You are on page 1of 11

Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 30

OPTIMATION OF TIME AND CATALYST/FEED RATIO IN CATALYTIC


CRACKING OF WASTE PLASTICS FRACTION TO GASOLINE FRACTION
USING Cr/NATURAL ZEOLITE CATALYST

Optimasi Waktu dan Rasio Katalis/Umpan pada Proses Perengkahan


Katalitik Fraksi Sampah Plastik Menjadi Fraksi Bensin Menggunakan
Katalis Cr/Zeolit Alam

Wega Trisunaryanti
Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gadjah Mada University, Yogyakarta

ABSTRACT

Optimation of time and catalyst/feed ratio in catalytic cracking of waste plastics


fraction to gasoline fraction using Cr/Natural Zeolite catalyst has been studied.The natural
zeolite was calcined by using nitrogen gas at 500oC for 5 hours. The chromium supported
on to the zeolite was prepared by ion exchange methode with Cr(NO3)3.9H2O solution
with chromium/zeolite concentration of 1% (w/w). The zeolite samples were then calcined
with nitrogen gas at 500oC for 2 hours, oxidyzed with oxygen gas and reduced with
hydrogen at 400oC for 2 hours.
The characterization of the zeolite catalyst by means of Si/Al ratio by UV-Vis
spectroscopy, acidity with pyridine vapour adsorption and Na, Ca and Cr contents by
atomic adsorption spectroscopy (AAS). The catalyst activity test was carried out in the
cracking process of waste plastics fraction with boiling point range of 150 250oC
(consisted of C12 C16 hydrocarbons) at 450oC for 30 min, 60 min and 90 min, and
catalyst/feed ratio 1/1, 1/2, 1/3, (w/w) .
The result of catalyst activity test showed that the maximum number
conversion of gasoline fraction (C5-C11) is 53,27% with relatively low coke formation using
1/3 catalyst/feed ratio and the cracking time of 60 min.. This catalyst has Si/Al ratio =
1,21 (w/w) , acidity = 0,16 mmol/g and Na content = 0,81%, Ca content = 0,15% and Cr
content 0,24%.

Keywords: zeolite, catalytic cracking, gasoline, chromium.

PENDAHULUAN isomerisasi hidrokarbon. Mengingat


zeolit alam sangat melimpah dan murah,
Indonesia merupakan salah satu maka penggunaannya sebagai katalis
negara yang kaya akan zeolit alam dapat menurunkan biaya produksi.
dengan sifat-sifatnya yang Pemanfaatan katalis dalam industri
memungkinkan untuk dimodifikasi kimia dewasa ini semakin meningkat,
menjadi katalis maupun sebagai baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
padatan pengemban logam untuk Hal ini disebabkan karena sebagian
katalis. Suyartono dan Husaini (1991) besar reaksi kimia dalam proses industri
melaporkan bahwa endapan zeolit alam kimia merupakan reaksi katalitik.
Indonesia pada umumnya terdiri atas Penggunaan katalis dalam reaksi kimia
jenis mordenit dan klinoptilolit yang sangat menguntungkan, karena dengan
kadarnya bervariasi [1]. Zeolit diketahui menggunakan katalis, laju reaksi dapat
memainkan peranan penting sebagai ditingkatkan, sehingga dalam waktu
katalis asam pada industri pengolahan yang relatif singkat dapat diperoleh
minyak bumi dan petrokimia, termasuk produk yang sebanyak-banyaknya [2].
dalam reaksi perengkahan dan
Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 31

