You are on page 1of 8

Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.

1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

ANALISIS PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis


Muell. Arg.) DI DISTRIK TAPANULI SELATAN PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III (Persero)

Rafael Sibagariang1, Syaad Afifuddin2, Abdul Rahman3

1PT Perkebunan Nusantara III, Jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan 20122
2Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Jl. Prof. Hanafiah Kampus USU Medan 20155


3Program Studi Magister Agribisnis Universitas Medan Area

Jl. Setiabudi No. 79 Medan 20122


Email : irabdulrahman@gmail.com

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRACT

Natural rubber is one of the agricultural commodities that provide significant benefits for
both the international scope and especially for Indonesia. Indonesia's natural rubber industry
contributes very real as a foreign exchange earner for the country, the source of income of millions
of farmers, an essential raw material for various industries and have the ability to preserve the
environment. Area of land owned rubber Indonesia today is the largest in the world. However, the
productivity of rubber in Indonesia the average was still low and the quality of the rubber
produced is also relatively low compared to Thailand and Malaysia. PTP-Nusantara III (Persero)
currently (in 2010) has a nucleus (area HGU) 179,529.92 hectares with oil palm plant composition
131,425.00 hectares or 73% and rubber covering 48104.92 hectares or 27% and garden plasma
(PIR) covering an area of 20303.78 hectares. South Tapanuli district as one of the areas of work-
PTP Nusantara III (Persero) has two (2) garden namely Batang Toru Hapesong with total area of
5142.32 acres of plants, consisting of rubber as a commodity commodity most dominant (an area
of 3965.52 ha ) and palm oil (1,176.80 Ha). In an effort to increase the productivity of rubber
plantations-PTP Nusantara III (Persero), especially in the region of South Tapanuli faces several
problems the chain determinants of productivity of rubber plantations include: the effect of
production, the influence of rainfall, the number of trees tapped, and the amount of taxation . The
purpose of this study are: 1) to determine the factors that affect the productivity of rubber trees
planted in 1992, 1993 and 1994 2) to determine the significant factors affecting the productivity of
rubber plantations and 3) Knowing the steps agronomic measures for increasing crop productivity
rubber in South Tapanuli District, PTP-Nusantara III (Persero). The results showed that the factors
that affect the productivity of rubber trees planted in 1992, is the amount assessed, the number of
trees and the amount of rainfall dideres. Factors affecting the productivity of planting rubber trees
in 1993 was the production, the amount of shelf penderes and the large number of trees. Factors
affecting the productivity of planting rubber trees in 1994 was the production and the number of
rainy days that occur.

Keywords: Rubber, PTP N III, Productivity

PENDAHULUAN sektor jasa yang meliputi perdagangan,


Pembangunan ekonomi jangka transportasi, komunikasi, perbankan , dan
panjang selain diarahkan ke sektor industri, lain-lain. Pembangunan jangka panjang
juga hares diarahkan ke sektor lain sebagai yang didisain secara terpadu akan
pendukung, seperti sektor pertanian dan mengembangkan sumberdaya terbarukan

