You are on page 1of 14

Jurnal SainHealth Vol. 1 No.

1 Edisi Maret 2017


© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

EFEKTIVITAS KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI


PEREDUKSI FORMALIN PADA TAHU

Zainal Berlian1), Elfira Rosa Pane2), Sri Hartati3)*

1),2)
Dosen Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang
1
Mahasiswa Pendididkan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah
Palembang

*Email: srihartati0301@gmail.com

ABSTRACT

The use of formalin increasingly widely circulated among sellers tahu, because nature
tahu easily broken then the sellers know much use out using formalin. Turmeric has active
compounds that is saponin. It can be used to minimize the presence of formaldehyde in tahu
This study used tahu immersed in 5% formalin solution added a solution of turmeric. The
research carried on in the Laboratory of the Polytechnic Palembang Health Nutrition
Department. Determination of formaldehyde using a spectrophotometer test. The study used a
completely randomized design (CRD) with a model of Factorial three factors, namely soaking
treatment (60 minutes, 75 minutes, 90 minutes) giving a solution of Turmeric (0 %, 10 %, 15
%, 20 %) and storage factor (0, 24, 48, 72 hours). The parameters used are formaldehyde
levels and organoleptic test. These results indicate that treatment of soaking time did not
significantly affect the levels of formaldehyde in tahu that F count -0.022 smaller than F table
6.94. Treatment addition of turmeric solution concentration does not significantly affect the
levels of formaldehyde at 0.864 tahu that F count is smaller than F table 3.16. The storage
time treatment also did not significantly affect the levels of formaldehyde in tahu that F count
-11.16 smaller than 2.73. However, the interaction between the immersion treatment, turmeric
solution concentration and storage time significantly affect the levels of formaldehyde in the
tahu, namely 282.16 F count larger than F table 1.75. And the results of organoleptic able to
change the texture of aroma and color in tahu with decreasing levels of formaldehyde in tahu.
In this study, formaldehyde levels lowest in 90 minutes soaking treatment, the concentration
of 20 % deposit 72 hours .

Keywords : Formalin; Tahu; Turmeric


.

PENDAHULUAN pangan hasil olahan kedelai ini memiliki


sifat bahan pangan yang cepat mengalami
Tahu merupakan produk makanan kerusakan sehingga dapat digolongkan ke
yang berasal dari olahan kedelai yang relatif dalam golongan high perishable food
murah, praktis dan mudah didapat. Produk (Shurtleff & Aoyagi 1979”dalam”Mustofa,
1
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

2006). Tahu hanya bertahan selama kurang mengawetkan makanan seperti tahu. Pada
lebih tiga hari tanpa menggunakan bahan akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006
pengawet, walaupun disimpan pada suhu publikasi tentang penyalahgunaan formalin
rendah, yaitu suhu maksimum 150C pada bahan makanan termasuk tahu sangat
(Fardiaz 1983”dalam”Mustofa, 2006). gencar pada media masa di Indonesia. Dari
Komposisi tahu yang banyak mengandung hasil sampling laboratorium di beberapa
protein dan air menyebabkan tahu kota besar di Indonesia diketahui bahwa
merupakan media yang cocok untuk sebesar 1,91% tahu mengandung formalin
tumbuhnya mikroba, sehingga tahu menjadi dengan persentase terbesar pada Kotamadya
cepat mengalami kerusakan (Sarwono & Kediri yaitu 10,42%. Penelitian yang telah
Saragih 2003 ”dalam” Mustofa, 2006). dilakukan oleh Restu (2011) menyebutkan
Kerusakan mikrobiologis pada tahu bahwa banyak sekali bahan pangan yang
tergantung dari beberapa faktor, antara lain beredar di masyarakat yang menggunakan
(1) adanya bakteri yang tahan panas seperti bahan pengawet dengan tujuan untuk
golongan pembentuk spora dan termodurik, memperpanjang masa simpannya, seperti
(2) adanya bakteri kontaminan yang bakso, tahu, mi basah, dan ikan kering.
mengkontaminasi tahu selama proses Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin
pembuatan sampai tahu siap untuk adalah tahu tidak rusak sampai tiga hari
dikonsumsi, (3) suhu penyimpanan, dan (4) pada suhu ruang dan bertahan lebih dari 15
adanya enzim tahan panas yang dihasilkan hari pada suhu dingin, tahu keras namun
oleh golongan bakteri tertentu (Shurtleff & tidak padat, dan baunya agak menyengat
Aoyagi 1979 ”dalam” Mustofa, 2006). khas formalin (Mujadjanto 2005 ”dalam”
Perubahan yang dapat terlihat dari Mustofa, 2006).
luar apabila telah mengalami kerusakan, Pemakaian formalin di dalam
adalah mengeluarkan aroma asam sampai makanan sangat tidak dianjurkan karena
busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur dalam formalin terkandung zat formaldehid
menjadi lunak, kekompakkan berkurang, yang di dalam tubuh bersifat racun.
warna dan penampakkan tidak cerah, Kandungan formalin yang tinggi di dalam
kadang-kadang berjamur pada tubuh akan menyebabkan iritasi lambung,
permukaannya (Fardiaz, 1988 ”dalam” alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat
Damayanti, 2014). Mengingat tahu sebagai mutagen serta orang yang
salah satu produk makanan yang memiliki mengkonsumsinya akan mengalami
sifat mudah rusak (highly perishable), maka muntah, diare dan kencing bercampur
penanganan dan proses produksi yang baik darah, serta apabila terhirup akan
mutlak diperlukan agar mutu dan keamanan merangsang terjadinya iritasi hidung,
tahu tetap segar pada saat dikonsumsi. tenggorokan dan mata (Winarno, 2004
Mutu tahu terutama ditentukan oleh ”dalam” Damayanti, 2014). Penggunaan
keadaan fisik, organoleptik (warna, aroma formalin yang berbahaya nampaknya belum
dan tekstur). disadari betul di kalangan masyarakat.
Dewasa ini, penggunaan formalin Ambang batas aman formalin di dalam
marak di kalangan penjual tahu, karena tubuh menurut International Programme on
formalin dianggap paling efektif untuk Chemical Safety (IPCS), yaitu lembaga

