You are on page 1of 13

KESESUAIAN SENTRA INDUSTRI BATIK MASARAN

KABUPATEN SRAGEN SEBAGAI


SENTRA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN
AZ ZAHRA HEMAS MERDEKAWATI1,
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
email: zahrahemas@live.com

SOEDWIWAHJONO2
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

RUFIA ANDISETYANA PUTRI3


PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA

Abstract
Regional economic growth can not be separated from the contribution of
economic sectors, one of them is industrial sector. Development of information
and technology change society becomes more critical creating creative and
innovative human resources including in the industrial sector, known as the
creative industries. On the other hand, efforts to accelerate economic growth
through local economic development (LED) can be supported by the activities of
industrial centers. Therefore, the application of the concept of the creative
industrial centers can support the region's economic growth, especially through
economic development locally owned by an area. Masaran Batik Industrial
Center is one axis of the local economy in Sragen. This industrial centers has
contributed greatly to the Sragen District is in employment and increase in
revenue. Local economic growth of Masaran Batik Industrial Center can be
increased by applying the concept of creative industries center in particular craft
subsector. To that end, the purpose of this research is to find out the conformity
of Masaran Batik Industrial Center as a creative craft industrial center, as a whole
and based on 14 criterias of creative craft industrial center. The method in this
study using quantitative analysis techniques, which consists of the scoring
method, Analytic Hierarchy Process and the substitution of equation. The results
of this study stated that Masaran Batik Industrial Center included in the
appropriate closer classification as a creative craft industrial center. It is caused
by two criteria that arent included in the appropriate classification, such as
accessibility and infrastructure. Therefore, these criteria need to be upgraded to
fit creative craft industrial center in Masaran Batik Industrial Center.

Keywords: local economic growth, craft creative industrial center, batik industry

1. PENDAHULUAN
ekonomi wilayah tentu tidak lepas dari
Pengembangan wilayah tidak dapat
kontribusi sektor-sektor ekonomi, salah
dipisahkan dari paradigma pertumbuh-
satunya sektor industri. Seiring
an ekonomi wilayah (Anwar, 2001 dalam
berjalannya waktu, pemanfaatan
Rustiadi et al, 2011). Pertumbuhan
informasi dan teknologi kian meningkat
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

menggeser perkembangan ekonomi Batik Masaran berupa belum optimalnya


menjadi era ekonomi baru yaitu Era pengelolaan dan minimnya sarana
Ekonomi Kreatif pada sektor industri prasarana pendukung industri kerajinan
atau populer dengan sebutan Industri batik (RUTR Desa Wisata Kliwonan dan
Kreatif (Departemen Perdagangan RI, Pilang) yang dapat menyebabkan tidak
2008). Menurut Menteri Perindustrian RI optimalnya peran Sentra Industri Batik
(2015) kontribusi industri kreatif hingga Masaran untuk meningkatkan perkono-
tahun 2015 cukup signifikan terhadap mian lokal.
nilai PDB nasional dan penyerapan Penerapan konsep sentra industri kreatif
tenaga kerja. Oleh karena itu, melalui kerajianan pada Sentra Industri Batik
industri kreatif yang notabenenya Masaran dapat memberikan kontribusi
mengolah sumber daya daerah akan pada beberapa aspek kehidupan
mampu menciptakan kemandirian masyarakat, baik dari sudut pandang
ekonomi masyarakat pada daerah ekonomi, wilayah maupun sosial
tersebut (RPJM Ekonomi Kreatif 2015 budaya. Namun untuk menjadi sentra
2019). industri kreatif kerajinan, Sentra Industri
Salah satu upaya percepatan Batik Masaran harus memenuhi kriteria-
pertumbuhan ekonomi adalah melalui kriteria sentra industri kreatif kerajinan
pengembangan ekonomi lokal (PEL) yaitu terdiri dari: produk kreatif
yang dapat didukung dengan penetrasi berbudaya, industri sejenis, sumber
kegiatan sentra industri (Fauzi, 2014). daya manusia kreaif, teknologi, sarana
Keberadaan sentra industri kecil prasarana penunjang, sumber daya,
menengah dapat memberi manfaat yaitu arahan kawasan peruntukan industri,
meningkatkan produktivitas industri institusi, lembaga keuangan,
serta menumbuhkan kompetisi dalam ketersediaan pasar, aglomerasi industri,
suatu kelompok usaha sehingga lebih aksesibilitas, kerjasama dan pelayanan
berlomba-lomba menciptakan karya yang baik. Masing-masing kriteria
kreatif inovatif yang berdaya saing tersebut memiliki kontribusi yang
tinggi (Rahardjo dalam Djamhari, 2006). berbeda untuk meningkatkan
Oleh karena itu, melalui pendekatan perkonomian lokal. Untuk itu perlu
sentra industri kreatif dapat diketahui urutan prioritas kriteria yang
berkontribusi kepada wilayah diantara- berkontribusi dalam penerapan sentra
nya dapat mengembangkan potensi industri kreatif kerajinan.
lokal yang dimiliki daerah serta Dengan demikian, tujuan dari penelitian
mewujudkan perekonomian lokal yang ini adalah untuk mengetahui kesesuaian
mandiri dan berdaya saing tinggi. Sentra Industri Batik Masaran sebagai
Sentra Industri Batik Masaran adalah sentra industri kreatif kerajinan. Adapun
kawasan industri kerajinan batik di sasaran untuk mencapai tujuan tersebut
Kabupaten Sragen (RTRW Kabupaten adalah: 1) identifikasi kesesuaian Sentra
Sragen tahun 2011-2031). Industri batik Industri Batik Masaran Kabupaten
yang terdapat di Kecamatan Masaran ini Sragen terhadap masing-masing kriteria
terkenal dengan Batik Girli yaitu sebutan sentra industri kreatif kerajinan, 2)
untuk batik pinggir kali Bengawan Solo. penentuan tingkat kepentingan kriteria
Produk kerajinan Batik Girli dari Sentra sentra industri kreatif kerajinan pada
Industri Batik Masaran ini ditetapkan Sentra Industri Batik Masaran Kabupaten
sebagai Produk Unggulan Daerah (PUD) Sragen, 3) analisis kesesuaian Sentra
Kabupaten Sragen, karena sumbangsih- Industri Batik Masaran Kabupaten
nya terhadap PAD serta penyerapan Sragen sebagai sentra industri kreatif
tenaga kerja. Namun sayangnya, kerajinan.
terdapat permasalahan di Sentra Industri

