Professional Documents
Culture Documents
22 - 27
Riwayati*)
ABSTRACT
PUSDIBANG – KS UNIMED 23
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27
(2008) adalah: 1). Pemfigus (IgG bereaksi Baratawidjaja., dkk (2012) adalah :1).
dengan senyawa intraseluler di antara sel Kompleks imun mengendap di dinding
epidermal), 2). Anemia hemolitik autoimun pembuluh darah. Kompleks imun yang
(dipicu obat-obatan seperti penisilin yang terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan
dapat menempel pada permukaan sel darah IgM atau IgG3 (dapat juga IgA)
merah dan berperan seperti hapten untuk diendapkan di membran basal vaskular
produksi antibodi kemudian berikatan dan membran basal ginjal yang
dengan permukaan sel darah merah dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan
menyebabkan lisis sel darah merah), 3). luas. Kompleks yang terjadi dapat
Sindrom Goodpasture. IgG bereaksi dengan menimbulkan agregasi trombosit, aktivasi
membran permukaan glomerulus sehingga makrofag, perubahan permeabilitas
menyebabkan kerusakan ginjal (David., vaskular, aktivasi sel mast, prodksi dan
dkk. 2006). pelepasan mediator inflamasi dan bahan
kemotaktik serta influx neutrofil. Bahan
Hipersensitivitas Tipe III toksik yang dilepas neutrofil dapat
menimbulkan kerusakan jaringan
Reaksi hipersensitivitas tipe 3 terjadi setempat. 2). Kompleks imun mengendap
karena pengendapan kompleks imun di jaringan. Hal yang memungkinkan
(antigen-antibodi) yang susah difagosit terjadinya pengendapan kompleks imun di
sehingga akan mengaktivasi komplemen jaringan ialah ukuran kompleks imun yang
dan mengakumulasi leukosit kecil dan permeabilitas vaskular yang
polimorfonuklear di jaringan. Reaksi ini meningkat, antara lain arena histamine
juga dapat disebut reaksi yang diperantarai yang dilepas sel mast.
kompleks imun. Reaksi ini terdiri dari 2 Bentuk reaksi dari
bentuk reaksi, yaitu : reaksi Kompleks Hipersensitivitas tipe III terdiri dari 2
Imun Sistemik (Serum Sickness) dan bentuk, yaitu : 1). Reaksi lokal atau
reaksi Sistem Imun Lokal (Arthus). fenomen arthus. Arthus yang
Mekanisme reaksi ini secara umum menyuntikkan serum kuda ke dalam kelinci
sebagai berikut : Terbentuknya kompleks intradermal berulangkali di tempat yang
antigen-antibodi yang sulit difagosit. sama menemukan reaksi yang makin
Mengaktifkan komplemen. Menarik menghebat di tempat suntikan. Reaksi Tipe
perhatian Neutrofil. Pelepasan enzim Arthus dapat terjadi intrapulmoner yang
lisosom. Pengeluaran mediator kimiawi. diinduksi kuman, spora jamur atau protein
Timbul manifestasi berupa reaksi Arthus, fekal kering yang dapat menimbulkan
serum sickness, LES, AR, pneumonitis atau alveolitis atau Farmer’s
glomerulonefritis, dan pneumonitis. lung. C3a dan C5a (anafilatoksin) yang
Dalam keadaan normal kompleks terbentuk pada aktivasi komplemen,
imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut meningkatkan permeabilitas pembuluh
eritrosit ke hati, limpa darah yang dapat menimbulkan edem. C3a
dan disana dimusnahkan oleh sel dan C5a berfungsi juga sebagai faktor
fagosit mononuklear, terutama di hati, kemotaktik,. Neutrofil dan trombosit mulai
limfa dan paru tanpa bantuan dikerahkan di tempat reaksi dan
komplemen. menimbullkan statis dan obstruksi total
Gangguan yang sering terjadi pada reaksi aliran darah. Sasaran anafilatoksin adalah
hipersensitivitas III, menurut pembuluh darah kecil, sel mast, otot polos,
dan leukosit perifer yang menimbulkan
PUSDIBANG – KS UNIMED 25
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27
kontraksi otot polos, degranulasi sel mast, manifestasi berupa tuberkulosis, dermatitis
peningkatan permeabilitas vaskular dan kontak dan reaksi penolakan transplant.
