You are on page 1of 16

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 3, Desember 2010, 16-31

ANALISIS FORMALIN
DALAM SAMPEL IKAN DAN UDANG
SEGAR DARI PASAR MUARA ANGKE
Herman Suryadi, Maryati Kurniadi, Yuanki Melanie
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok 16424

ABSTRACT
The use of formalin as a food additive has been prohibited by the ministry of health as
stipulated in The Indonesia Ministry of Health Regulations No.722/Menkes/Per/IV/
88. However, in recent years the Indonesian authorities have found trace amounts of
formalin as a preservative in perishable foods such as fish and shrimp. The aim of this
research is to identify the use of formalin in fresh fish and shrimp samples sold in
Muara Angke Market as the fresh seafood market in Jakarta. The first step of this
research was formalin identification in fish and shrimp samples and continued by
quantitative analysis to assure the results obtained. Qualitative determination of for-
malin was carried out by Schryver reagent and the quantitative determination was
carried out spectrophotometrically using Nash reagent. Validation of UV-Vis spec-
trophotometric method for determination of formalin showed that Nash reagent was
suitable to determine formalin. The limit of detection, limit of quantitation, and
coefficient of variation for formalin were 0,0102 mg/L, 0,0341 mg/L, and 0,09%,
respectively. Recovery of formalin in fish samples was 89,79-109,58% and shrimp
samples was 82,11-97,76%. Qualitative determination in six fish samples and six
shrimp samples showed negative results and the quantitative analysis confirmed that
formalin was not found in the fresh fish and shrimp samples from Muara Angke
Market.
Keywords : fish, formalin, Nash, Schryver, shrimp, Spectrophotometry.

ABSTRAK
Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan dalam makanan telah dilarang oleh
kementerian kesehatan dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.722/MenKes/Per/IV/88. Meskipun demikian, pada beberapa tahun terakhir
ini muncul pemberitaan mengenai maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet
bahan makanan yang mudah membusuk seperti ikan dan udang. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi penggunaan formalin pada ikan dan udang segar yang
dijual di Pasar Muara Angke, pasar tempat penjualan hasil laut segar di Jakarta.
Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formalin dalam sampel ikan
Corresponding author : ..................................

16 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk memperkuat
hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif formalin dilakukan dengan pereaksi Schryver
sedangkan untuk analisis kuantitatif secara spektrofotometri UVVis menggunakan
pereaksi Nash. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0102 mg/L, batas
kuantitasi 0,0341 mg/L, dan koefisien variasi 0,09%. Perolehan kembali formalin
dalam sampel ikan berkisar antara 89,79-109,58% sedangkan dalam sampel udang
udang 82,11-97,76%. Identifikasi terhadap enam sampel ikan dan enam sampel udang
menunjukkan hasil yang negatif dan hasil analisis kuantitatif pada seluruh sampel
memperkuat hasil yang diperoleh, yaitu tidak ditemukan adanya formalin dalam sampel
ikan dan udang segar di Pasar Muara Angke.
Kata kunci : formalin, ikan, Nash, udang, spektrofotometri.

PENDAHULUAN relatif mahal. Hal tersebut menye-


babkan nelayan dan penjual yang
Potensi lestari sumber daya ikan curang menggunakan zat kimia
laut Indonesia diperkirakan 6,26 juta berbahaya seperti formalin sebagai
ton per tahun yang terdiri dari pengganti es balok.
potensi di perairan wilayah Indone- Formalin adalah senyawa for-
sia sekitar 4,4 juta ton per tahun dan maldehida dalam air dengan konsen-
perairan Zona Ekonomi Eksklusif trasi rata-rata 37% dan metanol 15%
Indonesia (ZEEI) sekitar 1,86 juta ton dan sisanya adalah air. Formalin
per tahun (Kwik Kian Gie, 2005). Hal bukan pengawet makanan tetapi
tersebut menjadikan hasil laut, antara banyak digunakan oleh industri kecil
lain ikan dan udang, sebagai sumber untuk mengawetkan produk ma-
pangan dan komoditi perdagangan kanan karena harganya yang murah
nasional. sehingga dapat menekan biaya
Di sisi lain, ikan dan udang produksi, dapat membuat kenyal,
termasuk jenis bahan pangan yang utuh, tidak rusak, praktis dan efektif
mudah rusak (membusuk). Hanya mengawetkan makanan (Widowati &
dalam waktu beberapa jam saja sejak Sumyati, 2006). Larangan pengguna-
ditangkap dan didaratkan akan tim- an formalin sebagai bahan tambahan
bul proses perubahan yang mengarah makanan telah tercantum dalam
pada kerusakan (Adawyah, 2007). Permenkes RI No.033 tahun 2012,
Cara yang umum dilakukan untuk tentang Bahan Tambahan Pangan,
mencegah kerusakan yaitu penga- pada Lampiran II tentang bahan yang
wetan dengan menggunakan es dilarang digunakan sebagai BTP.
balok. Kendala yang dihadapi bila Kontaminasi formaldehida da-
menggunakan es balok adalah di- lam bahan makanan sangat memba-
butuhkan jumlah yang cukup banyak hayakan tubuh. (Norliana, Abdul-
sehingga tidak praktis dan harganya amir, Abu Bakar, dan Salleh 2009)

