Professional Documents
Culture Documents
1),2)
Dosen Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang
1
Mahasiswa Pendididkan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah
Palembang
*Email: srihartati0301@gmail.com
ABSTRACT
The use of formalin increasingly widely circulated among sellers tahu, because nature
tahu easily broken then the sellers know much use out using formalin. Turmeric has active
compounds that is saponin. It can be used to minimize the presence of formaldehyde in tahu
This study used tahu immersed in 5% formalin solution added a solution of turmeric. The
research carried on in the Laboratory of the Polytechnic Palembang Health Nutrition
Department. Determination of formaldehyde using a spectrophotometer test. The study used a
completely randomized design (CRD) with a model of Factorial three factors, namely soaking
treatment (60 minutes, 75 minutes, 90 minutes) giving a solution of Turmeric (0 %, 10 %, 15
%, 20 %) and storage factor (0, 24, 48, 72 hours). The parameters used are formaldehyde
levels and organoleptic test. These results indicate that treatment of soaking time did not
significantly affect the levels of formaldehyde in tahu that F count -0.022 smaller than F table
6.94. Treatment addition of turmeric solution concentration does not significantly affect the
levels of formaldehyde at 0.864 tahu that F count is smaller than F table 3.16. The storage
time treatment also did not significantly affect the levels of formaldehyde in tahu that F count
-11.16 smaller than 2.73. However, the interaction between the immersion treatment, turmeric
solution concentration and storage time significantly affect the levels of formaldehyde in the
tahu, namely 282.16 F count larger than F table 1.75. And the results of organoleptic able to
change the texture of aroma and color in tahu with decreasing levels of formaldehyde in tahu.
In this study, formaldehyde levels lowest in 90 minutes soaking treatment, the concentration
of 20 % deposit 72 hours .
2006). Tahu hanya bertahan selama kurang mengawetkan makanan seperti tahu. Pada
lebih tiga hari tanpa menggunakan bahan akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006
pengawet, walaupun disimpan pada suhu publikasi tentang penyalahgunaan formalin
rendah, yaitu suhu maksimum 150C pada bahan makanan termasuk tahu sangat
(Fardiaz 1983”dalam”Mustofa, 2006). gencar pada media masa di Indonesia. Dari
Komposisi tahu yang banyak mengandung hasil sampling laboratorium di beberapa
protein dan air menyebabkan tahu kota besar di Indonesia diketahui bahwa
merupakan media yang cocok untuk sebesar 1,91% tahu mengandung formalin
tumbuhnya mikroba, sehingga tahu menjadi dengan persentase terbesar pada Kotamadya
cepat mengalami kerusakan (Sarwono & Kediri yaitu 10,42%. Penelitian yang telah
Saragih 2003 ”dalam” Mustofa, 2006). dilakukan oleh Restu (2011) menyebutkan
Kerusakan mikrobiologis pada tahu bahwa banyak sekali bahan pangan yang
tergantung dari beberapa faktor, antara lain beredar di masyarakat yang menggunakan
(1) adanya bakteri yang tahan panas seperti bahan pengawet dengan tujuan untuk
golongan pembentuk spora dan termodurik, memperpanjang masa simpannya, seperti
(2) adanya bakteri kontaminan yang bakso, tahu, mi basah, dan ikan kering.
mengkontaminasi tahu selama proses Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin
pembuatan sampai tahu siap untuk adalah tahu tidak rusak sampai tiga hari
dikonsumsi, (3) suhu penyimpanan, dan (4) pada suhu ruang dan bertahan lebih dari 15
adanya enzim tahan panas yang dihasilkan hari pada suhu dingin, tahu keras namun
oleh golongan bakteri tertentu (Shurtleff & tidak padat, dan baunya agak menyengat
Aoyagi 1979 ”dalam” Mustofa, 2006). khas formalin (Mujadjanto 2005 ”dalam”
Perubahan yang dapat terlihat dari Mustofa, 2006).
