bahkan sehingga memenuhi jumlah sebesar 640
yang belum terakomodasi dalam rumah tangga. Di setiap rumah tangga yang
penyelenggaraan upaya kesehatan di dalam terpilih secara acak tersebut, satu
sistem kesehatan nasional. Hal ini harus orang/individu dewasa dipilih secara acak
mendapatkan perhatian yang memadai di sistematis sebagai calon responden(de Vaus,
dalam kerangka pembangunan 2002).
kesehatan.Oleh karena itu dilakukan Alat penelitian berupa kuisioner yang
penelitian untuk mengeksplorasi lebih jauh telah diuji coba. Pertanyaan dalam kuisioner
lagi pola tindakan pencarian berupa kombinasi pertanyaan tertutup dan
pengobatan.Pada penelitian ini eksplorasi terbuka, yang meliputi: frekuensi mengalami
berfokus pada kalangan masyarakat keluhan gangguan kesehatan selama satu
urban/perkotaan.Hasil penelitian yang secara bulan terakhir, pola tindakan pencarian
ringkas dipaparkan dalam artikel ini dapat pengobatan, dan karakteristik sosio-
menambah informasi mengenai pola demografi ekonomi. Pola tindakan pencarian
tindakan pencarian pengobatan terutama di pengobatan meliputi: 1) tidak periksa; 2)
kalangan masyarakat urban.Hasil penelitian periksa ke pusat pelayanan kesehatan (rumah
diharapkan pula dapat digunakan sebagai sakit dan puskesmas); 3) periksa ke praktek
bahan pertimbangan dalam pengembangan dokter mandiri dan praktek tenaga
program program peningkatan perilaku keperawatan (bidan, perawat), 4) kombinasi
kesehatan dan akses terhadap upaya antara periksa dan tidak periksa; 5)
kesehatan. kombinasi antara periksa ke pusat pelayanan
kesehatan dan ke praktek mandiri.
2. Bahan dan Metode Karakteristik sosio-demografi ekonomi yang
Penelitian ini merupakan studi populasi ditanyakan yaitu: 1) gender; 2) umur; 3)
dengan desain potong lintang menggunakan status perkawinan; 4) pendidikan terakhir; 5)
pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian jumlah penghasilan keluarga; 6) pekerjaan
61 ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

sekarang; 7) peran di masyarakat, misalnya 90%).Tabel I berikut menggambarkan


kader PKK, kader Posyandu, dll; 8) karakteristik sosio-demografi dan ekonomi
kepemilikan asuransi kesehatan; 9) jarak responden penelitian.
antara rumah tinggal dengan tempat
pelayanan kesehatan (rumah sakit, Tabel I. Karakteristik sosio-demografi dan ekonomi
responden penelitian perilaku pencarian pengobatan
puskesmas, praktek dokter mandiri/swasta, di kalangan masyarakat urban di Kota Yogyakarta
praktek tenaga keperawatan (bidan,
perawat), dan apotek). Karakteristik sosio-demografi dan ekonomi responden Persentase (%)
N: 559
Proses sampling dilanjutkan dengan Gender/jenis kelamin:
Perempuan 55
pengumpulan data dilakukan setelah Laki laki 45
Umur (tahun):
mendapatkan ijin penelitian dari Pemerintah Median (range) 43 (18-88)
Kota Yogyakarta Dinas Perijinan dengan Status perkawinan:
Menikah 69
nomor surat: 070/1970/5328/34. Data Tidak menikah/Janda/Duda
Pendidikan tertinggi yang dicapai:
31

dikumpulkan dengan cara menyebarkan Universitas 29


SMA 37
kuisioner kepada responden pada Bulan SMP 12
SD 9
Maret sampai Mei 2010. Proses Tidak menyebutkan 13
pengumpulan data dilakukan oleh penulis Pekerjaan saat ini:
Tidak bekerja 29
dengan dibantu oleh 6 orang mahasiswa S1 Bekerja 46
Tidak menyebutkan 25
yang telah dilatih terlebih dahulu untuk Pendapatan keluarga per bulan:
= Rp.1.500.000 47
menjamin kualitas dan keseragaman proses Rp. 1.500.000 sampai Rp. 3.000.000 32
pengambilan data. Sebelumnya, calon Rp. 3.000.000 sampai Rp. 8.000.000
= Rp. 8.000.000
10
2
responden diberi penjelasan mengenai tujuan Tidak menyebutkan
Kepemilikan asuransi kesehatan:
9