2
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

2. TINJAUAN PUSTAKA dimanfaatkan seperti pada kumpulan


industri skala kecil dan menengah
2.1 Industri Kreatif Kerajinan (Bettacini, 1990; Tambunan 1999 dalam
Industri kreatif Menurut Montgomerty Kuncoro, 2003). Alfred Marshall (1919
(dalam Kuncoro, 2002), adalah kegiatan dalam Kuncoro, 2002) mengemukakan
ekonomi yang dibangun oleh pekerja teori Marshallian Industrial District
yang kreatif pada sektor budaya. Caves didefinisikan bahwa sentra industri
(dalam Kuncoro, 2002), menerjemahkan (industrial districts) adalah industri
industri kreatif sebagai industri yang produksi tertentu yang berada pada
menyediakan barang dan jasa yang lokasi yang berdekatan. Menurut Taufiq
berkaitan dengan nilai budaya (cultural (2004) definisi sentra adalah pusat
goods and services). Sementara itu, kegiatan usaha terdapat pelaku usaha
UNIDO (2007) menyebutkan beberapa yang memanfaatkan bahan baku atau
input/masukan yang harus tersedia sarana yang sama dan menghasilkan
dalam industri kreatif, yaitu kreativitas, produk yang sejenis pada suatu lokasi
keterampilan dan teknologi. tertentu. Menurut Subagyo (2008) sentra
Departemen Perdagangan RI (2008) industri dapat terpenuhi apabila
dalam Buku Pengembangan Ekonomi memiliki kriteria yaitu, industri pada
Kreatif Indonesia 2025 menyebutkan lokasi yang berdekatan dan
bahwa terdapat elemen industri kreatif menghasilkan produk sejenis,
agar mampu meningkatkan inovasi dan tersedianya fasilitas yang dapat
daya saing yaitu terdiri dari, sumber digunakan bersama, keahlian penduduk
daya manusia, produk kreatif, teknologi, serta terdapat kerjasama antar pelaku
sumber daya, institusi dan lembaga usaha
keuangan. 2.3 Sentra Industri Kreatif Kerajinan
Subsektor industri kreatif menurut Dengan demikian, merujuk pada
Departemen Perdagangan RI (2008) pernyataan Marshal (1919 dalam
terdiri dari 14 subsektor salah satunya Kuncoro, 2002) & Montgomerty (dalam
sub sektor kerajinan. UNESCO (2006) Kuncoro, 2002) pemahaman tentang
berpandangan bahwa industri kerajinan sentra industri kreatif kerajinan dapat
merupakan industri dengan penghasil didefinisikan yaitu kelompok industri
produk kerajinan dengan sejenis yang berada pada lokasi yang
memanfaatkan keahlian tradisional berdekatan dan penghasil produk
pengrajin sebagai bentuk warisan berbasis kebudayaan dan kreativitas.
budaya. Sementara itu menurut Suatu kelompok industri tersebut dapat
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi dikatan sebagai industri kreatif
Kreatif, hal yang paling penting dari kerajinan apabila memenuhi kriteria
industri kreatif subsektor kerajinan yaitu produk kreatif berbudaya, industri
adalah keahlian pengrajin, karena sejenis, sumber daya manusia kreatif,
melalui pengetahuannya kerajinan ini teknologi, sarana prasarana penunjang,
dapat diteruskan keahliannya secara sumbe daya, arahan kawasan
turun-temurun ke orang lain sehingga peruntukan industri, institusi, lembaga
tidak hilang ditelan waktu (RPJMN keuangan, ketersediaan pasar,
Ekonomi Kreatif 2015-2019). aglomerasi industri, aksesibilitas,
2.2 Sentra Industri kerjasama dan pelayanan yang baik.
Sentra adalah suatu fenomena lokasi
yang memunculkan paradigma baru 3. METODE PENELITIAN
yaitu geografi ekonomi (geographical
economics) (Fujita & Thisse, 1996, dalam Metode penelitian ini berisi ruang
Kuncoro, 2003). Dalam konsep tersebut lingkup penelitian dan metode analisis
industri cenderung beraglomerasi di yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
daerah dengan potensi yang dapat

3
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

3.1 Ruang Lingkup dari teori yang telah diuji (Silalahi,


Ruang lingkup wilayah penelitian ini 2010). Penelitian ini bersifat umum
adalah Sentra Industri Batik Masaran menuju sesuatu yang khusus (going from
Kabupaten Sragen yang berdasarkan the general to the specific). Oleh karena
Perda Kab. Sragen No. 11 Tahun 2011 itu, penelitian ini berangkat dari
tentang RTRW Kabupaten Sragen terdiri eksplorasi teori yang kemudian diuji
dari Desa Kliwonan; Desa Pilang; dan pada suatu wilayah penelitian dengan
Desa Sidodadi. Ruang lingkup wilayah isu yang relevan. Pada penelitian ini,
penelitian tersebut dapat dilihat pada eksplorasi teori berangkat dari teori-
Gambar 1. Sementara itu, ruang lingkup teori terkait kesesuaian sentra industri
waktu pada penelitian ini menggunakan kreatif kerajinan yang kemudian
data pada saat penelitian ini menghasilkan variabel kriteria sentra
berlangsung. industri kreatif kerajinan. Kemudian
teori tersebut diuji pada kawasan yang
memiliki isu relevan dalam hal ini
adalah Sentra Industri Batik Masaran.
Setelah mendapatkan hasil uji,
dilakukan konfirmasi kembali antara
variabel sentra industri kreatif kerajinan
dengan kondisi eksisting yang terjadi di
Sentra Industri Batik Masaran. Pada
akhirnya, didapatkan kesimpulan terkait
kesesuaian Sentra Industri Batik
Masaran sebagai sentra industri kreatif
Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian kerajinan.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
3.2 Metode Analisis empat belas kriteria sentra industri
Pendekatan yang digunakan dalam kreatif kerajinan. Berikut definisi
penelitian ini adalah pendekatan operasional masing-masing variabel
deduktif. Penelitian deduktif adalah kriteria sentra industri kreatif kerajinan
penelitian yang bertujuan untuk dapat dilihat pada Tabel 1.
menguji teori dan menarik kesimpulan

