You are on page 1of 8

EFEKTIFITAS PROMOSI KESEHATAN MELALUI MEDIA

AUDIOVISUAL MENGENAI HIV/AIDS TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG HIV/AIDS
Desi Natalia Nadeak1, Agrina2, Misrawati3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: dnatalia21@ymail.com

Abstract

The aim of this research was to determined the effectiveness of health promotion by audiovisual about
HIV/AIDS for increasing knowledge adolescents about HIV/AIDS. The design of this research was Quasy
experiment designed by Pre-posttest with control group were divided into experiment group and control
group. The research was conducted on girls in the SMA Tri Bhakti Pekanbaru. The total sample were 80
people who were taken by using systematic random sampling techniques by noticing to the inclusion criteria.
Measuring instruments that used in both groups were questionnaires that have been tested for validity and
realibility. Analysis was used univariate and Wilxocon and Mann Whitney test using to bivariate analyzes.
The results showed there was a significant increasing in the rate of change in knowledge adolescents about
HIV/AIDS in experimental group has given health promotion about HIV/AIDS with p value (0.000) <
(0,05). It means that health promotion about HIV/AIDS was effective for improving knowledge adolescents
about HIV/AIDS. The results of this research was recommend to every health care have to giving health
promotion about HIV/AIDS by audiovisual to increasing knowledge about HIV/AIDS.

Key words : Audio visual, HIV/AIDS, knowledge, health promotion

PENDAHULUAN menghambat. Dalam kondisi seperti inilah,


Masa remaja merupakan masa banyak remaja yang meresponnya dengan
peralihan antara masa kanak-kanak dan sikap dan perilaku yang kurang wajar dan
masa dewasa, yang dimulai pada usia 11 bahkan amoral yang memicu timbulnya
atau 12 tahun sampai 20 tahun, yaitu kenakalan pada remaja, seperti
menjelang masa dewasa muda. Masa kriminalitas, meminum minuman keras,
remaja sering digambarkan sebagai masa penyalahgunaan obat terlarang, tawuran
yang paling indah, dan tidak dapat dan hubungan seksual tanpa nikah yang
terlupakan karena penuh dengan berisiko tinggi tertular penyakit HIV
kegembiraan dan tantangan. Masa remaja (Soetjiningsih, 2004).
juga identik dengan kata pemberontakan, Kenakalan remaja dapat
dalam istilah psikologi sering disebut didefinisikan sebagai kelainan tingkah
sebagai masa storm and stress karena laku atau tindakan remaja yang bersifat
banyaknya goncangan-goncangan dan antisosial, melanggar norma sosial, agama
perubahan-perubahan yang cukup radikal serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
dari masa sebelumnya (Soetjiningsih, masyarakat yang dapat menimbulkan
2004). berbagai masalah, seperti masalah
Kematangan yang sehat pada remaja kesehatan (Poltekkes Depkes Jakarta I,
dapat dicapai melalui bimbingan tentang 2010). Permasalahan kesehatan remaja
diri dan lingkungannya. Dalam proses yang dihadapi salah satunya adalah
perkembangan itu tidak selalu berjalan HIV/AIDS yang kasusnya terus meningkat
dalam alur yang linier, lurus atau searah dari tahun ketahun. Kasus Human
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai Immunodeficiency Virus (HIV) di
yang dianut, karena banyak faktor yang Indonesia secara komulatif hingga
2

