You are on page 1of 8

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.

1 April 2014, 42-49

KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DITINJAU DARI


KEPUASAN KERJA DAN PERSEPSI TERHADAP KINERJA

Kurniasari Pratiwi1, Fathul Himam2

1
Akademi Kebidanan Yogyakarta
Jl. Parangtritis Km.6 Sewon Bantul
2
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Jl. Humaniora no.1 Yogyakarta

kiky_kurniasari@rocketmail.com

Abstract
Nowadays, employees are more aware with the quality of life issue than before. Consequently, quality of work
life (QWL) also becomes an important issue in the management of human resources in an organization. Higher
QWL in workplace brings positive implication to the organizational performance. This study aims to investigate
the role of work satisfaction and perceived work performance towards QWL on civil servants (PNS). This study
used a survey method; it was conducted in the Bantul municipality, Yogyakarta. The population of civil servants
in this municipality is 600 employees. This study comprised 150 employees as study sample that was approached
using purposive sampling method. Three instruments were used to collect data: Quality of Work Life (QWL)
scale (20 items; = 0,867); Work Satisfaction scale (22 items; = 0,837); and Perceived Work Performance
scale (20 items; = 0,904). Multiple regressions was used to analyze the data. The results showed work
satisfaction and perceived work performance had significant affects towards QWL ( F = 17,852; p < 0,001).

Keywords: quality of work life (QWL), work satisfaction, work performance, civil servant, Bantul

Abstrak

Seiring perkembangan jaman, saat ini karyawan cenderung lebih memperhatikan kualitas hidup (quality of life)
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Konsekuensi dari perubahan tersebut adalah isu-isu mengenai kualitas
kehidupan kerja (quality of work life/QWL) menjadi persoalan penting bagi pengembangan sumber daya manusia
dalam organisasi. QWL yang tinggi di tempat kerja berimplikasi positif kepada organisasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki peran kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja terhadap peningkatan QWL.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan populasi PNS Pemerintah Kabupaten Bantul berjumlah 600
orang. Sampel penelitian ini sejumlah 150 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah Skala Kualitas Kehidupan Kerja (20 aitem; = 0,867); Skala Kepuasan Kerja
(22 aitem; = 0,837); dan Skala Persepsi terhadap Kinerja (20 aitem; = 0,904). Analisis data dilakukan dengan
analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan
persepsi terhadap kinerja terhadap QWL ( F = 17,852; p < 0,001).

Kata kunci: kualitas kehidupan kerja, kepuasan kerja, kinerja, PNS, Pemda Bantul

PENDAHULUAN hidup pekerja (Quality of work life/QWL)


menjadi persoalan penting bagi pengem-
Seiring perkembangan jaman, saat ini bangan sumber daya manusia dalam or-
karyawan cenderung lebih memperhatikan ganisasi (Lian, Lin, & Wu, 2007). Pendapat
kualitas hidup (quality of life) dibanding senada dikemukakan oleh Greenberg &
tahun-tahun sebelumnya, sehingga Baron seperti yang dikutip oleh Kembaren
konsekuensinya isu-isu mengenai kualitas (2009), bahwa akhir-akhir ini terdapat

42
Kualitas kehidupan kerja ditinjau dari kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja 43

kecenderungan untuk secara sistematis konteks nasional, situasi organisasi, tempat