2
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

khusus PBB yang bertugas mengontrol Hal ini sesuai dengan pendapat
keselamatan penggunaan bahan kimiawi, Gunawan (2004) dalam Damayanti (2014),
dalam bentuk cairan adalah 1 miligram per saponin adalah suatu glikosida yang
liter, sedangkan dalam bentuk makanan mungkin ada pada banyak macam
untuk orang dewasa adalah 1,5 – 14mg/hari tumbuhan. Saponin terdiri dari sapogenin
(Wisnu, 2006; Nurheti, 2007). yaitu bagian yang bebas dari glikosida yang
Suntoro (1983) dalam Damayanti disebut juga “aglycone” dan sapogenin
(2014), menyatakan bahwa formalin yang mengikat sakarida. Karena sapogenin
merupakan senyawa aktif yang dapat bersifat lipofilik serta sakarida bersifat
berikatan dengan bahan makanan seperti hidrofilik maka saponin bersifat amfifilik
protein, lemak dan karbohidrat. Formalin (amphipilic atau surfactant properties).
merupakan larutan formaldehid dalam air. Surfactan adalah senyawa aktif permukaan
Ikatan antara formaldehid dan protein, yang dapat menurunkan tegangan
diantaranya membentuk ikatan silang yang permukaan sekaligus memiliki gugus
sulit dipecah (Marquie, 2001 ”dalam” hidrofilik dan hidrofobik dalam satu
Damayanti, 2014). Oleh karena itu, struktur molekul. Sifat tersebut
dibutuhkan upaya untuk merubah ikatan menyebabkan surfaktan memiliki potensi
struktur kimia bahan makanan, sehingga sebagai komponen bahan adesif, bahan
kandungan formalin dapat berkurang dan penggumpal, pembusa dan pengemulasi
layak untuk dikonsumsi manusia. Salah (Jhonson & Fritz, 1989 ”dalam”
satunya dengan memanfaatkan zat aktif Damayanti, 2014).
yang ada pada kunyit yang mengandung Pada penelitian sebelumnya oleh
senyawa saponin. Sihombing, P. A (2007) menunjukan hasil
Larutan kunyit memiliki senyawa bahwa kunyit dapat menjadi pengawet
aktif yang dapat digunakan untuk alami karena memiliki senyawa
meminimalisir keberadaan formalin yaitu antimikroba, selanjutnya penelitian yang
saponin (Damayanti, 2014). Ada banyak dilakukan oleh Damayanti, E (2014)
data dan literatur yang membuktikan bahwa menunjukan hasil bahwa kunyit mampu
rimpang kunyit berpotensi besar dalam mereduksi formalin pada udang karena
aktifitas farmakologi yaitu sebagai anti kunyit mampu meminimalisir keberadaan
inflamasi, anti imunodefisiensi, anti virus, formalin pada udang.
anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti Adapun makanan yang baik yaitu
karsinogenik, dan anti infeksi (Kristina makanan yang dapat dipertimbangkan
et.al, 2007 “dalam” Damayanti, 2014). dengan akal, dan ukurannya adalah
Sedangkan pada kunyit, senyawa bioaktif kesehatan. Artinya makanan yang baik
yang berperan sebagai antimikroba adalah adalah yang berguna dan tidak
kurkumin, desmetoksikumin dan membahayakan bagi tubuh manusia dilihat
bidestometoksikumin dimana di dalamnya dari sudut kesehatan. Makanan yang baik
terdapat saponin yang terkandung surfaktan belum tentu halal dan yang halal belum
yang berfungsi sebagai emulgator (Purwani tentu baik.
dan Muwakhidah, 2008 ”dalam” Dalam Al-Quran surah Al Baqarah:
Damayanti, 2014). 172 menjelaskan bahwa :