Tabel 1. Operasional Variabel


No Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Dasar
1 Produk kreatif - Produk memiliki orisinalitas, inovasi dan ciri khas Sarijani (2015)
berbudaya khusus berupa budaya lokal pada wilayah produksi dan Ratnasari
(2012)
2 Industri - Terdapat minimal 30 titik industri yang Waugh (2009)
sejenis menghasilkan produk sejenis dalam satu lokasi.
3 Sumber Daya Tenaga kerja Tenaga kerja yang mempunyai kemampuan Zimmerer et al.
Manusia kreatif mengembangkan ide baru, menciptakan produk (2008)
Kreatif barang/jasa yang unggul dan berdaya saing.
Tenaga kerja Tenaga kerja yang terampil harus memenuhi proses Sarbiran (1993,
terampil kerja yang baik serta kualitas hasil kerja yang baik dalam Samsudi,
1998)
Pengetahuan Pengetahuan tenaga kerja dapat dilihat dari Ardiana (2010)
pendidikan pelaku usaha, pengetahuan produk,
pengetahuan tentang konsumen, promosi dan
strategi pemasaran
4 Teknologi - Pemanfaatan teknologi dapat dilihat dari Zimmerer et al.
pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan (2008)
produksi, pencarian informasi maupun pemasaran
5 Sarana - Ketersediaan akan sarana prasarana penunjang Azizah (2014)
Prasarana kegiatan produksi dan distribusi berupa showroom, UU No. 3 Tahun
penunjang konveksi, air bersih, listrik, jaringan komunikasi, 2014
pengolahan limbah dan jaringan jalan

4
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

No Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Dasar


6 Sumber Daya Bahan baku Pemanfaatan bahan baku lokal dapat dilihat dari Afiah (2009)
lokal sumber/asal bahan baku serta keterjangkauan harga Saleh (1986)
Ketersediaan Ketersediaan lahan/ruang dapat dilihat dari Mutaali (2015)
lahan mencukupinya kebutuhan ruang yang digunakan
7 Arahan - RTRW Kabupaten/Kota menyebutkan bahwa wilayah Kementerian
Kawasan penelitian diarahkan sebagai lahan yang memiliki Perindustrian
Peruntukan peruntukan sebagai Kawasan Peruntukan Industri
Industri (KPI) (KPI)
8 Institusi - Keberadaan program pengembangan industri dari Departemen
lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga Perdagangan
swadaya masyarakat lembaga pemerintahan serta (2008)
lembaga swasta
9 Lembaga - Peran lembaga keuangan dalam menyalurkan Departemen
Keuangan pendanaan dalam bentuk peminjaman modal Perdagangan
dengan kemudahan prosedur (2008)
10 Ketersediaan - Jangkauan pemasaran produk yang dilayani suatu RPJM Ekonomi
pasar industri menjangkau pasar nasional/internasional. Kreatif
11 Aglomerasi - Kumpulan industri yang saling berdekatan Hagget (dalam
Industri (geographical proximity) dalam suatu wilayah dan Bintarto &
membentuk pola penyebaran industri Hadisumarno,
mengelompok (clustered) 1982)
12 Aksesibilitas Aksesibilitas Kedekatan jarak asal bahan baku dengan lokasi Zulkarnaen dan
terhadap bahan usaha yaitu dari perhitungan jarak rata-rata ibu kota Setiawan (2013)
baku kecamatan dengan ibu kota kabupaten.
Aksesibilitas Waktu tempuh yang digunakan pekerja untuk Tamin (2000)
tenaga kerja menuju ke tempat kerja dengan cara jalan kaki
13 Kerjasama Kerjasama Ada tidaknya kegiatan usaha oleh pelaku usaha Tambunan
penyediaan yang dilakuan dengan pelaku usaha lain dalam satu (2012)
bahan baku kawasan atau dengan lembaga emerintahan/swasta
dalam bentuk penyediaan bahan baku
Kerjasama Ada tidaknya kegiatan usaha oleh pelaku usaha Tambunan
pemasaran yang dilakuan dengan pelaku usaha lain dalam satu (2012)
kawasan atau dengan lembaga
pemerintahan/swasta dalam hal pemasaran
14 Pelayanan - Pelayanan yang baik dapat diukur dari persepsi Atmaja dan
yang baik kenyamanan serta kepuasan yang dirasakan Cahyadi (dalam
pelanggan/konsumen terhadap baiknya pelayanan Aryani, 2010).
yang diberikan pelaku usaha
Sumber: Kompilasi Peneliti dari Berbagai Sumber, 2017

Pengambilan data dilakukan secara Tabel 2. Sampling


Error
primer dan sekunder. Data primer Sasaran Populasi Rumus
Level
Sampel
diperoleh melalui kuesioner, observasi Pelaku
90 Slovin 10% 48
usaha
lapangan dan wawancara. Sementara Tenaga
2.237 Slovin 10% 96
data sekunder diperoleh dari studi Kerja
Konsumen - Daniel 10% 82
dokumen Disperinkop UMKM dan
Sumber: Analisis Peneliti 2017
Bappeda Kabupaten Sragen. Kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini Sementara itu, pengambilan sampel
terdiri dari kuesioner untuk mengetahui kuesioner untuk mengetahui tingkat
kriteria sentra industri kreatif kerajinan kepentingan kriteria sentra industri
di wilayah penelitian dan kuesioner kreatif kerajinan melaui metode AHP
untuk mendapatkan tingkat kepentingan adalah dengan menggunakan purposive
kriteria melalui metode AHP. Kuesioner sampling yaitu pengambilan sampel
untuk mengetahui kondisi setiap kriteria kepada orang yang dipilih berdasarkan
sentra industri kreatif kerajinan ciri spesifik dan kriteria tertentu yang
ditujukan kepada pelaku usaha, tenaga telah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono,
kerja serta konsumen. Untuk itu 2008). Sampel yang dipilih pada metode
pengambilan sampel kuesioner tersebut ini adalah pakar/ahli yang memiliki
dapat dilihat sebagai berikut: kriteria tertentu yaitu orang-orang yang
memahami konsep sentra industri kreatif

