You are on page 1of 5

JMPK Vol. 08/No.

04/Desember/2005 Kebijakan untuk Meminimalkan

KEBIJAKAN UNTUK MEMINIMALKAN RISIKO TERJADINYA RESISTENSI


BAKTERI DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RUMAH SAKIT

Iwan Dwiprahasto
Bagian Farmakologi & Toksikologi/Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit,
Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

ABSTRACT

Patients admitted to intensive care units (ICUs) are at a greater risk of hospital acquired infection
than other hospitalised patients and are more likely to die of that infection as a result of a
multitude of compounding factors. Patients admitted to ICUs are usually critically ill and require
frequent monitoring. Recent reports show that the rapidity of emergence of multiple antibiotic-
resistant organisms in the ICU is not being reflected by the same rate of development of new
antimicrobial agents. It is, therefore, conceivable that patients with serious infections will soon
no longer be treatable with currently available antimicrobials. Strict management of antibiotic
policies and surveillance programmes for multiple resistant organisms, together with infection
control procedures, need to be implemented and continuously audited. This review considers
the epidemiology of antimicrobial resistence in the ICU, their consequences and proposes
strategies to minimize the risk of antimicrobial resistence

Keywords: antimicrobial resistance, ICU, minimum inhibitory concentration, antibiotics cycling,


crop rotation

PENGANTAR menggelisahkan adalah bahwa angka resistensi


Sejarah resistensi bakteri terhadap antibiotika bakteri umumnya dilaporkan lebih tinggi di ICU (in-
diawali dari ditemukannya staphylococcus yang tensive care unit) dibanding di area pelayanan lain
resisten terhadap penicillin pada awal 1940-an. di rumah sakit. 1,2 Di samping tingginya angka
Sejak itu resistensi tunggal maupun multiple resistensi di ICU muncul pula kekhawatiran
(multidrug resistance) yang dimediasi oleh plasmid terjadinya multidrug resistant yang pada gilirannya
yang dapat dipindahkan dari satu ke lain akan semakin mempersulit proses terapi penderita
mikroorganisme di traktus gastrointestinal juga penyakit infeksi. 3,4 Salah satu dampak dari
dilaporkan sekitar tahun 1950-an. Pada resistensi bakteri ini adalah semakin terbatasnya
pertengahan 1970-an gena-gena resisten pilihan antibiotika untuk mengatasi infeksi-infeksi
ditemukan semakin menyebar di berbagai yang berat. Keadaan ini tentu sangat
pelayanan kesehatan dan bahkan melibatkan mengkhawatirkan karena umumnya pasien yang
organisme-organisme yang bersifat komensal di dirawat di ICU menderita infeksi berat. Selain
traktus respiratorius dan genitourinarius penderita memberikan dampak biaya yang cukup besar serta
yang dirawat di rumah sakit. Penyebaran bakteri meningkatkan mortalitas dan morbiditas5 berbagai
resisten semakin dramatik di medio 1990-an. penelitian melaporkan bahwa pasien-pasien yang
Dua faktor penting ikut berperan dalam terinfeksi oleh bakteri yang resisten umumnya
penyebaran resistensi yaitu kemampuan memiliki outcome yang buruk serta terpaksa harus
organisme untuk mentransfer, memperoleh dan dirawat lebih lama di rumah sakit daripada pasien
merekayasa gena resisten, serta penekanan penderita infeksi lainnya.6
selektif bakteri akibat penggunaan antibiotika Resistensi bakteri terhadap antimikroba terjadi
spektrum luas (broad spectrum) secara berlebihan. melalui banyak mekanisme dan cenderung
Interaksi antara dua komponen utama inilah (yang semakin rumit pendeteksiannya. Berbagai
lebih dikenal sebagai drug resistance equation) mekanisme genetik ikut terlibat, termasuk di
yang hingga saat ini menjadi bagian dari masalah antaranya mutasi khromosom, ekspresi gena-gena
resistensi bakteri yang tak pernah terpecahkan resisten khromosom laten, didapatnya resistensi
secara tuntas.1 genetik baru melalui pertukaran langsung DNA,
Jika akhir-akhir ini masalah resistensi kembali bakteriofag, atau plasmid DNA ekstrakhromosom,
menjadi isu sentral di pusat-pusat pelayanan ataupun didapatnya DNA melalui mekanisme
kesehatan, hal yang sebenarnya paling transformasi.5