3
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِِّيبَا‬ tabung reaksi, erlenmeyer, baskom, mortal
َ‫َوا ْش ُك ُروا ِ ََّلِلِ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُدُون‬ & alu, pipet Gondok, pipet tetes, gelas ukur,
Artinya : “Hai orang-orang yang hot plate, spatula, neraca analitik,
beriman, makanlah diantara rezeki yang spektrofotometer. Bahan yang dipakai pada
baik-baik yang Kami berikan kepadamu penelitian ini adalah tahu berformalin.
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar hanya kepada-Nya kamu PROSEDUR KERJA
menyembah. Pembuatan larutan formalin
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi 1) Pada tahap ini dilakukan pembuatan
kembali agar memakan makanan yang baik, larutan formalin 5%
2) Larutan formalin 37% diencerkan
sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat
menjadi 5% menggunakan rumus
168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu V1M1=V2M2 dan didapati hasil larutan
bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar- formalin sebanyak 135 ml.
benar beribadah dan menghamba kepada-
Nya. Pembuatan Larutan Kunyit
1) Larutan kunyit dibuat berbagai
METODOLOGI PENELITIAN konsentrasi (0%, 10%, 15%, 20%)
dengan ditambahkan aquadest.
Penelitian ini merupakan penelitian 2) Pembuatan larutan kunyit dengan
deskriptif eksperimen laboratorium dengan jumlah gram zat dalam 1000 ml pelarut
rancangan acak lengkap. Rancangan (aquades)
3) Untuk konsentrasi 0% tidak
percobaan yang digunakan Rancangan
ditambahkan larutan kunyit, konsentrasi
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 10% dengan menimbang kunyit
dan 3 ulangan yaitu: perlakuan perendaman sebanyak 100 gr dengan penambahan
selama (60 menit, 75 menit, 90 menit), aquades sebanyak 900 ml, begitu pula
pemberian larutan kunyit (0%), (10%), untuk larutan konsentrasi 15% dengan
(15%), (20%) dan perlakuan penyimpanan menimbang kunyit sebanyak 150 gr
ditambahkan aquades sebanyak 850 ml,
(0, 24 jam, 48 jam, 72 jam) parameter yang
dan untuk konsentrasi 20% dengan
digunakan adalah uji kadar formalin dan uji menimbang kunyit sebanyak 200 gr
organoleptik. ditambahkan aquades sebanyak 800 ml.
4) Selanjutnya tahu berformalin direndam
Waktu dan Tempat Penelitian dalam larutan kunyit selama 60 menit
Penelitian ini dilakukan di 75 menit dan 95 menit.
Laboratorium Analisis Kesehatan Gizi 5) Setelah tahu direndam, selanjutnya
dilakukan uji kadar formalin dengan
Palembang, tanggal 9-13 November 2015.
menggunakan uji kuantitatif untuk
mengetahui kadar formalin setelah
Alat dan Bahan Penelitian perendaman dengan larutan kunyit
Alat yang digunakan untuk praktikum dengan menggunakan spektrofotometer
ini yaitu beaker glass, pengaduk, kompor,
Bahan kimia yang dipakai adalah asam Uji kadar formalin
kromatofat, Aquadest, H2PO4, H2SO4 Pengujian secara kuantitatif (Hastuti, 2010):
1) Pembuatan larutan standar, formalin
37% diambil sebanyak 0,027 ml,
4
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

tambahakan tambahakan aquadest dilakukan penyaringan dan


sebanyak 500 ml atau 20 ppm, buat pendinginan.
konsentrasi yang berbeda yaitu 0 M; 5) Selanjutnya sampel diambil sebanyak 2
0,05 M; 0,1M; 0,5 M; 0,75 M; 1,0 M; ml dan dimasukkan ke dalam tabung
1,5 M; dan 2 M reaksi dengan 3 kali ulangan.
2) Kemudian dimasukkan ke dalam tabung Tambahkan asam kromatofat sebanyak
reaksi yang sudah diberi label (8 5 ml pada masing-masing tabung reaksi.
tabung reaksi), Panaskan selama 20 menit lalu
3) Asam kromatofat ditambahkan dinginkan
sebanyak 5 ml pada tiap konsentrasi 6) Ukur absorbance dengan
yang berbeda, lalu tabung reaksi spektrofotometer dengan panjang
dipanaskan selama 30 menit dengan gelombang 520 nm.
kompor pada suhu 1000C, sehingga 7) Selanjutnya tahu yang diberi formalin
terbentuklah larutan standar dan diberi larutan kunyit, kemudian
4) Selanjutnya adalah pembuatan larutan disimpan pada suhu dingin selama 24
uji, sampel sebanyak 20 ml jam, 48 jam, dan 72 jam. Selanjutnya
dihomogenkan dengan aquadest, sampel dilakukan kembali uji kadar formalin
yang telah diuji dipanaskan dengan selama penyimpan.
kompor sampai mendidih, kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Uji Kandungan Formalin Secara Kuantitatif

Tabel 1. Data Hasil Uji Kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 60 menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
Rata
1 2 3
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,524 1,523 1,524 4,571 1,524
Tanpa 60 menit 15% 1,093 1,093 1,091 3,277 1,092
Penyimpanan 20% 0,603 0,601 0,602 1,806 0,602

Tabel 2. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,522 1,522 1,523 4,567 1,522
Tanpa 75 menit 15% 1,087 1,084 1,087 3,258 1,086
Penyimpanan 20% 0,599 0,599 0,598 1,796 0,599

5
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

Tabel 3. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,519 1,516 1,516 4,551 1,517
Tanpa 90 menit 15% 1,083 1,081 1,081 3,245 1,082
Penyimpanan 20% 0,593 0,591 0,593 1,777 0,592