Nurhadi (1999) telah mempelajari dilakukan variasi waktu perengkahan


pengaruh pengembanan kromium ke dan rasio katalis/umpan agar diperoleh
dalam zeolit alam Wonosari dan kondisi yang optimun, dimana waktu
Padalarang terhadap aktivitas dan katalis yang digunakan sedikit
katalitiknya untuk reaksi perengkahan mungkin namun dihasilkan fraksi bensin
fraksi minyak bumi Arimbi [3]. Katalis yang maksimal.
kromium-zeolit dibuat melalui pertukaran Penelitian ini bertujuan untuk
ion dengan merendam zeolit alam menentukan waktu dan rasio
asam, zeolit alam hidrotermal, dan zeolit katalis/umpan yang optimum pada
alam asam hidrotermal di dalam larutan proses perengkahan katalitik fraksi cair
Cr(NO3)3 di mana rasio Cr/zeolit adalah hasil pirolisis sampah plastik menjadi
3%(b/b), sementara zeolit alam asam fraksi bensin.
dan zeolit alam asam hidrotermal dibuat
dari bentuk Na-zeolit. Hasil karakterisasi METODOLOGI PENELITIAN
katalis menunjukkan bahwa katalis yang
mengandung kromium memiliki Penanganan awal sampah plastik
keasaman sedikit lebih besar, rerata Plastik jenis lunak (soft plastik) dari
jejari pori pada umumnya lebih kecil, bekas kemasan air minum mineral
sedangkan luas permukan secara dikumpulkan dari sampah pembuangan
umum lebih besar. Hasil uji aktivitas di rumah, universitas, kantor dan lain-
menunjukkan bahwa katalis Cr-zeolit lain, dicuci dengan air sabun, kemudian
yang dibuat melalui perlakuan asam dan dikeringkan. Plastik kering dipotong
hidrotermal memiliki aktivitas katalitik kecil-kecil agar mudah dimasukan
relatif lebih tinggi untuk reaksi kedalam alat distilasi
perengkahan dengan pembentukan
kokas yang lebih rendah. Pirolisis dan distilasi plastik
Cahyono (2000) telah mempelajari Plastik dimasukkan ke dalam labu
pengaruh pengembanan kromium ke distilasi kemudian dilakukan distilasi
dalam zeolit alam aktif dari PT. Prima pada temperatur dibawah 150oC sampai
Zeolita Yogyakarta terhadap aktivitas tidak ada yang terdistilasi, kemudian
katalitiknya untuk reaksi perengkahan dilanjutkan pada temperatur 150-250oC.
fraksi sampah plastik menjadi fraksi Hasil destilasi pada temperatur 150-
bensin [4]. Katalis kromium-zeolit dibuat 250oC dijadikan umpan (feed) pada
melalui pertukaran ion dengan proses perengkahan katalitik.
merendam zeolit alam aktif di dalam Penanganan awal zeolit alam aktif
larutan Kromium Trinitrat Nanohidrat (Cr Zeolit alam aktif diperoleh dari PT
(NO3)39H2O) di mana rasio Cr/zeolit Prima Zeolita Yogyakarta. Zeolit
adalah 1%, 3%, dan 5% (b/b). Katalis dihancurkan dengan alat penghancur
yang telah diembankan Krom zeolit, kemudian disaring dengan
dikalsinasi, oksidasi dan reduksi. Hasil pengayak ukuran 100 mesh, sehingga
uji aktivitas katalis menunjukkan bahwa diperoleh zeolit dengan ukuran maksimal
katalis yang diperlakukan pengembanan 100 mesh.
kromium 1% memiliki aktivitas katalik
yang terbaik dalam proses perengkahan Kalsinasi zeolit alam aktif
katalitik plastik jenis polipropilen menjadi Zeolit alam aktif dimasukkan dalam
fraksi bensin. Namun demikian, reaktor kalsinasi dan dipanaskan di
penelitian itu belum memberikan dalam tanur pada temperatur 500oC
penjelasan tentang kondisi proses selama 5 jam dan dialiri gas N2 secara
perengkahan agar fraksi bensin yang kontinyu.
diperoleh maksimum. Perengkahan
hanya dilakukan pada temperatur 400oC Pengembanan Kromium pada Zeolit
selama 30 menit dengan perbandingan Alam Aktif dengan Cara Penukar
katalis dan umpan 1/2. Dengan Ion
demikian, untuk mengetahui kondisi Sebelas koma lima puluh empat
proses perengkahan optimum perlu gram Kromium Trinitrat Nanohidrat (Cr
Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 32

(NO3)39H2O) dilarutkan dalam 300 ml selama 4 jam. Timbang katalis, piridin


aquades kemudian dimasukan 150 yang terserap oleh katalis dapat dihitung
gram Zeolit Alam Aktif (ZAA) yang telah dengan rumus berikut
dikalsinasi kemudian dipanaskan
dengan penangas listrik pada Wpiridin 1000
temperatur 90oC selama 3 jam. Keasaman =
Hasilnya disaring dan dikeringkan BM piridin Wzeolit
dalam oven pada temperatur 120oC (mmol/gram)
selama 3 jam, sehingga didapat
Kromium/Zeolit Alam Aktif (Cr/ZAA). Dimana Wpiridin adalah berat piridin
yang teradsorp (gram), BMpiridin adalah
Kalsinasi katalis Cr/ZAA berat molekul piridin, dan Wzeolit adalah
Selanjutnya dilakukan proses berat zeolit (gram).
kalsinasi kedua, yaitu Cr/ZAA
dimasukkan dalam reaktor kalsinasi dan Penentuan rasio silika dan alumina
dipanaskan dengan tanur pada Penentuan Silika (SiO2) dan
temperatur 500oC selama 2 jam dengan Alumina (Al2O3) pada katalis dilakukan
dialiri gas N2 secara kontinu. dengan Spektroskopi UV-VIS.

