Professional Documents
Culture Documents
HPLC PDF
HPLC PDF
ABSTRACT
Many wet noodles sold in traditional and modern markets with cheap prices.
There are wet noodles added by material was prohibited likes metanil yellow and
formalin. Wet noodles are cooked food made from wheat flour with or without the
addition of other foodstuffs, which have steaming or boiling. Wet noodles contain
fairly high water content, it will cause rapid damage to the noodles. Analysis levels
of formaldehyde by the method of high performance liquid chromatography
(HPLC), samples and standards were injected subsequently derivatized with
DNPH, using 45% acetonitrile as mobile phase and stationary phase C18 column,
flow rate 1.0 mL / min and measured at wavelength 355 nm. And analysis levels of
metanil yellow by high performance liquid chromatography method (HPLC) using
mobile phase A, diammonium dihydrogen phosphate pH 8.8 20 mm and mobile
phase B diammonium dihydrogen phosphate pH 8,8 in acetonitrile (50:50) with
gradient phase pump methode, use C18 column, with flow rate 0.71 mL/min at a
wavelength of 419 nm. In addition to formaldehyde and metanil yellow has also
been conducted to test against other parameters of moisture content. Based on the
results of analysis formalin and metanil yellow in 10 samples of wet noodle
compared to SNI 01-2987-1992, showed that 7 samples of wet noodles in Bogor (B),
Jakarta (J) and Depok (D) contain formalin. The 10 samples of wet noodles that
contain metanil yellow only sample B2. For the parameters of the moisture
content, 8 samples contained more than 50%. Only 2 of 10 samples are safety and
meet SNI 01-2987-1992 , there are J3 and D2.
Key word : Analysis, Formalin, Metanil Yellow, Wet Noodle, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
1
merupakan beberapa jenis bahan yang pertama diserang adalah gugus
tambahan pangan. Penggunaan bahan amina pada posisi lisin diantara gugus
tambahan pangan telah diatur oleh polar dari peptidanya. Selain menyerang
pemerintah pada Peraturan Mentri gugus amina dari lisin, formaldehid juga
Kesehatan Repiblik Indonesia Nomor menyerang residu tirosin dan histidin
722/MenKes/Per/IX/88 yang (Cahyadi, 2008). Kandungan formalin
menjelaskan bahan tambahan pangan yang tinggi dalam tubuh menyebabkan
yang diizikan dan yang dilarang. iritasi lambung, alergi, bersifat
Bahan pengawet pada umumnya karsinogenik dan bersifat mutagenik.
digunakan untuk mengawetkan pangan Zat warna sintetis banyak
yang memiliki sifat mudah rusak. digunakan sebagai pewarna tambahan
Berbagai faktor yang dapat pangan karena penggunaannya lebih
mempengaruhi kerusakan pangan yaitu praktis dan harganya lebih murah
suhu lingkungan, kadar air, oksigen, pH, (Cahyadi, 2008). Salah satu pewarna
relatif humidity (RH) dan water activity yang dilarang digunakan pada produk
(Aw) (Winarno, 2007). Terdapat pangan adalah metanil yellow. Perlu
beberapa jenis pengawet, yaitu zat adanya pengawasan penggunaanya untuk
pengawet anorganik dan zat pengawet keamanan pangan bagi masyarakat.
organik. Zat pengawet anorganik yang Peruntukan sebenarnya sebagai pewarna
sering digunakan adalah sulfit, hidrogen tekstil. Sekarang ini, banyak digunakan
peroksida, nitrat dan nitrit. Untuk zat metanil yellow sebagai pewarna kuning
pengawet organik yang sering digunakan pada pangan karena harga yang relatif
yaitu asam sorbat, asam propionat, asam murah dan warna yang terang dan
benzoat, asam asetat, dan epoksida mencolok. Metanil yellow ini dilarang
(Cahyadi, 2008). Dan zat pengawet penggunaanya oleh pemerintah
yang dilarang digunakan salah satunya berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan
formalin. RI No. 239/Men. Kes/Per/V/85.
