Professional Documents
Culture Documents
Iwan Dwiprahasto
Bagian Farmakologi & Toksikologi/Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit,
Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta
ABSTRACT
Patients admitted to intensive care units (ICUs) are at a greater risk of hospital acquired infection
than other hospitalised patients and are more likely to die of that infection as a result of a
multitude of compounding factors. Patients admitted to ICUs are usually critically ill and require
frequent monitoring. Recent reports show that the rapidity of emergence of multiple antibiotic-
resistant organisms in the ICU is not being reflected by the same rate of development of new
antimicrobial agents. It is, therefore, conceivable that patients with serious infections will soon
no longer be treatable with currently available antimicrobials. Strict management of antibiotic
policies and surveillance programmes for multiple resistant organisms, together with infection
control procedures, need to be implemented and continuously audited. This review considers
the epidemiology of antimicrobial resistence in the ICU, their consequences and proposes
strategies to minimize the risk of antimicrobial resistence
177
Kebijakan untuk Meminimalkan
178
Kebijakan untuk Meminimalkan
berlebihan. Selain itu di ICU juga telah dilaporkan Namun demikian Cunha20 mengemukakan
adanya P. aeruginosa yang resisten terhadap bahwa rotasi penggunaan antibiotika sebetulnya
berbagai antimikroba ( multi-drug resistant ), tidak diperlukan apabila: (1) antibiotika yang
khususnya berasal dari pasien luka bakar.13 Dari digunakan sebagai lini pertama adalah antibiotika
laporan tersebut juga ditunjukkan adanya P. yang relatif tidak mudah menimbulkan resistensi,
aeruginosa yang resisten terhadap piperacillin, dan (2) antibiotika yang berpotensi tinggi menjadi
ceftazidime, aztreonam, imipenem, ciprofloxacin, resisten digunakan secara terbatas untuk kasus-
dan aminoglikosida. Studi yang lain juga kasus tertentu. Antibiotika yang tergolong
menemukan bahwa P. aeruginosa yang resisten berpotensi untuk menimbulkan risiko resistensi
terhadap berbagai antimikroba ternyata lebih sering antara lain adalah ampicillin, aztreonam,
didapatkan di ICU daripada tempat-tempat lain di ceftazidime, ciprofloxacin, erythromycin, gentami-
rumah sakit.14 cin, imipenem, dan vancomycin.
179
Kebijakan untuk Meminimalkan
waktu, penurunan densitas bakteri ditentukan oleh pemberian antibiotika diberikan intravenosa melalui
berapa lama konsentrasi obat dalam darah infus.23
melebihi MIC.15
Bagi antibiotika yang bersifat tergantung kadar, KESIMPULAN
penurunan densitas bakteri tergantung pada rasio Resistensi bakteri yang terjadi secara cepat
antara kadar maksimum obat dalam darah (Cmax) umumnya terjadi akibat perilaku peresepan
dan MIC atau AUC (area under the curve) terhadap antibiotika dan perilaku petugas kesehatan yang
MIC.22 Terhadap antibiotika golongan ini dianjurkan masih jauh dari rasional. Faktor risiko yang paling
untuk meningkatkan dosis yang besarnya sering ditemukan adalah penggunaan antibiotika
diperhitungkan berdasarkan MIC untuk bakteri tanpa indikasi yang jelas dan tidak menerapkan
patogen yang dicurigai. Interval waktu pemberian konsep-konsep aseptik saat menangani pasien.
antibiotika juga harus panjang dan disesuaikan Yang cukup memprihatinkan, resistensi bakteri di
dengan waktu paruh obat dalam tubuh.15 ICU relatif lebih tinggi daripada di bangsal
Atas dasar konsep tersebut aminoglikosida perawatan.
umumnya diberikan sekali sehari. Hal ini berkaitan Pada dasarnya ada beberapa upaya yang
dengan tujuan terapi dengan aminoglikosida, yaitu dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko
mencapai kadar puncak dalam serum minimal resistensi, antara lain melakukan optimalisasi
setara dengan 10-12 kali MIC.23,24 terapi, seleksi antibiotika secara lebih seksama,
Untuk memprediksi outcome klinik hasil terapi penetapan dosis, cara, dan lama terapi yang lebih
pada pemberian fluoroquinolon, konsep yang rasional, serta dalam situasi tertentu melakukan
digunakan adalah area di bawah kadar hambat rotasi atau penjadwalan penggunaan antibiotika.
