Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
RINI YANUARTI
44430100508
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRACT
RINI YANUARTI.2014. Formaldehyde Content of Salted Anchovy (Stolephorus
commersoni Lac.) Case Study on Rau Fish Market Serang Banten Supervised by
SAKINAH HARYATI and ARIS MUNANDAR
The use of formaldehyde for preparation in various food products are
common found in the market. Moreover, the use of formaldehyde in salted fish
also found in some traditional markets. The purpose of this study is to identify the
content of formaldehyde in anchovy (Stolephorus commersoni Lac.) dried salted
qualitatively and quantitatively. Preliminary study conducted through field
observations to determine the sampling using a questionnaire sheet. Origin of
samples from 4 regions of Kapuk, Panimbang, Labuan and Medan. Sampling
period was condacted between 15 April 2014-01 May 2014.The main study
included formaldehyde test qualitatively by using the formaldehyde test kit
(antilin) and quantitatively using UV-Vis spectrophotometer. The results showed
that the qualitative testing during weeks 1 and 3 all indicated positive of
formaldehyde and week 2 all negative of formaldehyde. The difference in the
results of the test in week 2 because the concentration of formaldehyde contained
in the sample below 1 ppm. Quantitative test results obtained that the highest
concentration, at week 1 of the Kapuk (2.05 ppm), the 2nd week of the Labuan
(0.9 ppm) and the 3rd week of the field (1.96 ppm). The results of formalin test
against dried salted anchovy is only limited to the identification, while the process
of formaldehyde addition to the fish was unidentifiable.
RINGKASAN
RINI YANUARTI. 2014. Studi Kasus Kandungan Formalin pada Ikan Teri Nasi
(Stolephorus commersoni Lac) Asin Kering di Pasar Rau Serang Banten.
Dibimbing oleh: SAKINAH HARYATI dan ARIS MUNANDAR
Penggunaan formalin pada produk perikanan merupakan permasalahan yang
sangat penting untuk dikaji karena penggunaannya pada makanan dapat
membahayakan tubuh orang yang mengkonsumsi makanan tersebut. Penelitian
mengenai identifikasi formalin pada ikan teri nasi asin kering perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah ikan teri nasi asin kering yang berada di Pasar Rau,
Serang menggunakan formalin atau tidak dalam penanganannya. Tujuan
penelitian ini yaitu mengidentifikasi kandungan formalin pada ikan teri nasi asin
kering secara kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2014 yang
dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP),
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa SerangBanten, dan Pasar Rau Serang, Banten. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.
Penelitian pendahuluan dilakukan melalui observasi lapangan untuk menentukan
pengambilan sampel dengan menggunakan lembar kuisioner. Sampel ikan teri
nasi asin kering diambil berdasarkan sampel wilayah. Jumlah pedagang ikan teri
nasi asin kering yang dijadikan sampel yaitu 4 pedagang dimana asal ikan teri nasi
asin keringnya berasal dari 4 wilayah yaitu daerah Kapuk, Panimbang, Labuan
dan Medan. Penelitian utama meliputi pengujian formalin secara kualitatif dan
kuantitatif terhadap ikan teri nasi asin kering. Pengujian secara kualitatif
menggunakan formalin tes kit (antilin) (BALITBANG KP 2013). Pengujian
secara kuantitatif dengan alat spektrofotometer UV-Vis model 272-0032 dengan
menggunakan pereaksi Nash (Siregar 2011).
Hasil pengujian formalin terhadap sampel ikan teri nasi asin kering secara
kualitatif pada minggu ke-1 dan ke-3 semua sampel positif formalin dan minggu
ke-2 semua sampel negatif formalin. Perbedaan hasil pengujian pada minggu ke-2
karena konsentrasi formalin yang terkandung dalam sampel ikan teri nasi asin
kering tersebut dibawah 1 ppm. Hasil pengujian formalin terhadap sampel ikan
teri nasi asin kering secara kuantitatif didapatkan konsentrasi formalin tertinggi
pada minggu ke-1 dari daerah Kapuk (2,05 ppm), minggu ke-2 dari daerah
Labuan (0,9 ppm) dan minggu ke-3 dari daerah Medan (1,96 ppm). Hasil
pengujian formalin terhadap ikan teri nasi asin kering ini hanya sebatas
identifikasi, adapun proses pemberian formalin belum diketahui lebih jelas.
Kata kunci : Formalin, Ikan teri nasi asin kering, Pasar Rau Serang
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Perikanan
RINI YANUARTI
4443100508
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Studi
Kasus Kandungan Formalin pada Ikan Teri Nasi (Stolephorus commersoni Lac.)
Asin Kering di Pasar Rau Serang Banten. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ayahanda Sujito, Ibunda Tunah, adikku Wahyu Wulandari dan keluarga besar
yang telah memberikan motivasi, nasehat dan doa selama penulis mengerjakan
skripsi
2. Ibu Sakinah Haryati, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Aris
Munandar, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi.
3. Bapak Saefullah S.Pi., M.Si yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penulis melakukan penelitian.
4. Ibu Reni Rismayanti selaku staf laboratorium yang banyak sekali membantu
penulis selama penelitian.