Vol. VII, No.3, Desember 2010 17


menyatakan bahwa formaldehida kuantitatif formalin dilakukan
dapat menyebabkan kanker saluran menggunakan spektrofotometer UV-
pernapasan dan meningkatkan resiko Vis berdasarkan reaksi antara
leukimia. International Agency for Re- formaldehida dengan pereaksi Nash
search on Cancer (IARC) mengklasi- yang menghasilkan senyawa kom-
fikasikan formaldehida ke dalam pleks 3,5-diasetil-1,4-dihidrolutidin
kelompok 1 (carcinogenic to humans) (DDL) (Nash, 1953).
(IARC, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk
Terdapat beberapa cara untuk melakukan validasi metode analisis
menganalisis formaldehida dalam formalin dalam ikan dan udang segar
sampel makanan, antara lain dengan dengan pereaksi Nash secara spek-
metode kolorimetri (Altshuller, trofotometri UV-Vis, mengiden-
Miller, & Sleva, 1961; Nash, 1953), tifikasi formalin dalam ikan dan
spektrofotometri (Wang, Cui, & udang segar menggunakan pereaksi
Fang, 2007), kromatografi cair kinerja Schryver, mengukur kadar formalin
tinggi (Li, Zhu, & Ye, 2007), dan kro- dalam ikan dan udang segar secara
matografi gas (Bianchi, Careri, Musci, spektrofotometri UV-Vis meng-
& Mangia, 2007). gunakan pereaksi Nash.
Analisis secara KG-MS dan
KCKT memerlukan instrumentasi METODE
yang relative mahal dan rumit. Selain
itu, dibutuhkan proses derivatisasi Bahan-Bahan
menggunakan zat penderivat yang Bahan kimia terdiri atas :
mahal sehingga tidak cocok untuk Aquadest, larutan baku formalin 37%
analisis rutin yang relative murah. (Merck), fenilhidrazin hidroklorida
Oleh karena itu, diperlukan metode (Merck), kalium ferrisianida (Merck),
analisis lebih sederhana, cepat, asam klorida pekat (Merck), ammo-
ekonomis, dan sensitif. Metode yang nium asetat (Merck), asetil aseton
digunakan dalam penelitian ini (Merck), asam asetat glasial (Mal-
adalah kolorimetri dengan pereaksi linckrodt), hydrogen peroksida
Schryver untuk analisis kualitatif dan (Merck), natrium hidroksida (Mal-
spektrofotometri UV-Vis mengguna- linckrodt).
kan pereaksi Nash untuk analisis Sampel ikan dan udang segar
kuantitatif. adalah sampel yang diperoleh dari
Pemilihan pereaksi Schryver kapal nelayan yang baru mendarat di
untuk analisis kualitatif disebabkan Pasar Muara Angke, Jakarta Utara.
oleh terbentuknya warna yang spe- pada hari yang sama untuk masing-
sifik dan sensitif antara pereaksi masing sampel.
dengan formaldehida dengan batas Sampel ikan segar diperoleh
deteksi terendah 0,2 mg/L (Suryadi, dari enam pedagang berbeda yang
Hayun, & Harsono, 2008). Analisis dipilih secara acak di Pasar Muara