Tabel 4. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
24 Jam 10% 1,462 1,463 1,463 4,388 1,463
Penyimpanan 60 menit 15% 0,619 0,622 0,620 1,861 0,620
20% 0,597 0,597 0,596 1,790 0,597

Tabel 5. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
24 Jam 10% 1,457 1,456 1,457 4,370 1,457
Penyimpanan 75 menit 15% 0,618 0,617 0,616 1,851 0,617
20% 0,594 0,593 0,591 1,778 0,593

Tabel 6. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
10% 1,445 1,444 1,444 4,333 1,444
24 Jam
90 menit 15% 0,614 0,612 0,611 1,837 0,612
Penyimpanan
20% 0,585 0,582 0,582 1,749 0,583

Tabel 7. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
48 Jam 10% 1,361 1,358 1,361 4,080 1,360
Penyimpanan 60 menit 15% 0,611 0,609 0,607 1,827 0,609
20% 0,591 0,589 0,589 1,769 0,590

6
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

Tabel 8. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
48 Jam 10% 1,355 1,354 1,356 4,065 1,355
Penyimpanan 75 menit 15% 0,605 0,603 0,602 1,810 0,603
20% 0,588 0,582 0,585 1,755 0,587

Tabel 9. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
10% 1,345 1,344 1,344 4,033 1,344
48 Jam
90 menit 15% 0,598 0,596 0,596 1,790 0,597
Penyimpanan
20% 0,580 0,576 0,579 1,735 0,578

Tabel 10. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,577 1,562
72 Jam 10% 1,095 1,092 1,094 3,281 1,094
Penyimpanan 60 menit 15% 0,605 0,604 0,604 1,813 0,604
20% 0,587 0,585 0,586 1,758 0,586

Tabel 11. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,577 1,526
72 Jam 10% 1,091 1,089 1,090 3,27 1,090
Penyimpanan 75 menit 15% 0,604 0,598 0,597 1,799 0,599
20% 0,583 0,581 0,582 1,746 0,582

Tabel 12. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,566 1,526
10% 1,083 1,081 1,081 3,245 1,082
72 Jam
90 menit 15% 0,596 0,594 0,593 1,783 0,594
Penyimpanan
20% 0,569 0,568 0,568 1,705 0,568

7
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

Hasil pengamatan yang telah diperoleh, Adapun hasil analisis tersebut adalah
kemudian dilakukan analisa sidik ragam sebagai berikut :
anova dengan 48 perlakuan dan 3 ulangan.

Tabel 13. Hasil Uji Organoleptik Panelis


Perlakuan Sampel
No Aspek Penilaian Tahu
10% 15% 20%
Kontrol
Perendaman 60 menit
1. Warna 1 2,5 2,5 2,5
2. Tekstur 1 1,5 2,4 2,5
3. Aroma 1,5 3 3 3
Perendaman 75 menit
1. Warna 1 2,5 3,5 4
2. Tekstur 1 2,5 2,7 2,5
3. Aroma 1,5 3 3 3,5
Perendaman 90 menit
1. Warna 1 3 3,5 3,5
2. Tekstur 1 2,5 3 3
3. Aroma 1,5 2,5 4 3,5
Keterangan : Nilai 0 atau >1 = tidak memenuhi kriteria tahu yang baik
Nilai 2 atau 4 = memenuhi kriteria tahu yang baik

Pembahasan sebanyak 8%. Pada perlakuan penyimpanan


Pengaruh Pemberian Kunyit (Curcuma 48 jam kadar formalin turun sebanyak 11%
domestica) Terhadap Penurunan Kadar pada perendaman 60, pada perendaman 75
Formalin dan Organoleptik pada Tahu menit dan 90 menit turun sebanyak 12%.
Pengaruh Lama Perendaman Namun pada penyimpanan 72 jam pada
Kadar formalin pada tahu cenderung konsentrasi kunyit 10% pada perendaman
mengalami penurunan sedikit setelah 90 menit penurunan kadar formalin
perlakuan perendaman larutan kunyit, bisa meningkat menjadi 29%.
dilihat pada masing-masing perendaman. Pada konsentrasi larutan kunyit 15%
Pada perendaman dengan konsentrasi mampu menurunkan kadar formalin setelah
larutan kunyit 10% mampu menurunkan perendaman larutan kunyit selama (60
kadar formalin tahu kontrol yaitu 1,612 menit) yaitu 1,092 ppm, selama (75 menit)
ppm, setelah perendaman (60 menit) turun yaitu 1,086 ppm dan selama (90 menit)
menjadi 1,524 ppm, selama (75 menit) yaitu 1,082 ppm. Sehingga kadar formalin
menjadi 1,522 dan selama (90 menit) yaitu turun sebanyak 32% pada masing-masing
1,517 ppm. Sehingga kadar formalin turun perendaman. Penyimpanan 24 jam
sebesar 5% pada setiap perlakuan kemampuan menurunkan kadar formalin
perendaman. Pada perlakuan penyimpanan setelah perendaman larutan kunyit selama
24 jam tidak begitu jauh dari hari (60 menit) yaitu 0,620 ppm, selama (75
sebelumnya, yaitu turun sebanyak 7% pada menit) yaitu 0,617 dan selama (90 menit)
perendaman 60 menit, pada perendaman 75 yaitu 0,612 ppm. Berbeda jauh dengan
menit dan perendaman 90 menit turun perlakuan sebelum penyimpanan. Sehingga