5
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

kerajinan daripada masyarakat umum. dibagi menjadi klasifikasi sesuai (skor


Adapun penentuan pakar pada = 2) dan tidak sesuai (skor = 1).
purprosive sampling ini menggunakan b. Analisis penentuan tingkat
pendekatan triple helix pada kepentingan kriteria sentra industri
pengembangan ekonomi kreatif yaitu kreatif kerajinan pada sentra Industri
stakeholder yang bergerak dalam Batik Masaran. Analisis ini bertujuan
pengembangan industri kreatif meliputi untuk mengetahui bobot (rating) yang
government (pemerintah), business dimiliki masing-masing kriteria sentra
(pelaku usaha) dan intellectuals industri kreatif kerajinan berdasarkan
(cendikiawan). Berikut merupakan daftar urutan (ranking) tingkat
stakeholder berdasarkan kategori triple kepentingannya yaitu dengan
helix beserta jumlah sampel masing- menggunakan teknik analisis Analytic
masing lembaga. Hierarchy Process (AHP). Tahapan
yang digunakan dalam analisis ini
Tabel 3. Sampel Ahli untuk Kuesioner AHP menurut Saaty (2008) terdiri dari
Jumlah
No Stakeholder Lembaga
Sampel menyusun hirarki permasalahan yang
1 Government
Badan Perencanaan dan
Pengembangan Daerah
5 dihadapi, menen-tukan tingkat
2 Government
Dinas Perindustrian
5
kepentingan kriteria meliputi:
Koperasi dan UMKM
Dinas Pariwisata
membuat matriks perbandingan
3 Government Kebudayaan Pemuda 5 berpasangan, mengisi matriks
dan Olah Raga
Paguyuban Industri Batik
perbandingan berpasangan oleh
4 Business 3
Girli pakar, melakukan pembobotan
5 Business Pengusaha Industri Batik 8
Universitas Sebelas
kriteria dari hasil kuesioner melalui
6 Intellectuals 4
Maret Surakarta aplikasi Expert Choice 11, melakukan
Institut Seni Indonesia
7 Intellectuals
Surakarta
1 sistesis dan mengecek nilai
Sumber: Analisis Peneliti, 2017 konsistensi yang dapat diterima yaitu
apabila inconcistency ratio kurang
Penelitian ini menggunakan metode dari 0.1.
kuantitatif, dengan menggunakan c. Analisis Kesesuaian Sentra Industri
beberapa teknik analisis yaitu sebagai Batik Masaran sebagai Sentra Industri
berikut: Kreatif Kerajinan. Analisis ini
a. Analisis Kesesuaian Sentra Industri bertujuan untuk mengetahui
Batik Masaran terhadap Kriteria kesesuaian Sentra Industri Batik
Sentra Industri Kreatif Kerajinan. Masaran Kabupaten Sragen sebagai
Analisis ini bertujuan untuk sentra industri kreatif kerajinan. Pada
mengetahui kesesuaian masing- analisis ini dilakukan penggabungan
masing kriteria sentra industri kreatif nilai antara skor kesesuaian dan
berdasarkan kondisi eksisting yang bobot tingkat kepentingan kriteria
terjadi di Sentra Industri Batik sentra industri kreatif kerajinan
Masaran, yaitu dengan menggunakan Pearce dan Robinson (1997). Tahapan
teknik pemberian skor (scoring). yang digunakan dalam analisis ini
Langkah-langkah yang digunakan yaitu mensubsitusi nilai kesesuaian
pada analisis ini yaitu menentukan variabel dengan bobot tingkat
nilai rerata parameter, menentukan kepentingan masing-masing variabel
klasifikasi kesesuaian parameter, kriteria sentra industri kreatif
menentukan skor kriteria, dan kerajinan ke dalam sebuah fungsi
menentukan klasifikasi kesesuaian persamaan dan kemudian dilanjutkan
masing-masing kriteria. Adapun dengan menginterpretasikan nilai
pemberian skor pada penentuan kesesuaian yang didapat dengan cara
kesesuaian parameter dan kriteria dikonversikan menjadi bentuk
persentase.

6
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Masaran terdiri dari 90 industri kerajinan


batik. Industri kerajinan batik tersebut
Hasil penelitian diuraikan berdasarkan memproduksi berbagai jenis batik, yaitu
analisis yang digunakan yaitu terdiri batik tulis, cap, printing, cabut dan
dari: kombinasi. Adapun hasil produksi
4.1 Analisis Kesesuaian Sentra kerajinan batik tersebut telah
Industri Batik Masaran terhadap dipasarkan hingga pasar nasional dan
Kriteria Sentra Industri Kreatif internasional.
Kerajinan Pada akhir pembahasan identifikasi
Pada pembahasan ini dijabarkan kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran
gambaran Sentra Industri Batik Masaran terhadap masing-masing kriteria sentra
yang diidentifikasi berdasarkan industri kreatif kerajinan didapatkan
parameter masing-masing variabel skor kesesuaian Sentra Industri Batik
penelitian yaitu kriteria sentra industri Masaran terhadap masing-masing
kreatif kerajinan yaitu terdiri dari: kriteria sentra industri kreatif kerajinan.
produk kreatif berbudaya, industri Penetuan skor parameter adalah
sejenis, sumber daya manusia kreaif, berdasarkan banyaknya parameter dan
teknologi, sarana prasarana penunjang, sub variabel yang terdapat pada kriteria
sumber daya, arahan kawasan tersebut. Sedangkan penilaian klasifikasi
peruntukan industri, institusi, lembaga kesesuaian kriteria didapatkan
keuangan, ketersediaan pasar, berdasarkan interval kesesuaian yaitu
aglomerasi industri, aksesibilitas, tidak sesuai (1,00-1,50) dan sesuai (1,51-
kerjasama dan pelayanan yang baik. 2,00). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Secara garis besar, kondisi eksisting pada tabel berikut:
yang terdapat di Sentra Industri Batik