meningkatkan kualitas hidup melalui kerja, faktor pekerjaan, faktor keluarga,
pengalaman kerja. Hal tersebut dikarenakan serta faktor individu yang bersangkutan.
semakin banyak orang yang menuntut Penelitian terakhir yang dilakukan oleh tim
pemenuhan kebutuhan pribadi dalam survei QWL (2007) diperoleh hasil bahwa
bekerja (White, 2007). faktor psikologis yaitu kepuasan kerja dapat
berpengaruh terhadap QWL.
Beberapa peneliti seperti Sirgy, Efraty,
Siegel, dan Lee (2001) secara khusus Penelitian lain dilakukan oleh Lian, Lin,
meneliti mengenai pengukuran QWL dan Wu (2007) diperoleh hasil bahwa
berdasarkan teori kebutuhan Maslow dan kepuasan kerja berpengaruh secara
teori kelebihan (spillover theories). Peng- signifikan terhadap QWL. Pendapat senada
ukuran tersebut dirancang untuk dikemukakan oleh Sudarsono (2007) bahwa
mengungkap sejauh mana lingkungan kerja, kepuasan kerja berkorelasi positif terhadap
persyaratan kerja, perilaku supervisi, dan QWL. Semakin tinggi kepuasan kerja sese-
program-program penunjang dalam orang, semakin tinggi pula QWL-nya.
organisasi yang dianggap dapat memenuhi Kepuasan kerja sangat kuat pengaruhnya
kebutuhan seorang karyawan. Pengukuran terhadap QWL berupa karir, pendapatan,
tersebut berdasarkan tujuh dimensi keamanan, sosial dan jabatan yang
kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan akan diharapkan. Efraty dan Sirgy (1990) dalam
kesehatan dan keamanan, kebutuhan hasil penelitiannya juga membuktikan
ekonomi, kebutuhan sosial, pengakuan dan bahwa kepuasan kerja, identifikasi orga-
penghargaan kerja, aktualisasi, kebutuhan nisasi, keterlibatan kerja, usaha kerja, serta
akan pengetahuan, dan kebutuhan estetika. persepsi terhadap kinerja berhubungan
positif terhadap QWL.
Hasil survei yang dilakukan oleh European
Foundation for the Improvement of Living Menurut Robbins (2003), kepuasan kerja
and Working Conditions (2007) merupakan sikap seorang terhadap peker-
menunjukkan bahwa upaya untuk jaannya dan dapat dijadikan indicator untuk
memperoleh kehidupan kerja yang lebih melihat kondisi suatu organisasi. Gibson,
baik serta pencapaian kesejahteraan (well- Ivancevich dan Donelly (1997) menyatakan
being) bagi karyawan menjadi masalah bahwa kepuasan yang diperoleh karyawan
yang semakin urgent untuk lebih dapat mempengaruhi efektivitas organisasi.
diperhatikan. Selain masalah lingkungan Agar organisasi mampu bersaing dan ber-
fisik yang harus terus ditangani, masalah hasil mencapai tujuannya, penting untuk
sosial dan psikologis juga mulai muncul. memberikan perhatian pada SDM,
terutama karyawan sebagai aset utama
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh organisasi. Perusahaan harus meng-
tim survei QWL selama 30 tahun di upayakan kepuasan kerja bagi karyawan
Amerika Serikat secara konsisten agar kinerja mereka meningkat, dan
menunjukkan hasil bahwa QWL tinggi di akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
tempat kerja dapat menurunkan tingkat
stres di tempat kerja, meningkatkan Kinerja pegawai merupakan gabungan dari
produktivitas dan loyalitas terhadap kemampuan, usaha, dan kesempatan yang
perusahaan (Team QWL Survey, 2007). dapat diukur dari akibat yang dihasilkan,
Melalui survey tersebut diketahui berbagai kinerja dapat dikatakan sebagai hasil kerja
faktor yang mempengaruhi QWL yang telah dilakukan oleh seseorang. Oleh
diantaranya adalah konteks internasional, karena itu, kinerja dapat didefinisikan

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


44 Kurniasari & Himam

sebagai perilaku-perilaku atau tindakan- Cumming dan Worley (2005)