8
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

kadar formalin berkurang sebanyak 61% Pada lama perendaman 60 menit


pada perendaman 75 menit dan 90 menit. penurunan kadar formalin pada konsentrasi
Selanjutnya pada penyimpanan 48 jam dan kunyit 10% dapat menurunkan kadar
72 jam menunjukan hasil yang signifikan, formalin tahu kontrol yaitu1,612 ppm
tidak ada perbedaan. menurun menjadi 1,524 ppm sehingga
Pada konsentrasi larutan kunyit 20% kadar formalin turun sebesar 5% dari
mampu menurunkan kadar formalin setelah konsentrasi awalnya. Pada konsentrasi
perendaman larutan kunyit selama (60 kunyit 15% dapat menurunkan kadar
menit) yaitu 0.602 ppm, selama (75 menit) formalin tahu kontrol yaitu 1,612 ppm
yaitu 0,599 ppm dan selama (90 menit) menurun menjadi 1,092 ppm sehingga
yaitu 0,592 ppm. Sehingga kadar formalin kadar formalin turun sebesar 32% dari
yang diturunkan sebanyak 62% dan begitu konsentrasi awalnya. Pada konsentrasi
juga pada penyimpanan 24 jam, 48 jam, dan kunyit 20% dapat menurunkan kadar
72 jam. Dari hasil penelitian ini, artinya formalin tahu kontrol yaitu 1,612 ppm
lama perendaman tidak begitu menurun menjadi 0,602 ppm sehingga
mempengaruhi dalam meminimalisir kadar formalin turun sebesar 62% dari
formalin pada tahu, karena hasil yang konsentrasi awalnya.
didapat berbeda sangat sedikit pada setiap Pada lama perendaman 75 menit
perlakuan perendaman. penurunan kadar formalin pada konsentrasi
kunyit 10% dapat menurunkan kadar
Pengaruh Konsentrasi Larutan Kunyit formalin tahu kontrol yaitu1,612 ppm
Hasil penelitian mengenai pengaruh menurun menjadi 1,522 ppm sehingga
konsentrasi larutan kunyit dengan berbagai kadar formalin turun sebesar 6% dari
konsentrasi yaitu 0%, 10%, 15%, 20%. konsentrasi awalnya. Pada konsentrasi
Terlihat bahwa pada konsentrasi 0% atau kunyit 15% dapat menurunkan kadar
tanpa perlakuan perendaman kunyit kadar formalin tahu kontrol yaitu 1,612 ppm
formalin pada tahu hanya mengalami menurun menjadi 1,086 ppm sehingga
penurunan sedikit selama penyimpanan 72 kadar formalin turun sebesar 33% dari
jam, yaitu dari rata-rata kadar formalin awal konsentrasi awalnya. Pada konsentrasi
sebelum penyimpanan total 1,612 ppm dan kunyit 20% dapat menurunkan kadar
setelah penyimpanan 24 jam menjadi 1,567 formalin tahu kontrol yaitu 1,612 ppm
ppm berkurang sebanyak 3%, 48 jam menurun menjadi 0,599 ppm sehingga
penyimpanan menjadi 1,542 ppm berkurang kadar formalin turun sebesar 63% dari
sebanyak 3%, dan setelah penyimpanan 72 konsentrasi awalnya. Begitu juga dengan
jam menjadi 1,562 ppm berkurang perendaman selama 90 menit, hasil yang
sebanyak 2%. Sedangkan setelah pemberian ditunjukan tidak jauh berbeda.
larutan kunyit dengan berbagai konsentrasi Namun setelah dilakukan
(10%, 15%, 20%) kadar formalin pada penyimpanan 24 jam, penurunan kadar
setiap sampel mengalami penurunan. formalin terjadi secara signifikan yaitu pada
Penurunan kadar formalin ini berbeda tiap konsentrasi kunyit 15% dimana mampu
perlakuan konsentrasi. menurunkan kadar formalin tahu kontrol
dari 1,567 ppm menjadi 0,620 ppm

