You are on page 1of 9

JURNAL

8 GIZI KLINIK
Widyana Lakshmi INDONESIA
P., Yeni Prawiningdyah, Fatma Zuhrotun Nisa’
Vol. 7, No. 1, Juli 2010: 8-16

Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)


terhadap penurunan bahaya mikrobiologis pada makanan
khusus anak berbasis hewani di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Soedarso Pontianak
Widyana Lakshmi Puspita1, Yenny Prawiningdyah2, Fatma Zuhrotun Nisa3

ABSTRACT

Background: One way to improve the quality of food provision in hospitals is by implementing hazard analysis critical
control point (HACCP) in food processing.
Objective: The study aimed to identify the effect of HACCP implementation to the decrease of microbiological hazards
of foods for children in particular at Nutrition Installation of Dr. Soedarso Hospital of Pontianak.
Methods: The study was a quasi experiment that use multiple time series design with intervention and cassation of
intervention (ABA time series chain). Samples of the study were animal based food for children, cooking utensils used
preparation, processing, and distribution of the food, the food providers and food processing containers. Samples were
taken 3 times before and after the implementation of HACCP, each within a week duration.
Result: Average germ rate in foods and cooking utensils before implementation of HACCP was relatively high. After
the implementation of HACCP there was a decrease. The result of statistical analysis showed that there were effects
of HACCP implementation to the reduction of microbiological hazards in foods and cooking utensils (p<0.05). Average
score of knowledge on sanitation hygiene of food and practice of sanitation hygiene of foods after HACCP implementation
increased. There was an increase of average score of knowledge on food sanitation hygiene and practice of food
sanitation hygiene of HACCP implementation (p<0.05). Average score of sanitation hygiene of food processing container
after HACCP implementation increased.
Conclusion: The implementation of HACCP could reduce microbiological hazards (germ rate) of animal based special
foods for children.

KEY WORDS HACCP, microbiological hazards, animal-based foods

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus di Hasil pemeriksaan angka kuman pada makanan dan
rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan peralatan makan yang diolah di Instalasi Gizi RSUD Dr.
standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien (1). Soedarso diketahui tergolong tinggi (di atas nilai ambang
Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat batas 100 koloni/g makanan) yaitu untuk makanan pagi
kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang (bubur) rata-rata angka kumannya 4.896 koloni/gr dan
proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya nasi 1.949 koloni/g, tempat bubur 383.506,75 koloni/cm2,
infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial (infeksi tempat nasi 443.765.50 koloni/cm2, sedangkan angka
yang didapatkan di rumah sakit), yang di antaranya dapat kuman pada sendok nasi dan bubur juga sama-sama tinggi
melalui makanan (2,3). Selain timbulnya infeksi nosokomial, yaitu 2.937,38 koloni/cm2 pada sendok nasi dan 2.937,38
penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang tidak koloni/cm2 pada sendok bubur (8).123
memenuhi standar kesehatan (tidak higienis) juga dapat Tingginya angka kuman pada makanan dan peralatan
menyebabkan keracunan makanan (4). pengolahan, menunjukkan bahwa makanan dapat berperan
Data tentang terjadinya infeksi nosokomial khususnya sebagai agen penyakit. Hal ini disebabkan makanan
yang berhubungan dengan penyelenggaraan makanan di dapat berfungsi sebagai media perkembangbiakan
rumah sakit belum tercatat, akan tetapi timbulnya infeksi kuman, sarana penyebaran (vehicle) dan sebagai
nosokomial secara umum diketahui angkanya tergolong penyebab agen timbulnya kesakitan (7). Timbulnya infeksi
tinggi. Angka infeksi nosokomial di Jakarta sebesar 41,1%,
di Surabaya 73,3% dan Yogyakarta kurang lebih 5,9%.(5) 1
Instalasi Gizi RSUD Dr. Soedarso, Pontianak, e-mail: widyana.laksmi@
Sedangkan di Pontianak meskipun angka kejadian infeksi yahoo.com
nosokomial kecil namun angkanya cenderung naik, pada 2
Instalasi Gizi RSUP Sardjito, Jl Kesehatan, Yogyakarta
3
tahun 2003 sebesar 0,71%, tahun 2004 sebesar 0,91% Program Studi Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, UGM, Jl
Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281, e-mail: fatma_znisa@yahoo.
dan tahun 2005 naik menjadi 1,83% (6). com
Penerapan hazard analysis critical control point (HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis 9