5. Yunizar BD, yang telah mendampingi penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Mumun Munawati S.Pi, Dian Rahmiati Putri, Siti Sri Haryati, TB Ansor
Nasrullah dan rekan-rekan perikanan angkatan 2010 yang telah memberikan
dukungan dan memberi masukan kepada penulis.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
RINI YANUARTI Lahir di Serang 05 Januari 1992,
penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan dari Bapak Sujito dan Ibu Tunah. Pendidikan
formal yang dilalui penulis yaitu SDN Gabus III tahun
(1998-2004), kemudian SMP Negeri 1 Jawilan tahun
(2004-2007),
dan
melanjutkan
ke
SMK
Negeri
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ix
xi
xii
xiii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Teri Nasi (Stolephorus commersoni Lac.) ...........
2.2 Formalin........................................................................................
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................
11
11
11
13
3.4.1 Uji kualitatif formalin pada ikan teri nasi asin kering.......
3.4.2 Uji kuantitatif formalin pada ikan teri nasi asin kering .....
13
13
14
15
17
19
26
ix
26
27
LAMPIRAN ...........................................................................................
32
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kandungan gizi yang terdapat pada ikan teri (Stolephorus sp.)
per 100 g ..............................................................................................
10
16
17
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
12
20
20
21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lembar kuisioner ................................................................................
33
35
36
38
xiii
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap pangan harus
waja. Hal ini menunjukkan bahwa ikan asin berformalin masih beredar di pasar
tradisional.
Ikan teri asin berformalin ditemukan di pasar tradisional Madura (Pasar
Kamal, Socah, Bangkalan, Sampang) dan Jakarta (Pasar Jatinegara, Kebayoran
Lama, Kramat Jati, Palmerah). Kandungan formalin yang ditemukan pada tiap
pasar yang diteliti berbeda-beda. Kandungan formalin tertinggi di pasar
tradisional Madura terdapat di pasar Bangkalan dengan kadar formalin sebesar
49,26 mg/kg. Kandungan formalin tertinggi di pasar tradisional Jakarta adalah
Pasar Palmerah dengan kadar formalin mencapai 107,98 mg/kg (Hastuti 2010).
Hasil penelitian tersebut menunjukan masih banyaknya produk ikan teri asin
yang mengandung formalin. Ikan teri merupakan bahan pangan yang memiliki
kandungan protein yang tinggi, seluruh bagian tubuh ikan teri dapat dikonsumsi.
Oleh karena itu, ikan teri merupakan sumber bahan pangan yang bermutu tinggi
bagi kesehatan. Teri nasi (Stolephorus commersoni Lac.) merupakan produk
pangan dan telah menjadi komoditas ekspor sehingga keamanan bagi konsumen
harus terjamin (Pratiwi 2002).
Data perkembangan volume ikan teri berfluktuasi. Pada tahun 2011 volume
produksi ikan teri mengalami peningkatan sebesar 204.839 ton, dibandingkan
dengan volume produksi ikan teri pada tahun 2002-2005 yang terus mengalami
penurunan dari 168.959 ton menjadi 151.926 ton (KKP 2013).
Penelitian mengenai identifikasi formalin pada ikan teri nasi (Stolephorus
commersoni Lac.) asin kering perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ikan teri
nasi (Stolephorus commersoni Lac.) asin kering yang berada di Pasar Rau, Serang
menggunakan formalin atau tidak dalam penanganannya. Hal ini cukup penting
karena Pasar Rau merupakan Pasar induk di Kota Serang dan produk ikan teri nasi
(Stolephorus commersoni Lac.) asin kering banyak digemari oleh masyarakat
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penggunaan formalin pada ikan teri
nasi (Stolephorus commersoni Lac.) asin kering yang diperdagangkan.
1.2
Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu menentukan kandungan formalin pada ikan teri
nasi (Stolephorus commersoni Lac.) asin kering di Pasar Rau Serang Banten
secara kualitatif dan kuantitatif.
1.3
Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai keamanan
ikan teri nasi (Stolephorus commersoni Lac.) asin kering yang terdapat di Pasar
Rau Serang, Banten.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Chordata
Kelas
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo
: Malacopterygii
Famili
: Clupeidae
Sub famili
: Engraulinae
Genus
: Stolephorus
Spesies
Ikan teri merupakan salah satu makanan yang mengandung nutrisi yang
penting bagi tubuh manusia. Kandungan ikan teri pada umumnya mengandung
protein sebanyak 16% dan lemak 1%, sedangkan air adalah komponen yang
paling banyak terdapat pada daging ikan teri yaitu sebesar 80% (BSN 1992). Ikan
teri nasi (Stolephorus commersoni Lac.) asin kering dapat dilihat pada Gambar 1.
lingkungan. Kandungan protein dan mineral daging ikan relatif konstan, tetapi
kadar air dan kadar lemak sangat berfluktuasi, jika kandungan lemak pada daging
semakin besar, kandungan air akan semakin kecil dan sebaliknya (Irianto dan
Soesilo 2007). Kandungan gizi yang terdapat pada ikan teri (Stolephorus sp.)
