Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK :
1. FATHUL RIZQI
2. INDAH QOLBIYATI
3. M.ASADUL USUD
4. YOHANES SUKRI
5. YULI YANTI
The objective of the research was to find out correlation between community
perception about draining, burrying, and covering with Dengue Hemmorrhagic Fever
(DHF) Prevention in Selokerto Village, Sempor, Kebumen Regency.
The design used in the research was descriptive correlation with cross sectional
approach. The data were analized by using Kendall Tau test to find out wether there was
correlation between the variables.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah jombang jawa timur terdapat peningkatan penderita demam berdarah dari
tahun 2011-2015 secara berturut-turut adalah sebagai berikut:tahun 2011 terdapat 125
penderita,sepanjang tahun 2015 sebanyak 19.942 kasus dengan 277 orang meninggal.
Semenjak januari sampai dengan 5 maret tahun 2004 total kasus demam berdarah di
seluruh provinnsi indonesia sudah mencapai 26.015 dengan jumlah kematian sebanyak
389 orang(CFR:1,53%).Kasus tertinggi terdapat di provinsi jawa timur(11.534)
berdasarkan catatan dinas kesehatan terjadi peningkatan jumlah penderita demam
berdarah di jawa timur,yakni sebanyak 196% atau dari 5.321 kasus menjadi 15.744
kasus di bandingkan tahun 2014.
Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengatakan terdapat lima kabupaten
dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue tertinggi di Jawa Timur.Lima
kabupaten Pacitan dengan 167 kasus,Banyuwangi dengan 142 kasus,Trenggalek dengan
113 kasus,dan Sumenep 111 kasus,Jombang dengan 250 kasus. Itu data terbaru, kata
Gus Ipul sapaan Syaifullah kepadA Tempo,Kamis,4 Februari 2014.
Faktor penyebab dari tingginya angka kejadian DBD antara lain:kepadatan
penduduk,prilaku hidup bersih dan sehat yang kurang,pendidikan dan pengetahuan
masyarakat yang rendah,sarana pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan jumlah
petugas kesehatan yang kurang.Lingkungan yang padat penduduk di wilayah kerja
puskesmas Blimbing Gudo Jombang Jawa Timur ditambah prilaku hidup sehat dan
bersih masyarakat yang kurang,diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya
angka kejadian demam berdarah pada dekate tiga tahun ini,diperkirakan tingkat
pengetahuan masyarakat berprilaku apatis terhadap kebersihan lingkungannya,seperti
halnya terdapat penampungan air yang tidak terawatt dan sampah-sampah seperti
kaleng dan botol bekas yang masih dibuang di sembarang tempat.
Berbagai cara juga telah di upayakan oleh tenaga kesehatan khusus di wilayah kerja
puskesmas Blimbing Gudo Jombang Jawa Timur,baik dengan cara pemberian
penyuluhan kepada masyarakat,pemberian abate pada tempat-tempat penampungan air
dan penyemprotan pada daerah-daerah yang diduga tempat bersarangnya DBD.Namun
karena sarana pelayanan yang kurang dan petugas yang kurang membuat upaya untuk
pencegahan DBD ini tidak merata di semua tempat di wilayah kerja puskesmas
Blimbing Gudo Jombang Jawa Timur.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan penilitian adalah bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja
Puskesmas Blimbing Gudo Jombang Jawa Timur tahun 2015.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan
lingkungan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja
PuskesmasBlimbing Gudo Jombang Jawa Timur Tahun 2015.
Tujuan khusus
1. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan
lingkungan dalam upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Blimbing
Gudo Jombang Jawa Timur
2. Megetahui hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan
DBD di wilayah kerja Puskesmas BlimbingGudo Jombang Jawa Timur
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetian Pengetahuan
Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang
(Notoadmojo, 2003).
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memenuhi (Comprehension)
Memenuhi artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisa(Analysis)
Analisa diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi
yang objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi ataupenelitian terhadap suatu materi.
b) Perilaku masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat. Nyamuk senang
bersarang di tempat-tempat yang dapat memberikannya ruang untuk
berkembang biak, misalnya di kaleng bekas yang tergenang air apabila hujan,
di bak mandi yang jarang dikuras dan terbuka. Dan juga apabila kondisi tubuh
seseorang kurang sehat, berarti kemungkinan untuk dapat tertular virus
dengue dari nyamuk akan semakin besar karena ketahanan tubuh seseorang
yang lemah.