Oksidasi Penentuan kandungan logam Na, Ca


Selanjutnya dilakukan proses dan Cr dalam katalis
oksidasi, yaitu sejumlah Cr/ZAA Penentuan kandungan logam Na,
dimasukkan dalam reaktor oksidasi dan Ca dan Cr dalam katalis dilakukan
dipanaskan dengan tanur pada dengan Spektroskopi Serapan Atom.
temperatur 400oC selama 2 jam dengan
dialiri gas O2 secara kontinu. Proses perengkahan katalitik
Proses perengkahan katalitik
Reduksi dilakukan pada temperatur 4500C
Proses reduksi, yaitu sejumlah dengan menggunakan katalis Cr/Zeolit
Cr/ZAA dimasukkan dalam reaktor alam sebanyak 1 gram dengan variasi
reduksi dan dipanaskan dengan tanur banyaknya umpan awal 1 gr, 2 gr, 3 gr
pada temperatur 400oC selama 2 jam dan 4 gr dengan variasi waktu
dengan dialiri gas H2 secara kontinu. perengkahan selama 30 menit, 60 menit
Katalis Cr/ZAA yang sudah dikalsinasi, dan 90 menit. Untuk perengkahan
oksidasi dan reduksi dibuat bentuk termal dilakukan tanpa menggunakan
tablet (semi pelet ) kecil-kecil. katalis dengan banyaknya umpan 2
gram dilakukan dengan waktu
Penentuan keasaman perengkahan 30 menit, 60 menit dan 90
Uji keasaman terhadap katalis ini menit.
dilakukan dengan cara adsorpsi gas Perengkahan dilakukan dengan
piridin pada permukaan katalis, yaitu nol cara memasukan 1 gram katalis yang
koma lima (0,5) gram katalis diletakkan berbentuk tablet (semi pelet) kecil dalam
dalam cawan krus dan dipanaskan reaktor batch dan umpan yang akan
dalam oven pada temperatur 150oC direngkah sebanyak 1 gram, 2 gram, 3
selama 3 jam, untuk menghilangkan gram dan 4 gram disesuaikan dengan
komponen air dalam katalis. Katalis rasio katalis umpan.. Katalis terletak
ditimbang lagi untuk mengetahui berat dibagian tengah reaktor sedangkan
katalis sebenarnya (tanpa air). Cawan umpan diletakkan dibagian bawah.
krus yang berisi katalis diletakkan dalam Reaktor ditutup dan diisi dengan gas N2,
desikator bersama dengan piridin yang pada pengisian pertama langsung
diletakan dalam cawan krus sebanyak 5 dibuang dengan tujuan untuk
ml, kemudian desikator divakumkan menghilangkan Oksigen, pada
dengan pompa vakum dan didiamkan pengisian terakhir dilakukan pada
selama 24 jam. Cawan krus dikeluarkan tekanan 1 atm dan tidak dikeluarkan.
dari desikator dan diangin-anginkan Reaktor batch dipanaskan dengan tanur
Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 33

pada temperatur 450oC selama 30 selama 2 jam pada temperatur 4000C


menit, 60 menit dan 90 menit, dengan dialiri gas O2 dan dilanjutkan
disesuaikan dengan variasi yang dengan proses reduksi selama 2 jam
dilakukan. pada temperatur 4000C dengan dialiri
Hasil baik produk maupun kokas gas H2. Setelah direduksi maka Cr/zeolit
yang menempel di katalis ditampung siap digunakan sebagai katalis.
dan ditimbang. Produk cair dianalisis Karakterisasi katalis dilakukan
dengan Gas Cromatography (GC). dengan cara analisa rasio Si/Al total
Konversi fraksi bensin (C7-C11) dengan menggunakan spektroskopi UV-
ditentukan pada rumus sebagai berikut : Vis. Uji keasaman dilakukan dengan
menggunakan basa piridin, keasaman
(B Wakhir ) ( A Wumpan ) katalis dibandingkan dengan keasaman
K= X 100% zeolit alam aktif yang telah dikalsinasi
Wumpan dan zeolit alam aktif yang telah
dikalsinasi dan diembankan logam Cr
Keterangan : namun belum dioksidasi dan reduksi.
K : konversi fraksi bensin (C7-C11) Kandungan logam dalam katalis
(%) dianalisis menggunakan spektroskopi
Wakhir : berat hasil cair akhir proses serapan atom, dan hasilnya
perengkahan (gram). dibandingkan dengan kandungan logam
Wumpan : berat umpan (gram). pada zeolit alam aktif.
A : persentase fraksi bensin awal
(C7-C11) dari data Penentuan rasio silika alumina
kromatografi gas katalis (Si/Al)
B : persentase fraksi bensin akhir Penentuan rasio Si/Al total
(C7-C11) dari data kroma- dilakukan dengan cara menganalisa
tografi gas katalis Cr/Zeolit alam dengan
menggunakan spektroskopi UV-Vis.
HASIL PENELITIAN DAN Penetuan Si dan Al secara Spektroskopi
PEMBAHASAN UV-Vis ini merupakan Si dan Al total
baik di kerangka (framework) maupun di
Karakterisasi Katalis Cr/Zeolit alam luar kerangka (non framework). Jadi
Katalis yang digunakan adalah zeolit rasio Si/Al yang didapat merupakan
alam aktif yang diperoleh dari PT. Prima rasio Si/Al total dari zeolit, dan karena
Zeolita Yogyakarta dengan ukuran yang dianalisa adalah zeolit alam yang
maksimal 100 mesh. Zeolit alam aktif mengandung cukup banyak bagian
terlebih dahulu dikalsinasi pada selain kristal zeolit, maka harganya
temperatur 5000C selama 5 jam dengan tentu jauh berbeda dengan rasio Si/Al di
dialiri gas N2. Zeolit yang telah kerangka. Selengkapnya data tentang
dikalsinasi diembankan logam krom rasio Si/Al pada katalis Cr/Zeolit dapat di
dengan menggunakan metode lihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil
pertukaran ion. Pengembanan logam analisa diperoleh rasio Si/Al total katalis
krom dilakukan dengan cara merendam Cr/Zeolit = 1,2.
zeolit alam aktif yang telah dikalsinasi ke
dalam larutan yang berasal dari
Cr(NO3)3.9H2O dengan rasio Cr/Zeolit Tabel 1. Rasio Si/Al total katalis
1% b/b, kemudian dipanaskan pada Cr/Zeolit
temperatur 90C selama 3 jam. Zeolit Si ( % b/b ) 30,14
hasil perendaman disaring dan dicuci
dengan akuades, lalu dikeringkan pada
Al ( % b/b ) 24,97
temperatur 120C selama 3 jam. Zeolit
yang telah diembankan logam krom
dikalsinasi kembali selama 2 jam pada Si/Al ( b/b ) 1,21
temperatur 5000C dengan dialiri gas N2.
Proses selanjutnya adalah oksidasi
Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 34