9
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

sehingga kadar formalin turun sebesar 61%. penyimpanan juga berlaku pada
Penurunan ini 2 kali lipat dari penurunan pengurangan kadar formalin pada tahu. Ini
kadar formalin sebelum penyimpanan atau terlihat dari kadar formalin pada kontrol
setelah perendaman. Begitu juga pada positif yang tidak diberi larutan kunyit
perendaman 75 menit dan 90 menit kadar dimana saat penyimpanan 72 jam kadar
formalin turun sebesar 61%. Ini formalin 1,612 ppm dan setelah
dikarenakan kandungan saponin pada penyimpanan selama 72 jam kadar formalin
kunyit lebih sedikit pada konsentrasi kunyit berkurang sedikit menjadi 1,562 ppm.
15% dibandingkan konsentrasi kunyit 20%. Hal ini disebabkan karena larutan
Pada penyimpanan 48 jam kadar formalin formalin yang terserap ke dalam tahu sulit
menunjukan penurunan yang signifikan, untuk dilepaskan dengan cepat. Selain itu,
tidak terdapat perbedaan dalam dipengaruhi oleh penyimpanan suhu dingin
menurunkan kadar formalin pada masing- sehingga proses penguapan berjalan lambat
masing perendaman. (Fadhillah, 2013). Hal ini sependapat
Pada penyimpanan 72 jam, pada dengan penelitian Arifin (2007) dalam
konsentrasi 10% mampu menurunkan kadar Fadhillah (2013), menyatakan bahwa
formalin tahu kontrol 1,526 ppm diturunkan daging yang direndam dalam larutan
menjadi 1,094 ppm sehingga kadar formalin sebagai pengawet, formalin
formalin turun sebesar 29%. Pada tersebut pada protein serta senyawa lain dan
perendaman 75 menit dan 90 menit. Artinya sisanya tetap dalam bentuk formalin bebas
pada konsentrasi 10% lebih efektif saat kemudian akan diserap ke dalam jaringan
disimpan selama 72 jam. karena saat (daging), sehingga akan terlindungi dari
disimpan selama 48 jam hanya mampu udara luar dan akibatnya sangat lambat
menurunan kadar formalin sebanyak 6% terjadi penguapan.
sampai 12%. Setelah diberi perlakuan perendaman
Dari hasil ini dapat disimpulkan larutan kunyit pada masing-masing
bahwa konsentrasi kunyit 20% lebih baik perlakuan konsentrasi yaitu (10%, 15%,
dan signifikan dalam mengurangi kadar 20%) kadar formalin mengalami penurunan
formalin dari pada konsentrasi kunyit 10% lebih banyak dibandingkan dengan tahu
dan 15%. Sesuai dengan penelitian Wikanta kontrol. Pada konsentrasi kunyit 10%
(2011) dalam Jannah (2014) yang mampu menurunkan kadar formalin
menggunakan belimbing wuluh yang sebanyak 5%, konsentrasi kunyit 15%
mengadung senyawa saponin untuk mampu menurunkan kadar formalin
mereduksi kadar formalin pada udang sebanyak 32% dan konsentrasi kunyit 20%
putih, dijelaskan bahwa kadar residu mampu menurunkan kadar formalin
formalin pada udang putih mengalami sebanyak 62%. Pada penyimpanan 24 jam
penurunan sejalan dengan semakin konsentrasi kunyit 15% mampu menurukan
tingginya konsentrasi belimbing wuluh. kadar formalin sebanyak 61%, 2 kali lipat
lebih banyak dari sebelumnya. Sedangkan
Pengaruh Lama Penyimpanan konsentrasi kunyit 10% hanya mampu
Berdasarkan penelitian yang sudah menurunkan kadar formalin sebanyak 7%-
dilakukan diketahui bahwa lama 8%, dan konsentrasi kunyit 20% tidak

10
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

mengalami peningkatan dari hari Mekanisme Penarikan Formalin Dalam


sebelumnya yaitu 62%. Begitu juga pada Larutan Kunyit
penyimpanan 48 jam, dan 72 jam, Formalin merupakan senyawa aktif
perubahan yang terjadi tidak terlalu yang dapat berikatan dengan bahan
signifikan, dimana hanya konsentrasi 10% makanan seperti protein, lemak dan
yang mengalami peningkatan sedikit yaitu karbohidrat. Ikatan antara formaldehid dan
pada penyimpanan 48 jam persentase protein, diantaranya membentuk ikatan
penurunan kadar formalin sebanyak 12% silang yang sulit dipecah (Marquie,2001;
dan penyimpanan 72 jam turun sebanyak Haberle et al., 2004; dan Kiernan,2006
29% pada perendaman 75 menit dan 90 dalam Wikanta et.al.,2011). Suntoro
menit. (1983), menambahkan bahwa formalin
Dari data pengamatan dan hasil yang berkonsentrasi rendah (4%) dapat
analisis secara statistik maka diperoleh hasil mengeraskan jaringan. Oleh karena itu
bahwa perlakuan lama perendaman tidak dengan memanfaatkan zat aktif yang ada
berpengaruh nyata terhadap kadar formalin pada kunyit yang mengandung senyawa
pada tahu yaitu F hitung -0,022 lebih kecil saponin diharapkan mampu mengurangi
dari F tabel 6,94. Pada perlakuan dengan kadar formalin yang ada pada tahu.
penambahan konsentrasi larutan kunyit Mekanisme reduksi kadar formalin
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar pada tahu dengan proses perendaman
formalin pada tahu yaitu F hitung 0,864 larutan kunyit dengan konsentrasi 10%,
lebih kecil dari F tabel 3,16. Perlakuan lama 15%, 20% memiliki cara kerja seperti
penyimpanan tidak berpengaruh nyata surfaktan. Keberadaan kedua gugus (non
terhadap kadar formalin pada tahu yaitu F polar dan polar) pada surfaktan dalam
hitung -11,16 lebih kecil dari 2,73 (hal ini senyawa saponin, memiliki kualifikasi
terlihat pada tabel 12). untuk dapat membentuk emulsi air dan
Hasil analisis secara statistik pada formalin, sehingga saponin berperan
(tabel 21) perlakuan interaksi antara sebagai emulgator. Saponin akan larut
perendaman dengan penyimpanan dalam air dan membentuk misel.
berpengaruh nyata yaitu F hitung 152,16 Misel adalah suatu molekul surfaktan
lebih besar dari F tabel 2,23. Perlakuan mengandung suatu rantai hidrokarbon
antara perendaman dengan konsentrasi panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon
larutan kunyit berpengaruh nyata yaitu F dari molekul surfaktan bersifat hidrofobik
hitung 303,51 lebih besar dari F tabel 2,01, dan larut dalam zat-zat non polar,
dan perlakuan interaksi antara perendaman, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan
konsentrasi larutan kunyit dan lama larut dalam air (Furi, 2012 “dalam”
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap Fadhillah, 2013). Bagian yang berbentuk
kadar formalin pada tahu yaitu F hitung bulat merupakan kepala yang dapat
122, 84 lebih besar dari F tabel 1,75. berikatan dengan air dan formalin (bersifat
polar). Sedangkan ekornya bersifat non
polar. Formalin yang ada dalam tahu larut
dalam larutan kunyit dan terperangkap serta
terikat pada bagian kepala misel yang