nosokomial dan keracunan pada pasien anak melalui pada ruang pengolahan makanan di instalasi gizi. Sampel
makanan khusus sangat besar kemungkinannya. Hal ini dalam penelitian ini adalah makanan khusus anak berbasis
disebabkan makanan yang diberikan untuk anak yang hewani, sedangkan penjamah makanan adalah tenaga
sedang dirawat, terdiri dari berbagai bentuk makanan yang yang khusus menyiapkan, memasak dan mengatur
mengandung protein hewani, sehingga memungkinkan distribusi makanan khusus anak. Peralatan adalah alat-
bagi perkembangbiakan mikroorganisme patogen (8). alat yang digunakan untuk persiapan, pengolahan dan
Penyelenggaraan makanan yang tidak saniter dan distribusi makanan khusus anak. Tempat yaitu lokasi yang
higienis akan menimbulkan gangguan kesehatan pada dijadikan sebagai tempat persiapan, pengolahan dan
anak yang sedang dirawat, karena anak-anak sangat rentan distribusi makanan.
tehadap penyakit. Untuk itu diperlukan upaya penyehatan Sampel yang diambil untuk tenaga persiapan,
atau pengendalian terhadap proses pengolahan makanan pengolahan dan distribusi makanan khusus pada pasien
dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi anak sebanyak 6 orang. Makanan khusus anak yang
pertumbuhan kuman pada makanan. Faktor-faktor tersebut dijadikan sampel yaitu terbuat dari jenis lauk hewani.
berasal dari proses penanganan makanan, lingkungan Peralatan masak yang dijadikan sampel sebanyak 13
dan orangnya sehingga makanan yang disajikan di rumah buah. Sampel diambil tiga kali sebelum dan sesudah
sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit (9). penerapan HACCP, dengan rentang waktu masing-masing
Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan sistematis satu minggu.
melalui upaya pengidentifikasian bahaya (hazard) baik Keadaan higiene sanitasi lingkungan tempat
fisik, kimiawi dan mikrobiologis pada proses pengolahan pengolahan makanan adalah keadaan kebersihan lokasi
makanan dan melakukan pengendalian bahaya pada titik yang dijadikan sebagai tempat persiapan, pengolahan dan
kritis dikenal dengan HACCP (Hazard Analysis Critical distribusi makanan yang meliputi keadaan kebersihan lokasi
Control Point) (10). Dalam penyelenggaraan makanan secara umum (bangunan), penghawaan, pencahayaan,
di rumah sakit, HACCP adalah teknik yang dianjurkan kebersihan lantai, dinding, langit-langit, penyediaan air
untuk penyehatan makanan karena HACCP merupakan bersih, tempat pengumpulan sampah, toilet, sarana
pendekatan paling efektif dari segi biaya untuk menjamin pengendalian lalat/tikus dan saluran pembuangan air
keamanan makanan di semua tahap penyediaannya limbah. Data tersebut diambil tiga kali sebelum dan tiga
dibandingkan dengan pengawasan tradisional atau dengan kali sesudah penerapan HACCP, dengan rentang waktu
pengujian hasil akhir produk. HACCP juga merupakan masing-masing satu minggu.
jaminan mutu terhadap produk makanan yang diakui Variabel independen penelitian ini adalah penerapan
secara internasional (11,12,4,13). HACCP, sedangkan variabel dependen terdiri dari bahaya
Sesuai dengan permasalahan tersebut, penelitian mikrobiologis pada makanan khusus anak, praktik higiene
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sanitasi makanan, pengetahuan penjamah makanan,
HACCP pada proses pengolahan makanan terhadap kebersihan peralatan masak dan higiene sanitasi
penurunan bahaya mikrobiologis pada makanan khusus lingkungan tempat pengolahan makanan pasien.
anak berbasis hewani di Rumah Sakit Umum Daerah Penelitian ini menggunakan data primer melalui
(RSUD) Dr. Soedarso Pontianak. Selain itu juga untuk wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan
mengetahui pengaruhnya terhadap perbedaan praktik laboratorium. Data praktik higiene sanitasi makanan dan
higiene sanitasi makanan, pengetahuan higiene sanitasi keadaan sanitasi kesehatan lingkungan dikumpulkan
makanan, kebersihan peralatan masak dan higiene dengan observasi langsung menggunakan check
sanitasi lingkungan tempat pengolahan makanan sebelum list (daftar tilik). Data pengetahuan dilakukan melalui
dan sesudah penerapan HACCP pada makanan khusus wawancara dengan kuesioner. Data kebersihan peralatan
anak berbasis hewani. dan mikrobiologi pada makanan ditentukan dengan cara
pengukuran angka kuman. Data sekunder diambil dari
BAHAN DAN METODE ruangan dan bagian administrasi rumah sakit, instalasi
gizi serta rekam medik.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu
experiment) dengan rancangan berkala (time series) tahap persiapan dan tahap penelitian. Tahap persiapan
majemuk dengan pemberian dan penghentian intervensi dimulai dengan menyusun instrumen penelitian serta
rangkaian berkala “ABA” (14). melakukan uji coba kuisioner dan daftar tilik. Selanjutnya
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Dr. menyempurnakan dokumen pemantauan penerapan
Soedarso Pontianak pada bulan Oktober 2007-Februari HACCP dan mengajukan izin penelitian ke rumah sakit.
2008. Populasi penelitian ini meliputi seluruh makanan Tahap penelitian yaitu pengambilan data sebelum penerapan
khusus anak yang diolah, tenaga penjamah makanan, HACCP hingga evaluasi setelah penerapan HACCP
peralatan, tempat dan sarana kesehatan lingkungan termasuk pengukuran mikrobiologis pada makanan.
10 Widyana Lakshmi P., Yeni Prawiningdyah, Fatma Zuhrotun Nisa’

