You are on page 1of 6

Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal.

22 - 27

REAKSI HIPERSENSITIVITAS ATAU ALERGI

Riwayati*)

ABSTRACT

Hypersensitivity is the overreaction undesirable because too sensitif immune response


(damaging, resulting in discomfort, and sometimes fatal) produced by the normal
immune system. Reaction hipersentsitivitas have 4 types of reactions as follows: Type I:
the reaction Anafilaksi, antigens or allergens are free to react with the antibody, in this
case the IgE bound to mast cells or basophils cells with consequent release of
histamine. This situation caused a reaction-type fast. Type II: cytotoxic reaction, the
antigen bound to the target cell. In this case the IgE antibodies and IgM in the presence
of complement will be provided with an antigen, which can result in the destruction of
these cells. This reaction is a reaction that is rapid, and allografi reaction, ulcers
Mooren is a reaction of this type. Type III: complex immune response, the antibody
binds to the antigen and the complement to form immune complexes. This situation
raises neurotrophichemotactic factors that could cause local inflammation or damage.
Generally occur in small blood vessels. Its presence in cornea may include herpes
simplex keratitis, keratitis due to bacteria. (Stafilokok, pseudomonas) and fungi. Such
reactions also occur on the Herpes simplex keratitis. Type IV: delayed type reactions,
the type IV whose role is known as T lymphocytes or cellular immunity. Sensitized T
lymphocytes (sensitized T lymphocytes) reacts with the antigen, and cause the release of
mediators (lymphokines) which found in rejection reactions after keratoplasti, keraton-
jungtivitis flikten, Herpes simplex keratitis and keratitis diskiformis. Certain diseases
may be due to one or several types of hypersensitivity reactions.

Kata Kunci : Hipersensitivitas, reaksi imun kompleks, imunitas seluler


.

Pendahuluan respon. Bilamana alergen tersebut hancur,


maka ini merupakan hal yang
menguntungkan, sehingga yang terjadi

P ada dasarnya tubuh kita memiliki


imunitas alamiah yang bersifat non-
spesifik. Imunitas spesifik ialah
sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang
ialah keadaan imun. Tetapi bilamana
jaringan tubuh menjadi rusak, maka
terjadilah reaksi hipersensitivitas atau
alergi.
memproduksi 5 macam imunoglobulin Hipersensitivitas adalah suatu
yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE. Sistem respon antigenik yang berlebihan, yang
imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel terjadi pada individu yang sebelumnya
limfosit T bila mana bertemu dengan telah mengalami suatu sensitisasi dengan
antigen lalu mengadakan diferensiasi dan antigen atau alergen tertentu. Berdasarkan
menghasilkan zat limfokin, yang mengatur mekanisme reaksi imunologik yang terjadi,
sel-sel lain untuk menghancurkan antigen Gell & Coombs membagi reaksi
tersebut. hipersensitivitas menjadi 4 golongan, yaitu
Bilamana suatu alergen masuk ke : Pertama, Tipe I (reaksi anafilatik).
tubuh, maka tubuh akan mengadakan Reaksi anafilatik merupakan reaksi

*)
Dra. Riwayati, M.Si. : Staf Pengajar Jurs. Biologi FMIPA UNIMED

22 ISSN : 1693 - 1157


Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 13 (26) Des. 2015
ISSN : 1693 - 1157