18 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Angke. Sampel ikan yang diperoleh dehid 0,03% dibuat dari larutan
antara lain ikan bawal yang beru- induk formaldehid 0,3% (b/v)
kuran sedang (I1), ikan ekor kuning dengan pengenceran 10 kali. Kondisi
yang berukuran sedang (I2), ikan optimum analisis secara Spektro-
kacang-kacang yang berukuran kecil fotometri Visibel dengan pereaksi
(I3), ikan kakap yang berukuran Nash diperoleh dengan mencari
besar (I4), ikan tenggiri yang beru- panjang gelombang maksimum dan
kuran besar (I5), dan ikan kembung kestabilan serapan warna kompleks
yang berukuran sedang (I6). yang dihasilkan. Validasi metode
Sampel udang segar diperoleh analisis dilakukan dengan penentuan
dari enam pedagang berbeda yang linieritas kurva kalibrasi, penentuan
dipilih secara acak di Pasar Muara batas deteksi dan batas kuantitasi, uji
Angke. Sampel udang yang diperoleh keterulangan dan uji perolehan
antara lain udang jerbung yang ber- kembali.
ukuran besar (U1), udang jerbung
berukuran kecil (U2), udang pancet Pembuatan pereaksi Schryver dan
yang berukuran kecil (U3), udang pereaksi Nash
pancet yang berukuran sedang (U4), Pereaksi Schryver dibuat ber-
udang pancet yang berukuran kecil dasarkan hasil penelitian yang telah
(U5), dan udang fame yang beru- dilakukan, dan formula berikut
kuran besar (U6). terbukti yang paling sensitif dalam
mendeteksi formalin secara kualitatif
Alat dengan batas deteksi terendah 0,2
Spektrofotometer UV-Vis (Jasco mg/L (Suryadi, Mansur, & Christine,
V-530), timbangan analitik (Acculab), 2008).
penangas air (Lab-Line), oven (He- Pereaksi Nash dibuat dari 2 mL
raeus), sentrifugator (Labofuge), asetil aseton, 3 mL asam asetat
lemari pendingin, alat-alat gelas. glasial, dan 150 gram amonium asetat
yang diencerkan dengan aquadest
Metode hingga 1 L (Nash, 1953).
Penetapan kadar larutan baku
formalin dilakukan dengan metode Penyiapan sampel untuk analisis
titrasi asam basa sesuai dengan formalin dalam sampel ikan segar
prosedur Farmakope Indonesia (edisi Sampel ikan yang telah diberi
3 dan 4). Larutan standar formal- kode (I1, I2, I3, I4, I5, dan I6) dibuang

Tabel 1. Formula pereaksi Schryver

Fenilhidrazin HCl K3Fe(CN)6 HCl


5% dalam HCl 4,5 N (1:4); 0,7 mL 5%; 0,3 mL -
[Sumber: Suryadi, Mansur, & Christine, 2008 (telah diolah kembali]

Vol. VII, No.3, Desember 2010 19


kepala, ekor, dan isi perutnya. diperoleh dari sampel I1, I2, I3, I4,
Pembilasan dengan air dilakukan I5, dan I6 dipipet sebanyak 5,0 mL
secukupnya untuk menghilangkan ke dalam labu ukur 10,0 mL. Volu-
darah yang menempel ketika isi perut menya dicukupkan
dibuang. Sampel kemudian di-fillet dengan menggunakan pereaksi
kemudian fillet tersebut dipotong- Nash sampai tanda batas, dipanaskan
potong sampai berukuran ± 1 cm x selama 30 menit pada suhu 40±2°C
0,5 cm x 0,5 cm. Potongan sampel lalu dibiarkan dingin pada suhu
ditimbang sebanyak ± 5 g, dima- kamar selama 30 menit. Serapan
sukkan ke dalam Erlenmeyer ber- diukur menggunakan spektrofoto-
tutup dan ditambahkan 50 mL aqua- meter UV-Vis pada l maksimum,
dest. Panaskan selama 1 jam pada dicatat dan kadar formalin dalam
suhu 40±2°C sambil dikocok selama ikan dihitung.(Suryadi, Hayun &
1 menit setiap 5 menit. Biarkan dingin Harsono, 2008).
lalu saring ke dalam labu ukur 100,0
mL. Volume dicukupkan hingga batas HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan air bilasan residu.
Prosedur di atas dilakukan sebanyak Penggunaan formalin sebagai
tiga kali untuk masing-masing pengawet bahan pangan telah dila-
sampel, totalnya akan didapat 18 rang oleh pemerintah Indonesia,
filtrat. Masing-masing filtrat disen- namun masih ada pihak-pihak
trifus untuk selanjutnya dianalisis tertentu yang melanggarnya demi
secara kualitatif dan kuantitatif. kepentingan pribadi. Oleh karena itu,
Prosedur yang serupa dilakukan perlu dilakukan analisis rutin ter-
terhadap sampel udang segar. hadap bahan-bahan pangan yang
rentan diberi formalin untuk menjaga
Analisis kualitatif dengan kualitas bahan pangan yang beredar
menggunakan pereaksi Schryver di masyarakat.
Masing-masing filtrat yang Maraknya pemberitaan formalin
diperoleh dari sampel I1, I2, I3, I4, sebagai pengawet bahan pangan
I5, dan I6 diambil sebanyak 5 tetes, membuat formalin memperoleh
diteteskan ke plat tetes, ditambahkan perhatian besar. Analisis kualitatif
pereaksi Schryver lalu diamati maupun kuantitatif formalin dalam
perubahan warna yang terjadi. Hasil bahan pangan telah banyak dilaku-
yang positif formalin ditunjukkan kan, antara lain menggunakan
oleh terbentuknya warna merah. pereaksi asam kromatropat, pereaksi
(Suryadi, Mansur, & Christine, 2008). Nash, dan pereaksi Schryver. Dari
ketiga pereaksi tersebut, pereaksi
Analisis kuantitatif dengan Schryver merupakan pereaksi warna
menggunakan pereaksi Nash yang paling baik untuk analisis for-
Masing-masing filtrat yang malin karena kemudahan penga-