luar apabila telah mengalami kerusakan, Pemakaian formalin di dalam
adalah mengeluarkan aroma asam sampai makanan sangat tidak dianjurkan karena
busuk, permukaan tahu berlendir, tekstur dalam formalin terkandung zat formaldehid
menjadi lunak, kekompakkan berkurang, yang di dalam tubuh bersifat racun.
warna dan penampakkan tidak cerah, Kandungan formalin yang tinggi di dalam
kadang-kadang berjamur pada tubuh akan menyebabkan iritasi lambung,
permukaannya (Fardiaz, 1988 ”dalam” alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat
Damayanti, 2014). Mengingat tahu sebagai mutagen serta orang yang
salah satu produk makanan yang memiliki mengkonsumsinya akan mengalami
sifat mudah rusak (highly perishable), maka muntah, diare dan kencing bercampur
penanganan dan proses produksi yang baik darah, serta apabila terhirup akan
mutlak diperlukan agar mutu dan keamanan merangsang terjadinya iritasi hidung,
tahu tetap segar pada saat dikonsumsi. tenggorokan dan mata (Winarno, 2004
Mutu tahu terutama ditentukan oleh ”dalam” Damayanti, 2014). Penggunaan
keadaan fisik, organoleptik (warna, aroma formalin yang berbahaya nampaknya belum
dan tekstur). disadari betul di kalangan masyarakat.
Dewasa ini, penggunaan formalin Ambang batas aman formalin di dalam
marak di kalangan penjual tahu, karena tubuh menurut International Programme on
formalin dianggap paling efektif untuk Chemical Safety (IPCS), yaitu lembaga
2
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
khusus PBB yang bertugas mengontrol Hal ini sesuai dengan pendapat
keselamatan penggunaan bahan kimiawi, Gunawan (2004) dalam Damayanti (2014),
dalam bentuk cairan adalah 1 miligram per saponin adalah suatu glikosida yang
liter, sedangkan dalam bentuk makanan mungkin ada pada banyak macam
untuk orang dewasa adalah 1,5 – 14mg/hari tumbuhan. Saponin terdiri dari sapogenin
(Wisnu, 2006; Nurheti, 2007). yaitu bagian yang bebas dari glikosida yang
Suntoro (1983) dalam Damayanti disebut juga “aglycone” dan sapogenin
(2014), menyatakan bahwa formalin yang mengikat sakarida. Karena sapogenin
merupakan senyawa aktif yang dapat bersifat lipofilik serta sakarida bersifat
berikatan dengan bahan makanan seperti hidrofilik maka saponin bersifat amfifilik
protein, lemak dan karbohidrat. Formalin (amphipilic atau surfactant properties).
merupakan larutan formaldehid dalam air. Surfactan adalah senyawa aktif permukaan
Ikatan antara formaldehid dan protein, yang dapat menurunkan tegangan
diantaranya membentuk ikatan silang yang permukaan sekaligus memiliki gugus
sulit dipecah (Marquie, 2001 ”dalam” hidrofilik dan hidrofobik dalam satu
Damayanti, 2014). Oleh karena itu, struktur molekul. Sifat tersebut
dibutuhkan upaya untuk merubah ikatan menyebabkan surfaktan memiliki potensi
struktur kimia bahan makanan, sehingga sebagai komponen bahan adesif, bahan
kandungan formalin dapat berkurang dan penggumpal, pembusa dan pengemulasi
layak untuk dikonsumsi manusia. Salah (Jhonson & Fritz, 1989 ”dalam”
satunya dengan memanfaatkan zat aktif Damayanti, 2014).
yang ada pada kunyit yang mengandung Pada penelitian sebelumnya oleh
senyawa saponin. Sihombing, P. A (2007) menunjukan hasil
Larutan kunyit memiliki senyawa bahwa kunyit dapat menjadi pengawet
aktif yang dapat digunakan untuk alami karena memiliki senyawa
meminimalisir keberadaan formalin yaitu antimikroba, selanjutnya penelitian yang
saponin (Damayanti, 2014). Ada banyak dilakukan oleh Damayanti, E (2014)
data dan literatur yang membuktikan bahwa menunjukan hasil bahwa kunyit mampu
rimpang kunyit berpotensi besar dalam mereduksi formalin pada udang karena
aktifitas farmakologi yaitu sebagai anti kunyit mampu meminimalisir keberadaan
inflamasi, anti imunodefisiensi, anti virus, formalin pada udang.
anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti Adapun makanan yang baik yaitu
karsinogenik, dan anti infeksi (Kristina makanan yang dapat dipertimbangkan
et.al, 2007 “dalam” Damayanti, 2014). dengan akal, dan ukurannya adalah
Sedangkan pada kunyit, senyawa bioaktif kesehatan. Artinya makanan yang baik
yang berperan sebagai antimikroba adalah adalah yang berguna dan tidak
kurkumin, desmetoksikumin dan membahayakan bagi tubuh manusia dilihat
bidestometoksikumin dimana di dalamnya dari sudut kesehatan. Makanan yang baik
terdapat saponin yang terkandung surfaktan belum tentu halal dan yang halal belum
yang berfungsi sebagai emulgator (Purwani tentu baik.
dan Muwakhidah, 2008 ”dalam” Dalam Al-Quran surah Al Baqarah:
Damayanti, 2014). 172 menjelaskan bahwa :
3
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن
ِ ط ِِّيبَا tabung reaksi, erlenmeyer, baskom, mortal
ََوا ْش ُك ُروا ِ ََّلِلِ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُدُون & alu, pipet Gondok, pipet tetes, gelas ukur,
Artinya : “Hai orang-orang yang hot plate, spatula, neraca analitik,
beriman, makanlah diantara rezeki yang spektrofotometer. Bahan yang dipakai pada
baik-baik yang Kami berikan kepadamu penelitian ini adalah tahu berformalin.
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar hanya kepada-Nya kamu PROSEDUR KERJA
menyembah. Pembuatan larutan formalin
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi 1) Pada tahap ini dilakukan pembuatan
kembali agar memakan makanan yang baik, larutan formalin 5%
2) Larutan formalin 37% diencerkan
sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat
menjadi 5% menggunakan rumus
168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu V1M1=V2M2 dan didapati hasil larutan
bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar- formalin sebanyak 135 ml.
benar beribadah dan menghamba kepada-
Nya. Pembuatan Larutan Kunyit
1) Larutan kunyit dibuat berbagai
METODOLOGI PENELITIAN konsentrasi (0%, 10%, 15%, 20%)
dengan ditambahkan aquadest.
Penelitian ini merupakan penelitian 2) Pembuatan larutan kunyit dengan
deskriptif eksperimen laboratorium dengan jumlah gram zat dalam 1000 ml pelarut
rancangan acak lengkap. Rancangan (aquades)
3) Untuk konsentrasi 0% tidak
percobaan yang digunakan Rancangan
ditambahkan larutan kunyit, konsentrasi
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 10% dengan menimbang kunyit
dan 3 ulangan yaitu: perlakuan perendaman sebanyak 100 gr dengan penambahan
selama (60 menit, 75 menit, 90 menit), aquades sebanyak 900 ml, begitu pula
pemberian larutan kunyit (0%), (10%), untuk larutan konsentrasi 15% dengan
(15%), (20%) dan perlakuan penyimpanan menimbang kunyit sebanyak 150 gr
ditambahkan aquades sebanyak 850 ml,
(0, 24 jam, 48 jam, 72 jam) parameter yang
dan untuk konsentrasi 20% dengan
digunakan adalah uji kadar formalin dan uji menimbang kunyit sebanyak 200 gr
organoleptik. ditambahkan aquades sebanyak 800 ml.
4) Selanjutnya tahu berformalin direndam
Waktu dan Tempat Penelitian dalam larutan kunyit selama 60 menit
Penelitian ini dilakukan di 75 menit dan 95 menit.