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi yang terdapat pada ikan teri (Stolephorus sp.) per 100 g
Kandungan gizi
Fardha (2000)
Protein
16,00 %
33,40 %
Lemak
1,00 %
3,00 %
Fosfor
5,00 %
1,50 %
Besi
0,1 %
0,0036 %
0,005 %
0,15 %
Vitamin B1
Persyaratan umum
Organoleptik
Nilai minimum
7,0
Kapang
negatif
Mikrobiologi
Jumlah bakteri (TPC) koloni/g; maksimum
Escherichia coli (g); maksimum
1 x 105
3
Salmonella *)
negatif
Staphylococcus aureus *)
negatif
Vibrio cholera *)
negatif
Kimia
Air, % bobot/bobot; maksimum
40
15
0,3
maksimum
Keterangan : *) bila diperlukan (rekomendasi)
Sumber
: BSN (1992)
Dry salting
Penggaraman
Brine salting
2.2
Formalin
Formalin adalah larutan jernih yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk, didalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid (HCO) dalam air
(Purawisastra dan Sahara 2011). Biasanya ditambahkan metanol hingga 15%
sebagai pengawet (BPOM 2005). Formalin juga dapat membunuh sebagian besar
bakteri, oleh karena itu formalin biasanya digunakan sebagai larutan desinfektan
dan untuk mengawetkan specimen biologi. Formalin juga digunakan sebagai
pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang pengobatan formalin digunakan untuk
mengeringkan kulit. Formalin juga digunakan sebagai bahan untuk membuat
produk kimia lainnya, seperti alkohol multifungsi yang digunakan untuk
pembuatan cat dan peledak (Permadi 2008). Struktur kimia formaldehida dapat
dilihat pada Gambar 3.
Pengerasan jaringan pada bahan makanan menyebabkan sulit dicerna dan diserap.
Bahan makanan yang sulit dicerna akan mengganggu penyediaan kebutuhan
protein dan asam amino tubuh (Suntoro 1983 diacu dalam Wikanta et al. 2010).
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi
dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang
berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut.
(Cahyadi 2006).
Berdasarkan hasil kajian Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan (2004) diacu dalam Permadi (2008) penyebab
ketidakamanan dari produk perikanan berdasarkan penyebabnya terdiri dari dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan oleh
kesengajaan dari pengolah seperti menggunakan formalin pada produk untuk
meningkatkan daya simpan. Faktor eksternal terjadi bukan karena kesengajaan
dari pengolah seperti, adanya produk yang mengandung logam berat karena
berasal dari perairan yang tercemar oleh logam berat.
2.3
Bahaya Formalin
Formalin digolongkan sebagai bahan kimia yang sangat berbahaya karena
mudah terbakar bila kontak dengan udara panas atau api (Sanger dan Montolalu
2008). Penggunaan formalin pada produk makanan sebagai zat bakteriostatik
yaitu dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam produk pangan sehingga
umur simpan produk tersebut meningkat. Oleh karena itu, adanya produsen yang
menyalahgunakan formalin karena dianggap dapat menguntungkan (WHO 2002).
Formalin bukan bahan tambahan makanan karena dapat membahayakan kesehatan
manusia (Teddy 2007).
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan, karena
dapat menyebabkan luka bakar di kulit, iritasi saluran pernapasan serta reaksi
alergi (Permadi 2008). Dalam tubuh manusia, senyawa formaldehid dikonversi
menjadi asam format yang dapat meningkatkan keasaman darah, tarikan napas
menjadi pendek dan sering, koma, dan bisa menyebabkan kematiannya, selain itu
juga dapat terjadi kerusakan hati, kerusakan jantung, kerusakan otak, kerusakan
limpa, kerusakan pankreas, serta kerusakan sistem susunan saraf pusat dan ginjal
8
(Purawisastra dan Sahara 2011). Akibat yang paling parah yaitu dapat
menimbulkan kanker pada manusia (Permadi 2008).
Pemakaian formalin pada makanan menyebabkan keracunan pada tubuh.
Gejala yang ditimbulkan seperti sulit untuk menelan, sakit perut akut yang disertai
muntah-muntah, diare, timbulnya depresi susunan saraf atau gangguan peredaran
darah (Winarno dan Rahayu 1994). Bahaya penggunaan formalin dalam produk
makanan bagi kesehatan tidak dapat dirasakan secara langsung. Namun,
penggunaan dalam kurun waktu lama sangat mengkhawatirkan (Alfina 2006).
2.4
pada ikan asin telah dilakukan oleh Hastuti (2010) penelitian mengenai Analisis
kualitatif dan kuantitatif formaldehid pada ikan asin di Madura. Hasil penelitian
menunjukan bahwa seluruh sampel ikan asin yang diuji ternyata mengandung
formalin dengan kadar yang beragam.
Singgih (2013) penelitian mengenai Uji kandungan formalin pada ikan asin
menggunakan sensor warna dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent).
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 4 sampel ikan asin yang diambil di
beberapa pasar di Kota Malang, 3 diantaranya tidak layak dikonsumsi.
Salosa (2013) penelitian mengenai Uji kadar formalin, kadar garam dan
total bakteri ikan asin tenggiri asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengujian kandungan formalin
terhadap ikan asin tenggiri di Kabupaten Sarmi baik yang diambil langsung dari
produsen maupun dari konsumen ditemukan bahwa semua sampel adalah negatif
(tidak mengandung formalin).