Penerapan HACCP dimulai dengan sosialisasi kepada koloni/g. Makanan yang memenuhi persyaratan angka
tenaga terkait di instalasi gizi, untuk selanjutnya diberikan kuman sebelum penerapan HACCP juga rendah 44,4%
penyuluhan mengenai penerapan HACCP dan higiene (4 sampel) dibandingkan dengan sesudah penerapan
sanitasi makanan. Penyuluhan disampaikan oleh tenaga HACCP 66,67% (6 sampel). Hal ini menunjukkan bahwa
pengajar dari Politeknik Kesehatan Depkes Pontianak penerapan HACCP dapat menurunkan jumlah angka
yang telah mendapatkan sertifikat di bidang HACCP. kuman pada makanan.
Setelah itu juga dilakukan pemasangan petunjuk mengenai
cara sehat dan aman dalam pengolahan makanan. Tabel 1. Angka kuman pada makanan berbasis hewani
Selanjutnya dibentuk tim yang akan mengawasi sebelum dan sesudah penerapan HACCP
pelaksanaan penerapan HACCP yang terdiri dari ahli gizi Angka kuman (koloni/g)
Pemeriksaan
dan tenaga sanitasi. Ahli gizi akan mengawasi pelaksanaan Sebelum Sesudah penerapan
makanan
HACCP. Tenaga sanitasi akan mengawasi praktik higiene penerapan HACCP HACCP
sanitasi makanan, kebersihan peralatan dan higiene Telur 2.483,33 300,00
sanitasi lingkungan. 0,00 0,37
Kegiatan ini dimulai dengan membuat keterangan 1.400,00 0,00
Ikan 0.00 0,00
tentang makanan khusus anak yang berbasis hewani.
996,67 0,00
Selanjutnya diagram alir disusun mulai dari persiapan bahan
0,00 966,67
sampai distribusi makanan. Kegiatan berikutnya, yaitu
Ayam 996,67 0,00
menerapkan prinsip-prinsip dalam HACCP. Pengambilan
996,67 0,00
data dilakukan kembali setelah tiga bulan penerapan 0,00 966,67
HACCP. Rata-rata 763,70 248,15
Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan analitik.
Keterangan:
Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran t = 3,356 *p= 0,003
karakteristik dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. * Bermakna (p < 0,05; uji t berpasangan)
Selanjutnya dibandingkan dengan standar kualitas yang
telah ditetapkan oleh Depkes dalam penyelenggaraan
Analisis statistik dengan uji t test menunjukkan adanya
penyehatan makanan di rumah sakit. Analisis tersebut
perbedaan yang signifikan jumlah angka kuman pada
digunakan untuk menggambarkan keadaan praktik higiene
makanan sebelum dan sesudah penerapan HACCP (p=
sanitasi makanan, penerapan HACCP, pengetahuan,
0,003). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
kebersihan peralatan, higiene sanitasi lingkungan tempat
HACCP dapat menurunkan jumlah angka kuman pada
pengolahan makanan dan bahaya mikrobiologis pada
makanan khusus anak berbasis hewani.
makanan khusus anak.
Hasil penelitian yang serupa dilakukan Rumah Sakit
Analisis analitik digunakan untuk mengetahui
Quezone City, Philipines menunjukkan bahwa aplikasi
perbedaan antarvariabel sebelum dan sesudah penerapan
HACCP terhadap formula makanan blender yang diobservasi
HACCP pada makanan khusus anak, dengan uji statistik
secara terus menerus dapat menurunkan kontaminasi
beda mean menggunakan uji t berpasangan. Tingkat
mikroorganisme (kuman patogen). Sebaliknya aplikasi
signifikansi yang digunakan adalah 95% (α = 5%).
HACCP yang tidak diobservasi secara terus-menerus
Penolakan Ho ditentukan jika nilai p ≤ 0,05 dan penerimaan
menaikkan angka cemaran mikroorganisme (17).
Ho jika nilai p > 0,05 (15,16).
Penelitian lain tentang implementasi HACCP terhadap
kontaminasi bahaya mikrobiologis, seperti E.coli,
HASIL DAN BAHASAN Pseudomonas sp. dan Listeria sp. pada makanan enteral
(enteral feeding) di Rumah Sakit Costa Rica pada tahap
Bahaya mikrobiologis pada makanan dan peralatan
persiapan dan penangan makanan enteral (enteral tube
masak sebelum dan sesudah penerapan HACCP
feeding) dapat menurunkan pertumbuhan mikroorganisme
Bahaya mikrobiologis pada makanan sebelum dan patogen (18).
sesudah penerapan HACCP Tabel 1 merupakan hasil Penelitian sejenis yang dilakukan di Rumah Sakit
pemeriksaan jumlah angka kuman, pada makanan pasien Florianopolis, Santa Catarina, Brasil, menemukan bahwa
di rumah sakit Dr. Soedarso Pontianak, menunjukkan aplikasi HACCP secara sistematis pada tahap persiapan,
adanya kecenderungan penurunan jumlah angka kuman pengolahan, penyimpanan dan distribusi makanan pasien
sesudah penerapan HACCP selama tiga bulan. enteral (enteral tube feeding), menunjukkan penurunan
Rata-rata jumlah angka kuman pada makanan sebelum kontaminasi sejumlah angka kuman secara efektif antara
penerapan HACCP tergolong tinggi yaitu 763,70 koloni/g sebelum (105 jumlah koloni/mL) dan sesudah penerapan
dan setelah penerapan HACCP menurun menjadi 248,15 HACCP (<102 jumlah koloni/mL) (19).
Penerapan hazard analysis critical control point (HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis 11

Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa 2). Hal ini disebabkan karena penggunaan sabun untuk
penelitian lain yang sejenis, disimpulkan bahwa salah satu pencucian peralatan tidak mengandung bakterisida, sabun
upaya untuk menurunkan jumlah angka kuman, khususnya yang digunakan berupa sabun colek biasa dan tidak
kuman patogen pada makanan pasien yang berbasis tersedianya sarana air panas untuk proses pembersihan
hewani, diperlukan penerapan HACCP. lebih lanjut.
Pelaksanaan implementasi ini harus dilakukan melalui Untuk mendapatkan hasil akhir cucian yang sehat
observasi secara kontinyu baik harian, mingguan, maupun dan aman diperlukan tahapan–tahapan pencucian
bulanan, penyuluhan dan pemberian contoh atau petunjuk yang benar seperti scraping (membuang sisa kotoran),
operasional cara kerja yang aman dan sehat, secara rutin flusing (merendam dalam air), washing (mencuci dengan
dan terus menerus. Dengan cara ini diharapkan faktor yang deterjen), rinsing (membilas dengan air bersih), sanitizing/
mempengaruhi penerapan HACCP pada makanan pasien desinfection (membebashamakan) dengan merendam
seperti tingkat pengetahuan dan praktik higiene sanitasi dalam air panas pada suhu 800 C selama dua menit atau
makanan petugas (food handler), penyediaan sarana pada suhu 1000C selama satu menit, tahap terakhir yaitu
higiene sanitasi dan pelaksanaan penyehatan lingkungan toweling (mengeringkan) dengan lap kering dan bersih
tempat pengolahan makanan pasien di rumah sakit dapat (20).
ditingkatkan. Analisis statistik dengan t test pada Tabel 2
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rata-
Bahaya mikrobiologis pada peralatan masak sebelum rata jumlah angka kuman pada peralatan makanan antara
dan sesudah penerapan HACCP sebelum dengan sesudah penerapan HACCP (p = 0,000).
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa penerapan
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah angka HACCP dapat menurunkan jumlah angka kuman pada
kuman pada peralatan masak sebelum penerapan HACCP peralatan yang digunakan untuk persiapan, pengolahan
tergolong tinggi (>100 koloni/cm2). Sesudah penerapan dan distribusi makanan pasien.
HACCP hasil pemeriksaan bahaya mikrobiologis (jumlah Pentingnya pemeriksaan bahaya mikrobiologis
angka kuman) pada peralatan yang digunakan pada (angka kuman) pada peralatan baik yang digunakan
proses persiapan, pengolahan dan distribusi menunjukkan untuk persiapan, pengolahan dan distribusi secara
penurunan. Sebelum penerapan HACCP rata-rata jumlah berkala berkaitan dengan dampak pencemaran peralatan
kuman pada peralatan 1.659,89 koloni/cm2 dan sesudah terhadap bahaya mikrobiologis pada makanan pasien.
penerapan HACCP turun menjadi 172,82 koloni/cm2 . Peralatan yang tidak saniter atau tercemar oleh kuman
Sesudah penerapan HACCP masih terdapat angka patogen akan berpengaruh terhadap kualitas mikrobiologis
kuman yang tinggi pada beberapa alat persiapan (blender), (terjadinya pencemaran) pada makanan pasien (20).
pengolahan (sutil) dan distribusi (wadah 2, penjepit 1 dan Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui ada hubungan