11
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

bersifat polar sehingga dapat larut dalam tahu berubah dibandingkan tahu kontrol.
air. Menurut Rijai (2006) dalam Fadhillah Dimana pada perlakuan konsentrasi kunyit
(2013), surface active agent atau surfaktan 10% dengan lama perendaman selama 60
adalah suatu senyawa yang telah diketahui menit warna tahu menjadi kuning, tekstur
dapat menjadi penstabil emulsi. Zat masih agak keras tapi beda dengan tahu
surfaktan memiliki daya pembersih yang kontrol dan aroma kunyit lemah tidak
lebih baik dibandingkan air saja (Fadhillah, menyengat. Pada perendaman 75 menit
2013). warna menjadi kuning, tekstur sedikit
lembut dari tahu kontrol, dan aroma kunyit
Pengaruh Kunyit (Curcuma domestica) lemah tidak menyengat. Pada perendaman
Terhadap Organoleptik (tekstur, warna, 90 menit warna menjadi kuning, tekstur
aroma) pada Tahu sedikit lembut namun selama penyimpanan
Berdasarkan hasil uji organoleptik 72 jam tekstur menjadi semakin lembut,
tahu selama penyimpanan dingin 100C dan aroma kunyit lemah tidak menyengat.
terdapat perbedaan yang nyata untuk kedua Pada perlakuan konsentrasi kunyit
jenis perlakuan (kontrol dan pemberian 15% dengan lama perendaman selama 60
larutan kunyit). Kenampakan tahu kontrol menit warna tahu menjadi kuning dan
selama penyimpanan 72 jam adalah berubah kuning buram selama
kenampakan dari warna menjadi putih, penyimpanan 72 jam, tekstur lembut dan
bersih, pada tekstur tahu kontrol menjadi aroma kunyit lemah tidak menyengat. Pada
keras, dan padat tidak mudah hancur, pada perendaman 75 menit warna menjadi sangat
aroma sangat menyengat bau formalin, kuning, tekstur sedikit lembut dari tahu
Menurut Permadi (2008) dalam Jannah kontrol, dan aroma kunyit lemah tidak
(2014) produk yang ditambahkan formalin menyengat. Pada perendaman 90 menit
memiliki kenampakan yang lebih menarik, warna menjadi sangat kuning, tekstur
yakni lebih bersih, putih, dan utuh. Selain sedikit lembut namun selama penyimpanan
itu, ditambahkan oleh Nelma (2010) dalam 72 jam tekstur menjadi semakin lembut,
Jannah (2014) bahwa formaldehid juga dan aroma kunyit kuat menyengat.
dipakai untuk reaksi kimia yang bisa Pada perlakuan konsentrasi kunyit
membentuk ikatan polimer, dimana salah 20% dengan lama perendaman selama 60
satu hasilnya adalah menimbulkan warna menit warna tahu menjadi kuning dan
produk menjadi lebih cerah. berubah kuning buram selama
Namun seiring dengan lamanya penyimpanan 72 jam, tekstur lembut dan
penyimpanan pada suhu dingin 100C, kadar aroma kunyit lemah tidak menyengat. Pada
formalin pada tahu kontrol berkurang perendaman 75 menit warna menjadi sangat
namun sangat sedikit. Penurunan kadar kuning, tekstur sedikit lembut dari yang
formalin pada perlakuan tahu kontrol awal dan semakin lembut selama
disebabkan oleh sifat formalin yang mudah penyimpanan 72 jam, dan aroma kunyit
menguap, namun berjalan lebih lambat kuat menyengat dan semakin berkurang
dalam suhu dingin (Jannah, 2014). selama penyimpanan. Dan pada
Sedangkan setelah penambahan perendaman 90 menit warna menjadi sangat
larutan kunyit kenampakan organoleptik kuning, tekstur sedikit lembut namun