Laboratorium Analisis Kesehatan Gizi 5) Setelah tahu direndam, selanjutnya
dilakukan uji kadar formalin dengan
Palembang, tanggal 9-13 November 2015.
menggunakan uji kuantitatif untuk
mengetahui kadar formalin setelah
Alat dan Bahan Penelitian perendaman dengan larutan kunyit
Alat yang digunakan untuk praktikum dengan menggunakan spektrofotometer
ini yaitu beaker glass, pengaduk, kompor,
Bahan kimia yang dipakai adalah asam Uji kadar formalin
kromatofat, Aquadest, H2PO4, H2SO4 Pengujian secara kuantitatif (Hastuti, 2010):
1) Pembuatan larutan standar, formalin
37% diambil sebanyak 0,027 ml,
4
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Tabel 1. Data Hasil Uji Kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 60 menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
Rata
1 2 3
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,524 1,523 1,524 4,571 1,524
Tanpa 60 menit 15% 1,093 1,093 1,091 3,277 1,092
Penyimpanan 20% 0,603 0,601 0,602 1,806 0,602
Tabel 2. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,522 1,522 1,523 4,567 1,522
Tanpa 75 menit 15% 1,087 1,084 1,087 3,258 1,086
Penyimpanan 20% 0,599 0,599 0,598 1,796 0,599
5
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Tabel 3. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Tanpa Penyimpanan dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,612 1,611 1,612 4,835 1,612
H0 10% 1,519 1,516 1,516 4,551 1,517
Tanpa 90 menit 15% 1,083 1,081 1,081 3,245 1,082
Penyimpanan 20% 0,593 0,591 0,593 1,777 0,592
Tabel 4. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
24 Jam 10% 1,462 1,463 1,463 4,388 1,463
Penyimpanan 60 menit 15% 0,619 0,622 0,620 1,861 0,620
20% 0,597 0,597 0,596 1,790 0,597
Tabel 5. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
24 Jam 10% 1,457 1,456 1,457 4,370 1,457
Penyimpanan 75 menit 15% 0,618 0,617 0,616 1,851 0,617
20% 0,594 0,593 0,591 1,778 0,593
Tabel 6. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 24 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,568 1,566 1,568 4,702 1,567
10% 1,445 1,444 1,444 4,333 1,444
24 Jam
90 menit 15% 0,614 0,612 0,611 1,837 0,612
Penyimpanan
20% 0,585 0,582 0,582 1,749 0,583
Tabel 7. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
48 Jam 10% 1,361 1,358 1,361 4,080 1,360
Penyimpanan 60 menit 15% 0,611 0,609 0,607 1,827 0,609
20% 0,591 0,589 0,589 1,769 0,590
6
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Tabel 8. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
48 Jam 10% 1,355 1,354 1,356 4,065 1,355
Penyimpanan 75 menit 15% 0,605 0,603 0,602 1,810 0,603
20% 0,588 0,582 0,585 1,755 0,587
Tabel 9. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 48 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,542 1,542 1,541 4,625 1,542
10% 1,345 1,344 1,344 4,033 1,344
48 Jam
90 menit 15% 0,598 0,596 0,596 1,790 0,597
Penyimpanan
20% 0,580 0,576 0,579 1,735 0,578
Tabel 10. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 60 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,577 1,562
72 Jam 10% 1,095 1,092 1,094 3,281 1,094
Penyimpanan 60 menit 15% 0,605 0,604 0,604 1,813 0,604
20% 0,587 0,585 0,586 1,758 0,586
Tabel 11. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 75 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,577 1,526
72 Jam 10% 1,091 1,089 1,090 3,27 1,090
Penyimpanan 75 menit 15% 0,604 0,598 0,597 1,799 0,599
20% 0,583 0,581 0,582 1,746 0,582
Tabel 12. Data Hasil Uji kadar Formalin pada Tahu Penyimpanan 72 Jam dan
Perendaman 90 Menit
Ulangan Rata-
Penyimpanan Perendaman Sampel Total
1 2 3 Rata
Tahu Kontrol 1,527 1,525 1,525 4,566 1,526
10% 1,083 1,081 1,081 3,245 1,082
72 Jam
90 menit 15% 0,596 0,594 0,593 1,783 0,594
Penyimpanan
20% 0,569 0,568 0,568 1,705 0,568
7
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Hasil pengamatan yang telah diperoleh, Adapun hasil analisis tersebut adalah
kemudian dilakukan analisa sidik ragam sebagai berikut :
anova dengan 48 perlakuan dan 3 ulangan.