1
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

(renewable resources) melalui sektor Keunggulan komparatif Indonesia


pertanian, sektor (agro) industri, sektor lainnya dalam agribisnis yaitu sebagai
perdagangan, dan sektor jasa pendukung negara tropis yang mendapat sinar
dalam kerangka pembangunan modal matahari melimpah sepanjang tahun
insani (human capital) Indonesia yang dengan curah hujan yang cukup dan hampir
sepias-luasnya. merata. Kondisi mikroklimat inilah yang
Strategi keunggulan komparatif di sangat sesuai dan dibutuhkan tanaman
subsektor perkebunan harus dimanfaatkan karet.
semaksimal mungkin untuk menghasilkan Karet alam merupakan salah satu
bahan baku yang berkualitas bagi sektor komoditas pertanian yang memberi
industri. Keunggulan komparatif ini akan manfaat penting baik untuk lingkup
menciptakan daya saing produk yang tinggi internasional dan teristimewa bagi
bagi produk perkebunan karena Indonesia. Di Indonesia karet merupakan
memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja, salah satu komoditi andalan subsektor
iklim tropis (sinar matahari dan curah perkebunan yang memiliki peran penting
hujan yang merata sepanjang tahun), dalam perkembangan perekonomian
ketersediaan lahan yang luas, serta nasional. Industri karet alam Indonesia
ditambah dengan dukungan pemerintah memberikan kontribusi sangat nyata
dalam pendanaan investasi. sebagai penyumbang devisa bagi negara,
Menurut teori pemasaran, terdapat sumber pendapatan jutaan petani,
istilah competitive nation, yaitu negara merupakan bahan baku esensial bagi
dianggap memiliki suatu competition berbagai industri dan memiliki kemampuan
advantage (keunggulan kompetitif) yang menjaga kelestarian lingkungan hidup.
dapat dimanfaatkan untuk berkompetisi di Karet alam sebagai bahan baku dari
pasar global. Disamping antar sesama berbagai industri, dapat diproses untuk
anggota ASEAN dan blok ekonomi regional keperluan berbagai jenis barang dan
seperti AFTA, Indonesia juga harus peralatan, misalnya ban mobil, peralatan
bertempur di pentas dunia dalam WTO. kendaraan, pembungkus kawat telepon dan
Kondisi dunia yang semakin global, tanpa listrik, sepatu, alat kedokteran, beberapa
adanya batas waktu dan ruang antar peralatan rumah tangga dan kantor, alat-
negara, menawarkan konsep alternative alat olah raga, ebonit, dan aspal. Dengan
nation, yaitu suatu negara alternatif yang demikian karet alam memiliki pengaruh
memberikan paling banyak kemudahan dan besar tehadap bidang transportasi,
keuntungan dalam melaksanakan suatu komunikasi,industri, pendidikan, kesehatan,
usaha. Arus modal investasi akan mengalir hiburan, dan banyak bidang lain yang vital
deras ke negara alternatif yang memberikan bagi kehidupan manusia.
kemudahan berusaha dengan menghasilkan Produksi dan konsumsi karet alam
keuntungan yang menarik. scat ini masih jauh di bawah karet sintesis,
Keunggulan komparatif Indonesia tetapi peranan karet alam tidak dapat
dibandingankan dengan negara lain yaitu digantikan karet sintesis, karena karet alam
memiliki sumber daya alam yang memiliki beberapa keunggulan yang sulit
berlimpah. Indonesia merupakan salah satu ditandingi karet sintesis. Adapun kelebihan-
negara di kawasan Asia bagian Timur yang kelebihan karet alam dibanding karet
berpotensi dalam pengembangan agribisnis, sintesis adalah:
disamping negara lainnya seperti : RRC, a. Memiliki daya elastis atau daya
Jepang, Taiwan, Thailand, India, Malaysia lenting yang sempurna,
dan lainnya. Namun bila dilihat dari aspek b. Memiliki plastisitas yang baik
geografisnya, maka negara yang paling sehingga pengolahannya mudah,
berpotensi mengembangkan agribisnis c. Memiliki daya aus yang tinggi, Tidak
adalah Cina. Akan tetapi negara Cina, mudah panas (low heat build up),
memiliki masalah yang sama dengan dan
Indonesia, yaitu lahan yang subur di bagian d. Memiliki daya tahan yang tinggi
Selatan diperuntukan sebagai kawasan e. terhadap keretakan (groove
industri. cracking resistance).