Habibah (2013) penelitian mengenai identifikasi penggunaan formalin pada
ikan asin dan faktor perilaku penjual di pasar tradisional Kota Semarang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 9 (21,9%) dari 41 sampel ikan asin yang diuji
positif mengandung formalin. Data penelitian yang relevan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Sampel
Ikan asin
Konsentrasi formalin
29,10 mg/kg (pasar Kamal)
Peneliti
Hastuti (2010)
Ikan asin
Singgih (2013)
Ikan
Salosa (2013)
tenggiri
d.
Ikan asin
Habibah
(2013)
10
3.1
METODOLOGI
3.2
blender (phillip), infrared hot plate (stuart CR302), saringan, sendok kecil,
spektrofotometer UV-VIS (272-0032), tabung reaksi, rak tabung reaksi, botol
sampel, mikropipet (hirssman laborgerate 100-1000 m), pipet ukur, rubber bulp,
termometer, sentrifuse (boeco germany S-8), tube, Erlenmeyer, stopwatch,
timbangan digital (boeco), timbangan analitik (boeco), lemari pendingin, kuvet
dan vortex (V-1 plus).
Bahan yang digunakan yaitu ikan teri nasi asin kering dari Pasar Rau,
akuades, air hangat, aluminium foil, plastik wrap, formalin tes kit (antilin),
ammonium asetat, asam asetat glasial, asetil aseton 99,99%, formalin 37%, kertas
label.
3.3
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
berada di Jalan KH Abdul Latif (Pasar Rau), Serang, Banten. Pasar ini beroperasi
selama 24 jam setiap hari.
Rau Trade Center atau dikenal sebagai Pasar Induk Rau yang merupakan
pasar utama sebagai pusat penyalur kebutuhan untuk pasar lain. RTC dikelola
oleh PT. Pesona Banten Persada yang berdiri pada Tanggal 06 Agustus 2002.
RTC adalah pasar tradisional terbesar di kota Serang. Jumlah kios yang tersedia
mencapai 4.700 unit. Salah satunya adalah kios pedagang ikan asin yang terdapat
16 pedagang yang terdiri dari pedagang besar dan pedagang kecil.
Periode pengambilan sampel pada tanggal 15 April 201401 Mei 2014.
Sampel ikan teri nasi asin kering yang diambil berdasarkan sampel wilayah atau
area probability sampel. Sampel yang diambil terdiri dari pedagang yang
mewakili wilayah produksi teri nasi asin kering. Sampel diambil secara periodik
sebanyak 3 kali pengambilan sampel (Arikunto 2010).
Penelitian utama meliputi uji formalin secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian secara kualitatif menggunakan formalin tes kit (antilin) (BALITBANG
KP
2013),
kemudian
pengujian
lanjutan
secara
kuantitatif
memakai
2. Jumlah sampel
3. Karakteristik fisik
secara kualitatif
Mengetahui
konsentrasi
formalin
3.4
Prosedur Analisis
Prosedur analisis terdiri dari uji formalin kualitatif dan uji formalin
3.4.1 Uji kualitatif formalin pada ikan teri nasi asin kering (BALITBANG
KP 2013)
Pengujian dilakukan terhadap sampel ikan teri nasi kering yang diambil dari
4 pedagang di Pasar Rau. Ikan teri nasi asin kering dihaluskan dan diambil
sebanyak 10 gram, air hangat ditambahkan sebanyak 20 ml dan di aduk hingga
homogen. Sampel ikan teri nasi dimasukkan dalam tabung reaksi masing-masing
10 ml. Tabung reaksi ditandai dengan kode K, A, B, C, D, tabung K sebagai
kontrol dan tabung A, B, C, D sebagai tabung sampel. Larutan sampel dalam
tabung reaksi tersebut ditambahkan 4 tetes antilin dengan kode botol AL A
(larutan pewarna pararosanilin 0,05-0,2% dan larutan natrium metabisulfit 0,55%) dan AL B (larutan Hydrochloric Acid 25%). Perubahan warna diamati setelah
pengocokan dan dibiarkan selama 10 menit. Akuades dapat digunakan sebagai
kontrol negatif dengan meneteskan antilin dengan kode botol AL A dan AL B
dengan cara yang sama. Sampel yang berubah warna menjadi ungu berarti positif
mengandung formalin.
3.4.2 Uji kuantitatif formalin pada ikan teri nasi asin kering (Siregar 2011)
Pengujian formalin secara kuantitatif dengan menggunakan pereaksi Nash
adalah sebagai berikut:
a.
Pengenceran standar
Formaldehid (37%) diencerkan menjadi 0,75 ppm; 1,5 ppm;
2,25 ppm; 3 ppm dan 3,75 ppm, contoh perhitungan terdapat di
Lampiran 3.
b.
c.
Perlakuan sampel
Sampel sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
dan ditambahkan akuades sebanyak 100 mL. Sampel dihomogenisasi
dan sentrifuse dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan dipisahkan dan ditampung kedalam botol sampel. sampel
diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi,
ditambahkan 1 mL akuades dan pereaksi Nash 2 mL, campuran
kemudian di kocok dengan vortex, lalu dipanaskan pada penangas air
dengan suhu 370C selama 30 menit. Absorbansi dibaca dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 415
nm (Horwitz 1980) dengan akuades sebagai blanko. Kontrol positif
dibuat setiap melakukan pengujian. Perhitungan nilai absorbansi dari
pengujian
menggunakan
spektrofotometer
UV-VIS
akan
kuning,
sehingga
dapat
diukur
serapannya
dengan
3.5
Analisis Data
Analisis data akan dilakukan secara deskriptif yang digunakan untuk
14
4.