Penentuan keasaman total katalis dipahami hal ini akan menyebabkan


Metode penentuan keasaman pengurangan keasaman.
sampel katalis dilakukan dengan cara Perlakuan oksidasi dan reduksi
adsorpsi fasa gas piridin oleh sampel pada katalis zeolit alam menyebabkan
katalis, kemudian dihitung jumlah gas peningkatan keasaman zeolit yang
piridin yang teradsorpsi dengan cukup besar (dari 0,04 mmol/gram
penimbangan sehingga penentuan menjadi 0,16 mmol/gram). Peningkatan
keasaman pada penelitian ini adalah ini secara keseluruhan merupakan
jumlah asam totalnya. Data keasaman akumulasi dari peningkatan akibat
total sampel zeolit dapat dilihat pada hilangnya pengotor yang menutupi
tabel 2. pusat asam. Selain itu proses reduksi
juga menyebabkan kromium tereduksi
Tabel 2. Keasaman total sampel katalis menjadi bentuk logam yang bersifat
Perlakuan sampel* Keasaman asam, karena memiliki orbital d yang
(mmol/gram) kosong, oleh sebab itu proses oksidasi
dan reduksi sangat mempengaruhi
ZAAK 0,10 keasaman zeolit.
Keasaman sangat terkait dengan
ZAAKCr 0,04 aktivitas katalitik zeolit terutama pada
proses perengkahan. Keasaman katalis
pada proses perengkahan berperan
ZAAKCrKOR 0,16 pada proses pembentukan karbonium
yang merupakan tahap awal dalam
Keterangan : proses perengkahan, oleh sebab itu
ZAAK = Zeolit alam aktif kalsinasi zeolit yang memiliki keasaman lebih
ZAAKCr = Zeolit alam aktif kalsinasi, besar dapat diharapkan akan memiliki
suport Cr aktivitas katalitik yang lebih besar.
ZAAKCrKOR = Zeolit alam aktif kalsinasi,
suport Cr, kalsinasi, Penentuan kandungan logam Na, Ca
oksidasi, reduksi dan Cr dalam sampel katalis
Pengembanan logam kromium
Keasaman zeolit dapat berasal dalam katalis menggunakan metode
dari situs asam Bronsted yaitu H+ dan pertukaran ion, sehingga diharapkan
situs asam Lewis dari Al yang yang tertukar oleh kromium adalah H+
diakibatkan oleh cacat kristal. dan logam penetral, dalam hal ini yaitu
Berdasarkan tabel 2, perlakuan logam natrium.
oksidasi dan reduksi pada zeolit alam Natrium merupakan logam
dapat meningkatkan keasaman total bervalensi satu, yang keberadaannya
zeolit, sedangkan pengembanan logam dalam zeolit sebagai logam penetral dan
krom tidak banyak mempengaruhi dapat ditukarkan dengan ion logam lain.
keasaman total zeolit. Keasaman total Berdasarkan tabel 3 terlihat jelas bahwa
zeolit mengalami sedikit pengurangan pengembanan logam Cr pada zeolit
akibat pengembanan kromium, hal ini mengakibatkan penurunan kandungan
disebabkan karena kromium masuk ke Na yang cukup besar dan namun tidak
dalam zeolit dengan pertukaran ion demikian dengan logam Ca.
terutama dengan proton, maka dapat

Tabel 3. Kandungan Logam Na, Ca dan Cr


Logam Na ( % b/b ) Ca ( % b/b ) Cr ( % b/b )