respons tripel terhadap kulit. Neutrofil yang Hipersensitivitas tipe IV (tipe
diaktifkan memakan kompleks imun dan lambat) atau yang dipengaruhi oleh sel
bersama dengan trombosit yang merupakan salah satu aspek imunitas yang
digumpalkan melepas berbagai bahan dipengaruhi oleh sel. Antigen akan
seperti protease, olagenase dan bahan mengaktifkan makrofag yang khas dan
vasoaktif. Akhirnya terjadi perdarahan yang membuat limfosit T menjadi peka
disertai nekrosis jaringan setempat. 2). sehingga mengakibatkan terjadinya
Reaksi Tipe III sistemik – serum sickness. pengeluaran limfokin. Reaksi lokal
Reaksi tipe III sistemik demikian sering ditandai dengan infiltrasi sel-sel berinti
terlihat pada pemberian antitoksin yang tunggal. Ciri-ciri reaksi hipersensitivitas
mengandung serum asing seperti antitetanus tipe IV menurut Gupte (1990) adalah : 1).
atau antidifteri asal kuda. Antibodi yang Perlu rangsangan antigen. 2). Pada
berperan biasanya jenis IgM atau IgG. penderita yang peka reaksi terjadi pada
Komplemen yang diaktifan melepas pemaparan terhadap antigen yang khas
anafiltoksin (C3a, C5a) yang memacu sel misalnya reaksi tuberculin. 3). Masa
mast dan basofil melepas histamin. inkubaasi berlangsung selama 7 sampai 10
Mediator lainnya dan MCF (C3a, C5a, C5, hari. 4). Hipersensitivitas tipe lambat
C6, C7) mengerahkan polimorf yang dapat dipindahkan melalui sel-sel jaringan
melepas enzim proteolitik dan protein limfoid, eksudat peritoneum dan limfosit
polikationik. Kompleks imun lebih mudah darah.
untuk diendapkan di tempat-tempat dengan Gejala-gejala dari reaksi
tekanan darah yang meninggi dan disertai hipersensitivitas tipe IV, yaitu : 1).
putaran arus, misalnya dalam kapiler Toksemia umum: 0,1 ml tuberkulin pada
glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, penderita tuberculosis menyebabkan reaksi
pleksus koroid dan korpus silier mata. hebat yang terlihat berupa kelesuan, batuk,
Komplemen juga menimbulkan agregasi sesak nafas, nyeri tungkai, muntah,
trombosit yang membentuk mikrotrombi kekakuan dan limfopenia. 2). Reaksi fokal:
dan melepas amin vasoaktif jika sejumlah besar antigen dimasukkan
(Baratawidjaja., dkk, 2012). pada jaringan segar yang peka, akan timbul
reaksi alergi disertai nekrosis jaringan,
Hipersensitivitas Tipe IV misalnya pada bronkopneumonia
tuberculosis. 3). Reaksi lokal: merupakan
Reaksi ini dapat disebut juga reson kulit yang khas.
reaksi imun seluler lambat karena Reaksi hipersensitivitas tipe IV
diperantarai oleh sel T CD4+ dan CD8+. terdiri dari 2 jenis, yaitu : 1). Reaksi
Reaksi ini dibedakan menjadi beberapa granulomatosa. Ditandai dengan
reaksi, seperti reaksi Tuberkulin, reaksi pembentukan granuloma yang terdiri dari
Inflamasi Granulosa, dan reaksi penolakan sel-sel berinti tunggal yang telah berubah,
transplant. Mekanisme reaksi ini secara histiosit, sel-sel epiteloid dan sel-sel dari
umum sebagai berikut : Limfosit T benda asing. 2). Reaksi tuberculin.
tersensitasi. Pelepasan sitokin dan Hipersensitivitas tuberkulin adalah bentuk
mediator lainnya atau sitotoksik yang alergi bakterial spesifik terhadap produk
diperantarai oleh sel T langsung. Timbul filtrate biakan yang bila disuntikkan ke
kulit, akan menimbulkan reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Sel limfosit berikatan pada reseptor sel organ tersebut.