Tabel 4. Kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran terhadap Masing-masing Kriteria Sentra
Industri Kreatif Kerajinan
Klasifikasi Total Klasifikasi
Sub
Variabel Parameter Kesesuaian Skor Skor Kesesuaian
Variabel
Parameter Kriteria Kriteria
Produk mengandung budaya lokal dalam
Sesuai 0,50
bentuk motif
Keberagaman produk Sesuai 0,50
Produk
Desain diciptakan dari ide inovasi produk
Kreatif - Sesuai 0,50 1, 75 Sesuai
oleh pengrajin
Berbudaya
Produk kerajinan memiliki sertifikat hak cipta
yang terdaftar di Hak atas Kekayaan Tidak Sesuai 0,25
Intelektual (HKI)
Industri Jumlah titik industri pada suatu lokasi minimal
- Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
Sejenis berjumlah 30 titik
Tenaga kerja minimal memiliki penghasilan
Tidak Sesuai 0,06
sejumlah Rp 1.300.000 per bulan
Tenaga kerja senang dalam bekerja Sesuai 0,17
Tenaga kerja memiliki ide-ide untuk
Tidak Sesuai 0,06
Tenaga mengembangkan produk baru yang inovatif
Kerja Tenaga kerja mampu menciptakan produk
Tidak Sesuai 0,06
Kreatif baru yang inovatif
Tenaga kerja memiliki komunikasi yang baik
Sesuai 0,17
dengan pekerja lain
Tenaga kerja memiliki komunikasi yang baik
Sumber Tidak Sesuai 0,06
dengan konsumen 1, 64 Sesuai
Daya
Tenaga kerja bekerja dengan prosedur yang
Sesuai 0,22
sesuai
Tenaga
Tenaga kerja memiliki ketepatan waktu yang
Kerja Sesuai 0,22
baik dalam menghasilkan produk
Terampil
Tenaga kerja menghasilkan produk dengan
Sesuai 0,22
kualitas yang baik
Tenaga kerja telah melewati jenjang
Tidak Sesuai 0,07
Pengeta- pendidikan menengah atau tinggi (SMA/PT)
huan Tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan
Tidak Sesuai 0,07
keterampilan terkait pengembangan industri

7
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

Klasifikasi Total Klasifikasi


Sub
Variabel Parameter Kesesuaian Skor Skor Kesesuaian
Variabel
Parameter Kriteria Kriteria
Tenaga kerja memahami pengetahuan
Sesuai 0,13
tentang warisan budaya lokal
Tenaga kerja memahami pengetahuan
Sesuai 0,13
tentang pengembangan produk
Pemanfaatan teknologi dalam proses 0.67
Sesuai
produksi
Pemanfaatan teknologi untuk pencariaan 0.67
Teknologi - Sesuai 1, 67 Sesuai
informasi
Pemanfaatan teknologi untuk pemasaran dan
Tidak Sesuai 0.33
promosi
Tersedia showroom yang memadai Tidak Sesuai 0.14
Tersedia konveksi yang memadai Tidak Sesuai 0.14
Tersedia air bersih yang memadai Sesuai 0.29
Sarana
Tersedia energi listrik yang memadai Sesuai 0.29 Tidak
Prasarana - 1,43
Tersedia jaringan komunikasi yang memadai Sesuai 0.29 Sesuai
Penunjang
Tersedia pengolahan limbah yang memadai Tidak Sesuai 0.14
Tersedia kebutuhan jaringan jalan yang
Tidak Sesuai 0.14
memadai berdasarkan kondisi jalan
Bahan baku lokal yaitu berasal dari dalam
Tidak Sesuai 0.17
Kabupaten Sragen
Bahan
Bahan baku terpenuhi secara kontinu yaitu
Baku Sesuai 0.33
dapat dipenuhi sepanjang waktu
Sumber Lokal
Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku 1,67 Sesuai
Daya Tidak Sesuai 0.17
terjangkau yaitu 61% dari nilai ouput
Keterse- Ketersediaan lahan untuk industri mampu
diaan mendukung kebutuhan lahan industri Sesuai 1.00
Lahan
Arahan
Kawasan studi memiliki arahan kawasan
Kawasan
- peruntukan industri berdasarkan RTRW Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
Peruntuk-
Kabupaten/kota
an Industri
Terdapat program pengembangan industri
baik dari lembaga akademis, swadaya
Institusi - Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
masyarakat, pemerintah serta lembaga
lainnya
Terdapat peran lembaga keuangan berperan
Lembaga
- memberikan kemudahan prosedur untuk Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
Keuangan
peminjaman modal
Ketersedia Produk yang dihasilkan suatu industri dapat
- Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
-an Pasar menjangkau pasar nasional/internasional
Aglomera- Pola penyebaran titik industri yang
si Industri - dihasilkan dari perhitungan tetangga Sesuai 2,00 2,00 Sesuai
terdekat adalah mengelompok (clustered)
Bahan Kedekatan jarak asal bahan baku berjarak 0
Tidak Sesuai 0,50
Baku 8 km dari lokasi usaha
Aksesibili- Tidak
Waktu tempuh tempat tinggal tenaga kerja ke 1,50
tas Tenaga Sesuai
lokasi usaha dengan berjalan kaki adalah Sesuai 1,00
Kerja
kurang dari atau sama dengan 30 menit
Bahan Terdapat kerjasama penyediaan bahan baku
Sesuai 1,00
Baku oleh pelaku usaha
Kerjasama 2,00 Sesuai
Pemasar Terdapat kerjasama pemasaran oleh pelaku
Sesuai 1,00
-an usaha
Konsumen merasa nyaman saat berinterkasi
Sesuai 1,00
Pelayanan dengan pelaku usaha
- 2,00 Sesuai
yang baik Konsumen merasa puas dengan pelayanan
Sesuai 1,00
yang diberikan pelaku usaha
Sumber: Analisis Peneliti, 2017
Berdasarkan tabel di atas, dapat yang belum memadai serta asal bahan
diketahui bahwa pada Sentra Industri baku yang sebagian besar masih
Batik Masaran terdapat dua kriteria yang disediakan dari luar Kabupaten Sragen
mendapatkan klasifikasi kesesuaian yaitu Kota Surakarta maupun Kabupatan
tidak sesuai yaitu kriteria sarana Sukoharjo. Untuk lebih jelasnya berikut
prasarana penunjang (skor = 1,43) dan merupakan diagram kesesuaian Sentra
aksesibilitas (skor = 1,50). Hal tersebut Industri Batik Masaran terhadap masing-
dikarenakan masih terdapat beberapa masing kriteria sentra industri kreatif
sarana prasarana penunjang industri kerajinan:

8
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

b. Penentuan tingkat kepentingan


kriteria
Langkah awal yang dilakukan untuk
menentukan tingkat kepentingan
kriteria sentra industri kreatif
kerajinan adalah dengan merekapi-
tulasi hasil kuesioner AHP yang telah
diisi oleh pakar. Hasil rekapitulasi
tersebut kemudian diolah dengan
aplikasi khusus AHP yaitu Expert
Choice 11. Sebelum mendapat urutan
Gambar 2. Diagram Kesesuaian Kriteria tingkat kepentingan kriteria,
Sentra Industri Kreatif Kerajinan dilakukan pengecekan terhadap nilai
(Analisis Peneliti, 2017) konsistensi yang didapat dari aplikasi
Expert Choice 11. Pada penelitian ini
4.2 Analisis Penentuan Tingkat
sampel pakar yang digunakan
Kepentingan Kriteria Sentra
berjumlah 31 ahli menghasilkan nilai
Industri Kreatif Kerajinan
konsistensi sebesar 0.0035, artinya
Penentuan tingkat kepentingan kriteria
bobot tingkat kepentingan kriteria
sentra industri kreatif kerajinan adalah
dapat diterima karena sudah
analisis untuk mengetahui urutan tingkat
dianggap konsisten. Berikut
kepentingan kriteria sentra industri
merupakan urutan tingkat
kreatif kerajinan, yaitu dengan
kepentingan kriteria sentra industri
menggunakan metode Analytic Hierarchy
kreatif berdasarkan bobot setiap
Process (AHP). Pada analisis ini penilaian
kriteria yang didapatkan dari hasil
pakar diproses menggunakan aplikasi
olahan aplikasi Expert Choice 11:
khusus untuk mengolah data kuesioner
AHP yaitu Expert Choice 11. Untuk lebih Tabel 5. Urutan Tingkat Kepentingan
jelasnya berikut tahapan dari analisis ini: Kriteria Sentra Industri Kreatif Kerajinan
a. Hierarki permasalahan penelitan Pering- Kriteria Sentra Industri
Bobot
Penyusunan hirarki dilakukan dengan kat Kreatif Kerajinan
1 Ketersediaan Pasar 0.153
menempatkan tujuan (goals) pada 2 Aksesibilitas 0.110
Hierarki I dan kriteria sentra industri 3 Kerjasama 0.095
kreatif kerajinan pada Hierarki II, 4 Pelayanan yang Baik 0.088
5 Sumber Daya Manusia Kreatif 0.088
yaitu sebagai berikut: 6 Sumber Daya 0.076
7 Sarana Prasarana Penunjang 0.063
Arahan Kawasan
8 0.057
Peruntukkan Industri
9 Teknologi 0.055
10 Institusi 0.050
11 Lembaga Keuangan 0.046
12 Produk Kreatif Berbudaya 0.042
13 Aglomerasi Industri 0.040
14 Industri Sejenis 0.036
Sumber: Analisis Peneliti, 2017

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa peringkat
pertama kriteria sentra industri kreatif
kerajinan adalah Ketersediaan Pasar
(Bobot: 0,153), sedangkan peringkat
terakhir adalah Industri Sejenis
Gambar 3. Skema Hierarki Permasalahan (Bobot: 0,036).
(Treeview) dengan AHP
(Analisis Peneliti, 2017)

