You are on page 1of 6

BAB III

METODOLOGI

3.1 Macam Macam Formula

NO. Nama Bahan F.1 (%) F. 2 (%) F.3 (g) F.4 (g) Fungsi
Emultion Deo gel Deo Deo
stick stick antirespiran
stick
1. Alumunium Zat aktif
20 - - -
chlorhidrat antirespiran
2. Gliserin (99,5%) 2 - - - Humektan
3. Cetearyl Alkohol 7 - - - Pelarut
4. Cetyl palmitate 16,5 - - - Emolien
5. Cyclopentaxilone Emolien
12,5 - - -
& dimethicon
6. Stearic acid Agar tekstur
1,25 - - -
greasy
7. Cyclomethicone 18,7 - - - Pelembut
8. Silica dimetil Emolien
2 - - -
sililate
9. Aquades qs - - - Pelarut

10. Triclosan - 6,0 - - Zat aktif


11. Citric acid 50% - 0,05 - - Buffer
12. Etanol - 75 - - Pelarut
13. Sorbitol 4,0 Humektan/
- - -
pengental
14. Isopropyl 0,5 Penetrasi,
myristate - - -
emollient
15. Lavender qs Pengharum
- - -
fragrance 93-054

16. Aldioxa - - 10 -
17. Triklosan - - 0,5 -
18. Etanol (96%) - - 10 -
19. Asam Strearat - - 5 -
20. Natrium Strearat - - 5 -
21. Propilen Glikol - - 60 -
22. Parfum dan warna - - qs -

17. Tawas - - - 15
18. Asam Laktat - - - 0,75
18. Etanol (96%) - - 10,53
19. Asam Strearat - - 11,21
20. Natriun - - 0,68
Hidroksida
21. Parfum - - 2
22. Propilen Glikol ad - - 100

3.2 Formulasi Kelompok

No. BAHAN JUMLAH FUNGSI


1. Tawas 20 g
2. Asam Laktat 1g
3. Etanol (96%) 9,88 g
4. Asam Strearat 10,51 g
5. Natriun Hidroksida 0,64 g
6. Parfum 2 tetes
7. Propilen Glikol ad 100

3.3 Komponen Deodoran Antiperspiran Batang


Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat deodoran
antiperspiran bentuk batang (stick) dengan menggunkan tawas yaitu:
1) Tawas
Sinonim: kalium aluminium sulfat, alum, aluin
Rumus molekul: KAl(SO4)2.12H2O
Tawas berupa kristal atau pecahan-pecahan kristal, tidak berwarna,
atau dapat juga berupa serbuk. Tawas tidak berbau, rasa sedikit manis,
dan mempunyai sifat adstringen yang cukup kuat. Larutan tawas
bersifat asam jika diuji menggunakan lakmus. Tawas sangat mudah
larut dalam air mendidih dan mudah larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, dan larut dalam gliserin. Tawas adalah semacam batu putih
agak bening yang bisa digunakan untuk membeningkan air dan dapat
digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya di daerah ketiak.
Sediaan antiperspiran dipasaran yang menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk
dengan konsentrasi tawas 20%.
2) Asam laktat
Asam laktat merupakan asam organik. Ditambahkan dalam sediaan antiperspiran stik
untuk menekan ionisasi logam aluminium sehingga garam aluminium mudah bercampur
dengan sabun.
3) Etanol 96%

4) Asam stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan. Asam stearat memiliki atom
karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan dalam memberikan
konsistensi dan kekerasan pada produk. Asam stearat mempunyai titik lebur pada suhu
69,4 oC.
5) Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah
menghancurkan jaringan lunak. NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan
memiliki sifat higroskopis. Ion Na+ bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun.
6) Parfum
Parfum sebaiknya dipilih yang sederhana, lembut, dan menyenangkan, dan banyak
disukai dan dapat menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap untuk orang lain
7) Propilen glikol
Sinonim
Rumus molekul
Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah 15- 50%.
Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan dapat melarutkan
berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat, vitamin (A dan D), dan
alkaloid.
3.4 Metode Pembuatan
Metode pembuatan pada formulasi deodoran antiperspiran bentuk
batang (stick) dengan menggunkan tawas, yaitu :
1) Ditimbang semua bahan yang diperlukan.
2) Tawas digerus halus dalam lumpang, kemudian diayak menggunakan
ayakan 100 mesh.
3) Tawas dilarutkan dalam propilen glikol dan asam laktat sambil
dipanaskan di atas penangas air sampai terbentuk larutan tawas.
4) NaOH dilarutkan dalam alkohol dimasukan ke dalam larutan tawas.
5) Asam stearat dilebur di atas penangas air, kemudian dimasukan ke
dalam larutan tawas. Diaduk perlahan sambil terus dipanaskan di atas
penangas air.
6) Kemudian dimasukkan parfum. Lalu, dimasukkan dalam wadah dan
dibiarkan memadat.