177
Kebijakan untuk Meminimalkan

Materi genetik mampu membuat bakteri tococcus pneumoniae dan Pseudomonas


menjadi resisten melalui tiga mekanisme utama aeruginosa.3
berikut, yaitu (1) produksi enzym yang
menginaktivasi atau merusak antibiotika; (2) PEMBAHASAN
mengubah tempat target yang menjadi sasaran Resistensi bakteri terhadap antibiotika di ICU
antibiotika; dan (3) mencegah akses ke tempat tar- Identifikasi terhadap pola resistensi bakteri di
get.5 ICU merupakan langkah penting untuk mencegah
Di tingkat rumah sakit mekanisme terjadinya penyebaran lebih lanjut. Surveilens semacam ini
resistensi bakteri diduga melalui beberapa hal akan sangat bermanfaat dalam memandu
berikut: (1) terpaparnya populasi bakteri oleh pemilihan antimikroba secara lebih rasional dan
oranisme resisten; (2) ditemukannya resistensi penerapan kebijakan pengendalian infeksi yang
akibat mutasi spontan strain-strain yang sensitif juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
atau transfer genetik; (3) ekspresi resistensi pada resistensi. Berita sangat mengejutkan yang
bakteri-bakteri yang sebelumnya telah ada di dalam dilaporkan oleh the European Epic Study 10
populasi; dan (4) menyebarnya organisme resisten mencatat adanya pola resistensi S. aureus, dan P.
melalui mekanisme transmisi silang.7 aeruginosa di ICU. Dari isolat S. aureus yang diteliti,
Meskipun pada kenyataannya penggunaan 60% diantaranya merupakan MRSA. Di antara S.
antibiotika relatif lebih ekstensif di komunitas tetapi aureus yang menyebabkan bakteremia, 72%
reservoir mikroorganisme resisten terbesar adalah berupa MRSA. Pola resistensi P. aeruginosa
rumah sakit, karena hampir sebagian besar pasien bahkan dilaporkan bersifat multipel, termasuk
akan mendapat antibiotika profilaksi ataupun terapi terhadap gentamicin (46%), imipenem (21%),
yang polanya sangat beragam dan cenderung sulit ceftazidime (27%), ciprofloxacin (26%), dan ureido-
dikendalikan melalui regulasi biasa.8 Penyebaran penicillin (37%). Berita tersebut sempat
bakteri resisten melalui kontaminasi silang menimbulkan keprihatinan yang sangat mendalam
umumnya lebih mudah di antara pasien-pasien karena kedua bakteri tersebut selama ini tergolong
penderita infeksi yang dirawat di rumah sakit. penyebab kematian yang sangat tinggi di rumah
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam sakit.10
terjadinya resistensi bakteri di rumah sakit disajikan Perkembangan selanjutnya juga
pada Tabel 1. mengisyaratkan bahwa di ICU juga telah ditemukan
organisme yang resisten terhadap beberapa
Tabel 1. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya antimikroba sekaligus, termasuk di antaranya
resistensi bakteri di rumah sakit9 adalah acinetobacter dan VRE (vancomycin resis-
tance enterococcus) yang ternyata juga resisten
1. Pasien-pasien umumnya menderita penyakit serius
2. Pasien-pasien immunocompromized (transplantasi
terhadap teicoplanin. Meskipun patogenisitasnya
organ, penyakit keganasan, kegagalan berbagai relatif rendah acinetobacter memiliki kemampuan
organ/multiorgan failure, infeksi HIV) tinggi untuk menyebar secara mudah dari satu
3. Penggunaan alat serta prosedur-prosedur medik,
bedah, dan diagnostik baru (transplantasi sumsum
pasien ke pasien yang lain. Oleh sebab itu, masalah
tulang, pemasangan kateter) klinis yang ditimbulkan biasanya serius, khususnya
4. Meningkatnya paparan organisme resisten dari di lingkungan ICU.11
komunitas atau fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya Suatu studi melaporkan bahwa 45 dari 70 ICU
5. Pengendalian infeksi yang tidak efektif serta di Inggris terbukti terkontaminasi oleh acinetobacter
ketidaktaatan terhadap prosedur-prosedur medik yang sebagian besar merupakan kasus-kasus yang
aseptik
6. Peningkatan penggunaan antibiotika profilaksi bersifat sporadik. Acinetobacter paling sering
7. Peningkatan penggunaan antibiotika kombinasi yang berkaitan dengan kolonisasi dan infeksi saluran
tidak didasarkan pada indikasi yang jelas pernapasan bagian bawah. Telaah lebih lanjut juga
8. Tingginya penggunaan antimikroba oleh berbagai
kalangan mulai dari dokter praktik, perawat, apotek, menunjukkan bahwa bakteri basilus gram-negatif
hingga untuk hewan di peternakan-peternakan yang diisolasi dari pasien-pasien yang dirawat di
ICU ternyata resisten terhadap cephalosporin
generasi ketiga, khususnya untuk Klebsiella
Di tingkat rumah sakit, organisme yang sering
pneumoniae dan spesies Enterobacter. Bakteri-
ditemukan resisten antara lain adalah methicillin-
bakteri tersebut juga sering resisten terhadap
resistant staphylococcus aureus (MRSA), coagu-
aminoglikosida dan ciprofloxacin.12
lase-negative staphylococci, vancomycin-resistant
Diduga resistensi yang terjadi berkaitan
enterococcus faecalis dan enterococcus faecium
dengan meningkatnya jumlah bakteri penghasil
(VRE), enterobacteriaceae dengan plasmid-en-
extended spectrum beta lactamase (ESBL) akibat
coded extended-spectrum beta-lactamases
penggunaan cephalosporin generasi tiga secara
(ESBL), dan strain multi-drug-resistant dari Strep-