9
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

4.3 Analisis Kesesuaian Sentra adalah 1,777. Dari nilai tersebut,


Industri Batik Masaran sebagai kemudian dilakukan perhitungan
sentra industri kreatif kerajinan persentase kesesuaian yang didapatkan
Berdasarkan analisis kesesuaian kriteria dengan membagi jumlah nilai
sentra industri kreatif kerajinan dan kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran
analisis penentuan tingkat kepentingan sebagai sentra industri kreatif kerajinan
kriteria sentra industri kreatif kerajinan dengan nilai maksimal. Untuk lebih
di Sentra Industri Batik Masaran. Maka jelasnya berikut perhitungan persentase
didapatkan data terkait skor dan bobot kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran
masing-masing kriteria sentra industri Kabupaten Sragen sebagai sentra
kreatif kerajinan yaitu sebagai berikut: industri kreatif kerajinan.
Tabel 6. Analisis Kesesuaian Sentra Industri Tabel 7. Perhitungan Persentase Kesesuaian
Batik Masaran sebagai Sentra Industri Kreatif Perhitungan Persentase Kesesuaian Sentra Industri Batik
Masaran sebagai Sentra Industri Kreatif Kerajinan
Kerajinan
Kriteria Sentra Nilai
Skor Bobot Persamaan
No Industri Kriteria
() ()
Kreatif Kerajinan () ()
Keterangan
Produk Kreatif
1 1.75 0.088 0.154 Nilai Nilai kesesuaian Sentra Industri = 1,777
Berbudaya Kesesuaian Batik Masaran sebagai sentra
2 Industri Sejenis 2.00 0.095 0.190 industri kreatif kerajinan
Sumber Daya Manusia Nilai Jumlah dari perkalian nilai skor = 2,000
3 1.64 0.110 0.180
Kreatif Maksimal kesesuaian tertinggi (2)
4 Teknologi 1.67 0.040 0.067 dikalikan dengan bobot
Sarana Prasarana masing-masing kriteria sentra
5 1.43 0.153 0.219
Penunjang industri kreatif kerajinan
6 Sumber Daya 1.67 0.046 0.077
Arahan Kawasan Perhitungan
7 2.00 0.050 0.100
Peruntukkan Industri
8 Institusi 2.00 0.057 0.114 Persentase 88%
9 Lembaga Keuangan 2.00 0.076 0.152 Rentang 51 100%
10 Ketersediaan Pasar 2.00 0.063 0.126 Klasifikasi Mendekati Sesuai
11 Aglomerasi Industri 2.00 0.055 0.110
12 Aksesibilitas 1.50 0.088 0.132 Sumber: Analisis Peneliti, 2017
13 Kerjasama 2.00 0.036 0.072
14 Pelayanan yang Baik 2.00 0.042 0.084 Kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran
Sumber: Analisis Peneliti, 2017 Kabupaten Sragen sebagai sentra
Setelah mendapatkan skor dan bobot industri kreatif kerajinan tidak lepas dari
masing-masing kriteria sentra industri pemenuhan kriteria sentra industri batik
kreatif kerajinan, kemudian ditentukan kreatif kerajinan. Dari tabel di atas,
nilai kesesuaian Sentra Industri Batik diketahui bahwa persentase kesesuaian
Masaran Kabupaten Sragen sebagai Sentra Industri Batik Masaran sebagai
sentra industri kreatif kerajinan melalui sentra industri kreatif kerajinan memiliki
persamaan berikut ini: persentase kesesuaian 88%. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Sentra Industri Batik Masaran
mendekati sesuai sebagai sentra
industri kreatif kerajinan. Hal tersebut
dikarenakan masih adanya dua variabel
yang tidak sesuai yaitu kriteria
aksesibilitas dan sarana prasarana
penunjang. Padahal berdasarkan tingkat
kepentingannya kriteria tersebut
memiliki prioritas yang cukup tinggi
yaitu peringkat tingkat kepenting-an dua
Berdasarkan uraian persamaan di atas dan tujuh. Oleh karena itu, hasil
dapat diketahui bahwa nilai total klasifikasi tidak sesuai pada dua kriteria
kesesuaian Sentra Industri Batik Masaran tersebut memiliki andil yang cukup
sebagai sentra industri kreatif kerajinan

10
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

besar terhadap penerapan konsep memiliki andil besar terhadap


sentra industri kreatif kerajinan. penerapan konsep sentra industri kreatif
Dengan demikian, pemenuhan kerajinan pada Sentra Industri Batik
klasifikasi sesuai dan tidak sesuai Masaran Kabupaten Sragen. Meskipun
kriteria sentra industri kreatif kerajinan demikan, seluruh kriteria sentra industri
sangat mempengaruhi pencapaian kreatif kerajinan tetap memiliki
tujuan penerapan kriteria sentra industri kontribusi yang berbeda berdasarkan
kreatif kerajinan di Sentra Industri Batik fungsi serta tingkat kepentingannya
Masaran. Masing-masing kriteria untuk mencapai tujuan penerapan sentra
memiliki andil dalam pencapaian tujuan industri kreatif kerajinan yaitu untuk
yaitu meningkatkan kontribusi PAD mendorong pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Sragen, meningkatkan daya Kabupaten Sragen khususnya Sentra
saing industri, meningkatkan produk- Industri Batik Masaran. Dengan
tivitas, mendorong terciptanya inovasi demikian, perlu adanya pemenuhan
dan terciptanya tenaga kerja yang seluruh kriteria untuk mencapai konsep
berkompeten dapat teralisasi (Wibowo, sentra industri kreatif kerajinan.
2011; Rahardjo dalam Djamhari, 2006; Berdasarkan temuan dan kesimpulan di
dan RPJM Ekonomi Kreatif 2015 2019). atas, rekomendasi yang dapat menjadi
Pada akhirnya penerapan sentra industri pertimbangan untuk meningkatkan
kreatif kerajinan pada Sentra Industri pertumbuhan ekonomi lokal secara
Batik Masaran dapat mendorong mandiri dan berdaya saing tinggi pada
partumbuhan ekonomi Kabupaten Sentra Industri Batik Masaran Kabupaten
Sragen khususnya Sentra Industri Batik Sragen adalah sebagai berikut:
Masaran secara mandiri dan berdaya a. Untuk pemerintah setempat
saing tinggi melalui keberadaan produk Seluruh aspek yang mempengaruhi
kerajinan batik yang memiliki kekhasan terwujudnya konsep sentra industri
tersendiri dibanding daerah lainnya. kreatif kerajinan dapat menjadi
pertimbangan dalam membuat
5. KESIMPULAN kebijakan terkait peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah perkonomian lokal. Berdasakan hasil
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kajian yang dilakukan, aspek yang
Sentra Industri Batik Masaran mendekati telah terpenuhi dapat dipertahankan
sesuai sebagai sentra industri kreatif kondisinya, sedangkan yang belum
kerajinan. Hal tersebut disebabkan oleh terpenuhi perlu dilakukan
aksesibilitas khususnya aksesibilitas peningkatan terhadap aspek tersebut,
bahan baku yang belum cukup yaitu pada aspek aksesibilitas dan
terjangkau karena masih dipenuhi dari sarana prasarana penunjang.
luar Kabupaten Sragen. Selain Aksesibilitas dapat dipenuhi dengan
aksesibilitas, sarana prasarana penyediaan bahan baku secara
penunjang juga belum terpenuhi karena mandiri yaitu berasal dari dalam
fasilitas seperti showroom, konveksi, Kabupaten Sragen. Hal tersebut dapat
instalasi pengolahan limbah dan membantu meminimalkan waktu
jaringan jalan belum memadai dan tempuh serta biaya transportasi.
belum mampu melayani keseluruhan Selain itu, melalui penyediaan bahan
industri yang terdapat di Sentra Industri baku secara mandiri, dapat pula
Batik Masaran. Padahal keduanya menurunkan harga bahan baku agar
termasuk prioritas penting dalam dapat lebih terjangkau. Sementara itu,
konsep sentra industri kreatif kerajinan. untuk sarana prasarana penunjang
Oleh karena itu, hasil ketidak- dapat dipenuhi dengan penyediaan
terpenuhinya kriteria aksesibilitas dan sarana prasarana produksi dan
sarana prasarana penunjang tersebut distribusi yang memadai, seperti
penyediaan sarana berupa konveksi