4.1
ikan teri nasi asin kering, teri belahan, lemuru, peda, tambakan, selar, cumi-cumi
asin, rebon asin, rebon tawar. Jenis ikan asin yang banyak diminati salah satunya
yaitu ikan teri nasi asin kering, ikan ini memiliki rasa yang khas (gurih) sehingga
banyak masyarakat yang membeli ikan ini. Penanganan ikan teri nasi asin kering
di Pasar Rau cukup sederhana yaitu ikan biasanya diletakan diatas wadah pada
suhu ruang, jika ikan tidak habis terjual maka akan disimpan didalam freezer
untuk dijual kembali.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 16 pedagang ikan asin di Pasar
Rau, 5 pedagang ikan teri nasi asin kering yang berada di lantai 2, 2 pedagang
ikan teri nasi asin kering yang berada di lantai 1, dan 1 pedagang ikan teri nasi
asin kering yang berada di luar ruko, sedangkan 8 pedagang ikan asin tidak
menjual ikan teri nasi asin kering.
Harga ikan teri nasi asin kering yang dijual bervariasi yaitu Rp. 60.000/kg
sampai Rp. 85.000/kg. Kapasitas pembelian ikan teri nasi asin kering pada
masing-masing pedagang berbeda-beda yaitu 10 kg, 20 kg, 30 kg, 80 kg, dan 2 ton
(2.000 kg). Ikan teri nasi asin kering yang tidak habis terjual maka akan disimpan
di freezer, selain itu dijadikan sebagai pakan ikan dan juga bisa diolah menjadi
produk terasi ikan ketika produk tersebut sudah mulai hancur dan tidak dapat
dijual lagi, sehingga pedagang tidak mengalami kerugian yang besar. Data
responden yang dikumpulkan berdasarkan pengisian kuisioner yaitu meliputi asal
pembelian ikan teri nasi asin kering dan waktu pembelian. Data responden
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil observasi pedagang ikan teri nasi (Stolephorus commersoni Lac.)
asin kering di Pasar Rau Serang
Pedagang ke-
Tempat jualan
Pembelian
Lantai 1
Jakarta (Kapuk)
Setiap hari
Lantai 1
Jakarta (Kapuk)
7 hari sekali
Lantai 2
Labuan
2 hari sekali
Lantai 2
Lantai 2
Panimbang
2 hari sekali
Lantai 2
Medan
2 hari sekali
Lantai 2
Labuan
2 hari sekali
Diluar pasar
Jakarta (Kapuk)
Setiap hari
4.2
formalin tes kit (antilin) terhadap 4 sampel pedagang ikan teri nasi asin kering
menunjukan bahwa hampir semua ikan teri nasi asin kering tersebut positif
mengandung formalin. Hasil pengujian kandungan formalin secara kualitatif dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian formalin secara kualitatif pada ikan teri nasi (Stolephorus
commersoni Lac.) asin kering di Pasar Rau Serang
Formalin
No.
Sampel
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
1.
Pedagang 1 (Kapuk)
2.
Pedagang 2 (Panimbang)
3.
Pedagang 3 (Labuan)
4.
Pedagang 4 (Medan)
Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa ikan teri nasi asin kering yang
diperdagangkan di Pasar Rau Serang, pada minggu pertama dan ketiga semua
sampel positif formalin, sedangkan pada sampel pengujian minggu kedua negatif
formalin.
Perbedaan hasil pengujian pada minggu kedua karena konsentrasi formalin
yang terkandung dalam sampel ikan teri nasi asin kering tersebut di bawah 1 ppm,
oleh karena itu pada saat dilakukan pengujian kandungan formalin secara
kualitatif tidak terdeteksi adanya kandungan formalin dalam tubuh ikan teri nasi
17
asin kering. Formalin tes kit (antilin) dapat mendeteksi adanya formalin pada
makanan dalam bentuk padat atau cair dengan batas deteksi minimal 1-2 ppm
(BALITBANG KP 2013).
Pemberian formalin pada sampel ikan teri asin kering belum diketahui
secara pasti apakah diberikan pada saat proses pengolahan ikan teri nasi, oleh
pedagang ikan teri nasi, maupun oleh nelayan itu sendiri ketika berada di laut,
sehingga untuk mengetahui lebih jelasnya harus dikaji lebih mendalam. Alfina
(2006) menyatakan bahwa dari 10 sampel ikan segar yang diteliti ternyata
semuanya positif mengandung formalin. Selain itu, Ali et al. (2014) menyatakan
bahwa ikan asin yang dijual di Lampung positif mengandung formalin sebanyak
25,92% dari sampel yang diteliti dengan kadar formalin berada pada level yang
membahayakan.