2
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

Perkebunan karet juga menjadi ini lebih mengandalkan hutan alam sebagai
sumber keragaman hayati yang bermanfaat sumber utama kayu.
dalam pelestarian lingkungan, karena Luas lahan karet yang dimiliki
mampu menciptakan Rubber Forest Indonesia saat ini merupakan yang terluas
Plantation sekaligus mendukung di dunia. Perkembangan luas lahan karet di
program Clean Development Mechanism Indonesia dapat di lihat pada tabel 1.
(CDM). Tanaman karet berperan dalam Namun leas lahan yang ada ini tidak
penyerapan CO2 (carbon sequestration) dan diimbangi dengan produktivitas yang tinggi.
penghasil 02, pendukung konservasi lahan Produktivitas karet di Indonesia rata-rata
dan air (hidrologis), perbaikan struktur masih rendah dan mutu karet yang
tanah, serta mempertahankan biodiversity. dihasilkan juga tergolong rendah.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Sedangkan Thailand dan Malaysia memiliki
kemampuan tanaman karet dalam produktivitas dan mutu yang lebih tinggi
menyerap CO2 adalah sekitar 7 (tujuh) ton dari Indonesia, sehingga saat ini mereka
CO2 per satu ton karet alam. Selain itu menguasai pasar karet internasional,
tanaman karet ke depan akan merupakan sedangkan Indonesia sementara ini masih
sumber kayu potensial yang dapat bertengger dilapis keduanya.
mensubstitusi kebutuhan kayu yang selama
Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Karet di Indonesia Tahun 2002 2009

Luas Lahan (ribu Ha) Produksi (ribu ton) Produktivitas


Tahun
PR PBN PBS PR PBN PBS PR PBN PBS
2002 2,825.5 221.2 271.7 1,226.6 186.5 217.2 434 843 799
2003 2,772.5 241.6 276.0 1,396.2 191.7 204.4 504 793 741
2004 2,747.9 239.1 275.3 1,622.0 196.1 207.7 605 820 754
2005 2,767.0 237.6 274.8 1,838.7 209.8 222.4 665 883 809
2006 2,796.2 237.6 275.4 1,916.5 218.7 231.8 685 920 842
2007 2,841.0 237.9 279.8 1,986.4 226.7 240.3 699 953 859
2008 2,886.4 241.6 284.2 2,005.2 234.5 248.6 695 971 875
2009* 2,932.6 245.5 288.8 2,123.6 242.4 256.8 724 987 889
* estimasi
Ket : PR: Perkebunan Rakyat, PBN: Perkebunan Besar Negara, PBS: Perkebunan Besar Swasta
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009

Indonesia memiliki potensi besar peningkatan hingga tahun 2035 sekitar 15


untuk menjadi produsen utama tanaman juta ton karet kering. Sedangkan
karet dalam dekade mendatang. perkembangan produksi akan stabil pada
Berdasarkan study IRSG ( International sekitar 2 % per tahun, sehingga produksi
Rubber Study Group) tahun 2007 di karet alam dunia pada tahun 2035 menjadi
prediksikan bahwa produksi karet alam sekitar 13 juta ton. Kondisi ini menjadi
dunia akan mencapai sekitar 13 juta ton tantangan bagi industri karet alam dan
pada tahun 2035 dan Indonesia akan pelaku usaha perkebunan karet untuk terus
menjadi negara penghasil karet alam meningkatkan produksi dan kualitas
terbesar dengan produksi sekitar 4 juta ton. produksi berbasis karet alam.
Potensi Indonesia untuk menjadi produsen Imbas krisis ekonomi global dalam
utama karet alam di dunia dapat beberapa tahun terakhir ini terhadap harga
diwujudkan melalui peningkatan dan permintaan komoditas perkebunan di
produktivitas. pasaran dunia memperlihatkan penurunan
Permintaan karet alam dunia yang cukup signifikan. Kondisi ini harus
diprediksi akan terus mengalami dihadapi oleh para pekebun untuk tetap