September 2012 tercatat 92.251 kasus. diantara upaya kesehatan masyarakat yang
Sementara kasus Acquired lain, khususnya dalam pengembangan
Immunodeficiency Syndrom (AIDS) di perilaku hidup sehat, hal ini didasarkan
Indonesia secara komulatif dari tahun pada pemikiran bahwa, anak usia sekolah
1987 hingga September 2012 tercatat (6-18 tahun) mempunyai persentase yang
39.434 kasus, dengan kondisi yang paling tinggi dibandingkan dengan
memprihatinkan karena proporsi terbesar kelompok umur lain. Sekolah merupakan
terdapat pada usia muda dan produktif komunitas yang telah terorganisasi. Anak
yaitu 20-29 tahun sebanyak 16.680 kasus sekolah merupakan kelompok yang sangat
(42,3%) dari total kasus AIDS peka untuk menerima perubahan, sehingga
(Kementerian Kesehatan RI, 2012). mudah dibimbing, diarahkan dan
HIV merupakan singkatan dari ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
Human Immunodeficiency Virus, dalam baik termasuk kebiasaan pola hidup sehat
bahasa Indonesia berarti virus penyebab (Notoatmodjo, 2005).
menurunnya kekebalan tubuh manusia. Promosi kesehatan dilakukan dengan
HIV adalah virus yang menyerang sistem berbagai metode dan teknik atupun media.
kekebalan tubuh dan kemudian Adapun metode dan teknik promosi
menimbulkan AIDS. AIDS (Acquired kesehatan adalah suatu kombinasi antara
Immune Deficiency Syndrome), merupakan cara-cara atau motode dan media yang
kumpulan gejala penyakit yang timbul digunakan dalam setiap pelaksanaan
akibat menurunnya sistem kekebalan promosi kesehatan yang digunakan oleh
tubuh manusia yang disebabkan oleh virus pelaku promosi kesehatan untuk
HIV (Maryunani & Aeman, 2009). menyampaikan pesan kesehatan kepada
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi sasaran (Notoatmodjo, 2005).
Riau, jumlah kasus HIV/AIDS Pengelompokan media berdasarkan
berdasarkan Kabupaten/Kota secara perkembangan teknologi dibagi menjadi
kumulatif sejak kasus ini ditemukan media cetak, audiovisual dan komputer.
hingga Juni 2013, tercatat 470 (41,4%) Audiovisual merupakan salah satu media
kasus HIV dan 511 (55,1%) kasus AIDS di yang menyajikan informasi atau pesan
kota Pekanbaru. Dimana hal tersebut secara audiovisual (Dermawan &
merupakan jumlah kasus yang tertinggi di Setiawati, 2008). Audiovisual memberikan
propinsi Riau, sehingga menempatkan kontribusi yang sangat besar dalam
kota Pekanbaru pada urutan pertama kasus perubahan perilaku masyarakat. Media
terbanyak di propinsi Riau. Data menurut audiovisual memiliki dua elemen yang
kelompok umur, diketahui bahwa kasus masing-masing mempunyai kekuatan yang
HIV dan AIDS pada usia muda dan akan bersinergi menjadi kekuatan yang
produktif selalu menunjukkan proporsi besar. Media ini memberikan stimulus
besar yaitu pada usia 25-29 tahun, dengan pada pendengaran dan penglihatan,
jumlah 310 (27,3%) kasus HIV dan 249 sehingga hasil yang diperolah lebih
(26,8%) kasus AIDS. Dilihat dari hasil maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai
tersebut maka penderita mulai terjangkit karena pancaindera yang paling banyak
HIV pada usia remaja karena masa menyalurkan pengetahuan ke otak adalah
inkubasi penyakit ini membutuhkan waktu mata (kurang lebih 75% sampai 87%);
5-10 tahun, yang artinya remaja memiliki sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan
ancaman paling besar untuk terinfeksi diperoleh atau disalurkan melalui indera
HIV/AIDS (Dinas Kesehatan Provinsi yang lain (Maulana, 2009).
Riau, 2013). Keefektifan media audio visual pada
Promosi kesehatan melalui penelitian yang dilakukan Jusmiati (2012)
komunitas sekolah ternyata paling efektif didapatkan pendidikan kesehatan
3