178
Kebijakan untuk Meminimalkan

berlebihan. Selain itu di ICU juga telah dilaporkan Namun demikian Cunha20 mengemukakan
adanya P. aeruginosa yang resisten terhadap bahwa rotasi penggunaan antibiotika sebetulnya
berbagai antimikroba ( multi-drug resistant ), tidak diperlukan apabila: (1) antibiotika yang
khususnya berasal dari pasien luka bakar.13 Dari digunakan sebagai lini pertama adalah antibiotika
laporan tersebut juga ditunjukkan adanya P. yang relatif tidak mudah menimbulkan resistensi,
aeruginosa yang resisten terhadap piperacillin, dan (2) antibiotika yang berpotensi tinggi menjadi
ceftazidime, aztreonam, imipenem, ciprofloxacin, resisten digunakan secara terbatas untuk kasus-
dan aminoglikosida. Studi yang lain juga kasus tertentu. Antibiotika yang tergolong
menemukan bahwa P. aeruginosa yang resisten berpotensi untuk menimbulkan risiko resistensi
terhadap berbagai antimikroba ternyata lebih sering antara lain adalah ampicillin, aztreonam,
didapatkan di ICU daripada tempat-tempat lain di ceftazidime, ciprofloxacin, erythromycin, gentami-
rumah sakit.14 cin, imipenem, dan vancomycin.