dan hal-hal terkait penelitian, hak dan Mempunyai 47


Tidak mempunyai 50
kewajiban responden dan peneliti, serta Tidak menyebutkan 3
Peran di masyarakat
jaminan kerahasiaan identitas responden Warga 68
baik pada laporan penelitian ataupun jika Menyandang peran tertentu (misalnya: kader PKK, kader
posyandu, dll)
22

penelitian dipublikasikan.Calon responden Tidak menyebutkan 10

yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian Seperti terlihat pada Tabel I lebih dari
ini diminta mengisi lembar kesediaan setengah responden penelitian adalah wanita
berpartisipasi (consent form). (55%) dan menikah (69%). Median usia
Data diolah dan dianalisis dengan responden 43 tahun (range: 18-88 tahun).
bantuan SPSS versi 16.Analisis dilakukan Sebagian besar responden lulusan SMA
secara deskriptif (frekuensi, persentase, (37%), bekerja (46%), dan dengan
median), korelasi, dan regresi.Analisis pendapatan keluarga kurang dari atau
statistik deskriptif dilakukan untuk samadengan Rp. 1.500.000, 00 per-bulan
menggambarkan karakteristik sosio- (47%). Setengah dari responden tidak
demografi dan ekonomi responden, mempunyai asuransi kesehatan (50%).
frekuensi keluhan gangguan kesehatan, dan Sebesar 22% dari total responden
pola perilaku pencarian pengobatan.Analisis menyandang peran tertentu di masyarakat,
korelasi dan regresi dilakukan untuk misalnya kader Posyandu, kader PKK,
membuktikan adanya korelasi antara pengurus RT, dll, sedangkan sebagian besar
variabel bebas, yaitu karakteristik sosio- (68%) adalah warga biasa.
demografi ekonomi; dan variabel terikat,
yaitu tindakan pencarian 3.1. Gambaran pola perilaku pencarian
pengobatan.Hubungan antar variabel pengobatan
dinyatakan signifikan secara statistik jika Tabel II menggambarkan frekuensi
nilai p kurang dari 0,05 (Pallant, 2011). keluhan terkait gangguan kesehatan yang
dialami responden selama satu bulan terakhir
3. Hasil dan Pembahasan Seperti terlihat pada Tabel II setengah
Sebanyak 559 kuisioner diisi lengkap dari responden (51%) menyatakan
oleh responden (tingkat partisipasi:
ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 62

mengalami keluhan terkait kesehatan pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga,