tindakan yang relevan terhadap tercapainya mendefinisikan QWL sebagai hubungan
tujuan organisasi (VandeWalle, Heslin, & antara reaksi kerja seseorang, terutama yang
Latham, 2005). Pada kenyataannya kinerja berhubungan dengan kepuasan personal
pegawai negeri khususnya pegawai dalam pekerjaan. Teori ini fokus pada
pemerintah daerah (Pemda) sering dinilai konsekuensi personal terhadap pengalaman
kurang memuaskan karena citra dan budaya kerja dan bagaimana mengubah kerja untuk
yang terbangun selama ini adalah menjadi memenuhi kebutuhan personal. Pendapat
pegawai negeri sipil lebih santai dan senada dikemukakan oleh Bernadin dan
nyaman dalam berkerja. Maka banyak Russel (1993) yang menyatakan QWL
terjadi perilaku-perilaku seperti tidak berhubungan dengan pengalaman individu
disiplin, bekerja asal-asalan dan sebagainya. dalam memperoleh kepuasan, peningkatan
Secara umum, beberapa perilaku negative motivasi, keterlibatan kerja, dan komitmen
yang ditampakkan oleh oknum pegawai terhadap kehidupan kerja. QWL adalah
Pemda adalah sikap negatif pada saat tingkatan dimana individu mendapat
bekerja, seperti urusan yang berbelit-belit, kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan
rumit akibat birokrasi yang kaku, tidak personal, seperti kebutuhan akan kebebasan
efektif dan efisien, serta reaktif ketika bekerja dalam organisasi.
dibandingkan proaktif. Permasalahan ini
banyak ditemukan di pemerintahan daerah Cascio (1998) menjelaskan dua cara untuk
di berbagai kabupaten di Indonesia. Studi melihat arti QWL, yaitu (1)
yang diangkat oleh Soeprapto, Ribawanto, membandingkan QWL dengan kondisi
dan Hanafi (2000) menemukan salah satu organisasi yang sebenarnya seperti
alternatif solusi untuk mengatasi penerapan kebijakan perusahaan mengenai
permasalahan aparatur pemerintah daerah promosi kerja, pengawasan yang
yakni dengan meningkatkan QWL. demokratis, keterlibatan, karyawan, dan
kondisi kerja yang aman; (2)
Kualitas kehidupan kerja (QWL) merupa- membandingkan QWL dengan persepsi
kan upaya menggabungkan desain peker- karyawan bahwa mereka merasa aman,
jaan dengan lingkungan kerja. Hal ini dapat terpenuhi kebutuhan personalnya serta
diupayakan melalui pemenuhan kepuasan mampu untuk tumbuh dan berkembang
kerja, meningkatkan sikap kerja yang sebagai manusia.
positif, serta kinerja (Soeprapto, Ribawanto
& Hanafi. 2000). Berdasarkan wawancara Aspek-aspek QWL dirumuskan sebagai
dan observasi awal yang dilakukan peneliti berikut (Flippo, 1984; Werther & Davis,
terhadap beberapa Pegawai Pemerintah 1989; Zin, 2004): kesempatan untuk
Daerah di Yogyakarta, serta didukung data berkembang, relasi sosial, partisipasi kerja,
laporan evaluasi tahunan oleh pemerintah serta kondisi kerja yang baik dan layak.
setempat (2009), dapat disimpulkan adanya Sedangkan faktor-faktor yang mem-
indikasi QWL yang rendah. Hal tersebut pengaruhi QWL (survei QWL team, 2007)
dibuktikan dengan tingkat absensi yang adalah konteks internasional, faktor kondisi
cukup tinggi, kualitas pekerjaan yang asal- keluarga, faktor personal, serta pekerjaan
asalan, prosedur yang berbelit-belit, dan itu sendiri.
perilaku tidak disiplin. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa QWL pada Wexley dan Yukl (1988), Gibson,
pegawai Pemda secara umum cenderung Ivancevich, & Donelly (1997), serta Cascio
memprihatinkan. (2003) menjelaskan bahwa kepuasan kerja
merupakan keadaan internal individu

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


Kualitas kehidupan kerja ditinjau dari kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja 45