3
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

dapat meningkatkan produktivitas (CRM). Target program Strategi Inisiatif


tanamannya. Berdasarkan fakta ternyata tersebut kemudian dijabarkan melalui KPI
sektor pertanian termasuk di dalamnya (Key Performance Indicator).
perkebunan pada tahun 2008 masih tetap Kinerja perusahaan sendiri
tumbuh positif yang diindikasikan dengan tergambar dari indikator internal
bertambahnya luas areal dan peningkatan diantaranya meningkatnya Competence
produksi yang lebih baik. Level Index (CLI), Employee Satisfaction
Pemerintah telah menetapkan kebijakan Index (ESI), produktivitas (kualitas dan
pengembangan karet nasional dengan kuantitas), efektifitas operasional, cost
menetapkan sasaran jangka panjang yaitu price, komposisi tanaman, kecepatan
produksi karet nasional mencapai 3,8-4,0 proses, menurunnya kuantitas kesalahan
juta ton pada tahun 2035 melalui (basil audit), baldrige score, dan
penggunaan klon unggul, sehingga manajemen mutu (ISO). Sedangkan
peningkatan produktivitas menjadi rata- indikator eksternal diantaranya Customer
rata 1.500 kg/ha. Satisfaction Index (CSI), market share,
Perubahan lingkungan global, kontribusi pajak, indeks kepuasan petani
lingkungan industri dan lingkungan tempat plasma, keamanan, joint venture. Indikator
usaha menyebabkan public requirement inovasi diantaranya penciptaan metode
menuntut perusahaan merespons baru, penciptaan ragam produk, ragam
perubahan agar mampu survive dalam pangsa pasar, dan ragam teknologi. Untuk
persaingan global. PTP-Nusantara III indikator finansial kinerja perusahaan
(Persero) sebagai salah satu BUMN terbaik digambarkan dengan Return on Aset (ROA),
saat ini juga memandang dan merespons Rentabilitas, Liquiditas dan Solvabilitas,
secara positif adanya perubahan lingkungan yang pada akhirnya mengambarkan tingkat
bisnis tersebut. Untuk itulah PTP-Nusantara kesehatan dan pertumbuhan perusahaan.
III (Persero) melakukan transformasi bisnis PTP-Nusantara III (Persero) saat ini
untuk menjadi knowledge company yang (tahun 2009) memiliki kebun inti (areal
bertaraf kelas dunia melalui pertumbuhan HGU) seluas 179.529,92 hektar dengan
yang berkesinambungan (sustainable komposisi tanaman kelapa sawit selnas
growth). Proses transformasi bisnis 131.425,00 hektar atau 73 % dan karet
tersebut telah dituangkan dalam penetapan seluas 48.104,92 hektar atau 27 % serta
Visi, Misi, Tata Nilai (values), Strategi dan kebun plasma (PIR) seluas 20.303,78
Paradigma Baru (new paradigm) yang hektar. Kontribusi laba sebelum pajak
pencapaiannya dilakukan melalui program dalam lima tahun terakhir, khususnya karet
Strategi Inisiatif PTP-Nusantara III mengalami peningkatan sejalan dengan
(Persero), yaitu : Integreted Competence peningkatan produktivitas dan
Base Human Resources Management membaiknya harga pasar komoditi karet.
System ( ICBHRMS ), Operational Excelence Perolehan laba PTP-Nusantara III (Persero)
(OPEX), Total Quality Management (TQM) dalam lima tahun terakhir dapat dilihat
dan Customer Relationship Management dalam Tabel 2.

Tabel 2. Keuntungan Sebelum Pajak yang Diperoleh PTP-Nusantara III (Persero) dalam 5
Tahun Terakhir
Keuntungan Sebelum Pajak (Rp. 000.000,-)
No Komoditi
2004 2005 2006 2007 2008
1 Karet 32,892.8 137,305.7 217,646.6 244,886.6 254,285.9
2 Klp. Sawit 373,547.2 280,740.3 207,025.2 781,032.1 963,902.6
PTPN - III 406,440.0 418,046.0 424,671.9 1,025,918.6 1,218,188.4