menggunakan media audiovisual efektif disimpulkan bahwa pengetahuan siswa/i


terhadap peningkatan pengetahuan tentang mengenai HIV/AIDS masih kurang.
kemampuan merawat bayi baru lahir Berdasarkan uraian tersebut dapat
dengan nilai p value 0,00 pada < 0,05. dirumuskan masalah penelitiannya yaitu
SMA Tri Bhakti Pekanbaru apakah pemberian promosi kesehatan
merupakan salah satu SMA yang ada di melalui media audiovisual mengenai
kota Pekanbaru. Terletak di jalan Tuanku HIV/AIDS efektif terhadap peningkatan
Tambusai No. 12 di Kota Pekanbaru. SMA pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS?
tersebut memiliki jumlah siswa 616 orang,
terdiri dari 340 siswa perempuan dan 276 TUJUAN PENELITIAN
orang siswa laki-laki dengan rentang umur Penelitian ini bertujuan untuk
15-19 tahun yang tergolong usia remaja. mengetahui pengaruh promosi kesehatan
Hasil wawancara dengan sekretaris melalui media audiovisual mengenai
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) kota HIV/AIDS terhadap peningkatan
Pekanbaru, menyatakan bahwa seluruh pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
Sekolah Menengah Atas (SMA) tanpa pada siswa/i di SMA Tri Bhakti
terkecuali, baik negeri maupun swasta di Pekanbaru.
kota Pekanbaru telah dilakukan pelatihan
HIV/AIDS kepada guru agama dan MANFAAT PENELITIAN
Bimbingan Konseling (BK) yang Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dilakukan pada bulan Agustus 2009. Pihak memberikan informasi dalam
KPA mengharapkan agar guru yang telah pengembangan ilmu keperawatan
mandapatkan pelatihan mampu secara khususnya keperawatan komunitas
internal memberikan informasi secara disekolah tentang efektifitas promosi
langsung kepada siswa/siswinya. kesehatan melalui media audiovisual
Hal tersebut diatas, sesuai dengan terhadap perubahan pengetahuan remaja
hasil wawancara yang dilakukan pada tentang HIV/AIDS.
tanggal 30 Agustus 2013, kepada salah
satu guru Bimbingan Konseling (BK) di METODE PENELITIAN
SMA Tri Bhakti yang menyatakan bahwa Desain penelitian yang digunakan
guru Agama dan Bimbingan Konseling dalam penelitian ini adalah Quasy
pernah mengikuti pelatihan mengenai experiment dengan rancangan penelitian
HIV/AIDS. Selain itu, berdasarkan hasil Pre-posttest with control group. Jumlah
studi pendahuluan yang dilakukan oleh sampel sebanyak 80 responden, cara
peneliti pada tanggal 23 Juli 2013 dengan pengambilan sampel digolongkan dalam
mewawancarai sepuluh orang pelajar, probability sampling dengan
dengan data sebagai berikut diketahui menggunakan teknik systematic random
bahwa 5 siswa hanya mengetahui istilah sampling. Alat ukur yang digunakan
HIV/AIDS namun tidak mengetahui cara adalah kuesioner dengan 14 pertanyaan.
penularannya, penyebab, gejala, dan Analisa yang digunakan adalah analisa
pencegahanya, 3 siswa mengetahui istilah univariat dan bivariat dengan
HIV/AIDS dan penularannya, namun tidak menggunakan uji Wilxocon dan uji Mann
mengetahui penyebab, pencegahan serta Whitney.
gejalanya, dan 2 siswa lainnya hanya
mengetahui istilah HIV/AIDS dan
penyebabnya, namun tidak mengetahui,
gejala, penularan dan pencegahannya. Dari
hasil wawancara tersebut dapat HASIL PENELITIAN
1. AnalisaUnivariat
4