20 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Tabel 2. Data penetapan kadar larutan baku formalin secara
titrasi asam basa

Berat formalin Volume NaOH Volume HCl


(mg) 0,9308 N (mL) 0,6815 N (mL)

1518,3 25,0 0,00 – 10,85


1552,3 25,0 0,00 – 10,40
1505,7 25,0 0,00 – 10,50

Kadar larutan baku formalin yang diperoleh dari rata-rata ketiga kadar adalah sebesar
±34,46%.

matan dan pelaksanaannya serta Penetapan kadar larutan baku


memiliki batas deteksi terendah yang formalin
dapat dibedakan dengan jelas de- Penetapan kadar ini bertujuan
ngan penglihatan normal (Suryadi, untuk mengetahui kadar larutan
Hayun, & Harsono, 2008). Sedangkan baku formalin 37% yang sebenarnya.
analisis kuantitatif dapat dilakukan Penetapan kadar dilakukan secara
dengan kromatografi gas-spektro- titrasi asam basa tidak langsung
fotometri massa (Bianchi, Careri, karena reaksi berjalan lambat pada
Musci, & Mangia, 2007) dan kroma- suhu kamar sehingga dibutuhkan
tografi cair kinerja tinggi (Liu, Peng, pemanasan. Prinsip reaksi ini yaitu
Chi, & Jiang, 2005), masing-masing oksidasi formaldehida menjadi asam
dengan batas deteksi 17 µg/kg format oleh hidrogen peroksida
sampel ikan dan 0,18 mg/kg dalam dalam suasana alkali berlebih. Selan-
sampel cumi. jutnya, asam format akan bereaksi
Meskipun memiliki sensitivitas dengan natrium hidroksida berlebih
yang sangat baik, analisis secara KG- menghasilkan natrium format.
MS dan KCKT memerlukan instru- Kelebihan natrium hidroksida di-
mentasi yang relatif mahal dan titrasi dengan asam klorida. Dari
rumit. Selain itu, dibutuhkan proses titrasi tersebut diperoleh kadar for-
derivatisasi menggunakan zat pen- maldehida sebesar ± 34,46% (Tabel
derivat yang mahal sehingga tidak 2). Hasil ini memenuhi persyaratan
cocok untuk analisis rutin. Oleh Farmakope Indonesia edisi III (34,0%
karena itu, diperlukan metode - 38,0%).
analisis kuantitatif yang lebih seder- Kadar larutan formalin baku
hana, cepat, ekonomis namun sen- yang diperoleh dari tahap sebelum-
sitif. Pada penelitian ini metode nya digunakan untuk perhitungan
kuantitatif yang digunakan adalah pembuatan larutan induk dan larutan
spektrofotometri UV-Vis menggu- standar. Konsentrasi larutan induk
nakan pereaksi Nash. dan larutan standar formalin yang