hipersensitivitas tipe cepat klasik. dikandungnya, yaitu histamin dan zat


Anafilaksis dipengaruhi oleh regain peradangan lainnya.
misalnya anafilaksis, atropi dan lain-lain. Reaksi hipersensitivitas tipe I, atau
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I turut tipe cepat ini ada yang membagi menjadi
berperan serta IgG, IgE, dan Histamin. reaksi anafilaktik (tipe Ia) dan reaksi
Kedua, Tipe II (reaksi sitotoksik). Reaksi anafilaktoid (tipe Ib). Untuk terjadinya
ini pada umumnya terjadi akibat adanya suatu reaksi selular yang berangkai pada
aktifasi dari sistem komplemen setelah reaksi tipe Ia diperlukan interaksi antara
mendapat rangsangan dari adanya komleks IgE spesifik yang berikatan dengan
antigen antibody. IgG, IgM, dan reseptor IgE pada sel mast atau basofil
komplemen berperan dalam reaksi dengan alergen yang bersangkutan.
hipersensitivitas tipe II. Ketiga, Tipe III Proses aktivasi sel mast terjadi
(reaksi kompleks imun). Pada reaksi bila IgE atau reseptor spesifik yang lain
hipersensitivitas tipe III terjadi kerusakan pada permukaan sel mengikat
yang disebabkan oleh kompleks antigen anafilatoksin, antigen lengkap atau
antibody. Pada reaksi ini berperan IgG, kompleks kovalen hapten-protein. Proses
IgM, dan komplemen. Keempat, Tipe IV aktivasi ini akan membebaskan berbagai
(reaksi tipe lambat). Hipersensitivitas tipe mediator peradangan yang menimbulkan
lambat atau yang dipengaruhi oleh sel gejala alergi pada penderita, misalnya
merupakan salah satu aspek imunitas yang reaksi anafilaktik terhadap penisilin atau
dipengaruhi oleh sel. gejala rinitis alergik akibat reaksi serbuk
bunga.
Hipersensitivitas Tipe I Eosinofil berperan secara tidak
langsung pada reaksi hipersensitivitas tipe
Reaksi hipersensitivitas tipe 1 I melalui faktor kemotaktik eosinofil-
merupakan respon jaringan yang terjadi anafilaksis (ECF-A = eosinophil
karena adanya ikatan silang antara alergen chemotactic factor of anaphylaxis). Zat ini
dan IgE. Reaksi ini dapat disebut juga merupakan salah satu dari preformed
sebagai reaksi cepat, reaksi alergi, atau mediators yaitu mediator yang sudah ada
reaksi anafilaksis. Mekanisme umum dari dalam granula sel mast selain histamin dan
reaksi ini sebagai berikut : faktor kemotaktik neutrofil (NCF =
Alergen berikatan silang dengan IgE. Sel neutrophil chemotactic factor). Mediator
mast dan basofil mengeluarkan amina yang terbentuk kemudian merupakan
vasoaktif dan mediator kimiawi lainnya. metabolit asam arakidonat akibat
Timbul manifestasi berupa anafilaksis, degranulasi sel mast yang berperan pada
urtikaria, asma bronkial atau dermatitis reaksi tipe I.
atopi.
Sel mast dan basofil pertama kali Hipersensitivitas Tipe II
dikemukakan oleh Paul Ehrlich lebih dari
100 tahun yang lalu. Sel ini mempunyai Reaksi hipersensitivitas tipe II
gambaran granula sitoplasma yang terjadi karena dibentuknya IgG dan IgM
mencolok. Pada saat itu sel mast dan terhadap antigen yang merupakan bagian
basofil belum diketahui fungsinya. dari sel pejamu. Reaksi ini dapat disebut
Beberapa waktu kemudian baru diketahui juga sebagai reaksi sitotoksik atau reaksi
bahwa sel-sel ini mempunyai peran sitolitik. Reaksi ini terdiri dari 3 jenis
penting pada reaksi hipersensitivitas tipe mekanisme, yaitu reaksi yang bergantung
cepat (reaksi tipe I) melalui mediator yang pada komplemen, reaksi yang bergantung

PUSDIBANG KS UNIMED 23
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27

pada ADCC dan disfungsi sel yang berupa anemia hemolitik autoimun,
diperantarai oleh antibodi. Mekanisme eritroblastosis fetalis, sindrom Good
singkat dari reaksi tipe II ini sebagai Pasture, atau pemvigus vulgaris.
berikut : IgG dan IgM berikatan dengan Tiga mekanisme utama
antigen di permukaan sel. Fagositosis sel hipersensitivitas tipe II menurut Purnomo
target atau lisis sel target oleh komplemen, (2015) disajikan pada Gambar 1. berikut
ADCC dan atau antibody. Pengeluaran ini
mediator kimiawi. Timbul manifestasi