3.5 Evaluasi Sediaan


A. Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap sediaan deodoran
antiperspiran batang yang meliputi :
1) Pemeriksaan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga
alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam baker
gelas dengan 100 ml air suling di atas penangas air. Setelah suhu
mencapai sekitar 40 oC, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut.
Alat dibiarkan menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
2) Pemeriksaan Homogenitas
Masing-masing sediaan deodoran antiperspiran batang yang dibuat
diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu
sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar
(Ditjen POM, 1979).
3) Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari
sediaan deodoran antiperspiran batang dilakukan terhadap masing-
masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu
ke 2, 4, 6 dan selanjutnya setiap 2 minggu hingga minggu ke-12. Pada
perubahan bentuk diperhatikan apakah sediaan deodoran
antiperspiran batang mengalami perubahan bentuk dari bentuk awal
pencetakan atau tidak yakni dengan mengamati apakah sediaan
mengeluarkan minyak atau meleleh pada penyimpanan suhu kamar.
Pada perubahan warna diperhatikan apakah sediaan mengalami
perubahan warna dari warna awal pembuatan sediaan atau tidak, pada
perubahan bau diperhatikan apakah sediaan menjadi tengik atau
masih berbau khas dari parfum yang digunakan.

B. Uji Iritasi Kulit


Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan yang dibuat dengan maksud
untuk mengetahui bahwa deodoran antiperspiran batang yang dibuat
dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).
Pada uji iritasi ini dilakukan terhadap 6 orang relawan sehat (pengujian
pada konsentrasi tertinggi 30%). Uji ini dilakukan dengan cara kulit
sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan diameter 3
cm pada bagian belakang telinganya, kemudian sediaan dioleskan
menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji, lalu dibiarkan
selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam. Kemudian diamati reaksi
yang ditimbulkan pada kulit. Bila terjadi eritema diberi tanda +, terjadi
eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula, vesikula
diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++. (Scott,
dkk., 1976; Ditjen POM, 1985).

C. Uji Efek terhadap kain


Uji efek terhadap kain dilakukan pada kain rayon dan dilihat apakah
ada pengaruh konsentrasi tawas terhadap kerusakan kain. Sebanyak 100
mg sediaan dioleskan secara merata pada kain rayon kemudian
diletakkan pada ketiak relawan. Percobaan ini dilakukan terhadap 6 orang
relawan sehat (pengujian pada kosentrasi tertinggi 30%). Lalu kain dicuci
dengan menggunakan air tanpa sabun kemudian kain rayon dikeringkan
dilihat kerusakan kainnya, dilakukan hal yang sama selama 6 hari dengan
kain yang sama dilihat efeknya terhadap kain. Uji ini dilakukan pada pagi
hari setelah relawan mandi, dibiarkan hingga sore hari (Navarre, 1975).

D. Uji Bau Badan


Uji bau badan ditentukan dengan cara penciuman terhadap kain kasa
yang telah digunakan relawan. Untuk percobaan ini dilakukan terhadap 6
orang relawan sehat (setiap konsentrasi sediaan dibutuhkan 6 orang
relawan), berjenis kelamin wanita berusia 20-30 tahun. Sebelum
pengujian relawan dianjurkan tidak menggunakan produk deodoran
lainnya sehari sebelum pengujian dilakukan (Ditjen POM, 1985).
Uji ini dilakukan pada pagi hari setelah relawan mandi, ketiak relawan
dikeringkan, sediaan dioleskan pada salah satu ketiak relawan hingga
merata dan salah satu ketiak sebagai kontrol. Lalu ditempelkan kain kasa
pada kedua ketiak dengan menggunakan plester, dibiarkan melekat
selama 9 jam. Pada pengujian ini relawan dianjurkan melakukan aktivitas
seperti biasanya.
E. Uji Antirespiran
Uji antiperspiran dilakukan menggunakan kain kasa sebagai adsorben.
Kain kasa dibuat dengan panjang 8 cm dan lebar 5 cm dan berat kain kasa
sekitar 2 gram. Pada pengujian ini menggunakan 6 orang relawan (setiap
konsentrasi sediaan dibutuhkan 6 orang relawan), sehat, berjenis kelamin
wanita, dan berusia 20-30 tahun. Pada pengujian ini relawan dianjurkan
tidak boleh memakai produkdeodoran antiperspiran lainnya sehari
sebelum pengujian dan selama pengujian dilakukan (Ditjen POM, 1985).
Uji ini dilakuan pada pagi hari, setelah relawan mandi. Sediaan
dioleskan pada ketiak kanan secara merata dan ketiak kiri tidak dioleskan
sediaan (kontrol), kedua ketiak relawan dipasangkan kain kasa yang telah
ditimbang, ditutupi semua dengan plester. Dibiarkan selama 3 jam,
setelah 3 jam kain kasa ditimbang kembali uji ini dilakukan selama 6 hari
berturut-turut untuk setiap relawan (Ditjen POM, 1985).

You might also like