Vol. VII, No.3, Desember 2010 21


didapat sebesar 1043,86 mg/L dan akuratan yang lebih tinggi; ii) pada
104,386 mg/L. Larutan standar ini pita panjang gelombang maksimum
digunakan untuk membuat konsen- daya serap relatif konstan sehingga
trasi yang diinginkan pada tahap- diperoleh kurva kalibrasi yang linier;
tahap berikutnya. iii) pada panjang gelombang maksi-
mum bentuk serapan pada umumnya
Penentuan panjang gelombang landai sehingga kesalahan penem-
maksimum patan/pembacaan panjang gelom-
Sebelum melakukan validasi bang dapat diabaikan (Harmita,
metode, terlebih dahulu ditentukan 2006). Spektrum serapan untuk
panjang gelombang maksimum memperoleh panjang gelombang
untuk analisis formalin secara maksimum dibuat dari larutan for-
spektrofotometri menggunakan maldehida dengan konsentrasi 5,2
pereaksi Nash. Penetapan kadar mg/L yang dicampurkan dengan
dilakukan pada panjang gelombang pereaksi Nash. Panjang gelombang
maksimum karena : i) pada l mak- maksimum yang diperoleh yaitu 409,5
simum diperoleh serapan maksimum nm (Gambar 1), sedikit berbeda dari
dimana perubahan serapan karena panjang gelombang maksimum lite-
konsentrasi juga maksimum sehingga rature, 412 nm (Nash, 1953).
menghasilkan kepekaan dan ke-

Gambar 1. Spektrum serapan hasil reaksi antara formalin konsentrasi


5,2 mg/L dengan pereaksi Nash.

22 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Gambar 2. Kurva kestabilan serapan warna kompleks hasil reaksi formalin
konsentrasi 5,2 mg/L dengan pereaksi Nash.

Penentuan kestabilan serapan antara konsentrasi dengan serapan


warna kompleks hasil reaksi yang dihasilkan. (Gambar 3)
formalin dengan pereaksi Nash Berdasarkan perhitungan secara
Tahap ini dilakukan untuk men- statistik menggunakan persamaan
dapatkan waktu analisis optimum regresi linier dari kurva kalibrasi,
dimana pada waktu tersebut serapan diperoleh batas deteksi formalin
cukup stabil dan perbedaan serapan sebesar 0,0102 mg/L dan batas
karena perbedaan waktu analisis kuantitasi formalin sebesar 0,0341
tidak signifikan. Serapan warna mg/L.
kompleks yang stabil diperoleh pada Uji presisi dilakukan dengan cara
menit ke-5 sampai menit ke-10 mengukur keterulangan pemben-
setelah tahap mereaksikan selesai. tukan warna kompleks hasil reaksi
(Gambar 2). antara formalin dengan pereaksi
Nash. Kriteria seksama atau presisi
Validasi metode analisis formalin diberikan jika metode memberikan
secara spektrofotometri UV-Vis simpangan baku relative (koefisien
Diperoleh persamaan regresi variasi atau KV) sebesar 2% atau
linier dari kurva kalibrasi : y = kurang. Nilai koefisien variasi yang
0,13717x + 0,04860 dengan koefisien diperoleh dalam penelitian ini yaitu
korelasi r = 0,99998. Harga koefisien 0,09%. (Data tidak ditampilkan)
korelasi (r) yang mendekati nilai 1 Pada uji perolehan kembali,
menyatakan hubungan yang linier penambahan formalin ke dalam

Vol. VII, No.3, Desember 2010 23


Gambar 3. Kurva kalibrasi senyawa kompleks hasil reaksi antara formalin
dengan pereaksi Nash pada panjang gelombang 409,5 nm.

sampel ikan dilakukan pada rentang rentang 50%, 100%, dan 150%. Pada
50%, 100%, dan 150%. Pada rentang rentang 50% diperoleh persentase
50% diperoleh persentase rata-rata rata-rata perolehan kembali sebesar
perolehan kembali sebesar 102,29%; 90,44%; pada rentang 100% diper-
pada rentang 100% diperoleh per- oleh persentase rata-rata perolehan
sentase rata-rata perolehan kembali kembali sebesar 84,40%; pada
sebesar 99,41%; pada rentang 150% rentang 150% diperoleh persentase
diperoleh persentase rata-rata per- rata-rata perolehan kembali sebesar
olehan kembali sebesar 96,46%. 93,97%. Dengan demikian, hasil uji
Dengan demikian, hasil uji perolehan perolehan kembali formalin pada
kembali formalin pada sampel ikan sampel udang memenuhi kriteria,
memenuhi kriteria, dimana nilai dimana nilai persen perolehan
persen perolehan kembali yang baik kembali yang baik berada dalam
berada dalam rentang 80-120%. Data rentang 80-120%. Data selengkapnya
selengkapnya dapat dilihat pada dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3.
Seperti halnya pada sampel ikan, Analisis sampel ikan segar secara
uji perolehan kembali pada sampel kualitatif
udang dilakukan dengan metode Pemeriksaan kualitatif I1, I2, I3, I4,
adisi. Penambahan formalin ke dalam I5, dan I6 dilakukan dengan meng-
sampel udang juga dilakukan pada gunakan pereaksi Schryver. Ketika