berupa perasaan dan sikap positif akan puan, usaha dan kesempatan yang dapat
pekerjaannya. Lebih lanjut dijelaskan diukur dari akibat yang dihasilkan. Oleh
bahwa kepuasan kerja secara umum karena itu kinerja dapat didefinisikan
merupakan sikap terhadap pekerjaan yang sebagai perilaku-perilaku atau tindakan-
didasarkan pada evaluasi terhadap aspek- tindakan yang relevan terhadap tercapainya
aspek yang berbeda bagi pekerja. Sikap tujuan organisasi. Gibson, Ivancevich, dan
seseorang terhadap pekerjaannya tersebut Donelly (1997) menjelaskan bahwa kinerja
mengambarkan pengalaman-pengalaman adalah hasil kerja yang terkait dengan
menyenangkan atau tidak menyenangkan tujuan organisasi seperti kualitas, efisiensi,
dalam pekerjaan dan harapan-harapan dan kriteria keefektifan lain yang dicapai
mengenai pengalaman mendatang. selama periode tertentu melalui usaha yang
membutuhkan kemampuan dan keteram-
Mengacu pada beberapa pendapat ahli pilan serta pengalaman.
seperti Luthans (2006), serta King dan
Hautaluoma (2001), Skala Kepuasan Kerja Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik
dalam penelitian ini dikembangkan ber- kesimpulan bahwa persepsi kinerja
dasarkan aspek-aspek kepuasan terhadap merupakan proses mental seseorang untuk
pekerjaan, kepuasan terhadap imbalan, mengenali stimulus atau memahami
kepuasan terhadap kesempatan promosi, informasi tentang hasil kerja yang dapat
kepuasan terhadap atasan dan kepuasan dicapai yaitu berupa perilaku-perilaku atau
terhadap rekan kerja. tindakan-tindakan yang relevan terhadap
tercapainya tujuan organisasi. Hasil kerja
Robbins (2003) menyatakan bahwa terdapat tersebut dicapai melalui usaha dengan
beberapa faktor yang menimbulkan kemampuan dan keterampilan serta
kepuasan kerja, yaitu kerja yang secara pengalaman yang dapat diukur dalam
mental menantang, ganjaran yang pantas, periode waktu tertentu.
kondisi yang mendukung, rekan sekerja
yang mendukung, kesesuaian antara Persepsi kinerja pada penelitian ini
kepribadian dan pekerjaan. Pendapat lain mengacu pada aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Wexley and Yukl (1977), dikemukakan oleh Dwiyanto yang dikutip
bahwa kepuasan kerja ditentukan atau oleh Saraswati (2006) yaitu terdiri tiga
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu aspek yaitu (1) aspek responsivitas, (2)
karakteristik individu, variabel situasional, aspek responsibilitas, dan (3) aspek
dan karakteristik pekerjaan. akuntabilitas.

Menurut Bernadin dan Russell (1998), Aspek responsivitas adalah kemampuan


kinerja didefinisikan sebagai catatan dari organisasi untuk mengenali kebutuhan
outcomes yang dihasilkan sesuai dengan masyarakat, menyusun agenda prioritas
fungsi pekerjaan secara spesifik atau pelayanan dan mengembangkan program-
aktivitas selama periode waktu tertentu. program pelayanan masyarakat sesuai
Kinerja seorang individu merupakan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
gabungan dari kemampuan, usaha, dan Aspek responsibilitas menunjuk pada
kesempatan, yang dapat diukur dari akibat keselarasan antara program dan kegiatan
yang dihasilkan. Pendapat senada pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
dikemukakan oleh VandeWalle, Heslin, & masyarakat, untuk mencapai visi dan misi
Latham (2005) bahwa kinerja merupakan organisasi. Aspek akuntabilitas adalah
hasil kerja yang telah dilakukan seseorang, pengukuran usaha para wakil rakyat atau
yaitu merupakan gabungan dari kemam- pejabat politisi dan tokok-tokoh masyarakat