Gambar Mekanisme utama reaksi hipersensitivitas tipe II

Hipersensitivitas tipe II Hipersensitivitas dapat melibatkan


diakibatkan oleh antibodi berupa reaksi komplemen (atau reaksi silang)
imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin yang berikatan dengan antibodi sel
E (IgE) untuk melawan antigen pada sehingga dapat pula menimbulkan
permukaan sel dan matriks ekstraseluler. kerusakan jaringan. Beberapa tipe dari
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada hipersensitivitas tipe II menurut Tan., dkk.
sel atau jaringan yang secara langsung (2008) adalah: 1). Pemfigus (IgG bereaksi
berhubungan dengan antigen tersebut. dengan senyawa intraseluler di antara sel
Pada umumnya, antibodi yang langsung epidermal), 2). Anemia hemolitik
berinteraksi dengan antigen permukaan sel autoimun (dipicu obat-obatan seperti
akan bersifat patogenik dan menimbulkan penisilin yang dapat menempel pada
kerusakan pada target sel. permukaan sel darah merah dan berperan

24 ISSN : 1693 - 1157


Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 13 (26) Des. 2015
ISSN : 1693 - 1157

seperti hapten untuk produksi antibodi trombosit, aktivasi makrofag, perubahan


kemudian berikatan dengan permukaan sel permeabilitas vaskular, aktivasi sel mast,
darah merah dan menyebabkan lisis sel prodksi dan pelepasan mediator inflamasi
darah merah), 3). Sindrom Goodpasture. dan bahan kemotaktik serta influx
IgG bereaksi dengan membran permukaan neutrofil. Bahan toksik yang dilepas
glomerulus sehingga menyebabkan neutrofil dapat menimbulkan kerusakan
kerusakan ginjal (David., dkk. 2006). jaringan setempat. 2). Kompleks imun
mengendap di jaringan. Hal yang
Hipersensitivitas Tipe III memungkinkan terjadinya pengendapan
kompleks imun di jaringan ialah ukuran
Reaksi hipersensitivitas tipe 3 terjadi kompleks imun yang kecil dan
karena pengendapan kompleks imun permeabilitas vaskular yang meningkat,
(antigen-antibodi) yang susah difagosit antara lain arena histamine yang dilepas
sehingga akan mengaktivasi komplemen sel mast.
dan mengakumulasi leukosit Bentuk reaksi dari
polimorfonuklear di jaringan. Reaksi ini Hipersensitivitas tipe III terdiri dari 2
juga dapat disebut reaksi yang diperantarai bentuk, yaitu : 1). Reaksi lokal atau
kompleks imun. Reaksi ini terdiri dari 2 fenomen arthus. Arthus yang
bentuk reaksi, yaitu : reaksi Kompleks menyuntikkan serum kuda ke dalam
Imun Sistemik (Serum Sickness) dan kelinci intradermal berulangkali di tempat
reaksi Sistem Imun Lokal (Arthus). yang sama menemukan reaksi yang makin
Mekanisme reaksi ini secara umum menghebat di tempat suntikan. Reaksi
sebagai berikut : Terbentuknya kompleks Tipe Arthus dapat terjadi intrapulmoner
antigen-antibodi yang sulit difagosit. yang diinduksi kuman, spora jamur atau
Mengaktifkan komplemen. Menarik protein fekal kering yang dapat
perhatian Neutrofil. Pelepasan enzim menimbulkan pneumonitis atau alveolitis
lisosom. Pengeluaran mediator kimiawi. atau Farmers lung. C3a dan C5a
Timbul manifestasi berupa reaksi Arthus, (anafilatoksin) yang terbentuk pada
serum sickness, LES, AR, aktivasi komplemen, meningkatkan
glomerulonefritis, dan pneumonitis. permeabilitas pembuluh darah yang dapat
Dalam keadaan normal kompleks menimbulkan edem. C3a dan C5a
imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut berfungsi juga sebagai faktor kemotaktik,.
eritrosit ke hati, limpa dan disana Neutrofil dan trombosit mulai dikerahkan
dimusnahkan oleh sel fagosit di tempat reaksi dan menimbullkan statis
mononuklear, terutama di hati, limfa dan dan obstruksi total aliran darah. Sasaran
paru tanpa bantuan komplemen. anafilatoksin adalah pembuluh darah kecil,
Gangguan yang sering terjadi pada reaksi sel mast, otot polos, dan leukosit perifer
hipersensitivitas III, menurut yang menimbulkan kontraksi otot polos,
Baratawidjaja., dkk (2012) adalah :1). degranulasi sel mast, peningkatan
Kompleks imun mengendap di dinding permeabilitas vaskular dan respons tripel
pembuluh darah. Kompleks imun yang terhadap kulit. Neutrofil yang diaktifkan
terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan memakan kompleks imun dan bersama
IgM atau IgG3 (dapat juga IgA) dengan trombosit yang digumpalkan
diendapkan di membran basal vaskular dan melepas berbagai bahan seperti protease,
membran basal ginjal yang menimbulkan olagenase dan bahan vasoaktif. Akhirnya
reaksi inflamasi lokal dan luas. Kompleks terjadi perdarahan yang disertai nekrosis
yang terjadi dapat menimbulkan agregasi jaringan setempat. 2). Reaksi Tipe III