Bagaimana mencegah terjadinya resistensi Mencegah penyebaran resistensi bakteri


bakteri terhadap antibiotika Penyebaran bakteri yang resisten sebenarnya
Salah satu cara untuk mencegah resistensi dapat diminimalkan dengan seawal mungkin
bakteri, antara lain: (1) mendorong penggunaan mengenali masalah resistensi dan menerapkan
antibiotika secara rasional (antibiotika hanya pengendalian infeksi secara konsisten.
diberikan untuk indikasi yang jelas), dan (2) Pengendalian infeksi menggunakan hanya satu
mengurangi penggunaan yang tidak perlu baik metode dilaporkan tidak cukup adekuat untuk
untuk profilaksi maupun terapi, dan (3) proses mencegah terjadinya resistensi bakteri.10 Praktek
seleksi antibiotika termasuk dosis, frekuensi, dan pengendalian infeksi antara lain meliputi cuci
lama pemberian harus dilakukan secara lebih tangan secara teratur menggunakan antiseptik dan
seksama untuk meningkatkan efektivitas antibiotika senantiasa menggunakan sarung tangan setiap kali
dalam menanggulangi infeksi.15 Dalam Tabel 2 bersentuhan dengan pasien, bahan biologis, atau
disajikan beberapa strategi untuk mengendalikan bahan yang berpotensi menimbulkan resistensi.8,20
penggunaan antibiotika dalam rangka mencegah Selain upaya-upaya tersebut John dan
terjadinya resistensi bakteri. Fishman26 menganjurkan perlunya pengendalian
infeksi oleh tim yang bersifat multidisiplin. Di ICU
Tabel 2. Beberapa strategi untuk mengendalikan pengendalian resistensi perlu menggunakan
penggunaan antibiotika8, 16,17 strategi yang lebih khusus, yaitu (1)
mempertimbangkan gambaran bakteri setempat
1. Penggunaan clinical practice guideline/clinical dan antibiotika yang umum digunakan serta (2)
pathway memahami kebiasaan pelaksanaan pelayanan
2. Sistem informasi terkomputasi untuk membantu setempat, misalnya apakah perawat selalu cuci
seleksi jenis antibiotika
3. Penggunaan form peresepan antibiotika secara tangan setiap kali akan kontak dengan pasien.
terkendali
4. Pelaporan sensitivitas selektif antibakteri Optimalisasi farmakoterapi
5. Edukasi dan advokasi kepada praktisi
6. Penggunaan formularium obat rumah sakit Secara prinsip, pemilihan antimikroba yang
7. Rotasi penggunaan antibiotika secara terjadwal tepat harus mempertimbangkan aktivitas
(cycling dan crop rotation) mikrobiologik dan farmakodinamik masing-masing
terhadap pola sensitivitas kuman setempat. Dosis
efektif antimikroba merupakan fungsi dari kadar
Kollef et al . 18 melakukan studi mengenai
hambat minimal (minimum inhibitory concentration/
perubahan/penjadwalan penggunaan antibiotika di
MIC), kemampuan pertahanan tubuh individu,
ICU dari ceftazidime ke ciprofloxacin. Dari studi
lokasi infeksi, dan profil farmakokinetika
tersebut dilaporkan bahwa sejak dilakukan
antimikroba.15
perubahan penjadwalan penggunaan antibiotika,
Profil farmakokinetika antimikroba dapat
angka kejadian VAP yang disebabkan oleh bakteri
bersifat tergantung kadar (concentration depen-
gram negatif resisten menurun secara bermakna
dent ), misalnya aminoglikosida dan
dibanding sebelum diberlakukannya intervensi
fluoroquinolone, atau tergantung waktu (time-de-
tersebut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
pendent), misalnya beta-lactam dan vancomycin.
dalam hal ini adalah riwayat resistensi bakteri
Untuk antimikroba yang bersifat tergantung kadar,
sebelumnya, pemilihan urutan antibiotika untuk
peningkatan kadar antimikroba dalam darah akan
penjadwalan, potensi dari antibiotika terpilih, dan
meningkatkan pula kecepatan daya bunuhnya.
interval penjadwalan antar obat.5,19
Sedangkan antimikroba yang bersifat tergantung

