Professional Documents
Culture Documents
22 - 27
Riwayati*)
ABSTRACT
*)
Dra. Riwayati, M.Si. : Staf Pengajar Jurs. Biologi FMIPA UNIMED
PUSDIBANG KS UNIMED 23
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27
pada ADCC dan disfungsi sel yang berupa anemia hemolitik autoimun,
diperantarai oleh antibodi. Mekanisme eritroblastosis fetalis, sindrom Good
singkat dari reaksi tipe II ini sebagai Pasture, atau pemvigus vulgaris.
berikut : IgG dan IgM berikatan dengan Tiga mekanisme utama
antigen di permukaan sel. Fagositosis sel hipersensitivitas tipe II menurut Purnomo
target atau lisis sel target oleh komplemen, (2015) disajikan pada Gambar 1. berikut
ADCC dan atau antibody. Pengeluaran ini
mediator kimiawi. Timbul manifestasi
PUSDIBANG KS UNIMED 25
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27
sistemik serum sickness. Reaksi tipe III tunggal. Ciri-ciri reaksi hipersensitivitas
sistemik demikian sering terlihat pada tipe IV menurut Gupte (1990) adalah : 1).
pemberian antitoksin yang mengandung Perlu rangsangan antigen. 2). Pada
serum asing seperti antitetanus atau penderita yang peka reaksi terjadi pada
antidifteri asal kuda. Antibodi yang pemaparan terhadap antigen yang khas
berperan biasanya jenis IgM atau IgG. misalnya reaksi tuberculin. 3). Masa
Komplemen yang diaktifan melepas inkubaasi berlangsung selama 7 sampai 10
anafiltoksin (C3a, C5a) yang memacu sel hari. 4). Hipersensitivitas tipe lambat
mast dan basofil melepas histamin. dapat dipindahkan melalui sel-sel jaringan
Mediator lainnya dan MCF (C3a, C5a, C5, limfoid, eksudat peritoneum dan limfosit
C6, C7) mengerahkan polimorf yang darah.
melepas enzim proteolitik dan protein Gejala-gejala dari reaksi
polikationik. Kompleks imun lebih mudah hipersensitivitas tipe IV, yaitu : 1).
untuk diendapkan di tempat-tempat dengan Toksemia umum: 0,1 ml tuberkulin pada
tekanan darah yang meninggi dan disertai penderita tuberculosis menyebabkan reaksi
putaran arus, misalnya dalam kapiler hebat yang terlihat berupa kelesuan, batuk,
glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, sesak nafas, nyeri tungkai, muntah,
pleksus koroid dan korpus silier mata. kekakuan dan limfopenia. 2). Reaksi
Komplemen juga menimbulkan agregasi fokal: jika sejumlah besar antigen
trombosit yang membentuk mikrotrombi dimasukkan pada jaringan segar yang
dan melepas amin vasoaktif peka, akan timbul reaksi alergi disertai
(Baratawidjaja., dkk, 2012). nekrosis jaringan, misalnya pada
bronkopneumonia tuberculosis. 3). Reaksi
Hipersensitivitas Tipe IV lokal: merupakan reson kulit yang khas.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV
Reaksi ini dapat disebut juga terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1). Reaksi
reaksi imun seluler lambat karena granulomatosa. Ditandai dengan
diperantarai oleh sel T CD4+ dan CD8+. pembentukan granuloma yang terdiri dari
Reaksi ini dibedakan menjadi beberapa sel-sel berinti tunggal yang telah berubah,
reaksi, seperti reaksi Tuberkulin, reaksi histiosit, sel-sel epiteloid dan sel-sel dari
Inflamasi Granulosa, dan reaksi penolakan benda asing. 2). Reaksi tuberculin.
transplant. Mekanisme reaksi ini secara Hipersensitivitas tuberkulin adalah bentuk
umum sebagai berikut : Limfosit T alergi bakterial spesifik terhadap produk
tersensitasi. Pelepasan sitokin dan filtrate biakan yang bila disuntikkan ke
mediator lainnya atau sitotoksik yang kulit, akan menimbulkan reaksi
diperantarai oleh sel T langsung. Timbul hipersensitivitas lambat tipe IV. Sel
manifestasi berupa tuberkulosis, dermatitis limfosit T CD4+ berperan dalam reaksi
kontak dan reaksi penolakan transplant. ini.. Setelah suntikan intrakutan ekstrak
Hipersensitivitas tipe IV (tipe tuberkulin atau derivate protein yang
lambat) atau yang dipengaruhi oleh sel dimurnikan (PPD), daerah kemerahan dan
merupakan salah satu aspek imunitas yang indurasi timbul di tempat suntikan dalam
dipengaruhi oleh sel. Antigen akan 12-24 jam. Pada individu yang pernah
mengaktifkan makrofag yang khas dan kontak dengan M. Tuberkulosis, kulit
membuat limfosit T menjadi peka bengkak terjadi pada hari ke 7-10 pasca
sehingga mengakibatkan terjadinya induksi. Reaksi dapat dipindahkan melalui
pengeluaran limfokin. Reaksi lokal sel T (Baratawidjaja., dkk, 2012).
ditandai dengan infiltrasi sel-sel berinti
PUSDIBANG KS UNIMED 27