Indikasi ini terlihat dari perubahan warna sampel dari putih (keruh) hingga
berwarna ungu setelah diuji menggunakan formalin tes kit (antilin). Formalin tes
kit (antilin) terdiri dari larutan AL A yang berisi larutan pewarna pararosanilin
(kristal ungu) 0,05-0,2% dan larutan natrium metabisulfit 0,5-5% dan AL B berisi
larutan hydrochloric acid 25%. Sampel pada minggu pertama dan minggu ketiga
positif formalin karena setelah diuji dengan menggunakan formalin tes kit
(antilin) semua sampel berubah warna menjadi ungu, sedangkan sampel minggu
kedua negatif formalin karena tidak mengalami perubahan warna menjadi ungu.
Perubahan warna menjadi unggu diduga karena tes kit uji residu formalin
merupakan larutan campuran pewarna antara pewarna pararosanilin (kristal ungu)
dengan larutan sulfit jenuh pada suasana asam. Formalin yang terdapat pada
larutan sampel terkombinasi dengan larutan campuran tersebut maka akan
terbentuk struktur quinoid yang berwarna sama dengan pewarna utama (merah
ungu) tetapi dengan rona biru gelap. Tetapi jika sampel tidak mengandung
formalin maka tidak akan terbentuk warna ungu. Pengujian menggunakan metode
ini sangat sensitif dan spesifik untuk formalin (BALITBANG KP 2013).
Secara visual, ikan asin yang mengandung formalin tidak akan berbeda
dengan ikan asin yang tidak menggunakan formalin. Ikan teri nasi asin kering
yang berasal dari Pasar Rau Serang, memiliki warna tubuh yang cerah, aroma
khas ikan asin tidak ada melainkan aromanya sedikit tengik. Hal ini sesuai dengan
18
ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin yaitu warna tubuh ikan asin tersebut
cerah dan bersih, daging ikan asin tersebut tidak mudah hancur, tidak berbau amis
khas ikan asin serta daya awet ikan asin tersebut hingga 1 bulan pada suhu kamar
(Salosa 2013).
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah senyawa formaldehid dalam
larutan akan bergabung dengan senyawa protein dari jaringan sehingga
membuatnya keras dan menjadi tidak larut air atau stabil. Keadaan tersebut dapat
mencegah terjadinya pembusukan spesimen. Formalin dalam larutan dikenal luas
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri (Wilbraham dan Matta 1992 diacu dalam Haryati 2006). Menurut Hugo
dan Rusel (1987) diacu dalam Haryati (2006) menyatakan bahwa mekanisme
formaldehid dalam menghambat sel bakteri disebabkan oleh kemampuan
formaldehid mempengaruhi enzim-enzim yang terdapat
4.3
19
formalin pada sampel ikan teri nasi asin kering, dengan mengunakan pereaksi
Nash. Syarat senyawa yang dapat diukur dengan spektofotometer adalah senyawa
organik yang dapat memberikan serapan berwarna yang memiliki gugus
kromofor. Destilat sampel yang mengandung formalin akan berubah menjadi
warna kuning, semakin tinggi konsentrasi formalin dalam sampel maka warna
kuning yang dihasilkan semakin jelas terlihat. Reaksi perubahan warna kuning ini
dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 6 Reaksi antara formaldehyde dan Fluoral-P, menghasilkan 3,5-diacetyldihydrolutidine (DDL) (warna kuning)
Fluoral-P dihasilkan dari campuran reaksi ammonium asetat dan asam asetat
yang menghasilkan ammonia, kemudian ditambah dengan asetil aseton dalam
bentuk 2,4 pentanedione yang ditambah dengan air hingga volume 1 L. Fluoral-P
yang terbentuk baru direaksikan dengan formalin 37% sehingga menghasilkan
reaksi berwarna kuning (3,5-diacetyl-dihydrolutidine (DDL)) (Sousa et al. 2009).
Oleh karena itu, sampel yang positif mengandung formalin akan berwarna kuning
(Nash 1953). Pereaksi ini dapat digunakan untuk pengujian formalin selama 60
hari (Pinheiro et al. 2004).
Pemilihan spektrofotometer UV-Vis karena formaldehid memiliki serapan
pada daerah sinar tampak. Daerah sinar tampak yaitu berada pada daerah 380-780
nm. Formaldehid memiliki serapan optimum pada panjang gelombang 412415
nm. Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk penentuan kadar dengan
konsentrasi yang kecil. Selain itu, metode tersebut memiliki daya sensitifitas yang
baik dalam proses analisis. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis adalah
20
2.5
2.05
2
1.5
1.86
1.46
1.47
Kapuk
1.27
1.04
1.04
1.96
0.87
Panimbang
0.9
Labuan
0.69
Medan
0.5
0.05
0
1
2
Minggu
0,05 ppm dan 1,03 ppm. Sampel dari daerah Panimbang pada minggu pertama
hingga ketiga masing-masing memiliki konsentrasi sebesar 1,04 ppm, 0,87 ppm
dan 1,86 ppm. Sampel dari daerah Labuan pada minggu pertama hingga ketiga
masing-masing memiliki konsentrasi sebesar 1,46 ppm, 0,9 ppm dan 1,47 ppm.
Sampel dari daerah Medan pada minggu pertama hingga ketiga masing-masing
memiliki konsentrasi sebesar 1,27 ppm, 0,69 ppm dan 1,96 ppm.