179
Kebijakan untuk Meminimalkan

waktu, penurunan densitas bakteri ditentukan oleh pemberian antibiotika diberikan intravenosa melalui
berapa lama konsentrasi obat dalam darah infus.23
melebihi MIC.15
Bagi antibiotika yang bersifat tergantung kadar, KESIMPULAN
penurunan densitas bakteri tergantung pada rasio Resistensi bakteri yang terjadi secara cepat
antara kadar maksimum obat dalam darah (Cmax) umumnya terjadi akibat perilaku peresepan
dan MIC atau AUC (area under the curve) terhadap antibiotika dan perilaku petugas kesehatan yang
MIC.22 Terhadap antibiotika golongan ini dianjurkan masih jauh dari rasional. Faktor risiko yang paling
untuk meningkatkan dosis yang besarnya sering ditemukan adalah penggunaan antibiotika
diperhitungkan berdasarkan MIC untuk bakteri tanpa indikasi yang jelas dan tidak menerapkan
patogen yang dicurigai. Interval waktu pemberian konsep-konsep aseptik saat menangani pasien.
antibiotika juga harus panjang dan disesuaikan Yang cukup memprihatinkan, resistensi bakteri di
dengan waktu paruh obat dalam tubuh.15 ICU relatif lebih tinggi daripada di bangsal
Atas dasar konsep tersebut aminoglikosida perawatan.
umumnya diberikan sekali sehari. Hal ini berkaitan Pada dasarnya ada beberapa upaya yang
dengan tujuan terapi dengan aminoglikosida, yaitu dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko
mencapai kadar puncak dalam serum minimal resistensi, antara lain melakukan optimalisasi
setara dengan 10-12 kali MIC.23,24 terapi, seleksi antibiotika secara lebih seksama,
Untuk memprediksi outcome klinik hasil terapi penetapan dosis, cara, dan lama terapi yang lebih
pada pemberian fluoroquinolon, konsep yang rasional, serta dalam situasi tertentu melakukan
digunakan adalah area di bawah kadar hambat rotasi atau penjadwalan penggunaan antibiotika.
(AUIC) yang setara dengan AUC/MIC. Sebagai Penggunaan pedoman terapi infeksi juga harus
contoh, untuk infeksi akibat bakteri usus gram didorong, khususnya dengan memanfaatkan bukti-
negatif, outcome klinik terbaik umumnya diperoleh bukti ilmiah terbaru (current best evidence) yang
jika fluoroquinolon diberikan pada AUIC yang lebih dapat dipercaya validitasnya. Akhirnya
setara atau lebih besar dari 125, sedangkan untuk pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai
bakteri Gram positif angka ini harus mencapai komponen, seperti clinical epidemiologist, apoteker,
sekitar 40 atau lebih.23 ahli infeksi nosokomial, dan petugas yang
Rasio antara kadar puncak antibiotika (Cmax) berkompeten harus senantiasa menjadi prioritas
dan MIC juga telah diteliti pada levofloxacin. Jika dalam rangka meminimalkan risiko terjadinya
ingin mendapatkan outcome klinik dan respons resistensi bakteri.
mikrobiologik sekitar 80-100% maka rasio Cmax
terhadap MIC untuk levofloxacin haruslah KEPUSTAKAAN
mencapai minimal 12,2 dan tergantung pada lokasi 1. Hospital Infections Program. National Center
infeksi.25 Dengan demikian dapat disimpulkan for Infectious Diseases, Centers for Disease
bahwa untuk mencapai tujuan terapi yang Control. Intensive Care Antimicrobial
diharapkan maka pemberian fluroquinolon selain Resistance Epidemiology (ICARE)
harus mencapai AUIC = 125 (untuk bakteri Gram surveillance report, data summary from
negatif) atau = 40 (untuk bakteri Gram positif) juga January 1996 through December 1997. Am J
rasio Cmax/MIC hendaknya mencapai = 12,2. Infect Control. 1999;27:279-84.
Untuk antibiotika yang tergolong time-depen- 2. Fridkin, S.K., Steward, C.D., Edwards, J.R.
dent antibiotics (seperti penicillin, cephalosporin, Surveillance of antimicrobial use and
carbapenem, monobactam and vancomycin) maka antimicrobial resistance in United States
pemberian obat harus dilakukan sedemikian rupa hospitals: project ICARE phase 2. Clin Infect
agar kadarnya di atas MIC. Untuk penicillin dan Dis. 1999;29:245-52.
cephalosporin, kadar obat dalam serum harus lebih 3. Fridkin, S.K., Gaynes, R.P. Antimicrobial
besar dari MIC untuk 50-70% dosis interval agar resistance in intensive care units. Clin Chest
diperoleh daya bunuh bakteri maksimum.24 Med. 1999;20:303-16.
Agar kadar antibiotika beta-lactam yang 4. McGowan, J.E., Tenover, F. Antimicrobial
melebihi MIC berlangsung cukup panjang dalam resistance in the intensive care unit: impact of
darah maka ada beberapa cara yang dapat new patterns. Int J Clin Pract Suppl.
ditempuh, antara lain: (1) menggunakan obat yang 1998;95:14-22.
dapat memperpanjang waktu paruh (misalnya 5. Shlaes, D.M., Gerding, D.N., John, J.F. Society
probenecid); (2) frekuensi pemberian ditambah; (3) of Healthcare Epidemiology of America and
menaikkan dosis; (4) menggunakan antibiotika Infectious Disease Society of America joint
yang memiliki waktu paruh panjang; dan (5) committee on the prevention of antimicrobial