11
Region, Vol. xx, No.x, Mount 20xx: 1-8

dan showroom yang difasilitasi Fauzi, R. A., dan Tjokropandojo D. S.


pemerintah untuk dapat digunakan 2014. Keberlanjutan Sentra Industri
bersama. Alas Kaki Cibaduyut Sebagai Pusat
b. Untuk penelitian selanjutnya Pengembangan Ekonomi Lokal.
Penerapan konsep sentra industri Perencanaan Wilayah Kota A SAPPK 1
kreatif kerajinan perlu dilakukan (3): 117126.
pada kawasan industri lain. Dengan Kementerian Perindustrian Ditjen
melakukan penelitian terkait Pengembangan Perwilayahan
penerapan konsep sentra industri Industri (PPI). ppi.kemenperin.
kreatif kerajinan pada kawasan lain, go.id. Informasi Umum Sentra IKM.
diharapkan pada penelitian Diakses pada 21 Mei 2016.
selanjutnya dapat diketahui seberapa Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial Dan
efektif penerapan konsep tersebut Regional: Studi Aglomerasi Dan
dalam mendorong pertumbuhan Klaster Industri Indonesia.
ekonomi lokal kawasan yang diteliti Yogyakarta: AMP YKPN.
agar dapat mandiri dan berdaya Mutaali, L. 2015. Teknik Analisis Regional
saing tinggi. Untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang Dan Lingkungan. Yogyakarta:
REFERENSI Badan Penerbit Fakultas Geografi
Afiah, N. 2009. Peran Kewirausahaan (BPFG).
Dalam Memperkuat UKM Indonesia Ratnasari, et al. 2012. Penyuluhan
Menghadapi Krisis Finansial Budaya Sebagai Upaya
Global. Bandung. Pengembangan Industri Kreatif
Ardiana, I. D., et al. 2010. Kompetensi Berbasis Kearifan Lokal. Dalam
SDM UKM Dan Pengaruhnya Seminar Hasil Penelitian Dan
Terhadap Kinerha UKM Di Pengabdian Kepada Masyarakat -
Surabaya. Jurnal Manajemen Dan Dies Natalis FISIP Unila, 4450.
Kewirausahaan 12 (1): 4255. Lampung.
Aryani, D., dan Rosinta, F. 2010. Rustiadi, E., et al. 2011. Perencanaan dan
Pengaruh Kualitas Layanan Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Terhadap Kepuasan Pelanggan Yayadan Pustaka Obor Indonesia.
Dalam Membentuk Loyalitas Saaty, T. 2008. Decision Making With
Pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi The Analytic Hierarchy Process.
Dan Organisasi 17 (2): 11426. Services Sciences 1 (1): 8398.
Azizah, N. 2014. Model Pengembangan Pearce, J., dan Robinson, R. 1997. Cases
Industri Kecil Konveksi Melalui APIK in Strategic Management, 4th edition,
(Asosiasi Pengrajin Industri IL: Richard D. Irwin, Inc: Chicago.
Konveksi) Di Desa Tritunggal Peraturan Daerah Kabupaten Sragen
Kecamatan Babat Kabupaten Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Lamongan.Economics Development Rencana Tata Ruang Wilayah
Analysis Journal 3 (2): 293306. Kabupaten Sragen 2011 2031.
Bintarto, dan Hadisumarno, S. 1982. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Metode Analisis Geografis. Jakarta: Indonesia 2025. Departemen
LP3ES. Perdagangan Republik Indonesia
Djamhari, C. 2006. Faktor-Faktor Yang tahun 2008.
Mempengaruhi Perkembang-an Rencana Aksi Jangka Menengah 2015
Sentra UKM Menjadi Klaster 2019. Ekonomi Kreatif: Kekuatan
Dinamis. Indokop (29): 8391. Baru Indonesi menuju 2025.
Era Ekonomi Baru Indonesi menuju 2025. Kementerian Pariwisata dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Tahun 2014.
tahun 2014

12
Az Zahra Hemas Merdekawati dkk, Kesesuaian Sentra Industri

Saleh, A. 1986. Industri Kecil: Sebuah Undang-undang No. 3 Tahun 2014


Tinjauan dan Perbandingan. tentang Perindustrian
Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka. UNESCO. 2006. Understanding Creative
Samsudi. 1998. Kualitas Keterampilan Industries. Global Aliance for
Pekerja Industri Kecil (Kasus di Cultural Diversity.
Sentra Industri Kecil Logam). Jurnal UNIDO. 2007. Creative Industries and
Penelitian Dan Evaluasi 1: 13744. Micro & Small Scale Enterprise
Sarijani, et al. 2015. Peran Kreativitas Development.
dan Inovasi Pelaku Usaha dalam Waugh, D. 2009. Geography: An
Diversifikasi Produk Pada Kedai Integrated Approach 4th edition.
Steak & Chicken Di Kab. Magetan Cheltenham: Nelson Thomas.
Tahun 2014. Jurnal FKIP 1 (2): 117. Wibowo, Y., et al. 2011. Diagnosa
Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Kelayakan Pengembangan Klaster
Sosial. Jakarta: Refika Aditama Industri Rumput Laut yang
Subagyo, A. 2008. Studi Kelayakan: Teori Berkelanjutan. AGROINTEK 5(1): 33
Dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media 44
Komputindo. Zimmerer, T., et al. 2008. Kewirausahaan
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Dan Manajemen Usaha Kecil: Edisi 5
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Bandung: Alfabeta. Zulkarnaen, R. R, dan Setiawan, R. P.
Tamin, O. 2000. Perencanaan dan 2013. Kriteria Lokasi Industri
Permodelan Transportasi. Bandung: Pengolahan Pisang Di Kabupaten
ITB. Lumajang. Jurnal Teknik Pomits 2
Taufiq, M. 2004. Proyeksi Sentra (1): 16.
Menjadi Klaster.Infokop,(25):6274.

13

You might also like