12
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

selama penyimpanan 72 jam tekstur sebagai Bahan baku pembuatan es


menjadi semakin lembut, dan aroma kunyit krim dengan pewarna alami Kunyit
kuat menyengat. (Curcuma domestica)
Fadhilah, A. 2013. Efektivitas Lidah Buaya
KESIMPULAN (aloe vera) di dalam Mereduksi
Formalin Pada Fillet Ikan Bandeng
1. Efektivitas larutan kunyit (Curcuma (chanos chanos forsk) Selama
domestica) dalam mereduksi formalin Penyimpanan Suhu Dingin. Volume
pada tahu yang paling tepat adalah pada 2, Nomor 3. Semarang : Universitas
konsentrasi 20% dengan perendaman Diponegoro
selama 90 menit dan penyimpanan Furi, T. A. 2012. Pengaruh Perbedaan
selama 72 jam. Ukuran Partikel Dari Ampas Tebu
2. Semakin lama penyimpanan pada suhu Dan Konsentrasi Natrium Bisulfit
dingin maka warna pada tahu semakin (Nahso3) Pada Proses Pembuatan
pucat atau tidak cerah, pada tekstur Surfaktan. Jurnal Teknik Kimia No. 4,
dari yang awalnya hanya sedikit Vol. 18. Palembang : Fakultas Teknik
lembut menjadi lembut. Sangat beda Universitas Sriwijaya
dengan tahu kontrol yang keras, ini Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif dan
disebabkan karena semakin Kuantitatif Formaldehid Pada ikan
berkurangnya kandungan formalin Asin di Madura. Universitas
pada tahu sehingga tekstur semakin Trunojoyo. Bangkalan.
lembut. Pada aspek aroma, aroma Harto, K. 2012. Materi Pendidikan dan
formalin benar-benar menghilang Pelatihan Profesi Guru. Palembang:
karena tertutupi oleh aroma kunyit. IAIN Raden Fatah Press.
Jannah, M. 2014. Efektivitas Lengkuas
DAFTAR PUSTAKA (Alpinia galangal) Sebagai Pereduksi
Arifin, Zainal. 2007. Stabilitas Formalin Kadar Formalin Pada Udang Putih
dalam Daging Ayam Selama (Penaeus merguiensis) Selama
Penyimpanan. Bogor : Balai Besar Penyimpanan Dingin. Vol 3. No 1.
PenelitianVeteriner Semarang : Universitas Diponegoro
Ahmar. 2012. Hakekat Pembelajaran. Mardiana. 2010. Pengaruh Lama
http://eprints.uny.ac.id/8597/3/Bab20 Penyimpanan dan Konsentrasi
08 108249131.pdf NAtrium Benzoat Pada Suhu Berbeda
Damayanti, E. dkk. 2014. Jurnal Efektivitas Terhadap Kadar Vitamin C CAbai
Kunyit (Curcuma longa Linn.) Merah (Capsivum annum L) dan
Sebagai Pereduksi Formalin Pada Sumbangsihnya PadaMateri Zat-Zat
Udang Putih (Penaeus merguiensis) Makanan Dikelas XI MA/SMA. UIN
Selama P enyimpanan Suhu Dingin. Raden Fatah. Palembang.
3(1). Universitas Diponegoro. Mustafa, R. M. 2006. Studi Efektivitas
Semarang Bahan Pengawet Alami Dalam
Dewi, K. Y. 20013. Pemanfaatan biji Pengawet Alami. Institut Pertanian
nangka (Artocarpus heterophyllus) Bogor.

13
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586

Nurheti. 2007. formalin. Palembang: Kolorimetri Menggunakan Pereaksi


Artikel NASH. 4(2). UIN Syarif Hidayatullah.
Sihombing, P. A. 2007. Jurnal Aplikasi Jakarta.
ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Susiwi. 2009. Penilaian Organoleptik.
Sebagai Bahan Pengawet Mie Basah. Universitas Pendidikan Indonesia.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jakarta.
Sihombing, V. M. 2008. Jurnal Analisa Trianto. 2009.Mendesain Model – Model
Kadar Zat Pewarna Kuning Pada Pembelajaran Inpvatif-Progresif.
Tahu Yang Dujial Di Pasar-Pasar Di Jakarta: Pranada Media
Medan. Universitas Sumatera Utara. Walangare, A. S. Rancang Bangun Alat
Medan. Konversi Air Laut Menjadi Air Minum
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Dengan Proses Destilasi Sederhana
Organoleptik Untuk Industri Pangan Menggunakan Pemanas Elektrik
dan Hasil Pertanian. Bogor. Jurusan Teknik Elektro-FT.
PUSBANGTEPA/Food Tecnology UNSRAT, Manado.
Development Center, Institut Widodo, P. B. 2006. Reliabilitas dan
Pertanian Bogor. Validitas Konstruk Skala Konsep Diri
Sukardi, I. 2013. Model-Model untuk Mahasiswa Indonesia. Jurnal
Pembelajaran Modern Bakal Untuk Psikologi Universitas Diponegoro.
Guru Profesional. Palembang : Tunas 3(1) : 1-9.
Gemilang Press Yulianusi . 2013. Compounding dispensing
Sumarni, B, A. 2014. Pempek Kuliner Khas Pada Sediaan Farmasi. wordpress.com
Palembang. Palembang: Artikel.
Susanti, S. 2010. Jurnal Penetapan Kadar
Formaldehid Pada TAhu Yang Dijual
Di Pasar Ciputat Dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis Disertai

14

You might also like