sebanyak satu sampai tiga kali dalam satu kepemilikan asuransi kesehatan, peran dalam
bulan terakhir. masyarakat, dan jarak rumah dengan tempat
Tabel III menggambarkan pola perilaku pelayanan kesehatan) dan variabel tindakan
pencarian pengobatan yang terdiri dari self- pencarian pengobatan menunjukkan terdapat
care dan mencari rujukan/konsultasi dengan satu variabel yaitu status perkawinan yang
pihak lain. berasosiasi signifikan secara statistik dengan
Dari Tabel III tersebut terlihat bahwa tindakan pencarian pengobatan, X2 (2,
upaya pencarian pengobatan yang terbanyak n=555) =6,5; p=0, 039; Cramer's
adalah kombinasi antara upaya self-care dan V=0,108.Sebanyak 46% pada kategori tidak
konsultasi (41%). Berikutnya adalah upaya menikah/cerai dan34% pada kategori
self-care yaitu sebesar 36% yang meliputi menikah menyatakan melakukan self-
swamedikasi dengan obat modern dan care.Sebanyak 16% pada kategori tidak
tradisional/herbal, istirahat, upaya tanpa menikah/ceraidan 24 % pada pada kategori
menggunakan obat, dan kombinasinya. menikah menyatakan melakukan
Upaya konsultasi ke pusat pelayanan rujukan/konsultasi.Sebanyak 38% pada
kesehatan dan ke praktek mandiri relatif kategori tidak menikah/ceraidan 42% pada
kurang populer (16% dan 5%) di kalangan kategori menikah melakukan keduanya.
responden penelitian ini. Hasil analisis lebih lanjut dengan regresi
Tabel II. Frekuensi keluhan gangguan kesehatan logistik menunjukkan nilai Hosmer-
yang dialami responden dalam satu bulan terakhir Lemeshow Goodness of Fit Test sebesar 11,3
pada penelitian perilaku pencarian pengobatan di (p = 0,18) yang berarti mendukung model
kalangan masyarakat urban di Kota Yogyakarta yang diuji, yaitu faktor sosio-demografi
Frekuensi keluhan gangguan kesehatan yang dialami
responden dalam satu bulan terakhir
Persentase
N=559
ekonomi mempengaruhi tindakan pencarian
Tidak pernah ada keluhan kesehatan 42 pengobatan pada responden dalam penelitian
1-3 kali 51 ini.Namun demikian tidak ada diantara
4-6 kali 4
7-9 kali 1 variabel variabel pengaruh tersebut yang
10 kali atau lebih 2 secara statistik berkontribusi signifikan
Total 100
terhadap tindakan pencarian pengobatan.
Seperti dipaparkan di bagian hasil
Tabel III. Pola perilaku pencarian pengobatan di penelitian di atas, penelitian ini
kalangan masyarakat urban di Kota Yogyakarta mengungkapkan pola tindakan pencarian
Tindakan yang dilakukan saat mengalami keluhan gangguan Persentase
pengobatan di kalangan masyarakat urban di
kesehatan
1. Melakukan self-care:
N=559
36 %
Kota Yogyakarta pada tahun 2010.Hasil
a. Istirahat saja (misalnya: tiduran) 7% penelitian menunjukkan bahwa keluhan
b. Melakukan penyembuhan tanpa obat (misal: pijat, kerok) 4%
c. Membeli sendiri / swamedikasi dengan obat herbal / tradisional 2% terkait kesehatan paling banyak dialami
d. Membeli obat sendiri / swamedikasi dengan obat modern 6%
e. Kombinasi a sampai d 17% masyarakat dewasa sebanyak satu sampai
1.
a.
Melakukan konsultasi ke pusat pelayanan kesehatan
Rumah sakit
16 %
5%
tiga kali dalam sebulan.Secara umum, upaya
b.
c.
Puskesmas
Kombinasi a dan b
9%
2%
pencarian pengobatan yang dominandi
1. Melakukan konsultasi ke praktek mandiri 5% kalangan masyarakat urban pada penelitian
a. Praktek dokter swasta/mandiri 5%
b. Praktek tenaga keperawatan (perawat, bidan) 0% ini adalah self-care(istirahat, penyembuhan
c.
1.
Praktek pengobatan tradisional
Kombinasi no. 2 dan 3
0%
1%
tanpa obat, dan swamedikasi) dan kombinasi
1. Kombinasi no. 1, 2, dan 3 41% antara self-care, periksa ke pusat pelayanan
Total 100%
kesehatan, dan periksa ke praktek mandiri
3.2. Korelasi antara karakteristik sosio- tenaga kesehatan. Lebih lanjut, diantara
demografi dan ekonomi responden faktor faktor sosio-demografi dan ekonomi
dengan perilaku pencarian pengobatan yang diteliti,hanya faktor status perkawinan
Hasil tes Chi-square antara variabel (tidak menikah/ berceraidan menikah)yang
karakteristik sosio-demografi dan ekonomi berhubungan signifikan secara statistik
responden (gender, umur, status perkawinan, dengan perilaku pencarian pengobatan (hasil
63 ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