Berdasarkan penelitian yang telah pada pre test masing-masing kelompok


dilakukan di SMA Tri Bhakti Pekanbaru didapatkan taraf signifikan sebesar 0,018
didapatkan hasil penelitian sebagai pada kelompok eksperimen dan 0,002
berikut: pada kelompok kontrol, sehingga dapat
Tabel 1 disimpulkan p value < (0,05), artinya
Distribusi responden berdasarkan variabel berdistribusi tidak normal.
karakteristik Demikian pula pada post test didapatkan
Kelompok Kelompok
Jumlah
taraf signifikan sebesar 0,001 pada
Karakteri eksperime kontrol kelompok eksperimen dan 0,000 pada
stik n (n=40) (n=40)
kelompok kontrol, sehingga dapat
N % n % n %
Umur disimpulkan p value < (0,05), artinya
responden variabel berdistribusi tidak normal.
15 tahun 9 22,5 8 20 17 21,2
16 tahun 13 32,5 26 65 39 48,8 Tabel 3
17 tahun 14 35 6 15 20 25,0 Pengetahuan Siswa/i Mengenai
18 tahun 4 10 0 0 4 5,0
HIV/AIDS pada Kelompok Eksperimen
Jumlah 40 100 40 100 80 100 Sebelum dan Sesudah diberikan Promosi
Jenis Kesehatan Tentang HIV/AIDS
kelamin: p
Kelompok n Pengetahuan M
Perempuan 28 70 25 62,5 53 66,3 value
Laki-laki 12 30 15 37,5 27 33,7 Pre test 8,35
Kelompok
Jumlah 40 100 40 100 80 100 40 0,000
eksperimen Post test 10,48
Tabel 1 diketahui bahwa dari 80
responden yang diteliti, mayoritas Tabel 3 dapat dilihat rata-rata
distribusi responden menurut usia adalah pengetahuan siswa/i mengenai HIV/AIDS
usia 16 tahun dengan jumlah 39 responden sebelum diberikan promosi kesehatan
(48,8%), dan mayoritas distribusi adalah 8,35 sedangkan sesudah diberikan
responden menurut jenis kelamin adalah promosi kesehatan melalui media
perempuan dengan jumlah 53 responden audiovisual tentang HIV/AIDS adalah
(66,3%). 10,48 dengan p value (0,000) < (0,05),
maka dapat disimpulkan ada perbedaan
2. Analisa Bivariat yang signifikan antara mean pengetahuan
Berdasarkan pengolahan data dengan siswa/i mengenai HIV/AIDS sebelum dan
perhitungan statistik melalui komputer sesudah diberikan promosi kesehatan
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: melalui media audiovisual tentang
Tabel 2 HIV/AIDS pada kelompok eksperimen.
Uji Normalitas Pengetahuan Sebelum
dan Sesudah diberikan Intervensi pada Tabel 4
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Pengetahuan Siswa/i Mengenai
Kontrol HIV/AIDS pada Kelompok Kontrol
Kolmogorov Smirnov Sebelum dan Tanpa diberikan Promosi
Kelompok n Sig. Sig. Kesehatan Tentang HIV/AIDS
Pre test Post test p
Kelompok n Pengetahuan M
Kelompok value
40 0,018 0,001
Eksperimen Pre test 7,90
Kelompok
Kelompok Kontrol 40 0,002 0,000 40 0,317
kontrol Post test 7,83
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat
Tabel 2 diatas dapat dilihat hasil uji
rata-rata pengetahuan siswa/i mengenai
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
5

HIV/AIDS sebelum diberikan promosi 1. Karakteristik responden


kesehatan tentang HIV/AIDS adalah 7,90 berdasarkan umur dan jenis kelamin
sedangkan rata-rata pengetahuan tanpa Berdasarkan penelitian yang telah
diberikan promosi kesehatan melalui dilakukan pada siswa/i di SMA Tri
media audiovisual adalah 7,83 dengan p Bhakti, didapatkan hasil bahwa usia
value (0,317) > (0,05), maka dapat responden terbanyak berada pada usia
disimpulkan tidak ada perbedaan yang 16 tahun dengan jumlah 39 responden
signifikan antara rata-rata pengetahuan (48,8%). Hasil ini menyatakan bahwa
siswa/i sebelum dan tanpa diberikan sebagian besar responden berada dalam
promosi kesehatan melalui media masa remaja pertengahan (middle
audiovisual tentang HIV/AIDS pada adolescence), yaitu 14-16 tahun
kelompok kontrol (Soetjiningsih, 2004). Menurut Green
(2001), umur merupakan faktor penentu
Tabel 5 dalam tingkat pengetahuan,
Perbedaan Pengetahuan Siswa/i pengalaman, keyakinan dan motivasi,
Mengenai HIV/AIDS pada Kelompok sehingga umur mempengaruhi perilaku
Eksperimen dan Kontrol Sesudah seseorang terhadap objek tertentu.
Pemberian Promosi Kesehatan Tentang Dan dilihat dari karakteristik jenis
HIV/AIDS kelamin didapatkan bahwa mayoritas
Post test adalah berjenis kelamin perempuan
Kelompok n Mean p sebanyak 53 responden (66,3%). Hal ini
M SD
difference value
terjadi karena pengambilan sampel
Kelompok
40 10,48 1,783 2,13 dalam penelitian ini dilakukan secara
Eksperimen 0,000
Kelompok acak, sehingga proporsi antara
40 7,83 1,517 -0,07
Kontrol responden jenis kelamin perempuan
dengan jenis kelamin laki-laki tidak
Tabel 5 diatas, memperlihatkan rata- seimbang.
rata pengetahuan siswa/i sesudah diberikan
promosi kesehatan melalui media 2. Nilai rata-rata pengetahuan siswa/i
audiovisual tentang HIV/AIDS pada tentang HIV/AIDS sebelum dan
kelompok eksperimen adalah 10,48 sesudah diberikan intervensi pada
dengan standar deviasi 1,783 dan 7,83 kelompok eksperimen dan kelompok
pada kelompok kontrol tanpa diberikan kontrol
promosi kesehatan melalui media Berdasarkan penelitian yang
audiovisual tentang HIV/AIDS dengan dilakukan pada siswa/i SMA Tri Bhakti
standar deviasi 1,517. Hasil analisa Pekanbaru dapat dilihat nilai rata-rata
diperole p value(0,000) < (0,05), maka pengetahuan siswa/i sebelum diberikan
Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga promosi kesehatan tentang HIV/AIDS
dapat disimpulkan ada perbedaan yang pada kelompok eksperimen yaitu 8,35
signifikan antara rata-rata pengetahuan dan sesudah diberikan promosi
siswa/i sesudah diberikan promosi kesehatan tentang HIV/AIDS rata-rata
kesehatan melalui audiovisual tentang pengetahuan siswa/i meningkat
HIV/AIDS pada kelompok eksperimen menjadi 10,48. Sedangkan nilai rata-
dan rata-rata pengetahuan siswa/i tanpa rata pengetahuan siswa/i sebelum
diberikan promosi kesehatan melalui diberikan promosi kesehatan tentang
media audiovisual tentang HIV/AIDS pada HIV/AIDS pada kelompok kontrol
kelompok kontrol. yaitu 7,90 dan tanpa diberikan promosi
PEMBAHASAN kesehatan tentang HIV/AIDS rata-rata
pengetahuan siswa/i menurun menjadi
6