Zeolit alam aktif 1,44 0,16 -

Katalis Cr/Zeolit alam 0,81 0,15 0,24

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 35

Penurunan logam Ca sangatlah kecil hal temperatur 4500C dengan variasi rasio
ini disebabkan karena logam Ca katalis/umpan 1/1, , 1/3, (b/b) dan
memiliki elektron valensi dua sehingga variasi lamanya waktu perengkahan 30
relatif lebih sulit untuk diputuskan menit, 60 menit dan 90 menit.
dibandingkan dengan logam Na yang Perengkahan termal dilakukan dengan
bervalensi satu, akibatnya pertukaran variasi lamanya waktu perengkahan 30
ion lebih banyak terjadi dengan ion Na. menit, 60 menit, 90 menit. Hasil
perengkahan dengan menggunakan
Uji Aktivitas Katalis Pada Proses katalis dibandingkan dengan hasil
Perengkahan perengkahan tanpa menggunakan
Uji aktivitas katalis dilakukan katalis. Hasil perengkahan katalitik
dengan cara melakukan perengkahan dengan menggunakan katalis dan tanpa
katalitik fraksi cair hasil dari pirolisis menggunakan katalis ditampilkan pada
sampah plastik jenis kemasan air minum lampiran 3.
mineral pada fraksi 150-2500C, Konversi fraksi bensin adalah
berdasarkan penelitian Arman plastik banyaknya fraksi bensin sesudah
jenis kemasan air minum mineral adalah perengkahan dikurangi dengan
jenis polipropilen [5]. banyaknya fraksi bensin sebelum
Hasil pirolisis sampah plastik perengkahan. Banyaknya fraksi bensin
dipisahkan menjadi dua bagian yaitu sebelum perengkahan adalah 28,84%.
hasil pirolisis pada temperatur di bawah
1500C dan pada temperatur 150-2500C. Konversi =
Kandungan utama hasil pirolisis sampah (%Fraksi bensin x %Cairan hasil
plastik jenis kemasan air mineral pada perengkahan) 28,84%
temperatur dibawah 1500C adalah fraksi
karbon dengan jumlah rantai karbon C7-
C11 dan pada temperatur diatas 150- Perengkahan termal (tidak meng-
2500C adalah fraksi karbon dengan gunakan katalis)
jumlah rantai karbon C12-C16 [6]. Uji perengkahan tidak
Pirolis plastik jenis polipropilen menggunakan katalis dilakukan dengan
mengkibatkan pemutusan rantai secara tujuan untuk membandingkan apakah
acak pada sisi lemah sepanjang rantai katalis yang digunakan benar-benar
polimer, menghasilkan radikal, berfungsi sebagai katalis atau tidak, hal
kemudian membentuk oligomer [7]. ini dapat dibuktikan dengan melihat
konversi yang dihasilkan dalam
CH3 CH3 CH3 perengkahan. Berdasarkan tabel 1,
H2C CH CH2 CH CH2 CH CH2 CH tabel 2 dan tabel 3 pada lampiran 3
CH3
dapat dilihat bahwa konversi fraksi
bensin pada perengkahan dengan
CH3 CH3
CH2 C CH2 CH
menggunakan katalis jauh lebih besar
CH2 CH CH3 CH dibandingkan dengan konversi fraksi
CH3 CH3
bensin dengan perengkahan tanpa
Temperatur pirolisa polipropilen menggunakan katalis.
adalah 1050C2500C [7]. Temperatur Konversi terbesar yang dihasilkan
pirolisa adalah temperatur pada saat oleh proses perengkahan dengan
tetesan pertama hasil pirolisa sampai menggunakan katalis adalah 53,27%
dengan temperatur tertinggi. dengan rasio katalis/umpan 1/3 dan
Hasil dari pirolisis pada temperatur lamanya perengkahan 60 menit,
150-2500C dianalisa dengan sedangkan konversi terbesar
menggunakan kromatografi gas perengkahan tanpa menggunakan
spektroskopi masa, diperoleh katalis adalah 13,93% dengan lamanya
kandungan fraksi bensin mula-mula (C7- perengkahan 90 menit.
C11) sebanyak 28,84%. Kemudian Pada gambar 1 dapat dilihat
dilakukan perengkahan dengan semakin lama waktu yang digunakan
menggunakan katalis Cr/Zeolit pada pada proses perengkahan, konversi