dari uji Chi-square) dan tidak ada faktor yang kalangan masyarakat rural/pedesaan.Pada
secara statistik mempunyai pengaruh penelitian tersebut diungkapkan bahwa
signifikanterhadap perilaku pencarian masyarakat pedesaan cenderung memilih
pengobatan (hasil dari analisis regresi berobat ke sarana pengobatan atau ke mantri
logistik). kesehatan (Setyawan, 2004).Penelitian lain
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yangjuga melibatkankalangan masyarakat
menunjukkan adanya peningkatan pedesaanjuga mengungkapkan hal serupa
penggunaan pusat pelayanan kesehatan yaitu adanya sikap dan perilaku yang positif
masyarakat sebagai rujukan ketika sakit terhadap upaya pencarian pengobatan di
(Depkes, 2009).Namun demikian, hasil pusat pelayanan kesehatan
penelitian yang disajikan dalam artikel ini masyarakat(Purnamaningrum, 2010).
menunjukkan bahwa self-caredan kombinasi Perbedaan - perbedaan ini sangat
berbagai pilihan tindakan (self-care, memungkinkan mengingat perbedaan
konsultasi ke pusat pelayanan kesehatan, dan karakteristik demografi dan sosio-ekonomi
konsultasi ke praktek mandiri) merupakan antara masyarakat urban dan rural.
pilihan utama masyarakat urban dalam upaya Faktor demografi dan status sosial
pencarian pengobatan.Tindakan self-care, ekonomi sudah sering diungkapkan sebagai
terutama melakukan penyembuhan tanpa faktor yang berhubungan dan mempengaruhi
obat, istirahat, dan swamedikasi dengan perilaku pencarian pengobatan walaupun
produk herbal/tradisional, menjadi temuan hasil hasil yang terungkap tidak selalu
menarik yang kemungkinan merupakan efek konsisten.Sebagai contoh, sebuah penelitian
positif dariaktivitas promosi kesehatan yang di Taiwan mengungkapkan bahwa wanita
mengedepankan perbaikan gaya hidup. dengan usia yang lebih tua dan yang
Lebih dari itu, self-care dengan cara mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi
berswamedikasi menggunakan obat cenderung memilih upaya pencarian
herbal/tradisional menjadi temuan berharga pengobatan kombinasi, antara self-care dan
dalam kerangka pengembangan sistem non-self-care, sedangkan masyarakat
pengobatan tradisional di Indonesia.Self- golongan menengah ke bawah cenderung
caredengan berswamedikasi menggunakan berswamedikasi (Liu dan Liu, 2010). Dalam
obat modern adalah salah satu upaya konteks masyarakat Indonesiaterutama di
pencarian pengobatan yang juga semakin kalangan masyarakat pedesaan kepemilikan
populer dan berkembang dewasa ini.Perilaku asuransi kesehatan berhubungan signifikan
self-care ini beralasan ketika dihubungkan dengan perilaku pencarian kesehatan
dengan faktor keterjangkauan harga dan (Purnamaningrum, 2010).Dalam penelitian
akses terhadap pelayanan kesehatan (Sato, ini faktor sosio-demografi ekonomi
2012 & Liu dan Liu, 2010), walaupun dalam responden yang secara statistik berhubungan
penelitian ini pendapatan per-bulan tidak dengan tindakan pencarian kesehatan adalah
berkorelasi signifikansecara status perkawinan (tidak menikah/cerai dan
statistik.Perilaku memilih kombinasi menikah). Hal yang sama juga terungkap
beberapa upaya pencarian pengobatan juga melalui wawancara pada sebuah penelitian
merupakan hal yang wajar di Indonesia. Hal kualitatif yang dilakukan sebelumnya di
ini dikarenakan keanekaragaman sistem- Kota Yogyakarta bahwa suami atau istri
sistem pengobatan dan juga provider menjadi faktor pendukung tindakan
(penyedia layanan) kesehatan, misalnya swamedikasi dengan antibiotika(Widayati,
sistem pengobatan tradisional, pengobatan Suryawati, de Crespigny, and Hiller,
modern, dan apa yang disebut dengan 2012).Hal ini dapat sebagai dasar
pengobatan komplementer dan alternatif. pertimbangan bahwa sangat penting untuk
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang melibatkan anggota keluarga dalam
telah diungkapkanoleh sebuah penelitian programprogram peningkatan perilaku
yang dilakukan beberapa tahun yang lalu di kesehatan masyarakat.
ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 64