7,83. Hasil dari nilai tersebut dapat sesudah diberikan promosi kesehatan
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan melalui audiovisual tentang HIV/AIDS
nilai rata-rata pengetahuan siswa/i sehingga dapat disimpulkan bahwa
sebelum diberikan promosi kesehatan pemberian promosi kesehatan tentang
tentang HIV/AIDS pada kelompok HIV/AIDS melalui media audiovisual
eksperimen yaitu 8,35 dan sesudah efektif dalam meningkatkan
diberikan promosi kesehatan tentang pengetahuan siswa/i mengenai
HIV/AIDS rata-rata pengetahuan HIV/AIDS.
siswa/i meningkat menjadi 10,48.
Suatu proses promosi kesehatan yang
3. Efektifitas promosi kesehatan menuju tercapainya tujuan pendidikan
tentang HIV/AIDS terhadap dipengaruhi oleh banyak faktor,
peningkatan pengetahuan siswa/i diantaranya faktor metode, faktor materi
mengenai HIV/AIDS atau pesan, sasaran pendidikan, pendidik
Berdasarkan penelitian yang telah atau petugas yang melakukan promosi
dilakukan di SMA Tri Bhakti kesehatan, dan alat-alat bantu/alat peraga
Pekanbaru, digunakan uji wilxocon pendidikan yang dipakai (Notoatmodjo,
sebagai uji alternatif t dependent pada 2005). Dalam penelitian ini materi yang
kelompok eksperimen menunjukkan p disampaikan cukup menarik dilihat dari
value (0,000) < (0,05), artinya ada antusias responden, sasaaran pendidikan
perbedaan yang signifikan antara rata- yang merupakan anak sekolah merupakan
rata pengetahuan siswa/i sebelum dan kelompok yang sangat peka untuk
sesudah diberikan promosi kesehatan menerima perubahan, sehingga mudah
melalui media audiovisual tentang dibimbing, diarahkan dan ditanamkan
HIV/AIDS, dan didapatkan rata-rata kebiasaan-kebiasaan yang baik termasuk
peningkatan pengetahuan siswa/i kebiasaan pola hidup sehat. Selain itu
sebanyak 2,13 poin. Sedangkan pada media yang digunakan dalam promosi
kelompok kontrol menunjukkan p value kesehatan ini adalah media audiovisual
(0,317) > (0,05), artinya tidak ada dimana peneliti mencoba memaksimalkan
perbedaan yang signifikan antara rata- pemanfaatan panca indera baik
rata pengetahuan siswa/i sebelum dan penglihatan maupun pendengaran.
tanpa diberikan promosi kesehatan Hasil penelitian ini sesuai dengan
melalui media audiovisual tentang penelitian yang dilakukan oleh Jusmiati
HIV/AIDS, dan didapatkan penurunan (2012) tentang efektifitas pendidikan
rata-rata pengetahuan siswa/i yaitu kesehatan menggunakan media
sebanyak 0,07 poin. audiovisual terhadap tingkat pengetahuan
Hasil statistik uji mann whitney dan kemampuan ibu merawat bayi baru
yang digunakan untuk membandingkan lahir di ruang Camar 1 RSUD Arifin
mean pengetahuan siswa/i mengenai Achmad. Didapatkan hasil bahwa
HIV/AIDS antara kelompok pendidikan kesehatan dapat merubah
eksperimen dan kelompok kontrol pengetahuan dan kemampuan dengan
sesudah pemberian promosi kesehatan dengan taraf signifikan p value
melalui media audiovisual tentang (0,000) < (0,05). Sehingga dapat
HIV/AIDS, hasilnya menunjukkan p disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
value (0,000) < (0,05). Hal ini berarti tentang merawat bayi baru lahir dengan
terdapat pengaruh yang signifikan menggunakan media audiovisual efektif
antara rata-rata pengetahuan siswa/i terhadap peningkatan pengetahuan dan
mengenai HIV/AIDS pada kelompok kemampuan merawat bayi baru lahir.
eksperimen dan kelompok kontrol
7