PUSDIBANG KS UNIMED 25
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27

sistemik serum sickness. Reaksi tipe III tunggal. Ciri-ciri reaksi hipersensitivitas
sistemik demikian sering terlihat pada tipe IV menurut Gupte (1990) adalah : 1).
pemberian antitoksin yang mengandung Perlu rangsangan antigen. 2). Pada
serum asing seperti antitetanus atau penderita yang peka reaksi terjadi pada
antidifteri asal kuda. Antibodi yang pemaparan terhadap antigen yang khas
berperan biasanya jenis IgM atau IgG. misalnya reaksi tuberculin. 3). Masa
Komplemen yang diaktifan melepas inkubaasi berlangsung selama 7 sampai 10
anafiltoksin (C3a, C5a) yang memacu sel hari. 4). Hipersensitivitas tipe lambat
mast dan basofil melepas histamin. dapat dipindahkan melalui sel-sel jaringan
Mediator lainnya dan MCF (C3a, C5a, C5, limfoid, eksudat peritoneum dan limfosit
C6, C7) mengerahkan polimorf yang darah.
melepas enzim proteolitik dan protein Gejala-gejala dari reaksi
polikationik. Kompleks imun lebih mudah hipersensitivitas tipe IV, yaitu : 1).
untuk diendapkan di tempat-tempat dengan Toksemia umum: 0,1 ml tuberkulin pada
tekanan darah yang meninggi dan disertai penderita tuberculosis menyebabkan reaksi
putaran arus, misalnya dalam kapiler hebat yang terlihat berupa kelesuan, batuk,
glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, sesak nafas, nyeri tungkai, muntah,
pleksus koroid dan korpus silier mata. kekakuan dan limfopenia. 2). Reaksi
Komplemen juga menimbulkan agregasi fokal: jika sejumlah besar antigen
trombosit yang membentuk mikrotrombi dimasukkan pada jaringan segar yang
dan melepas amin vasoaktif peka, akan timbul reaksi alergi disertai
(Baratawidjaja., dkk, 2012). nekrosis jaringan, misalnya pada
bronkopneumonia tuberculosis. 3). Reaksi
Hipersensitivitas Tipe IV lokal: merupakan reson kulit yang khas.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV
Reaksi ini dapat disebut juga terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1). Reaksi
reaksi imun seluler lambat karena granulomatosa. Ditandai dengan
diperantarai oleh sel T CD4+ dan CD8+. pembentukan granuloma yang terdiri dari
Reaksi ini dibedakan menjadi beberapa sel-sel berinti tunggal yang telah berubah,
reaksi, seperti reaksi Tuberkulin, reaksi histiosit, sel-sel epiteloid dan sel-sel dari
Inflamasi Granulosa, dan reaksi penolakan benda asing. 2). Reaksi tuberculin.
transplant. Mekanisme reaksi ini secara Hipersensitivitas tuberkulin adalah bentuk
umum sebagai berikut : Limfosit T alergi bakterial spesifik terhadap produk
tersensitasi. Pelepasan sitokin dan filtrate biakan yang bila disuntikkan ke
mediator lainnya atau sitotoksik yang kulit, akan menimbulkan reaksi
diperantarai oleh sel T langsung. Timbul hipersensitivitas lambat tipe IV. Sel
manifestasi berupa tuberkulosis, dermatitis limfosit T CD4+ berperan dalam reaksi
kontak dan reaksi penolakan transplant. ini.. Setelah suntikan intrakutan ekstrak
Hipersensitivitas tipe IV (tipe tuberkulin atau derivate protein yang
lambat) atau yang dipengaruhi oleh sel dimurnikan (PPD), daerah kemerahan dan
merupakan salah satu aspek imunitas yang indurasi timbul di tempat suntikan dalam
dipengaruhi oleh sel. Antigen akan 12-24 jam. Pada individu yang pernah
mengaktifkan makrofag yang khas dan kontak dengan M. Tuberkulosis, kulit
membuat limfosit T menjadi peka bengkak terjadi pada hari ke 7-10 pasca
sehingga mengakibatkan terjadinya induksi. Reaksi dapat dipindahkan melalui
pengeluaran limfokin. Reaksi lokal sel T (Baratawidjaja., dkk, 2012).
ditandai dengan infiltrasi sel-sel berinti