Formalin menurut Peraturan Metanil yellow ini berbentuk
Mentri Kesehatan RI Nomor serbuk dengan warna cokelat hingga
722/MENKES/PER/IX/88 merupakan kuning, larut dalam alkohol, air, dan
senyawa kimia berbahaya. Larutan sedikit larut dalam aseton. Peruntukan
formaldehid merupakan desinfektan metanil yellow sebenarnya sebagai
yang efektif melawan bakteri vegetative, indikator dalam rekasi asam basa, dan
jamur atau virus, tetapi kurang efektif juga sebagai pewarna tekstil. Toksisitas
melawan spora bakteri (Cahyadi, 2008). metanil yellow ini pada LD50 tikus oral
Formalin merupakan salah satu bahan yaitu pada konsentrasi 5g/kg berat
tambahan pangan terlarang yang badan. Paparan jangka pendek jika
digunakan oleh beberapa produsen mi tertelan yaitu mual, muntah, diare, dan
basah sebagai pengawet. Larutan perut terasa perih. Maka dari itu
formaldehid merupakan desinfektan teradapat peraturan Mentri Kesehatan RI
yang efektif melawan bakteri vegetative, No. 239/Men.Kes/Per/V/85 melarang
jamur atau virus, tetapi kurang efektif penggunaan metanil yellow.
melawan spora bakteri (Cahyadi, 2008). Metode penelitian kadar formalin
Formalin bereaksi dengan protein yang dan metanil yellow dilakukan secara
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme kuantitatif dengan menggunakan alat
menjadi menurun. Formaldehid merusak kromatografi cair kinerja tinggi. Sampel
bakteri karena bakteri merupakan mi basah yang digunakan yaitu mi basah
protein. Reaksi formalin dengan protein, yang beredar di pasar daerah Bogor,
2
Jakarta dan Depok. Masing-masing fase gerak asetonitril 45%, laju
sampel tersebut dilakukan pula analisis alir 1,0 mL / menit, volume injeksi
tambahan sebagai data pendukung yaitu sebesar 20 L, detektor UV-VIS pada
penentuan kadar air. panjang gelombang 355 nm,
menggunakan kolom RP-18 LiChosper
METODE PENELITIAN dengan panjang 150 mm dan diameter
4,60 mm.
Bahan Pembuatan fase gerak yaitu,
dilarutkan 450 ml asetonitril dengan 550
Methanol LC grade, asetonitril ml aquabidestilata. Dihomogenkan, lalu
LC grade, standar bahan baku disaring dengan filter membran 0,45 m.
pembanding formaldehyde 37%, standar Lalu di ultrasonik (degassing) selama 15
baku pembanding metanil yellow, menit.
(NH4)2HPO4 20 mM pH 8,8, Dipipet 270 l larutan
aquabidestilata, DNPH, dikhlormethan, formaldehida 37% ke dalam labu ukur
dan asam posfat 10% . 100 ml, larutkan dengan aquabidest dan
himpitkan sampai tanda batas, kemudian
Alat kocok untuk menghomogenkan. Dipipet
5,0 ml ke dalam labu ukur 50,0 ml,
Labu Ukur 10, 25, dan 100 ml,
encerkan dengan aquabidest dan
blender, kertas saring, Millipore 0,45
himpitkan sampai tanda batas, lalu
m, vial 2 ml, ultrasonic, erlenmeyer
kocok.
asah 250 dan 500 ml, alat destilasi,
Dari larutan baku induk 100 mg/
pemanas, tabung reaksi 15 ml, buret 50
liter dibuat seri larutan baku kerja
ml dan KCKT dengan detektor UV-Vis
dengan konsentrasi 0; 0,25; 0,5; 1; dan 2
dan PDA (Photo Diode Array), kotak
mg/L dalam labu ukur 10,0 mL dengan
timbang dan oven.