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 36

fraksi bensin semakin besar, gas yang terendah dicapai oleh rasio
dihasilkan juga semakin besar, namun katalis/umpan 1/1 sebesar 0,22 , hal ini
demikian jika dibandingkan dengan disebabkan karena penggunaan katalis
perengkahan yang menggunakan katalis yang terlalu banyak yaitu rasio
kenaikan konversi fraksi bensin tidaklah katalis/umpan 1/1 dapat menyebabkan
terlalu besar. Hal ini membuktikan reaksi perengkahan katalitik yang
bahwa katalis Cr/Zeolit dapat berfungsi berlebihan sehingga mengakibatkan
sebagai katalis dalam proses berkurangnya fraksi cair hasil
perengkahan fraksi cair hasil pirolisis perengkahan dan bertambah
sampah plastik. banyaknya fraksi gas yang dihasilkan.
Penggunaan katalis yang berlebihan
Pengaruh rasio katalis/umpan juga menyebabkan terbentuknya kokas
dengan waktu perengkahan 30 menit yang relatif banyak. Urutan rasio
Hasil perengkahan selama 30 katalis/umpan yang menghasilkan
menit ditampilkan pada gambar 2 konversi fraksi bensin pada
Konversi fraksi bensin tertinggi dicapai perengkahan selama 30 menit adalah
oleh rasio katalis/umpan 1/3 sebesar 1/3 > > > 1/1
23,89% dan konversi fraksi bensin

100% Pengaruh waktu


90% terhadap cairan Hasil
Perengkahan
80%
Pengaruh waktu
Hasil Peregkahan

70%
terhadap gas hasil
60% perengkahan
50%
Pengaruh waktu
40% terhadap jumlah fraksi
30% Bensin hasil
perengkahan
20% Pengaruh waktu
10% terhadap konversi
perengkahan Fraksi
0% Bensin
30 60 90
WAKTU (MENIT)

Gambar 1. Pengaruh waktu terhadap hasil perengkahan tanpa menggunakan katalis

100% Pengaruh Rasio Katalis/Umpan


90% Terhadap Banyaknya Cairan
Hasil Perengkahan
80% Pengaruh Rasio Katalis/Umpan
Hasil Perengkahan

70% Terhadap Banyaknya Gas Hasil


Perengkahan
60% Pengaruh Rasio Katalis/Umpan
50% Terhadap Banyaknya Kokas
Hasil Perengkahan
40% Pengaruh Rasio Katalis/Umpan
30% Terhadap Banyaknya Fraksi
Bensin Hasil Perengkahan
20% Pengaruh Rasio Katalis/Umpan
10% Terhadap Konversi Fraksi
Bensin Hasil Perengkahan
0%
1/4 1/3 1/2 1/1
Rasio Katalis dan Umpan

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 37

Gambar 2. Pengaruh rasio katalis / umpan dengan waktu perengkahan 30 menit

Konversi fraksi bensin untuk rasio Pengaruh rasio katalis/umpan


katalis/umpan 1/4 lebih kecil dari dengan waktu perengkahan 60 menit
konversi fraksi bensin rasio Hasil dari perengkahan selama 60
katalis/umpan 1/3, hal ini disebabkan menit ditampilkan pada gambar 3.
karena penggunaan katalis yang terlalu Konversi fraksi bensin tertinggi dicapai
sedikit mengakibatkan reaksi oleh rasio katalis/umpan 1/3 sebesar
perengkahan relatif lambat, hal ini 53,27% dan konversi fraksi bensin
ditandai oleh banyaknya fraksi cair hasil terendah dicapai oleh rasio
perengkahan namun kandungan fraksi katalis/umpan 1/1 sebesar 28,34% ,
bensin yang sedikit. Rasio sama halnya dengan perengkahan pada
katalis/umpan yang terbaik untuk waktu waktu 30 menit, hal ini disebabkan
perengkahan 30 menit adalah 1/3, rasio karena penggunaan katalis yang terlalu
ini adalah rasio yang paling optimal banyak dapat menyebabkan reaksi
dimana tidak terjadi proses perengkahan katalitik yang berlebihan
perengkahan yang berlebihan namun sehingga mengakibatkan berkurangnya
dihasilkan konversi fraksi bensin yang fraksi cair hasil perengkahan dan
besar. bertambah banyaknya fraksi gas yang
dihasilkan.
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
100%
terhadap banyaknya Cairan
90%
Hasil Perengkahan
80%
Hasil Perengkahan

Pengaruh Rasio Katalis/umpan


70%
terhadap banyaknya Gas Hasil
60%
Perengkahan
50%
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
40%
terhadap banyaknya Kokas Hasil
30%
Perengkahan
20%
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
10%
terhadap banyaknya Fraksi
0% Bensin Hasi; Perengkahan
1/4 1/3 1/2 1/1
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
Rasio Katalis dan Umpan
terhadap banyaknya Konversi
Fraksi Bensin

Gambar 3. Pengaruh rasio katalis/umpan dengan waktu perengkahan 60 menit

100% Pengaruh Rasio Katalis/umpan


terhadap banyaknya Cairan Hasil
90% Perengkahan
80%
Hasil Perengkahan

70% Pengaruh Rasio Katalis/umpan


terhadap banyaknya Gas Hasil
60% Perengkahan
50%
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
40%
terhadap banyaknya Kokas Hasil
30% Perengkahan
20%
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
10% terhadap banyaknya Fraksi
0% Bensin Hasil Perengkahan
1/4 1/3 1/2 1/1
Pengaruh Rasio Katalis/umpan
Rasio Katalis/Umpan terhadap Konversi Fraksi Bensin