T CD4+ berperan dalam reaksi ini.. Setelah Antibodi dapat berikatan dengan antigen
suntikan intrakutan ekstrak tuberkulin atau yang bersirkulasi dan membentuk kompleks
derivate protein yang dimurnikan (PPD), imun, yang kemudian mengendap pada
daerah kemerahan dan indurasi timbul di pembuluh darah dan menyebabkan
tempat suntikan dalam 12-24 jam. Pada kerusakan jaringan (reaksi hipersensitivitas
individu yang pernah kontak dengan M. tipe III). Kerusakan jaringan terutama
Tuberkulosis, kulit bengkak terjadi pada disebabkan oleh pengumpulan lekosit dan
hari ke 7-10 pasca induksi. Reaksi dapat reaksi inflamasi.
dipindahkan melalui sel T (Baratawidjaja.,
dkk, 2012).
Pemaparan ulang sel T memory Daftar Pustaka
pada kompleks antigen-MHC kelas II yang
ditampilkan oleh APC merangsang sel T Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris
CD4+ untuk melakukan transformasi blast Rengganis. 2012. Imunologi Dasar
disertai pembentukan DNA dan proliferasi Edisi ke-10. Jakarta:
sel. Sebagian dari populasi limfosit yang Fakultas Kedokteran Universitas
teraktivasi mengeluarkan berbagai mediator Indonesia (FKUI).
yang menarik makrofag ke tempat David K. Male, Jonathan Brostoff, Ivan
bersangkutan. Makrofag merupakan sel Maurice Roitt, David B. Roth
APC utama yang berperan dalam reaksi (2006). Immunology. Mosby.
tuberkulin, walaupun ada juga sel-sel CD1+ ISBN 978-0-323-03399-2
yang memuktikan keterlibatan sel Gupte, Satish, MD. 1990. Mikrobiologi
langerhans dalam reaksi ini. Limfosit dan Dasar Edisi ketiga. Binarupa
makrofag yang terdapat dalam infiltrate Aksara. Jakarta.
mengekspresikan HLADR. Sel-sel PMN Judarwanto Widodo. 2015.
segera meninggalkan tempat tersebuttetapi Children Allergy Center
sel-sel mononuklear tetap berada di tempat, Information Education Network.
membentuk infiltrate yang sebagian besar All rights reserved.
erdiri atas limfosit CD4+ dan CD8+ dengan www.childrenallergyclinic.wordpr
perbandingan 2:1, dan sel seri ess.com/ Diakses 20 Pebruari
monositmakrofag (Kresno, 2010). 2015
Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi:
Penutup Diagnosis dan Prosedur
Laboratorium. Edisi keempat.
Antibodi terhadap antigen sel dan Fakultas Kedokteran Universitas
jaringan dapat menyebabkan kerusakan Indonesia. Jakarta.
jaringan dan penyakit (reaksi Purnomo Arini . 2015. Tiiga Mekanisme
hipersensitivitas tipe II). Antibodi IgG dan Utama Hipersensitivitas Tipe II.
IgM yang berikatan pada antigen sel atau http://www.medicinesia.com/kedo
jaringan menstimulasi fagositosis sel-sel kterandasar/imunologi/hipersensiti
tersebut, menyebabkan reaksi inflamasi, vitastipe-2-sitotoksik/
aktivasi komplemen menyebabkan sel lisis Diakses 20 Pebruari 2015
dan fragmen komplemen dapat menarik sel Radji Maksum. 2010. Imunologi &
inflamasi ke tempat terjadinya reaksi, juga Virologi. PT. ISFI Penerbitan.
dapat mempengaruhi fungsi organ dengan Jakarta
PUSDIBANG – KS UNIMED 27
Riwayati, Reaksi Hypersensitivitas Atau Alergi, hal. 22 - 27