Penyebab/ Etiologi
Penyebab utama dalam penularan penyakit DBD kepada manusia
memang disebabkan oleh nyamuk. Namun tidak semua nyamuk dapat
menularkan penyakit DBD tersebut kepada manusia. Karena berdasarkan
informasi dari data-data yang ditemukan, terdapat beberapa jenis nyamuk yang
berpotensi menularkan penyakit DBD tersebut kepada manusia selain jenis
nyamuk betina Aedes Aegypti sebagai faktor utama dalam menularkan penyakit
DBD kepada manusia. Beberapa spesies nyamuk tersebut ialah jenis nyamuk lain
seperti nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis, anggota dari Aedes
Scutellaris Complex, dan Aedes (Finlaya) Niveus. Jenis nyamuk tersebut
memiliki ciri khas berwarna belang putih di kakinya.
Demam berdarah tidak menular langsung dari manusia ke manusia,
melainkan melalui nyamuk sebagai perantaranya. Beberapa jenis spesies nyamuk
tersebut selain Aedes Aegypti dianggap sebagai faktor sekunder bagi nyamuk
yang menularkan virus dengue kepada manusia yang menyebabkan DBD.
Karena habitat nyamuk tersebut berbeda-beda, seperti contohnya nyamuk Aedes
Aegypti merupakan nyamuk yang paling berpotensi dalam menularkan penyakit
DBD kepada manusia dan lebih banyak dikenal sebagai nyamuk yang
menularkan DBD, karena nyamuk Aedes Aegypti hidup dan berkembang biak di
lingkungan yang padat, oleh karena itu nyamuk tersebut sangat dekat dengan
manusia karena hidup dan berkembang biak di lingkungan yang sama.
Sedangkan untuk jenis nyamuk lain seperti Aedes Albopictus, nyamuk tersebut
hidup di lingkungan seperti di kebun-kebun, sehingga jarang melakukan kontak
dengan manusia.
Jenis nyamuk yang menularkan virus dengue pun hanya nyamuk betina
saja, karena nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan dan sari bunga untuk
keperluan hidupnya, sedangkan untuk nyamuk betina ialah dengan menghisap
darah untuk keperluan hidupnya. Serta nyamuk-nyamuk tersebut lebih cenderung
untuk menghisap darah manusia dari pada menghisap darah hewan atau binatang.
Dan dilihat dari lingkungan tempat tinggalnya, nyamuk Aedes Aegypti
tersebut lebih senang bersarang dan berkembang biak di tempat yang bersih,
seperti di genangan air dalam bak mandi dan di sudut-sudut dalam rumah seperti
tempat gantungan baju.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga
sering terjadi musim penghujan. Menurut Sri Rezeki Hadi Negoro, dari RSUPN
Cipto Mangunkusumo, demam berdarah dengue memang mencapai puncaknya
pada musim hujan, tetapi bukan tidak mungkin penyakit tersebut dapat muncul di
bulan lain seperti pada musim kemarau. Karena pada musim penghujan
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti menjadi meningkat, dimana pada saat
itu terjadi banyak genangan air yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk.
Akan tetapi apabila pada musim kemarau, sepanjang nyamuk Aedes Aegypti
masih ada dan tersedianya air sebagai sarana siklus perkembang biakannya, maka
kasus demam berdarah tetap rawan.
Wilayah Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis, sehingga sering terjadi
musim penghujan. Demam berdarah dengue memang mencapai puncaknya pada musim
hujan, tetapi bukan tidak mungkin penyakit tersebut dapat muncul di bulan lain seperti pada
musim kemarau. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jawa timur dalam salah satu
situs jurnal, penyakit DBD selalu ada sepanjang tahunnya. Dan kematian merupakan akibat
yang dapat ditimbulkan dari penyakit DBD tersebut apabila penderita yang menunjukan
gejala DBD tersebut terlambat untuk ditangani. Tidak hanya itu saja, beberapa kasus
penyebab kematian berdasarkan data yang diperoleh ternyata juga dapat disebabkan karena
salah persepsi bagi penderita gejala DBD.
DAFTAR PUSTAKA