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 38

Gambar 4. Pengaruh rasio katalis/umpan dengan waktu perengkahan 90 menit

RCH=CH2 + H+ R-CH-CH3

H+
R-CH-CH3 + RCH=CH2 R-CH-CH3 R-CH-CH3

CH2CHR CH2CH2R

Gambar 5. Reaksi polimerisasi olefin

Urutan rasio katalis/umpan yang disebabkan karena dengan waktu


menghasilkan konversi fraksi bensin perengkahan yang relatif lama telah
pada perengkahan selama 60 menit mengakibatkan terjadinya reaksi
adalah 1/3 > > > 1/1. Konversi repolimerisasi dan kondensasi.
fraksi bensin untuk rasio katalis/umpan Reaksi repolimerisasi adalah
sedikit lebih kecil dibanding konversi reaksi kebalikan dari reaksi
fraksi bensin rasio katalis/umpan 1/3, perengkahan yang juga melibatkan ion
hal ini disebabkan karena rasio karbonium, sehingga dapat juga
katalis/umpan 1/3 merupakan rasio yang menyertai reaksi perengkahan. Salah
paling optimal pada waktu perengkahan satu contoh reaksi repolimerisasi adalah
60 menit, sehingga jika katalis yang reaksi polimerisasi olefin yang dikatalisis
digunakan lebih sedikit akan oleh asam, dapat dituliskan pada
mengurangi konversi fraksi bensin gambar 5 [8].
karena reaksi perengkahan lebih Akibat dari reaksi repolimerisasi
lambat, sedangkan jika katalis yang dan kondensasi selain berkurangnya
digunakan lebih banyak dari rasio konversi fraksi bensin fraksi gas yang
katalis/umpan 1/3 maka reaksi dihasilkan juga berkurang, karena telah
perengkahan akan berlebihan akibatnya bereaksi menjadi fraksi yang lebih berat.
menghasilkan fraksi gas yang Selain itu waktu yang terlalu lama telah
berlebihan. Rasio katalis/umpan 1/3 mengakibatkan katalis terdeaktivasi oleh
dengan waktu perengkahan 60 menit reaktan dan produk yang jumlahnya
adalah kondisi optimal dari seluruh melimpah, sehingga dapat menutupi
percobaan ini, karena dihasilkan situs aktif pada katalis. Urutan rasio
konversi yang paling besar dengan katalis/umpan yang menghasilkan
pembentukan kokas yang relatif sedikit konversi fraksi bensin pada
yaitu 2,67%. perengkahan selama 90 menit adalah
1/1 > > 1/3 > 1/4.
Pengaruh rasio katalis/umpan
dengan waktu perengkahan 90 menit Optimasi rasio katalis/umpan dan
Hasil dari perengkahan selama 90 lamanya proses perengkahan
menit ditampilkan pada gambar V.4. Optimasi hasil perengkahan dapat
Konversi fraksi bensin tertinggi dicapai dilihat dari konversi fraksi bensin
oleh rasio katalis/umpan 1/1 sebesar terbesar dari seluruh percobaan yang
42,25% dan konversi fraksi bensin dilakukan, secara keseluruhan konversi
terendah dicapai oleh rasio fraksi bensin dapat dilihat pada gambar
katalis/umpan 1/4 sebesar 24,20%. 6
Pada gambar 4 dapat dilihat Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat
bahwa semakin banyak katalis yang bahwa konversi fraksi bensin terbesar
digunakan semakin besar konversi dihasilkan oleh perengkahan dengan
fraksi bensin dan semakin kecil fraksi rasio katalis/umpan sebesar 1/3 dengan
gas yang dihasilkan, kecenderungan ini lamanya perengkahan 60 menit. Pada
berbeda dengan perengkahan selama proses perengkahan selama 90 menit
30 menit dan 60 menit. Hal ini telah terjadi penurunan konversi fraksi

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 39

bensin hal ini disebabkan karena terlalu secara maksimal dan rasio
lamanya waktu perengkahan dan sudah katalis/umpan 1/3 adalah rasio katalis
banyaknya produk yang dihasilkan yang yang tepat dimana banyaknya katalis
mengakibatkan tertutupnya situs aktif tidak telalu berlebihan yang dapat
pada katalis sehingga katalis menjadi menyebabkan reaksi perengkahan
terdeaktivasi. Selain itu waktu yang sekunder dan tidak terlalu sedikit yang
cukup lama telah mengakibatkan dapat menyebabkan perengkahan
terjadinya reaksi repolimerisasi dan berjalan lambat, oleh sebab itu rasio
kondensasi sehingga fraksi gas dan katalis umpan 1/3 dengan waktu
fraksi bensin yang telah terbentuk perengkahan 60 menit menghasilkan
bereaksi kembali menjadi fraksi yang konversi fraksi bensin yang
lebih berat. terbesar.Hasil perengkahan dengan
Waktu perengkahan 60 menit rasio katalis/umpan 1/3 selama 60 menit
adalah waktu yang optimal dimana situs secara keseluruhan ditampilkan dalam
aktif pada katalis telah digunakan gambar 7.