26 ISSN : 1693 - 1157


Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 13 (26) Des. 2015
ISSN : 1693 - 1157

Pemaparan ulang sel T memory Daftar Pustaka


pada kompleks antigen-MHC kelas II yang
ditampilkan oleh APC merangsang sel T Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris
CD4+ untuk melakukan transformasi blast Rengganis. 2012. Imunologi Dasar
disertai pembentukan DNA dan proliferasi Edisi ke-10. Jakarta: Fakultas
sel. Sebagian dari populasi limfosit yang Kedokteran Universitas Indonesia
teraktivasi mengeluarkan berbagai (FKUI).
mediator yang menarik makrofag ke David K. Male, Jonathan Brostoff, Ivan
tempat bersangkutan. Makrofag Maurice Roitt, David B. Roth
merupakan sel APC utama yang berperan (2006). Immunology. Mosby.
dalam reaksi tuberkulin, walaupun ada ISBN 978-0-323-03399-2
juga sel-sel CD1+ yang memuktikan Gupte, Satish, MD. 1990. Mikrobiologi
keterlibatan sel langerhans dalam reaksi Dasar Edisi ketiga. Binarupa
ini. Limfosit dan makrofag yang terdapat Aksara. Jakarta.
dalam infiltrate mengekspresikan HLA- Judarwanto Widodo. 2015. Children
DR. Sel-sel PMN segera meninggalkan Allergy Center Information
tempat tersebuttetapi sel-sel mononuklear Education Network. All rights
tetap berada di tempat, membentuk reserved.
infiltrate yang sebagian besar erdiri atas www.childrenallergyclinic.wordpr
limfosit CD4+ dan CD8+ dengan ess.com/ Diakses 20 Pebruari
perbandingan 2:1, dan sel seri monosit- 2015
makrofag (Kresno, 2010). Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi:
Diagnosis dan Prosedur
Penutup Laboratorium. Edisi keempat.
Fakultas Kedokteran Universitas
Antibodi terhadap antigen sel dan Indonesia. Jakarta.
jaringan dapat menyebabkan kerusakan Purnomo Arini . 2015. Tiiga Mekanisme
jaringan dan penyakit (reaksi Utama Hipersensitivitas Tipe II.
hipersensitivitas tipe II). Antibodi IgG dan http://www.medicinesia.com/kedo
IgM yang berikatan pada antigen sel atau kteran-
jaringan menstimulasi fagositosis sel-sel dasar/imunologi/hipersensitivitas-
tersebut, menyebabkan reaksi inflamasi, tipe-2-sitotoksik/ Diakses 20
aktivasi komplemen menyebabkan sel lisis Pebruari 2015
dan fragmen komplemen dapat menarik sel Radji Maksum. 2010. Imunologi &
inflamasi ke tempat terjadinya reaksi, juga Virologi. PT. ISFI Penerbitan.
dapat mempengaruhi fungsi organ dengan Jakarta
berikatan pada reseptor sel organ tersebut. Tak W. Mak, Mary E. Saunders, Maya R.
Antibodi dapat berikatan dengan antigen Chaddah (2008). Primer to the
yang bersirkulasi dan membentuk immune response. Academic
kompleks imun, yang kemudian Press. ISBN 978-0-12-374163-9.
mengendap pada pembuluh darah dan
menyebabkan kerusakan jaringan (reaksi
hipersensitivitas tipe III). Kerusakan
jaringan terutama disebabkan oleh
pengumpulan lekosit dan reaksi inflamasi.

PUSDIBANG KS UNIMED 27

You might also like