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


46 Kurniasari & Himam

dalam memperjuangkan aspirasi dikemukakan oleh Sudarsono (2007),


masyarakat. bahwa kepuasan kerja secara signifikan
berkorelasi positif terhadap QWL. Semakin
Jordan, Ashkanasy, & Hartel (2002) men- tinggi kepuasan kerja seseorang maka
jelaskan bahwa kinerja yang dirasakan oleh semakin tinggi pula QWL-nya. Kepuasan
pegawai dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kerja berpengaruh kuat terhadap QWL
faktor eksternal dan faktor internal. Lebih dalam hal karir, pendapatan, keamanan,
lanjut dijelaskan bahwa faktor eksternal sosial dan jabatan yang diharapkan. Rose,
merupakan faktor kontekstual yang lebih Beh, Ulil, & Idris (2006) mendukung
erat berkaitan dengan lingkungan kerja, penelitian ini dengan penelitiannya tentang
kebijakan sumber daya manusia dan implikasinya QWL terhadap dimensi karier.
prakteknya, desain kerja dan isu teknologi, Hasil penelitian tersebut membuktikan
serta budaya organisasi. Sedangkan faktor bahwa QWL berkorelasi dengan kepuasan
internal individu yang turut mempengaruhi karir, pencapaian karir, dan keseimbangan
kinerja diantaranya adalah efikasi diri, karir.
pekerjaan yang kompetitif atau menantang,
serta faktor emosi. Hofmann & Jones Selain kepuasan kerja, faktor lain yang
(2005) berpendapat bahwa kinerja pegawai diduga mempengaruhi QWL adalah kinerja
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor karyawan. Lian, Lin, dan Wu (2007)
personal, yaitu hal-hal dari dalam individu berpendapat jika karyawan memiliki
atau yang melekat pada individu; dan (2) kepuasan kerja dan kinerja yang tinggi
faktor situasional, yaitu faktor yang berasal maka QWL-nya pun akan meningkat.
dari luar individu. Efraty dan Sirgy (1990) juga membuktikan
bahwa kepuasan kerja, identifikasi
Kepuasan kerja merupakan keadaan internal organisasi, keterlibatan kerja, usaha kerja,
individu berupa perasaan dan sikap positif serta persepsi terhadap kinerja berhubungan
atas pekerjaannya. Kepuasan kerja merupa- positif dengan QWL.
kan suatu perasaan menyenangkan, yang
timbul sebagai akibat dari persepsi karya- Upaya peningkatan QWL dapat dilakukan
wan, bahwa dengan menyelesaikan tugas dengan cara melibatkan karyawan secara
atau dengan berusaha untuk menyelesaikan langsung dalam pengambilan keputusan
pekerjaan memiliki nilai yang penting perusahaan, memberikan kompensasi sesuai
dalam pekerjaan tersebut (Cascio, 2003). latar belakang pendidikan dan beban tugas,
Aspek-aspek kepuasan kerja terdiri dari menciptakan lingkungan kerja yang aman
kepuasan terhadap pekerjaan, kepuasan dan kondusif, serta menjalin kerjasama
terhadap imbalan, kepuasan terhadap antara manajemen dengan karyawan dalam
kesempatan promosi, kepuasan terhadap menjalankan organisasi (Cascio, 1998).
atasan dan kepuasan terhadap rekan kerja.
Kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh tiga Hasil penelitian team QWL di Inggris
kelompok faktor-faktor, yaitu karakteristik (2007) menunjukkan bahwa QWL
individu, variabel situasional, dan karak- dipengaruhi oleh konteks internasional,
teristik pekerjaan (Wexley & Yukl, 1988). nasional, organisasi, tempat kerja, individu,
keluarga dan pekerjaan itu sendiri.
Kepuasan kerja terkait erat dengan QWL. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap QWL
Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian dalam konteks lingkungan kerja. Hasil
Lian, Lin, dan Wu (2007) yang menemukan penelitian Soeprapto, Ribawanto, dan
bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara Hanafi (2000) menyimpulan bahwa pening-
signifikan terhadap QWL. Pendapat senada katan QWL dapat diupayakan dengan cara

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


Kualitas kehidupan kerja ditinjau dari kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja 47

memaksimalkan kepuasan kerja, mening- Populasi PNS yang berkantor di gedung


katkan sikap kerja yang positif, serta mem- Parasamya Kabupaten Bantul berjumlah
perbaiki kinerja. 600 orang. Jumlah PNS yang sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian adalah 531.
Faktor lain yang mempengaruhi QWL Jumlah responden untuk uji coba adalah
diantaranya adalah kesempatan karyawan 129 orang, dan yang digunakan untuk
untuk berkembang dalam perusahaan, subjek penelitian berjumah 150orang.
hubungan kerja yang terbina antara atasan, Teknik pemilihan subjek yang digunakan
teman kerja, serta bawahan, kondisi tempat adalah purposive sampling.
kerja yang kondusif, serta partisipasi
karyawan dalam organisasi. Menurut Data dikumpulkan menggunakan tiga skala
Meyer, Irving & Allen (dalam Saraswati, psikologis: (1) Skala QWL (20 aitem valid;
2006), pengalaman kerja yang meliputi rasa = 0,867); (2) Skala Kepuasan Kerja (22
aman dan nyaman dalam bekerja, aitem valid; = 0,837); dan (3) Skala
kesempatan untuk bekerja dan ber- Persepsi Kinerja (20 aitem valid; =
kompetisi, dan kebebasan dalam pengam- 0,904). Analisis regresi berganda digunakan
bilan keputusan dapat mempengaruhi untuk menganalisis korelasi kepuasan kerja
timbulnya QWL. dan persepsi kinerja terhadap QWL.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