Nilai kandungan formalin pada masing-masing wilayah berbeda-beda, hasil
pengujian formalin terhadap ikan teri nasi asin kering ini hanya sebatas
identifikasi, adapun proses pemberian formalin belum diketahui lebih jelas. Tinggi
rendahnya kandungan formalin yang terdeteksi dapat disebabkan oleh bahan
bakunya yang sudah tidak segar. Formalin bersifat mudah larut dalam air, jika
dicampurkan pada ikan maka akan mudah terserap oleh daging ikan yang sudah
tidak segar (Hastuti 2010). Selain itu, tubuh ikan yang tidak segar mampu
memproduksi formaldehid secara alami sebagai hasil dari proses deteriorasi
(Rachmawati et al. 2007).
Formalin biasanya
mengandung karbon seperti asap yang berasal dari hasil pembakaran hutan,
asap knalpot kendaraan bermotor, serta asap tembakau. Formaldehid berwujud
gas, senyawa itu bisa larut dalam air. Larutan formaldehid yang biasanya ada di
pasaran disebut sebagai formalin (Rofik dan Ratnani 2012). Batas toleransi
Formaldehid yang dapat diterima oleh tubuh manusia dengan aman yaitu
dalam bentuk air minum, menurut International Programme on Chemical
Safety (IPCS), adalah 0,1 mg/L (0,1 ppm) (Reuss 2008 diacu dalam Musa
2012).
Ambang batas aman formalin secara umum di dalam tubuh adalah 1 mg/L
(Yuliarti 2007). Formalin yang masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut
maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia (Ali
et al. 2014). Formaldehid juga digunakan dalam semua kosmetik dengan
konsentrasi 0,2%, pada produk kebersihan mulut sebesar 0,1%, dan untuk
pengeras kuku sebesar 0,5% (EFSA 2014). Pemaparan formalin terhadap kulit
menyebabkan kulit mengeras, sedangkan pada sistem reproduksi wanita dapat
22
23
perendaman 10 menit dalam pengolahan ikan asin jambal roti dapat menghambat
infestasi lalat dan larva serta menghambat penurunan mutu kimiawi, mikrobiologi,
24
dan organoleptik aroma dan rasa selama penyimpanan 2 minggu pada suhu ruang
(Haryati 2006). Menurut Hangesti (2006), kombinasi 2% biji picung segar
(Pangium edule Reinw) dengan 2% garam sudah dapat digunakan sebagai bahan
pengawet alami pada ikan kembung segar (Rastrelliger brachysoma) dan dapat
disimpan selama 6 hari pada suhu kamar.
25
5
5.1
Kesimpulan
Hasil pengujian formalin pada ikan teri nasi asin kering di Pasar Rau Serang
Banten periode 15 April 2014-01 Mei 2014 secara kualitatif pada minggu pertama
dan ketiga semua sampel positif formalin dan minggu kedua semua sampel negatif
formalin. Hasil pengujian formalin secara kuantitatif pada ikan teri nasi asin
kering positif mengandung formalin dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Konsentrasi formalin yang tertinggi terdapat pada ikan teri nasi asin kering untuk
minggu pertama terdapat pada sampel dari daerah Kapuk dengan konsentrasi 2,05
ppm, minggu kedua terdapat pada sampel daerah Labuan dengan konsentrasi 0,9
ppm, dan pada minggu ketiga terdapat pada sampel dari daerah Medan dengan
konsentrasi 1,96 ppm.
5.2
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk:
a.
Melakukan pengujian secara berkala yang dilakukan oleh BPOM dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang pada produk ikan teri nasi asin kering yang
diperdagangkan di pasar Rau Serang, Banten
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina. 2006. Analisa Kadar Air pada Ikan Segar yang dijual di Pasar Inpres Pasar
II Kisaran Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan [SKRIPSI].
Sumatra: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Hal
28-30.
Ali M, Suparmono, Hudaidah S. 2014. Evaluasi Kandungan Formalin pada Ikan
Asin di Lampung. Jurnal AQUASAINS Ilmu Perikanan dan Sumber Daya
Perairan. Hal 142.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 272.
[BALITBANG KP] Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan Perikanan 2013.
Jakarta: Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan. Hal 298-302.
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Press Release Kepala
Balai POM DKI Jakarta tentang Bahaya Penggunaan Formalin pada
Produk Pangan. www.pom.go.id/public/press_release/detail.asp?id=23.
Diakses tanggal 16 September 2013.
2005. Formalin.
www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/88/FORMALIN.html. Diakses
tanggal 20 September 2013.
.
2006. Formalin
(Bahaya Penggunaan Formalin Pada Pangan). Jakarta. 1 hlm.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia Ikan Teri
Asin Kering (SNI 01-2708-1992). Jakarta: Balai Bimbingan dan Pengujian
Mutu Hasil Perikanan, Ditjen Perikanan. 1 hlm.
Cahyadi. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahaya Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal 231-237.
Dewi FK. 2010. Aktivitasantibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar
[SKRIPSI]. Surakarta: Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Hal 28.
Effendi. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung:
Alfabeta. Hal 159-160.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2014. Scientific Opinion on the Safety
and Efficacy of Formaldehyde for All Animal Species Based on A Dossier
Submitted by Regeal BV. EFSA Journal (2): 24 hlm.
Esti
Kering.