memipet larutan induk 100 ppm masing-
Metode masing 0; 25 ; 50 ; 100 ; dan 200
ul,encerkan dengan aquabidest hingga
Metode penelitian kadar formalin tanda garis dan kocok sampai
dan metanil yellow dilakukan secara homogeny.
kuantitatif dengan menggunakan alat Ditimbang 1 gram sampel ke
kromatografi cair kinerja tinggi. dalam Erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan
Penetapan dilakukan pada sampel mi 200 ml air dan 10 ml larutan asam fosfat
basah dipasar kota Jakarta, Bogor, dan 10%, aduk larutan dan didestilasi
Depok sebanyak 10 sampel dan akan (dipanaskan hingga mendidih).
diberi kode J1, J2, J3 (Jakarta), B1, B2, Ditampung ke labu ukur 100 ml hingga
B3, B4 (Bogor) dan D1, D2, D3 (Depok) kurang lebih 100 ml destilat. Himpitkan
dan dianalisis masing masing sebanyak 2 pada labu ukur 100 ml.
ulangan. Setiap sampel dihomogenkan Diambil larutan destilat sampel,
dengan dihancurkan (blender) hingga deret standar formalin masing masing 1
halus. ml ke dalam tabung rekasi. Ditambahkan
0,5 ml larutan DNPH 1mg/ml, kemudian
Analisis Formalin Secara KCKT (Li, diekstraksi dengan diklorometan, kocok
2007) dengan kuat. Setelah pengocokan,
Metode analisis KCKT ini diambil fase diklorometan dan hilangkan
menggunakan instrumen seperangkat fase air. Diuapkan diklorometan, dan
alat KCKT quatemary pump dengan sisa penguapan dilarutkan kembali
3
dengan asetonitril ke dalam labu ukur 10 dimasukkan ke dalam vial. Diinjeksikan
ml. Disaring larutan dengan membran ke alat KCKT.
filter 0,45 m ke dalam vial Sampel yang telah homogen
autosampler. ditimbang sebanyak 2 gram.
Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml,
Analisis Pewarna Makanan Secara dilarutkan dengan aquabidest hingga 5
KCKT (Dionex, 2010) ml, diultrasonik selama 15 menit
kemudian dihimpitkan dengan methanol.
Metode analisis KCKT ini Larutan dikocok hingga homogen lalu
menggunakan instrumen seperangkat disaring dengan kertas saring, filtrate
alat KCKT quatemary pump dengan selanjutnya disaring dengan membrane
fase gerak A yaitu (NH4)2HPO4 pH 8,8 filter 0,45 m dan dimasukkan ke dalam
dan B yaitu (NH4)2HPO4 pH 8,8 vial. Diinjeksikan ke alat KCKT.
berbanding asetonitril (50:50). Laju alir Analisis kadar air menggunakan
0,71 mL/menit dengan sistem gradien oven, dengan pemanasan langsung.
yaitu fase gerak 12% B selama 5 menit, Sampel yang telah homogen ditimbang 1
50% B selama 5 menit, 100% B selama gram ke dalam kotak timbang yang telah
3 menit, lalu kembali ke B 12% selama 7 diketahui bobotnya. Kotak timbang
menit , volume injeksi sebesar 10 L, berisi sampel, dipanaskan pada suhu
detektor PDA UV-Vis pada panjang 105C dalam oven selama 3 jam. Lalu
gelombang 419 nm, menggunakan didinginkan dalam desikator selama 30
kolom C-18 Gemini NX- 5um dengan menit, lalu ditimbang. Dilakukan
panjang 250 mm dan diameter 4,60 mm. pemanasan kembali hingga didapat
Pembuatan fase gerak yaitu, bobot tetap.
dilarutkan 2,64 gram (NH4)2HPO4,
dilarutkan dengan aquabidestilata sampai HASIL DAN PEMBAHASAN
500 mL dan dihomogenkan.