Menurut Arsyad (2011), berpendapat HIV/AIDS melalui media audiovisual


bahwa belajar dengan menggunakan indra efektif untuk meningkatkan pengetahuan
ganda (audio dan visual), yaitu indra siswa/i mengenai HIV/AIDS.
pendengaran dan penglihatan akan
memberikan keuntungan karena siswa/i PENUTUP
akan lebih banyak belajar daripada jika Kesimpulan
materi pelajaran disajikan dengan stimulus Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pandang saja atau dengar saja. Hal tersebut karakteristik umur responden mayoritas
juga sesuai dengan hasil penelitian berada pada usia 16 tahun dengan jumlah
Magnesen (dalam Haryanto & Ariani, 39 orang (48,8%) dan mayoritas berjenis
2010) yang mengatakan bahwa manusia kelamin perempuan sebanyak 53 orang
belajar 10% dari apa yang dibacanya, 20% (66,3%). Rata-rata pengetahuan siswa/i
dari apa yang didengarnya, 30% dari apa sebelum dan sesudah diberikan promosi
yang dilihatnya, 50% dari apa yang dilihat kesehatan melalui media audiovisual
dan didengarnya, 70% dari apa yang tentang HIV/AIDS pada kelompok
dikatakannya, dan 90% dari apa yang eksperimen menunjukkan p value (0,000)
dilakukannya. Berdasarkan penemuan < (0,05), artinya ada perbedaan yang
Magnesen di atas, disimpulkan bahwa signifikan antara mean pengetahuan
perolehan hasil belajar melalui kombinasi siswa/i sebelum dan sesudah diberikan
antara indra penglihatan dan pendengaran promosi kesehatan melalui media
menjadi lebih tinggi. audiovisual tentang HIV/AIDS. Sementara
Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, pada kelompok kontrol menunjukkan p
2011) mengemukakan beberapa kelebihan value (0,317) > (0,05), artinya tidak ada
media audiovisual dalam proses perbedaan yang signifikan antara mean
pembelajaran yaitu sebagai berikut. pengetahuan siswa/i mengenai HIV/AIDS
Pertama, menyampaikan pelajaran menjadi sebelum dan tanpa diberikan promosi
lebih baku. Kedua, pembelajaran menjadi kesehatan tentang HIV/AIDS. Sedangkan
lebih menarik. Ketiga, pembelajaran dari uji mann whitney, hasilnya
menjadi lebih interaktif dengan menunjukkan p value (0,000) < (0,05).
diterapkannya teori belajar dan prinsip- Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
prinsip psikologis yang diterima dalam hal signifikan antara mean pengetahuan
partisipasi siswa, umpan balik, dan siswa/i pada kelompok eksperimen dan
penguatan. Keempat, lama waktu kelompok kontrol sesudah diberikan
pembelajaran dapat disingkat. Kelima, promosi kesehatan melalui media
kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. audiovisual tentang HIV/AIDS, sehingga
Keenam, pembelajaran dapat diberikan dapat disimpulkan bahwa pemberian
kapan dan di mana diinginkan. Ketujuh, promosi kesehatan tentang HIV/AIDS
sikap positif siswa terhadap apa yang melalui media audiovisual efektif dalam
mereka pelajari dan terhadap proses meningkatkan pengetahuan siswa/i
pembelajaran dapat ditingkatkan. mengenai HIV/AIDS.
Kedelapan, peran guru dapat berubah ke
arah yang lebih positif. Saran
Dengan demikian pada penelitian ini Bagi pihak sekolah dapat menjadikan
dapat disimpulkan bahwa pemberian hasil penelitian ini sebagai langkah awal
peromosi kesehatan melalui media untuk meningkatkan dan mempertahankan
audiovisual tentang HIV/AIDS dapat kegiatan promosi kesehatan dalam upaya
meningkatkan pengetahuan siswa/i meningkatkan pengetahuan tentang
mengenai HIV/AIDS. Oleh karena itu, HIV/AIDS melalui promosi kesehatan
memberikan promosi kesehatan tentang dengan media audiovisual.
8