24 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Tabel 3. Data uji perolehan kembali formalin dengan konsentrasi 3,0; 5,0;
dan 8,0 mg/L yang ditambahkan pada sampel ikan

Serapan (A) Kadar (mg/L) Perolehan Rata-rata


Simulasi Ulangan
λ = 409,5 nm B Diperoleh Kembali (%) UPK
1 0,51023 3,53 3,36 95,18
I 2 0,55473 3,61 3,69 102,22 102,29
3 0,57279 3,49 3,82 109,46
1 0,78293 5,87 5,35 91,14
II 2 0,84259 5,80 5,79 99,83 99,41
3 0,90039 5,78 6,20 107,27
1 1,14911 8,91 8,02 90,01
III 2 1,14608 8,91 8,00 89,79 96,46
3 1,38219 8,87 9,72 109,58

Tabel 4. Data uji perolehan kembali formalin dengan konsentrasi 3,0; 5,0;
dan 8,0 mg/L yang ditambahkan pada sampel udang

Serapan (A) Kadar (mg/L) Perolehan Rata-rata


Simulasi Ulangan
λ = 409,5 nm B Diperoleh Kembali (%) UPK
1 0,52513 3,55 3,47 97,75
I 2 0,46571 3,52 3,04 86,36 90,44
3 0,47000 3,52 3,07 87,22
1 0,70915 5,87 4,82 82,11
II 2 0,71157 5,87 5,54 82,28 84,40
3 0,68146 5,19 4,61 88,82
1 1,26192 9,37 8,80 93,92
III 2 1,21564 9,43 8,51 90,24 93,97
3 1,30795 9,39 9,18 97,76

pereaksi Schryver diteteskan ke plat Analisis sampel ikan segar secara


tetes yang telah berisi filtrat masing- kuantitatif
masing sampel, tidak terjadi peru- Pemeriksaan sampel I1, I2, I3, I4,
bahan warna pada seluruh sampel I 5, dan I 6 dilakukan dengan spek-
(Gambar 4). Hal ini menunjukkan trofotometer UV-Vis menggunakan
bahwa dalam seluruh sampel tidak pereaksi Nash pada panjang gelom-
terkandung formalin. Untuk lebih bang 409,5 nm. Spektrum yang diha-
memastikan hasil tersebut, dilakukan silkan keenam sampel (Gambar 5)
analisis kuantitatif secara spektro- sama dengan larutan blanko (Gambar
fotometri menggunakan pereaksi 6). Hal ini menunjukkan bahwa
Nash. keenam sampel ikan segar yang

Vol. VII, No.3, Desember 2010 25


Keterangan:
I1 = ikan bawal;
I2 = ikan ekor kuning;
I3 = ikan kacang-kacang;
I4 = Ikan kakap;
I5 = Ikan tenggiri;
I6 = ikan kembung.

Gambar 4. Gambar Pengujian 5 g sampel ikan segar dari Pasar Muara Angke
secara kualitatif menggunakan pereaksi Schryver.

Gambar 5. Spektrum serapan sampel ikan segar yang tidak mengandung


formalin dengan pereaksi Nash.

26 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Gambar 6. Spektrum serapan blanko (aquadest + pereaksi Nash).

diperoleh dari Pasar Muara Angke dari analisis kualitatif bahwa keenam
tidak mengandung formalin. sampel udang segar yang diperoleh
dari Pasar Muara Angke tidak
Analisis sampel udang segar secara mengandung formalin (data tidak
kualitatif ditampilkan).
Pemeriksaan sampel U1, U2, U3, Berdasarkan penelitian yang
U 4, U 5 , dan U 6 dengan pereaksi dilakukan oleh Suryadi, Mansur, &
Schryver menunjukkan warna larutan Christine, pereaksi Schryver dengan
yang sama dengan blanko pada formula yang digunakan dalam
seluruh sampel (Gambar 7). Hal ini penelitian ini sensitif untuk formalin
menunjukkan bahwa keenam sampel dan memiliki batas deteksi terendah
udang segar yang diperoleh dari 0,2 mg/L. Dalam penelitian tersebut
Pasar Muara Angke tidak mengan- juga dilakukan pengujian stabilitas
dung formalin. dan dilaporkan bahwa dengan for-
mula tersebut pereaksi Schryver
Analisis sampel udang segar secara dapat bertahan sampai tiga minggu.
kuantitatif Selain itu, formula tersebut hanya
Seperti pada sampel ikan, spek- tersusun atas dua komponen se-
trum yang dihasilkan dari keenam hingga praktis untuk dijadikan
sampel udang sama dengan larutan sebagai pereaksi kit.
blanko. Hal ini memperkuat hasil

Vol. VII, No.3, Desember 2010 27


Keterangan:
U1 & U2 = udang jerbung berukuran besar & kecil; U3 & U4 = udang pancet berukuran
kecil & sedang; U5 & U6 = udang fame berukuran kecil & besar.
Gambar 7. Pengujian 5 g sampel udang segar dari Pasar Muara Angke secara
kualitatif menggunakan pereaksi Schryver.