8
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
9
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
sehingga kadar formalin turun sebesar 61%. penyimpanan juga berlaku pada
Penurunan ini 2 kali lipat dari penurunan pengurangan kadar formalin pada tahu. Ini
kadar formalin sebelum penyimpanan atau terlihat dari kadar formalin pada kontrol
setelah perendaman. Begitu juga pada positif yang tidak diberi larutan kunyit
perendaman 75 menit dan 90 menit kadar dimana saat penyimpanan 72 jam kadar
formalin turun sebesar 61%. Ini formalin 1,612 ppm dan setelah
dikarenakan kandungan saponin pada penyimpanan selama 72 jam kadar formalin
kunyit lebih sedikit pada konsentrasi kunyit berkurang sedikit menjadi 1,562 ppm.
15% dibandingkan konsentrasi kunyit 20%. Hal ini disebabkan karena larutan
Pada penyimpanan 48 jam kadar formalin formalin yang terserap ke dalam tahu sulit
menunjukan penurunan yang signifikan, untuk dilepaskan dengan cepat. Selain itu,
tidak terdapat perbedaan dalam dipengaruhi oleh penyimpanan suhu dingin
menurunkan kadar formalin pada masing- sehingga proses penguapan berjalan lambat
masing perendaman. (Fadhillah, 2013). Hal ini sependapat
Pada penyimpanan 72 jam, pada dengan penelitian Arifin (2007) dalam
konsentrasi 10% mampu menurunkan kadar Fadhillah (2013), menyatakan bahwa
formalin tahu kontrol 1,526 ppm diturunkan daging yang direndam dalam larutan
menjadi 1,094 ppm sehingga kadar formalin sebagai pengawet, formalin
formalin turun sebesar 29%. Pada tersebut pada protein serta senyawa lain dan
perendaman 75 menit dan 90 menit. Artinya sisanya tetap dalam bentuk formalin bebas
pada konsentrasi 10% lebih efektif saat kemudian akan diserap ke dalam jaringan
disimpan selama 72 jam. karena saat (daging), sehingga akan terlindungi dari
disimpan selama 48 jam hanya mampu udara luar dan akibatnya sangat lambat
menurunan kadar formalin sebanyak 6% terjadi penguapan.
sampai 12%. Setelah diberi perlakuan perendaman
Dari hasil ini dapat disimpulkan larutan kunyit pada masing-masing
bahwa konsentrasi kunyit 20% lebih baik perlakuan konsentrasi yaitu (10%, 15%,
dan signifikan dalam mengurangi kadar 20%) kadar formalin mengalami penurunan
formalin dari pada konsentrasi kunyit 10% lebih banyak dibandingkan dengan tahu
dan 15%. Sesuai dengan penelitian Wikanta kontrol. Pada konsentrasi kunyit 10%
(2011) dalam Jannah (2014) yang mampu menurunkan kadar formalin
menggunakan belimbing wuluh yang sebanyak 5%, konsentrasi kunyit 15%
mengadung senyawa saponin untuk mampu menurunkan kadar formalin
mereduksi kadar formalin pada udang sebanyak 32% dan konsentrasi kunyit 20%
putih, dijelaskan bahwa kadar residu mampu menurunkan kadar formalin
formalin pada udang putih mengalami sebanyak 62%. Pada penyimpanan 24 jam
penurunan sejalan dengan semakin konsentrasi kunyit 15% mampu menurukan
tingginya konsentrasi belimbing wuluh. kadar formalin sebanyak 61%, 2 kali lipat
lebih banyak dari sebelumnya. Sedangkan
Pengaruh Lama Penyimpanan konsentrasi kunyit 10% hanya mampu
Berdasarkan penelitian yang sudah menurunkan kadar formalin sebanyak 7%-
dilakukan diketahui bahwa lama 8%, dan konsentrasi kunyit 20% tidak
10
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
11
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
bersifat polar sehingga dapat larut dalam tahu berubah dibandingkan tahu kontrol.