4
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

Komoditi karet yang pada tahun-


tahun sebelumnya memberikan kontribusi sifatnya hanya merupakan data pendukung
keuntungan cukup besar bagi PTP- untuk menjelaskan perilaku data sekunder
Nusantara III (Persero), maka pada tahun yang ada. Pengumpulan data sekunder
2009 dilakukan dari berbagai sumber, antara lain
dari Kebun Hapesong, Kebun Batang Toni
METODE PENELITIAN dan Distrik Tapanuli Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan jenis penelitian studi HASIL DAN PEMBAHASAN
kasus atau penelitian kasus (case study). 1. Pendugaan Model
Metode desktiptif adalah suatu metode Hasil pendugaan model Regresi
dalam meneliti status sekelompok manusia, Linier Berganda dengan menggunakan
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem program pengolahan data statistik SPSS 12
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa (statistical product and service solution)
pada masa sekarang. Studi kasus atau menunjukkan bahwa koefisien determinasi
penelitian kasus adalah penelitian tentang (R2) pada setiap persamaan cukup tinggi,
status subjek penelitian yang berkenaan yakni berkisar 0,735 0,930. Tanda
dengan suatu fase spesifik atau khas dari koefisien regresi variabel bebas umumnya
keseluruhan personalitas. Subjek penelitian sesuai dengan yang diharapkan.
dapat saja individu, kelompok, lembaga Uji F Statistik untuk analisa varian
maupun masyarakat (Nazir, 1988). (ANOVA) adalah sangat nyata untuk semua
Data yang digunakan dalam persamaan dan probabilitasnya lebih kecil
penelitian ini bersumber dari data primer dari taraf signifikansi (< 0,05), maka dapat
dan data sekunder. Data utama dalam disimpulkan bahwa model persamaan yang
penelitian ini merupakan data sekunder diajukan dapat diterima. Sementara itu,
rentang waktu (time series) pada tingkat di berdasarkan uji t statistik secara umum
Distrik Tapanuli Selatan, PTP-Nusantara III variabel bebas berpengaruh nyata terhadap
(Persero). Data primer yang dikumpulkan variabel tidak bebas.

Tabel 3. Hasil Pendugaan Model Analisis Produktivitas Tanaman Karet Di Distrik Tapanuli
Selatan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

No Tahun Model Persamaan R2 F hit


Tanam
1. 1992 Ya= -3,349 +1,070Xa1 + 0,387Xa2 - 0,488Xa3 0,930 26,462
2. 1993 Yb= -13,356 + 0,840Xb1+ 2,330Xb2 + 2,494Xb3 0,735 5,550
3. 1994 Yc= 1,804 + 0,834Xc1- 0,493Xc2 0,924 42,442
Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2010
Keterangan:
a = Tahun Tanam 1992
b = Tahun Tanam 1993
c = Tahun Tanam 1994
karet tahun tanam 1992. Dilihat dari
2. Produktivitas Karet Tahun 1992 koefisien regresi, maka tanda koefisien
Hasil dugaan persamaan semua variabel bebas sesuai dengan yang
produktivitas tanaman karet tahun tanam diharapkan.
1992 diperoleh bahwa produktivitas Konstanta persamaan produktivitas
tanaman karet tahun tanam 1992 (Ya) tanaman karet tahun tanam 1992 adalah -
dipengaruhi oleh besaran taksasi (Xaj), 3,349, artinya jika DTAPS tidak beroperasi
jumlah pohon (Xa2) dan curah hujan (Xa3). maka akan menderita kerugian sebesar
Hasil uji t menunjukkan bahwa taksasi, 3,349 ton per ha. Koefisien regresi taksasi
jumlah pohon dan curah hujan berpengaruh adalah 1,070, artinya jika DTAPS
nyata terhadap produktivitas tanaman menambah taksasi sebesar 1 ton, maka