Pengaruh dari faktor faktor tersebut di l Pola perilaku pencarian pengobatan di


atas terhadap perilaku pencarian pengobatan kalangan masyarakat urban di Kota
dapat dijelaskan dengan konsep teori - teori Yogyakarta cenderung didominasi oleh
perilaku, seperti Precede ModeldanTheory tindakan self-care termasuk swamedikasi
Planned Behaviour(Rimer dan Glanz, dengan obat moderen dan obat
2005).Misalnya, dalam konsep Precede tradisional/herbal; dan kombinasi
Model dijelaskan bahwa faktor demografi tindakan antara self-care dan mencari
dan status sosio-ekonomi merupakan faktor rujukan/konsultasi.
pre-disposisi terjadinya suatu tindakan atau l Faktor demografi dan sosio-ekonomi
perilaku. Teori perilaku juga membantu yang berhubungan signifikan secara
menjelaskan bahwa anjuran dari orang yang statistik dengan perilaku pencarian
penting atau berpengaruh dalam kehidupan pengobatan adalah status perkawinan
seseorang akan mempengaruhi seseorang (tidak menikah/bercerai dan menikah).
untuk melakukan suatu tindakan, yang Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat
disebut norma subyektif pada konsep Theory direkomendasikan beberapa hal penting
Planned Behaviour dan enabling factor pada sebagai berikut:
konsep Precede Model. Pada temuan dalam l Perlu adanya perhatian yang lebih dari
penelitian ini, konsep-konsep tersebut dapat pihak yang berwenang terkait posisi self-
digunakan untuk membantu menjelaskan care di dalam sistem kesehatan nasional
mengapa status pernikahan berhubungan dalam rangka menyikapi perilaku self-
dengan perilaku pencarian pengobatan, yaitu c a re , t e r u t a m a p a d a t i n d a k a n
bahwa anjuran dari suami atau istri bisa swamedikasi.
merupakan pendorong yang kuat bagi l Mempertimbangkan peran norma
seseorang untuk memutuskan memilih upaya subyektif terutama dari anggota keluarga
pencarian pengobatan, misalnya apakah akan terdekat (suami/istri), maka perlu
berupa upaya self-care atau upaya ditingkatkan program program promosi
rujukan/konsultasi ke pihak lain. kesehatan terutama yang terkait perilaku
Pada penelitian ini terdapat beberapa pencarian pengobatan dengan berbasis
keterbatasan terutama terkait dengan keluarga.
metodologi. Survei ini bersifat self-reported l Perlu digali lebih dalam lagi, misalnya
sehingga respon yang diperoleh dari menggunakan pendekatan kualitatif,
responden berpotensi untuk bersifat untuk mengetahui alasanalasan
subyektif. Hal yang bisa terjadi adalah jika mendasar yang terkait dengan perilaku
dilakukan pengamatan secara prospektif pencarian pengobatan.
terhadap perilaku tersebut mungkin saja l Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terjadi ketikdaksesuaian hasil dengan apa dengan menerapkan teori teori perilaku
yang dilaporkan melalui survei ini. Terkait untuk mendapatkan pemahaman yang
dengan hasil analisis statistika,tingkat lebih baik lagi mengenai bagaimana
signifikansi hubungan dan pengaruh antar faktorfaktor tersebut bekerja
berbagai variabel yang di uji sangat mungkin mempengaruhi perilaku pencarian
meningkat jika jumlah sampel ditingkatkan. pengobatan.
Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini l Perlu dilakukan studi komparatif untuk
hendaknya diinterpretasikan dengan hati membandingkan pola perilaku dan
hati terutama dengan mempertimbangkan faktor-faktor pencarian pengobatan di
adanya keterbatasan keterbatasan tersebut. kalangan masyarakat urban dan
rural.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang telah Ucapan Terima Kasih
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan Penulis mengucapkan terimakasih
beberapa hal sebagai berikut: kepada semua responden yang bersedia
65 ARIS WIDAYATI Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

berpartisipasi dalam penelitian ini dan Rimer, B. K. & Glanz, K., 2005, Theory at a glance a
kepada anggota team pengumpul data guide for health promotion practice,
U.S.Departement of Health and Human Services
penelitian: Anna S. Yuliasari, Andrian Liem, National Institutes of Health.
Wahyu Satyawan, Anna Maria Lisa Angela, Sato, A, 2012, Does socio-economic status explain use
Hiasinta Primastuti, Yohanes Dedy of modern and traditional health care services?
Setiawan. Soc Sci Med, 75, 1450-9.
Setyawan, E. F., 2004, Perilaku Pencarian Pengobatan
Pada Kelompok Ibu Rumah Tangga di Desa
Daftar Pustaka Tirtomarto Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten,
Dean, K., 1986, Lay Care in Illness. Soc.Sci.Med, 22, Skripsi, UNDIP.
275-284. WHO, 1998, The role of the pharmacist in self-care
Depkes. 2009. Sistem Kesehatan Nasional [Online] and self medication,World Health Organisation,
J a k a r t a : D e p K e s R I . Geneva.
http://www.depkes.go.id/downloads/SKN%20fi Widayati, A., Suryawati, S., de Crespigny, C., and
nal.pdf [ diakses pada 15 Desember 2012]. Hiller, J.E., 2011, Self medication with
de Vaus, D. A., 2002, Surveys in Social Research, antibiotics in Yogyakarta City Indonesia: a cross
Allen & Unwin, New South Wales. sectional population-based survey, BMC Res
Hardon, A., Hodgkin, C., and Fresle, D., 2004, How to Notes, 4, 491.
investigate the use of medicines by consumers, Widayati, A., Suryawati, S., de Crespigny, C., and
World Health Organisation, Switzerland. Hiller, J.E., 2012, Beliefs About the Use of
Liu, C. Y. & Liu, J. S. 2010. Socioeconomic and Nonprescribed Antibiotics Among People in
demographic factors associated with health care Yogyakarta City, Indonesia: A Qualitative Study
choices in Taiwan. Asia Pac J Public Health, 22, Based on the Theory of Planned Behavior, Asia
51-62. Pac J Public Health, doi:
Pallant, J., 2011, SPSS Survival Manual, Allen & 10.1177/1010539512445052 [article in
Unwin, New South Wales. press],http://aph.sagepub.com/content/early/201
Purnamaningrum, A., 2010, Faktor-faktor yang 2/04/24/1010539512445052.full.pdf+html
berhubungan dengan perilaku masyarakat untuk [diakses pada 10 Desember 2012].
mendapatkan pelayanan kesehatan mata, Laporan
Penelitian, UNDIP.

You might also like