terdapat QWL yang tinggi pada pegawai HASIL DAN PEMBAHASAN
bila pegawai tersebut memperoleh kepuasan
dalam pemenuhan kebutuhan personal Berdasarkan hasil analisis data diketahui
dalam organisasi, memperoleh rasa aman, bahwa kepuasan kerja dan persepsi
merasa berpartisipasi dalam pengambilan terhadap kinerja secara bersama-sama
keputusan, serta memiliki kesempatan berpengaruh secara signifikan terhadap
untuk berkembang. Hal ini juga dapat QWL. Berdasarkan Hasil analisis data
diterapkan di Pemda Kabupaten Bantul, diperoleh nilai F sebesar 17,852 lebih besar
yaitu QWL pada karyawan dapat dari F tabel 4,778 dengan nilai probabilitas
ditingkatkan, antara lain dengan cara p = 0,000 (p< 0,01), hal ini menunjukkan
mengupayakan pemenuhan kebutuhan bahwa secara bersama-sama kepuasan kerja
personal dalam organisasi, pemenuhan dan kinerja berpengaruh terhadap QWL.
kebutuhan akan rasa aman, memberikan Koefisien determinasi berganda (R) adalah
kesempatan berpartisipasi dalam 0,221 yang berarti 22,1% dari QWL
pengambilan keputusan, serta memberikan pegawai dipengaruhi oleh kepuasan kerja
kesempatan untuk berkembang. dan persepsi kinerja. Uji analisis parsial
menunjukkan kepuasan kerja berpengaruh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikan terhadap QWL (t = 2,709; p <
ada/tidaknya pengaruh kepuasan kerja dan 0,05) dengan sumbangan pengaruh sebesar
persepsi terhadap kinerja dengan QWL pada 24%. Persepsi kinerja berpengaruh secara
pegawai Pemda Kabupaten Bantul. signifikan terhadap QWL (t=3,498;
p=0,000) dengan sum-bangan pengaruh
sebesar 30,9%.
METODE
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Penelitian ini menggunakan metode survei kepuasan kerja dan persepsi kinerja secara
dan dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil bersama-sama memberi pengaruh sig-
(PNS) Pemerintah Kabupaten Bantul. nifikan terhadap QWL. Persepsi kinerja

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


48 Kurniasari & Himam

memiliki pengaruh yang lebih besar Cascio, W. F. (1998). Managing human


terhadap QWL dibandingkan dengan resources: Productivity, quality of work
pengaruh kepuasan kerja terhadap QWL. life, profits. Boston: McGraw-Hill.
Temuan ini tentunya memperlihatkan
betapa pentingnya faktor-faktor intrinsik Cascio, W. F. (2003). Applied psychology in
pegawai diantaranya kepuasan kerja dan human resource management. New
persepsi terhadap kinerja dalam York: Prentice Hall.
menentukan QWL pegawai khususnya
dalam lingkungan Pemerintahan Daerah. Efraty, D. & Sirgy, M. J. (1990). The effect
Hal tersebut bisa menjadi masukan kepada of quality of working life (QWL) on
pihak pemerintah daerah khususnya Badan employee behavioral responses.
Kepegawaian Daerah yang mengelola Journal of Social Indicators Research,
Sumber Daya Manusia dilingkungan 22, 31-47.
pemerintahan dalam menyusun work design
melalui pendekatan sosio technical Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donelly,
approach dengan cara memberi perhatian J. H. (1997). Organizations: Behavior,
lebih terhadap faktor kepuasan kerja dan structure, and processes. New York:
kinerja pegawai sehingga QWL pegawainya McGraw-Hill.
diharapkan dapat terpelihara. QWL yang
tinggi pada pegawai dapat memberikan Flippo, E. B. (1984). Personnel
pengaruh positif terhadap organisasi, hal ini Management. Singapore: McGraw-Hill.
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh tim survey QWL selama 30 Hofmann, D. A. & Jones, L. M. (2005).
tahun di US secara konsisten menunjukkan Leadership, collective personality, and
hasil bahwa QWL yang tinggi di tempat performance. Journal of Applied
kerja dapat menurunkan tingkat stress di Psychology, 3(90), 509522.
tempat kerja, meningkatkan produktivitas
dan loyalitas terhadap organisasi maupun Jordan, P. J., Ashkanasy, N. M., & Hartel,
perusahaan (QWL survey, 2007). C. E. J. (2002). Emotional intelligence
as a moderator of emotional and
behavioral reaktions to job insecurity.
KESIMPULAN Academy of Management Review,
3(27), 361-372.
Hasil penelitian ini menunjukkan kepuasan
kerja dan persepsi terhadap kinerja Kembaren, E. M. (2009). Gambaran quality
berpengaruh secara signifikan terhadap of work life (QWL): Ditinjau dari
Quality of Work Life (QWL) pada PNS perbedaan jenis pekerjaan dan gender.
Pemda Bantul (nilai F hitung sebesar Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
17,852 lebih besar dari F tabel 4,778 Atma Jaya.
dengan nilai probabilitas p=0,000 (p< 0,01).
King, W. L. & Hautalouma, J. E. (2001).
Comparison of job satisfaction, life
DAFTAR PUSTAKA satisfaction, and performance of
overeducated and other worker. The
Bernadin, J. H. & Russell, J. E. (1998). Journal of Social Psychologhy, 127 (5),
Human resource management: An 421-433.
experimential approach. New York:
Mc Graw Hill Companies.