180
Kebijakan untuk Meminimalkan

resistance: guidelines for the prevention of Serotypes in Pseudomonas Aeruginosa


antimicrobial resistance in hospitals. Clin Infect Isolates From Intensive Care Units and Other
Dis. 1997;25:584-99. Wards. J Antimicrob Chemother. 1996; 37:
6. Schiappa, D.A., Hayden, M.K., Matushek, 80913.
M.G. Ceftazidime-Resistant Klebsiella 15. Polk, R. Optimal Use of Modern Antibiotics:
Pneumoniae and Escherichia Coli Emerging Trends. Clin Infect Dis. 1999;29:264-
Bloodstream Infection: a Case-Control and 74.
Molecular Epidemiologic Investigation. J Infect 16. McGowan, J.E. Do Intensive Hospital Antibiotic
Dis. 1996;174:529-36. Control Programs Prevent The Spread of
7. McGowan, J.E. Antimicrobial Resistance in Antibiotic Resistance? Infect Control Hosp
Hospital Bacteria: Current Patterns, Modes of Epidemiol. 1994;15:478-83.
Appearance or Spread, and Economic Impact. 17. Mainardi, J.L., Carlet, J., Acar, J. Antibiotic
Rev Med Microbiol. 1991;2:161-69. Resistance Problems in the Critical Care Unit.
8. Bhavnani, S.M. Antimicrobial Use and Crit Care Clin. 1998;14:199-219.
Resistance: Need for Continuing Surveillance. 18. Kollef, M.H., Vlasnik, J., Sharpless, L.
Pharmaguide to Clinical Medicine. Scheduled Change of Antibiotic Classes. A
1999;11(5):1-7. Strategy to Decrease the Incidence of
9. Hospital Infections Program. National Center Ventilator-Associated Pneumonia. Am J Respir
for Infectious Diseases Centers for Disease Crit Care Med. 1997;156;1040-8.
Control. National Nosocomial Infections 19. Niederman, M.S. Is Crop Rotation of
Surveillance (NNIS System Report, Data Antibiotics The Solution To a Resistant
Summary from January 1990-May 1999, Problem In The ICU? Am J Respir Crit Care
Issued June 1999. www.cdc.gov/ncidod/hip/ Med. 1997;156;1029-31.
NNIS/ sar99net.pdf. 20. Cunha, B.A. Antibiotic resistance. Control
10. Vincent, J.L., Bihari, D.J., Suter, P.M. The Strategies. Crit Care Clin. 1998;14:309-27.
Prevalence of Nosocomial Infection in 21. John, J.F., Fishman, N.O. Programmatic Role
Intensive Care Units in Europe. JAMA. 1995; of the Infectious Disease Physician In
274: 63944. Controlling Antimicrobial Costs In The Hospital.
11. Bergogne-Brzin E., Towner, K.J. Clin Infect Dis. 1997;24:471-85.
Acinetobacter Spp. As Nosocomial Pathogens: 22. Craig, W.A. Pharmacokinetic Pharmacody-
Microbiological, Clinical, and Epidemiological namic Parameters: Rationale for Antibacterial
Features. Clin Microbiol Rev. 1996; 9: 14865 Dosing of Mice and Men. Clin Infect Dis.
12. Itokazu, G.S., Quinn, J.P., Bell-Dixon, C., 1998;26:1-12.
Kahan, F.M., Weinstein, R.A. Antimicrobial 23. Ambrose, P.G., Owens, R.C., Quintiliani, R.
Resistance Rates Among Aerobic Gram- Antibiotic Use in the Critical Care Unit. Critical
Negative Bacilli Recovered From Patients in Care Clinics. 1998;14:283-308
Intensive Care Units: Evaluation of a National 24. Drusano, G.L. Infection in the Intensive Care
Postmarketing Surveillance Program. Clin Unit: Beta-Lactamase-Mediated Resistance
Infect Dis. 1996; 23: 77984. among Enterobacteriaceae and Optimal
13. Hsueh, P.R., Teng, L.J., Yang, P.C., Chen, Y.C., Antimicrobial Dosing. Clin Infect Dis.
Ho, S.W., Luh, K.T. Persistence of a Multidrug- 1998;27(Suppl 1):S111-16.
Resistant Pseudomonas Aeruginosa Clone in 25. Preston, S.L. Drusano, G.L., Berman, A.L.
an Intensive Care Burn Unit. J Clin Microbiol. Pharmacodynamics of Levofloxacin: a New
1998; 36: 134751. Paradigm for Early Clinical Trials. JAMA
14. Bert, N., Lambert-Zechovsky, N. Comparative 1998;279:125-9.
Distribution of Resistance Patterns and

181

You might also like