5
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

DTAPS akan mendapatkan tambahan 0,05), berarti besaran taksasi berpengaruh


produktivitas sebesar 1,070 ton per ha. signifikan terhadap produktivitas tahun
Koefisien regresi jumlah pohon adalah tanam 1993. T hitung untuk jumlah ancak
0,387, artinya jika DTAPS menambah 1.000 adalah 2,595 dengan probabilitas (Sig)
pohon, maka DTAPS akan mendapatkan 0,041 (< dari 0,05), berarti jumlah ancak
tambahan produktivitas sebesar 0,387 ton berpengaruh signifikan terhadap
per ha. Koefisien regresi curah hujan adalah produktivitas tahun tanam 1993. T hitung
-0,488, artinya jika curah hujan di DTAPS untuk jumlah pohon adalah 4,000 dengan
menurun sebesar 1.000 mm per tahun, probabilitas (Sig) 0,007 (< dari 0,05),
maka DTAPS akan mendapatkan tambahan berarti jumlah pohon berpengaruh
produktivitas sebesar 0,488 ton per ha. signifikan terhadap produktivitas tahun
Jumlah ancak deres pada analisa regresi tanam 1993.
model persamaan untuk tahun tanam 1992
tidak menunjukkan pengaruh yang 4. Produktivitas Karet Tahun 1994
signifikan pads taraf 5 %. Hal ini diduga Hasil dugaan persamaan
disebabkan oleh jumlah pohon per ancak produktivitas tanaman karet tahun tanam
pada tahun tanam 1992 telah sesuai dengan 1994 diperoleh bahwa produktivitas
standart optimalnya. tanaman karet tahun tanam 1994 (Yc)
dipengaruhi oleh besaran taksasi tahun
3. Produktivitas Karet Tahun 1993 tanam 1994 (Xcl) dan hari hujan tahun
Hasil dugaan persamaan tanam 1994 (Xc2). Hasil uji t menunjukkan
produktivitas tanaman karet tahun tanam bahwa besaran taksasi dan hari hujan
1993 diperoleh bahwa produktivitas berpengaruh nyata terhadap produktivitas
tanaman karet tahun tanam 1993 (Yb) tanaman karet tahun tanam 1994. Dilihat
dipengaruhi oleh besaran taksasi (Xbl), dari koefisien regresi, maka tanda koefisien
jumlah ancak (Xb2) dan jumlah pohon semua variabel bebas sesuai dengan yang
(Xb3). Hasil uji t menunjukkan bahwa diharapkan.
besaran taksasi, jumlah ancak dan jumlah Konstanta persamaan produktivitas
pohon berpengaruh nyata terhadap tanaman karet tahun tanam 1994 adalah
produktivitas tanaman karet tahun tanam 1,804 artinya bila tidak ada besaran taksasi
1993. Dilihat dari koefisien regresi, maka dan tidak hujan maka DTAPS akan
tanda koefisien semua variabel bebas sesuai memperoleh tambahan produktivitas
dengan yang diharapkan. sebesar 1,804 kg per ha. Koefisien regresi
Konstanta persamaan produktivitas besaran taksasi adalah 0,834 artinya jika
tanaman karet tahun tanam 1993 adalah - DTAPS meningkatkan besaran taksasi
13,536 artinya jika DTAPS tidak beroperasi sebanyak 1 ton, maka akan mendapatkan
maka akan menderita kerugian sebesar tambahan produktivitas sebesar 0,834 kg
13,536 ton per ha. Koefisien regresi besaran per ha. Koefisien regresi hari hujan adalah -
taksasi adalah 0,840 artinya jika DTAPS 0,493, artinya jika hari hujan Dari tabel 22
meningkatkan produksinya 1 ton, maka dapat diketahui bahwa t hitung untuk
DTAPS akan mendapatkan tambahan besaran taksasi adalah 9,143 dengan
produktivitas sebesar 0,840 ton per ha. probabilitas (Sig) 0,000 (< dari 0,05),
Koefisien regresi jumlah ancak adalah 2,330 berarti produksi berpengaruh signifikan
artinya jika DTAPS menambah 1 ancak, terhadap produktivitas tahun tanam 1994.
maka DTAPS akan mendapatkan tambahan T hitung untuk hari hujan adalah -3,914
produktivitas sebesar 2,330 ton per ha. dengan probabilitas (Sig) 0,015 (< dari
Koefisien regresi jumlah pohon adalah 0,05), berarti hari hujan berpengaruh
2,494 artinya jika DTAPS menambah 1.000 signifikan terhadap produktivitas tahun
pohon, maka DTAPS akan mendapatkan tanam 1994.
tambahan produktivitas sebesar 2,294 ton
per ha. 5. Uji Asumsi Klasik
Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa t 1). Uji Multikolinearitas
hitung untuk besaran taksasi adalah 2,911 Menurut Pratisto (2004)
dengan probabilitas (Sig) 0,027 (< dari Multikolinieritas adalah keadaan dimana