air. Menurut Rijai (2006) dalam Fadhillah Dimana pada perlakuan konsentrasi kunyit
(2013), surface active agent atau surfaktan 10% dengan lama perendaman selama 60
adalah suatu senyawa yang telah diketahui menit warna tahu menjadi kuning, tekstur
dapat menjadi penstabil emulsi. Zat masih agak keras tapi beda dengan tahu
surfaktan memiliki daya pembersih yang kontrol dan aroma kunyit lemah tidak
lebih baik dibandingkan air saja (Fadhillah, menyengat. Pada perendaman 75 menit
2013). warna menjadi kuning, tekstur sedikit
lembut dari tahu kontrol, dan aroma kunyit
Pengaruh Kunyit (Curcuma domestica) lemah tidak menyengat. Pada perendaman
Terhadap Organoleptik (tekstur, warna, 90 menit warna menjadi kuning, tekstur
aroma) pada Tahu sedikit lembut namun selama penyimpanan
Berdasarkan hasil uji organoleptik 72 jam tekstur menjadi semakin lembut,
tahu selama penyimpanan dingin 100C dan aroma kunyit lemah tidak menyengat.
terdapat perbedaan yang nyata untuk kedua Pada perlakuan konsentrasi kunyit
jenis perlakuan (kontrol dan pemberian 15% dengan lama perendaman selama 60
larutan kunyit). Kenampakan tahu kontrol menit warna tahu menjadi kuning dan
selama penyimpanan 72 jam adalah berubah kuning buram selama
kenampakan dari warna menjadi putih, penyimpanan 72 jam, tekstur lembut dan
bersih, pada tekstur tahu kontrol menjadi aroma kunyit lemah tidak menyengat. Pada
keras, dan padat tidak mudah hancur, pada perendaman 75 menit warna menjadi sangat
aroma sangat menyengat bau formalin, kuning, tekstur sedikit lembut dari tahu
Menurut Permadi (2008) dalam Jannah kontrol, dan aroma kunyit lemah tidak
(2014) produk yang ditambahkan formalin menyengat. Pada perendaman 90 menit
memiliki kenampakan yang lebih menarik, warna menjadi sangat kuning, tekstur
yakni lebih bersih, putih, dan utuh. Selain sedikit lembut namun selama penyimpanan
itu, ditambahkan oleh Nelma (2010) dalam 72 jam tekstur menjadi semakin lembut,
Jannah (2014) bahwa formaldehid juga dan aroma kunyit kuat menyengat.
dipakai untuk reaksi kimia yang bisa Pada perlakuan konsentrasi kunyit
membentuk ikatan polimer, dimana salah 20% dengan lama perendaman selama 60
satu hasilnya adalah menimbulkan warna menit warna tahu menjadi kuning dan
produk menjadi lebih cerah. berubah kuning buram selama
Namun seiring dengan lamanya penyimpanan 72 jam, tekstur lembut dan
penyimpanan pada suhu dingin 100C, kadar aroma kunyit lemah tidak menyengat. Pada
formalin pada tahu kontrol berkurang perendaman 75 menit warna menjadi sangat
namun sangat sedikit. Penurunan kadar kuning, tekstur sedikit lembut dari yang
formalin pada perlakuan tahu kontrol awal dan semakin lembut selama
disebabkan oleh sifat formalin yang mudah penyimpanan 72 jam, dan aroma kunyit
menguap, namun berjalan lebih lambat kuat menyengat dan semakin berkurang
dalam suhu dingin (Jannah, 2014). selama penyimpanan. Dan pada
Sedangkan setelah penambahan perendaman 90 menit warna menjadi sangat
larutan kunyit kenampakan organoleptik kuning, tekstur sedikit lembut namun
12
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
13
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
14