28
29
Rofik S dan Ratnani RD. 2012. Ekstrak Daun Api-Api (Avecennia marina) untuk
Pembuatan Bioformalin Sebagai Antibakteri Ikan Segar. [Prosiding SNST
ke-3 Tahun 2012]. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Semarang. 6 hlm.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid II. Bandung: Bina
Cipta. 506 hlm.
Sanger G dan Montolalu L. 2008. Metode Pengurangan Kadar Formalin pada Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis L). Jurnal Warta WIPTEK (32): Hal 7.
Salosa Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam dan Total Bakteri Ikan Asin
Tenggiri Asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Jurnal Depik (1): Hal 1015.
Singgih H. 2013. Uji Kandungan Formalin pada Ikan Asin Menggunakan Sensor
Warna dengan Bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal ELTEK
(11): Hal 55-70.
Siregar
Sousa ET, Oliveira FS, Alvesc AC and Andrade JB. 2009. A Semi-Continuous
Analyzer for the Fluorimetric Determination of Atmospheric
Formaldehyde. Journal Brazil Chem. Soc (20): Hal 259-265.
Sugiono. 2009. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfa Beta Bandung. 295 hlm.
Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. 150 hlm.
Susanti S. 2010. Penetapan Kadar Formaldehid pada Tahu yang di Jual di Pasar
Ciputat dengan Metode Spektrofotometer Uv-Vis disertai Kolorimetri
Menggunakan Pereaksi Nash [SKRIPSI]. Jakarta: Program Studi Farmasi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah. Hal 7-22.
Susiawan, Setiawan, dan Antono. 2010. Penentuan Parameter Waktu Proses
Produksi Ikan Teri Asin yang Optimal dengan Metode Taguchi. Fakultas
Teknik Industri Universitas Stikubank Semarang. Hal 5.
Teddy. 2007. Pengaruh Konsentrasi Formalin Terhadap Keawetan Bakso dan
Cara Pengolahan Bakso Terhadap Residu Formalinnya [SKRIPSI]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal 2-3.
Undang Undang No. 7. 1996. Tentang Pangan. Jakarta. Presiden Republik
Indonesia. 56 hlm.
30
31
LAMPIRAN
Nama Pasar
Pedagang ke-
I.
II.
2. Umur
3. Alamat
4. No. Hp
a. Rp. 10.000
b. Rp. 15.000
c. Rp 20.000
d. Rp. 25.000
e. Lainnya
4. Waktu
baku
pengiriman
bahan :
a. 3 hari sekali
b. 5 hari sekali
c. 7 hari sekali
d. Lainnya
33
a. 10 Kg
b. 15 kg
c. 20 kg
d. Lainnya
a. Konsumsi sendiri
b. Dibuang
c. Dikembalikan
d. Lainnya
7. Kendala usaha
a. Kurangnya modal
b. Sepi pembeli
c. Harga ikan terlalu mahal
d. Lainnya
Serang, ..2014
(.)
34
Lampiran 2 Hasil pengisian kuisioner terhadap pedagang ikan teri nasi (Stolephorus commersoni Lac) asin kering
Pedagang
Tempat
ke-
jualan
Satu
Lantai 1
Nama pedagang
Pembelian
nasi
Bapak Alex
Jakarta (Kapuk)
Kapasitas
nasi
Setiap hari
Rp. 80.000
Kendala usaha
terjual
2 Ton
ikan
terjual
semua
Dua
Lantai 1
Bapak Andi
Jakarta (Kapuk)
7 hari sekali
Rp. 60.000
80 Kg
Disimpan di freezer
Tiga
Lantai 2
Bapak Suhardiman
Labuan
2 hari sekali
Rp. 60.000
10 Kg
Disimpan di freezer
Empat
Lantai 2
Bapak Oji
Binuangeu,
Tergantung
Rp. 72.000
10 Kg
panimbang,
dengan
kapuk,
yang ada
Rp. 64.000
20 Kg
Dioleh
modal
bojonegara
Lima
Lantai 2
Bapak Yanto
Panimbang
2 hari sekali
menjadi
terasi
pakan ikan
Enam
Lantai 2
Bapak Tomi
Medan
2 hari sekali
Rp. 80.000
10 Kg
Tujuh
Lantai 2
Bapak Saefullah
Labuan
2 hari sekali
Rp. 80.000
30 Kg
Diolah
Harga
menjadi
terasi
ikan
Delapan
Diluar
Bapak Yos
Jakarta (Kapuk)
Setiap hari
Rp. 85.000
20 Kg
Disimpan
kardus
ikan
berubah-ubah
didalam
Kurangnya modal
yang
sering
Ansorban
0.75 ppm
0.023
1.5 ppm
0.066
2.25 ppm
0.095
3 ppm
0.135
3.75 ppm
0.174
36
Absorban
y = - 0.0127+0.0495x
R = 0.9973
2
3
Konsentrasi formalin (ppm)
= 0.0495x
X = 0.0787
0.0495
X = 1.5 ppm
b. 3 ppm
Y = - 0.0127+0.0495x
0.135 + 0.0127
= 0.0495x
X = 0.1477
0.0495
X = 3 ppm
37
formalin kualitatif
formalin kuantitatif
Proses Observasi
38
39
digunakan
40
41