Bagi institusi pendidikan, hasil DAFTAR PUSTAKA


penelitian ini dapat dijadikan sebagai Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.
sumber informasi dalam pengembangan Jakarta: Rajawali Press
ilmu keperawatan khususnya keperawatan Dermawan, A.C., & Setiawati, S. (2008).
komunitas di sekolah, yakni berupa Proses pembelajaran dalam
promosi kesehatan di sekolah untuk pendidikan kesehatan. Jakarta: Trans
meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang Info Media
HIV/AIDS terutama melalui media Dinkes Provinsi Riau. (2013). Profil
audiovisual. kesehatan Provinsi Riau tahun 2013
Bagi peneliti sebagai pengalaman Green. (2001). Psikologi pendidikan.
dalam meneliti dan menambah wawasan Jakarta: Rineka cipta
peneliti tentang efektifitas promosi Haryanto & Ariani. (2010). Pembelajaran
kesehatan melalui media audiovisual multimedia di sekolah: panduan
mengenai HIV/AIDS terhadap pembelajaran inspiratif, konstruktif,
peningkatan pengetahuan remaja tentang dan perspektif. Jakarta: Prestasi Pustaka
HIV/AIDS. Jusmiati. (2012). Efektifitas pendidikan
Bagi peneliti selanjutnya, hasil kesehatan menggunakan media
penelitian ini dapat dijadikan sebagai audiovisual terhadap tingkat
evidance based dan tambahan informasi pengetahuan dan kemampuan ibu
untuk mengembangkan penelitian lebih merawat bayi baru lahir. Diperoleh
lanjut terkait perbedaan pengaruh promosi tanggal 2 Desember 2013 dari
kesehatan melalui audiovisual dengan http://repository.unri.ac.id/JUSMI.pd
metode pembelajaran role play terhadap f
tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS. Kementerian Kesehatan RI. (2012).
Pengendalian penyakit dan
UCAPAN TERIMA KASIH penyehatan lingkungan. Diperoleh
Terima kasih yang tak terhingga atas tanggal 18 Juli 2013 dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai http://www.depkes.go.id/index.php
pihak dalam penyelesaian laporan Maryunani, A., & Aeman, U. (2009).
penelitian ini. Pencegahan penularan HIV dari ibu
ke bayi. Jakarta: Trans Info Media
1
Desi Natalia Nadeak: Mahasiswa Maulana, H. (2009). Promosi kesehatan.
Program Studi Ilmu Keperawatan Jakarta: EGC
Universitas Riau, Indonesia Notoatmodjo, S. (2005). Promosi
2
Ns. Agrina, M.Kep, Sp.Kom: Dosen kesehatan, teori dan aplikasinya.
Departemen Keperawatan Komunitas Jakarta: Rineka Cipta
Program Studi Ilmu Keperawatan Poltekkes Depkes Jakarta I. (2010).
Universitas Riau, Indonesia Kesehatan remaja: problem dan
3
Misrawati, M.Kep., Sp.Mat: Dosen solusinya. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Keperawatan Maternitas- Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang
Anak Program Studi Ilmu Keperawatan remaja dan permasalahannya.
Universitas Riau, Indonesia Jakarta: Sagung Seto

You might also like