6
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

varaibelvariabel bebas dalam persamaan tanaman karet) untuk dijadikan sebagai


regresi mempunyai kolerasi (hubungan) salah satu pedoman dalam menentukan
yang erat satu sama lain. Dan hasil uji tindakan kultur tehnis tanaman.
statistik kolinearitas pada faktor 2) Perlu adanya penyusunan taksasi yang
produktivitas tanaman Karet tahun tanam lebih realistis dengan
1992, 1993 dan 1994, didapatkan hasil uji mempertimbangkan capaian produksi
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4. tahun lalu dan memperhitungkan jumlah
pohon yang dideres serta banyaknya
Tabel 4. Uji Multikolinearitas Variabel bebas hari hujan yang terjadi di Distrik
dalam Produktivitas Tanaman Karet Tapanuli Selatan PTP. Nusantara - III
Tahun Tanam 1992 (Persero).
3) Perlu adanya rasionalisasi ancak deres
Statistik Kolinearitas dan data yang akurat penyebab
Variabel Bebas
Toleransi VIF menurunnya jumlah pohon yang dideres.
Besaran Taksasi 0,811 1,233 Penggalian produksi secara maksimal
Jumlah Pohon 0,638 1,568 dengan memperhatikan kebutuhan alat
Curah Hujan 0,696 1,438 yang ada, menderes sepagi mungkin dan
Sumber: Data Sekunder setelah diolah tidak ada pohon yang tidak di deres.

Dari tabel 23 menunjukkan bahwa


DAFTAR PUSTAKA
nilai VIF untuk ketiga variabel bebas berada
dibawah 5 dan nilai toleransi berada Adiwiganda, R., 2002. Pengelolaan
dibawah satu, sehingga dapat disimpulkan Lapangan dalam Aplikasi Pupuk di
bahwa model regresi tidak mengalami Perkebunan Kelapa Sawit.
gangguan multikolinearitas. 2005. Pertimbangan Penggunaan
Pupuk Majemuk Pada Berbagai Kelas
KESIMPULAN DAN SARAN lahan di Perkebunan Kelapa Sawit.
1. Kesimpulan Proseding Pertemuan Teknis Kelapa
Berdasarkan hasil analisa data dari Sawit.
penelitian ini, maka dapat diambil
Anonim, 2006. Karet; Budi Daya &
kesimpulan sebagai berikut:
Pengolahan, Strategi Pemasaran. Tim
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penulis PS, Jakarta.
produktivitas tanaman karet tahun
tanam 1992 adalah besaran taksasi, Anonim, 2004. Panduan Transformasi
jumlah pohon yang dideres dan Bisnis. PT. Perkebunan Nusantara III
banyaknya curah hujan yang terjadi di (Persero), Medan.
Distrik Tapanuli Selatan PTP-Nusantara Anonim, 2007a. Petunjuk Pemupukan. Agro
III (Persero). Media Pustaka.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas tanaman karet tahun Anonim, 2007b. Panen dan Produksi Karet.
tanam 1993 adalah besaran taksasi, Bagian Tanaman PTPN-III, Medan.
jumlah ancak penderes dan banyaknya Barns, M.A., 1982. Definisi dan Ruang
jumlah pohon. lingkup Pengawetan Tanah. Penerbit
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Rimba Indonesia.
produktivitas tanaman karet tahun
tanam 1994 adalah besaran taksasi dan Beattie, B. R. Dan C.R. Taylor, 1996. The
banyaknya hari hujan yang terjadi di Economics of Production. (Ekonomi
Distrik Tapanuli Selatan PTP-Nusantara Produksi, alih bahasa Dr. Soeratno
III (Persero). Jososhardjono). Gadjah Mada
University Press.
2. Saran Boediono, 1993. Ekonomi Mikro. Seri
1) Disarankan perlunya PTP. Nusantara - III Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
(Persero) memiliki data curah hujan dan No. 1 Edisi Kedua. BPFE, Yogjakarta.
hari hujan selama 25 tahun (satu sildus