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49


Kualitas kehidupan kerja ditinjau dari kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja 49

Lian, W., Lin, M., & Wu, K. (2007). Job Team Quality of Work Life Survey. (2007).
stress, job satisfaction and life European foundation for the
satisfaction between managerial and improvement of living and working
conditions: Finnish quality of work life
technical is personnel. Proceedings of surveys. Diambil dari
Business and Information, 4, 1-17. www.eurofound.europa.eu
Luthans, F. (2006). Organizational
Tim. (2009). Data laporan evaluasi tahunan
behavior: Perilaku organisasi.
Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Yogyakarta: Andi offset.
Kebupaten Bantul. Arsip (Tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Pemerintah
Robbins, S. P. (2003). Organization theory:
Daerah Kabupaten Bantul.
Structure, design, and applications.
Alih bahasa; Jusuf Udaya. Jakarta:
VandeWalle, D., Heslin, P. A., & Latham, G.
Arcan.
P. (2005). The effect of implicit person
theory on performance appraisals.
Rose, R. C., Beh, L., Uli, J. & Idris, K.
Journal Applied Psychologhy, 5(90),
(2006). Quality of work life:
842-856.
implications of career dimensions.
Journal of Social Sciences, 2(2), 61-67.
Werther, W. B. & Davis, Jr. K. (1989).
Human resources and personnel
Saraswati, B, (2006). Hubungan antara
management. Singapore: McGraw-Hill.
quality of work life (QWL) dengan
komitmen karyawan pada PT. Aseli
Wexley, K. N. & Yukl, L. A. (1988).
Dagadu Djogja. Skripsi (tidak
Organizational behavior and personnel
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
psychology. Boston: Richad D. Irwin,
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Inc.
Sirgy, M. J., Efraty, D., Siegel, P. & Lee, D.
White, A. G. (2007). A global projection of
J. (2001). A new measure of quality of
subjective well-being: A challenge to
work life (QWL) based on need
positive psychology? Psychtalk, 56, 17-
satisfaction and spillover theories.
20.
Social Indicators Research, 55(3), 241-
302.
Zin, R. M. (2004). Perception of
professional engineers toward of work
Soeprapto, H. R., Ribawanto, H., & Hanafi,
life and organizational commitment: A
I. (2000). Pengembangan sumber daya
case study. Gadjah Mada Internasional
aparatur daerah di era reformasi. Jurnal
Journal of Business,6(3), 323-334.
Administrasi Negara, I (1), 46 57.

Sudarsono, (2007). Analisa struktural


equation (SEM) pada sikap hidup dan
pekerjaan PNS di pemerintah
Kabupaten Trenggalek. ITS Library:
Ebursa.depdiknas.go.id.

Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 April 2014, 42-49

You might also like