Dalam penelitian mengenai warna merah (Gambar 8).


metode pemilihan analisis formalin Hasil analisis menunjukkan
berdasarkan reaksi warna dan spek- bahwa sampel ikan dan udang segar
trofotometri UV-Vis yang dilakukan yang diperoleh dari Pasar Muara
oleh Suryadi, Hayun, & Harsono Angke tidak mengandung formalin.
dilaporkan bahwa pereaksi Nash Hasil ini dapat
merupakan pereaksi warna yang pal- disebabkan oleh sampel yang
ing baik untuk digunakan dalam diambil adalah yang baru tiba di
analisis formalin secara kuantitatif pasar setelah
dibandingkan dengan pereaksi asam diturunkan dari kapal nelayan.
kromatropat dan pereaksi Schryver. Namun, dapat pula dikarenakan
Reaksi warna yang terjadi ter- tingkat pencemaran formalin pada
bentuk dari hasil kondensasi antara ikan dan udang sangat rendah se-
formaldehida dan fenilhidrazin, hingga tidak terdeteksi dengan
yang pada reaksi oksidasi meng- metode dan cara penyarian yang
hasilkan basa lemah. Basa lemah digunakan.
tersebut dengan adanya asam kuat
berlebih akan menghasilkan garam KESIMPULAN
yang langsung mengalami disosiasi
hidrolitik pada pengenceran dan Hasil uji validasi dari metode
menghasilkan kompleks yang ber- untuk analisis formalin menggunakan

28 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Gambar 8. Reaksi antara formaldehida dengan pereaksi Schryver
(telah diolah kembali).

pereaksi Nash secara spektro- hyde in gas mixture by the chro-


fotometri menunjukkan hasil yang motropic acid method. Anal.
memenuhi syarat yang ditetapkan. Chem., 33(4), 621-625.
Hasil analisis formalin dalam enam Bianchi F., et al. 2007. Fish and food
sampel ikan dan enam sampel udang safety: determination of formal-
segar yang diperoleh dari Pasar dehyde in 12 fish species by
Muara Angke menunjukkan hasil SPME extraction and GC-MS
yang negatif. analysis. Food Chem., 100: 1049-
1053.
DAFTAR ACUAN Bosetti C., et al. 2008. Formaldehyde
and cancer risk: A quantitative
Adawyah Rabiatul. 2007. Pengolahan review of cohort studies through
dan pengawetan ikan. Jakarta: Bumi 2006. Ann. Oncol., 19: 29-43.
Aksara. Cosmetic Ingredient Review Expert
Altshuller A.P., Miller D.L., Sleva S.F. Panel. 1984. Final report on the
1961. Determination of formalde- safety assessment of formalde-