7
Agrica (Jurnal Aribisnis Sumatera Utara) Vol. 1 No.1/ Juli 2013 ISSN No:1979-8164

Damoskoro W, E.S. Sutarta, Sugiono, Nuzul


H.D., H.H. Siregar, 2005. Peningkatan
Nachrowi, N.D dan Usman, H., 2005.
Efektifitas Pemupukan Kelapa Sawit.
Penggunaan Teknik Ekonometrik.
Daslin, A., Woelan, S., dan Suhendry, I., Rajagrafindo Persada, Jakarta.
2008. Bahan Tanaman Klon Karet
Nazir, M., 1988. Metode Penelitian. Ghalia
Unggul. Balai Penelitian Karet Sei
Indonesia, Jakarta.
Putih, Deli Serdang.
Pahan, I., 2007. Panduan Lengkap Kelapa
Kadir S.A., 2008. Prosiding Lokakarya
Sawit, Manajemen Agribisnis dari
Nasional Agribisnis Karet
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya,
2008 : Perkembangan Riset dan Depok.
Teknologi Terhadap Peningkatan
Pratisto, A., 2004. Cara Mudah Mengatasi
Produktivitas Karet Alam. Pusat
Masalah Statistik dan Rancangan
Penelitian Karet, Medan.
Percobaan dengan SPSS 12. Elex
Debertin, D.L., 1986. Agricultural Media Komputindo, Jakarta.
Production Economics. 2nd Edition.
Priyatno, D., 2009. Mandiri Belajar SPSS.
Mc-Graw Hill Inc, New York.
Mediakom, Yogyakarta.
Dharmandono, 1995. Pengaruh Komponen
Proseding Loka Karya Nasional Agribisnis
Huj an Terhadap Produktivitas Karet.
Karet 2008. Pusat Penelitian Karet,
Jurnal Penelitian Karet, 13 (3)
Lembaga Riset Perkebunan
Doll, J.P. and F. Orazem, 1984. Production Indonesia.
Economic. Theory with Application.
Sumarmadji dick, 2006. Seri Buku Saku:
2d Edition. John Willey & Sons Inc.
Pedoman Penyadapan Tanaman
Canada.
Karet. Balai Penelitian Pusat
Ghozali, I., 2001. Aplikasi Analisis Penelitian Sungei Putih, Pusat
Multivariate dengan Program SPSS, Penelitian Karet, Deli Serdang.
Badan Penerbit Universitas
Thomas, 1993. Beberapa Usaha Mengatasi
Diponegoro, Semarang.
Kerusakan Tanaman Karet Karena
Gujarati, D., 1997. Ekonometrika Dasar (alih Angin. Warta Perkaretan, 12 (2)
bahasa Sumarno Zain). Cetakan
Winarna, E.M. Ginting, E.S. Sutarta dan P.
Kedua, Erlangga.
Purba, 2005. Teknik Pengawetan
http://www.gapkindo.com.;http://www.dit Tanah dan Air di Perkebuan Kelapa
jenbun.com Sawit. PPKS Medan.
Karyudi, 2009. Prinsip Dasar Manajemen Zulkarnain, M., 2005. Tesis:Analisis Faktor-
Karet. Balai Penelitian Karet Sei Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet
Putih, Pusat Penelitian Karet, Deli di Kebun Inti Air Molek I di PTPN V Riau,
Serdang. Program Studi Magister Manajemen
Agribisnis, Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu
Komaruddin, 1991. Asas Asas
Pertanian, Program Pasca Sarjana,
Manajemen Produksi. Bumi Aksara,
Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta.
Jakarta.
Lubis, A.M., Go Ban Hong, M.Y. Nyapa., M.
Poeloengan, 1985. Ilmu Kesuburan
Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Islam
Sumatera Utara, Medan.

You might also like