Ditambahkan NH4OH hingga pH larutan Hasil analisis formalin dalam mi
8,8, dihomogenkan, lalu ditepatkan basah beberapa pasar di daerah yang
hingga 1L kemudian kocok hingga dianalisis yaitu Bogor, Jakarta, dan
homogen (Fase gerak A). Dicampurkan Depok terdapat 3 dari 10 sampel saja
asetonitril kualitas kromatografi dengan yang tidak terdeteksi mengandung
(NH4)2HPO4 pH 8,8 dengan formalin, yaitu sampel B2 (Bogor), D2
perbandingan 50 : 50 (Fase gerak B). (Depok) dan J3 (Jakarta). Sampel B2
Sebelum masuk ke sistem kromatografi, merupakan sampel mi lokal yang jual di
fase gerak disaring dengan membran pasar-pasar tradisional di Bogor dengan
filter 0,45 mm lalu didegasing terlebih nama mi glosor. Sampel D2 merupakan
dahulu dengan ultrasonic. sampel mi ayam yang dijual di pasar
Ditimbang 25 mg standar modern di kota Depok. Dan sampel J3
pewarna metanil yellow lalu dilarutkan merupakan sampel mi basah kuning
dalam labu ukur 25 ml dengan methanol yang dijual di pasar modern di Jakarta,
hingga tanda batas, lalu dihomogenkan sampel ini memiliki harga sekitar 20 kali
(larutan induk). Dipipet 100, 200, dan lipat dari harga mi basah yang dijual
500ul larutan induk ke masing-masing dipasar tradisional.
labu ukur 10 ml (10, 20, dan 50mg/L),
dan diencerkan dengan methanol hingga
tanda tera, dihomogenkan, lalu disaring
dengan membrane filter 0,45 m
4
1124.85 Hasil analisis metanil yellow
1200
dalam mi basah beberapa pasar di daerah
1000
756.04
yang dianalisis yaitu Bogor, Jakarta, dan
Kadar (mg/Kg)
Metanil Yellow
Kadar (mg/Kg)
Terdapat 7 sampel mi basah yg
2
mengandung formalin dengan kadar
diatas 500 mg/Kg. Kadar formalin 0 0 0 0 0 0 0 0 0
terbesar yaitu sampel B4 (Bogor) mi 0
basah kuning dengan kadar 1124,86 B1 B2 B3 B4 J1 J2 J3 D1 D2 D3
mg/Kg, dan untuk kadar terendah yaitu Sampel
5
mengandung air yang paling tinggi yaitu kadar air, oksigen, pH, relatif humidity
81,23%. Dan rata-rata mi basah kuning (RH) dan water activity (aw) (Winarno,
mengandung kadar air sekitar 50%, hal 2007). Kadar air ini mempengaruhi
ini berada diluar persyaratan SNI 01- keawetan mi basah, semakin basah mi
2987-1992. maka semakin cepat mi basah
Berbagai faktor yang dapat mengalami kerusakan.
mempengaruhi kerusakan pangan yaitu
7
Shriner, R. L. 2004. The Systematic
B4
Identification of Organic
Compounds. United States of
America: John Wiley and Sons
Inc.
Skoog, D. A. dan James J. L. 1992.
Principles of Instrumental
Analysis. New York: Saunders
College Publishing.
J1
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno, FG. 2007. Teknobiologi
Pangan. Bogor: Mbrio Press.
Wu, Pai Wen. 2003. Journal of Food
and Drug Analysis Vol 11 No1.
Taipei: National laboratory of
Foods and Drugs. J2
LAMPIRAN
B1 J3
D1
B2
B3
8
D2
D3
a.Kromatogram Blanko
9
d. Kromatogram Sampel b. Kurva Kalibrasi Deret Standar
Metanil Yellow
e. Perhitungan
Contoh perhitungan kadar formalin
c. Kromatogram Sampel Hasil Analisa
sampel B4-1
Metanil Yellow
rea sampel ntercep
fp akhir
lope
adar ormalin(mg g)
sampel gram
960 ( ,48 04 )
00 0
( ,57 05 )
adar ormalin(mg g)
.057
d. Perhitungan
10