60%
% Konversi Fraksi Bensin

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1)

2)

3)

4)

1)

2)

3)

4)

1)

2)

3)

4)
/

/
(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1

(1
30

30

30

30

60

60

60

60

90

90

90

90

Menit (Rasio Katalis/Umpan)

Gambar 6. Konversi fraksi bensin

Fraksi
berat
Gas7.89% Bensin
7.33% awal
Kokas
28.84%
2.67%

Bensin
akhir
53.27%

Wega Trisunaryanti
Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2(1), 30-40 2

Gambar 7. Perbandingan hasil perengkahan pada rasio katalis/umpan 1/3 dengan


waktu perengkahan 60 menit
Pada perengkahan selama 60
menit dengan rasio katalis/umpan 1/3 DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan konversi fraksi bensin yang
terbesar yaitu 53,27 %, jika dijumlahkan 1. Suyartono dan Husaini, 1991,
dengan bensin awal sebelum Buletin Pusat Pengembangan
perengkahan yaitu sebesar 28,84% Teknologi Mineral (PPTM), Tinjauan
maka fraksi bensin total yang dapat Terhadap Kegiatan Penelitian
dihasilkan pada perengkahan ini Karakterisasi dan Pemanfaatan
sebesar 82,11% dan fraksi gas sebesar Zeolit Indonesia, Bandung.
7,33% dan kokas sebesar 2,67%. 2. Saefudin, 1992, Pengaruh
Temperatur Reduksi Terhadap
Aktivitas Katalis Nikel/Zeolit Alam,
KESIMPULAN DAN SARAN Skripsi S-1 FMIPA UGM,
Yogyakarta.
Kesimpulan 3. Nurhadi, M., 1999, Pembuatan dan
Dari penelitian yang telah Karakterisasi Katalis Kromium-Zeolit
dilakukan maka dapat ditarik beberapa Alam Untuk Perengkahan Fraksi
kesimpulan sebagai berikut : Minyak Bumi, Tesis S-2, Program
1. Rasio katalis/umpan yang terlalu Pasca Sarjana, Universitas Gadjah
tinggi (penggunaan katalis yang Mada, Yogyakarta.
berlebihan) pada proses 4. Cahyono, B.L., 2000, Preparasi dan
perengkahan fraksi sampah plastik Karakterisasi Katalis Zeolit Alam
dapat mengakibatkan terjadinya Pengemban Kromium Untuk Proses
reaksi perengkahan sekunder Katalitik Pengolahan Sampah
sehingga banyak menghasilkan Plastik Menjadi Fraksi Bensin,
fraksi gas. Skripsi S-1, Jurusan Kimia, Fakultas
2. Waktu perengkahan yang terlalu Matematika dan Ilmu Pengetahuan
lama dapat mengakibatkan Alam, Universitas Gadjah Mada,
terbentuknya senyawa hidrokarbon Yogyakarta.
dengan jumlah atom C yang relatif 5. Arman, 1997, Analisis Berbagai
lebih besar dibandingkan dengan Jenis Polimer dalam Plastik dengan
fraksi bensin. Teknik Spektroskopi Infra merah
3. Konversi fraksi bensin terbesar Tranformasi Fouier (FTIR), Skripsi-
dihasilkan pada proses perengkahan S1, FMIPA-UGM, Yogyakarta.
fraksi sampah plastik dengan rasio 6. Adi, R., Cahyono, Eliyana, dan
katalis/umpan 1/3 dengan lamanya Rafika, R., 1998, Pembuatan Fraksi
perengkahan 60 menit. Bensin dari Sampah Plastik dengan
4. Urutan rasio katalis/umpan dan Katalis Zeolit Alam, Laporan
lamanya waktu perengkahan yang Penelitian Lomba Karya Inovatif
menghasilkan konversi fraksi bensin dan Produktif, Jurusan Kimia,
adalah 1/3(60 menit) > (60 menit) Fakultas Matematika dan Ilmu
> (60 menit) > 1/1(90 menit) > Pengetahuan Alam, Universitas
(90 menit) > 1/3(90 menit) > 1/1(60 Gadjah Mada, Yogyakarta.
menit) > (90 menit) > 1/3(30 menit) 7. Wigiyatmo, 1995, Studi Daur Ulang
> (30 menit) > (30 menit) > Sampah Plastik, Skripsi S-1 FMIPA
1/1(30 menit). UGM, Yogyakarta.
8. Gates, Katzer, and Schit, 1979,
UCAPAN TERIMAKASIH Chemistry of Catalytic Processes, 1st
edition, McGraw-Hill Book Com-
Terimakasih kepada Indonesia pany, New York.
Toray Science Foundation (ITSF)
tahun 2001 atas bantuan dana
penelitian ini.
Wega Trisunaryanti

You might also like