(AUIC) yang setara dengan AUC/MIC. Sebagai Penggunaan pedoman terapi infeksi juga harus
contoh, untuk infeksi akibat bakteri usus gram didorong, khususnya dengan memanfaatkan bukti-
negatif, outcome klinik terbaik umumnya diperoleh bukti ilmiah terbaru (current best evidence) yang
jika fluoroquinolon diberikan pada AUIC yang lebih dapat dipercaya validitasnya. Akhirnya
setara atau lebih besar dari 125, sedangkan untuk pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai
bakteri Gram positif angka ini harus mencapai komponen, seperti clinical epidemiologist, apoteker,
sekitar 40 atau lebih.23 ahli infeksi nosokomial, dan petugas yang
Rasio antara kadar puncak antibiotika (Cmax) berkompeten harus senantiasa menjadi prioritas
dan MIC juga telah diteliti pada levofloxacin. Jika dalam rangka meminimalkan risiko terjadinya
ingin mendapatkan outcome klinik dan respons resistensi bakteri.
mikrobiologik sekitar 80-100% maka rasio Cmax
terhadap MIC untuk levofloxacin haruslah KEPUSTAKAAN
mencapai minimal 12,2 dan tergantung pada lokasi 1. Hospital Infections Program. National Center
infeksi.25 Dengan demikian dapat disimpulkan for Infectious Diseases, Centers for Disease
bahwa untuk mencapai tujuan terapi yang Control. Intensive Care Antimicrobial
diharapkan maka pemberian fluroquinolon selain Resistance Epidemiology (ICARE)
harus mencapai AUIC = 125 (untuk bakteri Gram surveillance report, data summary from
negatif) atau = 40 (untuk bakteri Gram positif) juga January 1996 through December 1997. Am J
rasio Cmax/MIC hendaknya mencapai = 12,2. Infect Control. 1999;27:279-84.
Untuk antibiotika yang tergolong time-depen- 2. Fridkin, S.K., Steward, C.D., Edwards, J.R.
dent antibiotics (seperti penicillin, cephalosporin, Surveillance of antimicrobial use and
carbapenem, monobactam and vancomycin) maka antimicrobial resistance in United States
pemberian obat harus dilakukan sedemikian rupa hospitals: project ICARE phase 2. Clin Infect
agar kadarnya di atas MIC. Untuk penicillin dan Dis. 1999;29:245-52.
cephalosporin, kadar obat dalam serum harus lebih 3. Fridkin, S.K., Gaynes, R.P. Antimicrobial
besar dari MIC untuk 50-70% dosis interval agar resistance in intensive care units. Clin Chest
diperoleh daya bunuh bakteri maksimum.24 Med. 1999;20:303-16.
Agar kadar antibiotika beta-lactam yang 4. McGowan, J.E., Tenover, F. Antimicrobial
melebihi MIC berlangsung cukup panjang dalam resistance in the intensive care unit: impact of
darah maka ada beberapa cara yang dapat new patterns. Int J Clin Pract Suppl.
ditempuh, antara lain: (1) menggunakan obat yang 1998;95:14-22.
dapat memperpanjang waktu paruh (misalnya 5. Shlaes, D.M., Gerding, D.N., John, J.F. Society
probenecid); (2) frekuensi pemberian ditambah; (3) of Healthcare Epidemiology of America and
menaikkan dosis; (4) menggunakan antibiotika Infectious Disease Society of America joint
yang memiliki waktu paruh panjang; dan (5) committee on the prevention of antimicrobial
180
Kebijakan untuk Meminimalkan
181