Vol. VII, No.3, Desember 2010 29


hyde. J. Am. Coll. Toxicol., 3:157– nasional. Dalam bundling pemikiran
184. dan permasalahan ekonomi di Indo-
Duhayon S., et al. 2008. Carcinogenic nesia dalam setengah abad terakhir,
potential of formaldehyde in Buku 5 (1997-2005) Krisis dan Pe-
occupational settings: A critical mulihan Ekonomi. Yogyakarta:
assessment and possible impact Penerbit Kanisius.
on occupational exposure levels. Li J., Zhu J., Ye L. 2007. Determina-
Int. Arch. Occup. Environ. Health, tion of formaldehyde in squid by
81: 695-710. highperformance liquid chroma-
Farmakope Indonesia III. 1979. Ja- tography. Asia Pac. J. Clin. Nutr.,
karta: Departemen Kesehatan 16(1): 127-130.
Republik Indonesia. Nash T. 1953. Colorimetric estima-
Gerberich H.R., Seaman G.C. 2004. tion of formaldehyde by means
Formaldehyde. In J.I. Kroschwitz of Hantzch reaction. Biochem. J.,
& M. Howe-Grant (Ed.). Kirk– 55(3), 417-418.
Othmer Encyclopedia of Chemical Naya M, Nakahashi J. 2005. Risk as-
Technology 5th Ed., 11: 929-951. sessment of formaldehyde for
Wiley & Sons. Harmita. 2004. Petun- the general population in Japan.
juk pelaksanaan validasi metode dan Regul. Toxicol. Pharmacol., 43: 232-
cara penggunaannya. Majalah Ilmu 248.
Kefarmasian 1(3): 117-135. Noisel N., Bouchard M., Carrier G.
Harmita. 2006. Buku ajar analisis 2007. Evaluation of the health im-
fisikokimia. Depok: Departemen pact of lowering the formalde-
Farmasi FMIPA UI. hyde occupational exposure limit
Harmita. 2006. Analisis kuantitatif for Quebec workers. Regul.
bahan baku dan sediaan farmasi. Toxicol. Pharmacol., 48, 118-127.
Depok: Departemen Farmasi Norliana S., et al. 2009. The health
FMIPA UI. risk of formaldehyde to human
IARC. 1995. IARC Monographs on the beings. Am. J. Pharm. & Toxicol.,
evaluation of carcinogenic risks to 4(3): 98-106.
humans: Wood dust and formalde- Patnaik Praydot. 1992. A comprehen-
hyde. Vol. 62. Lyon: WHO. sive guide to the hazardous proper-
IARC. 2006. IARC monographs on the ties of chemical substances. New
evaluation of carcinogenic risks to York: Van Nostrand Reinhold.
humans: Formaldehyde, 2-Butoxye- Reuss G., al. 2003. Formaldehyde. In
thanol and 1-tert-Butoxypropan-2- Ullmann’s Encyclopedia of Indus-
ol. Vol. 88. Lyon: WHO. trial Chemistry 6th rev. Ed.,
Kwik Kian Gie. 2005. Kebijakan dan Weinheim: Wiley. 15: 1-34.
strategi pembangunan nasional: Sastrohamidjojo, Hardjono. 1991.
Sektor pertanian sebagai ‘prime Dasar-dasar spektroskopi. (Ed. ke2).
mover’ pembangunan ekonomi Yogyakarta: Liberty.

30 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Schryver S.B. 1910. The photochemi- Wang S., Cui X., Fan G. 2007. Rapid
cal formation of formaldehyde in determination of formaldehyde
green plants. Proc. Roy. Soc. Lon- and sulfur dioxide in food prod-
don, Series B, 82(554): 227. ucts and chinese herbals. Food
Speit S., Schmid O. 2006. Local Chem., 103: 1487- 1493.
genotoxic effects of formalde- WHO. 1989. Environmental Health Cri-
hyde in humans measured by the teria 89: Formaldehyde. Geneva: In-
micronucleus test with exfoli- ternational Programme on
ated epithelial cells. Mutat. Chemical Safety.
Res.,613: 1-9. WHO. 2002. Concise international
Suryadi H., Hayun, Harsono F.D. chemical assessment document 40:
2008. Pemilihan metode analisis for- Formaldehyde. Geneva: World
malin berdasarkan reaksi warna dan Health Organization.
spektrofotometri UV-Tampak. Widowati W., Sumyati. 2006. Penga-
Makalah dipresentasikan pada turan tata niaga formalin untuk
Kongres Ilmiah XVI Ikatan Sar- melindungi produsen makanan
jana Farmasi Indonesia, Yogya- dari ancaman gulung tikar dan
karta. melindungi konsumen dari
Suryadi H., Mansur U., Christine N. bahaya formalin. Pemberitaan
2008. Optimasi pereaksi Schryver Ilmiah Percikan, 63, 33-40.
untuk identifikasi formalin dalam Young E.G., Conway C.F. 1941. On
sampel permen. Makalah dipresen- the estimation of allantoin by the
tasikan pada Kongres Ilmiah XVI Rimini-Schryver reaction. J. Biol.
Ikatan Sarjana Farmasi Indone- Chem., 55: 849.
sia, Yogyakarta. Zhang L., et al. 2008. Formaldehyde
The Merck Index. 2001. The Merck exposure and leukimia: A new
Index (13th ed.). New Jersey: Au- metaanalysis and potential me-
thor. chanisms. Mutat. Res., 681: 150-
Vairavamurthy A., Roberts J.M., & 168.
Newman L. 1991. Methods for
determination of low molecular
weight carbonyl compounds in
the atmosphere: A review.
Atmos. Environ., 26A (11): 1965-
1988.

Vol. VII, No.3, Desember 2010 31

You might also like