Tabel 2. Rata-rata angka kuman pada peralatan persiapan, pengolahan dan distribusi
makanan sebelum dan sesudah penerapan HACCP

Angka kuman (koloni/cm2)


Peralatan Sebelum penerapan Sesudah penerapan
HACCP HACCP
Persiapan Wadah 1 794,53 8,75
Wadah 2 794,53 8,75
Pisau 1.793,46 35,53
Blender 2.895,02 692,38
Pengolahan Wadah 2.899,21 0,34
Kukusan 1.304,82 11,85
Sutil 2.904,99 1.013,48
Wajan 52,02 0.21
Distribusi Wadah 1 2.058,49 0.33
Wadah 2 311,47 284,14
Wadah 3 1.336,67 1,28
Penjepit1 3.553,68 94,79
Penjepit2 879,63 94,79
Rata-rata 1.659,89 172,82
Keterangan:
t = 4,596 nilai *p = 0,000
* Bermakna (p < 0.05; uji t berpasangan)
12 Widyana Lakshmi P., Yeni Prawiningdyah, Fatma Zuhrotun Nisa’

Tabel 3. Pengetahuan higiene sanitasi makanan penjamah sebelum dan


sesudah penerapan HACCP

Pengetahuan higiene sanitasi makanan


Subjek Sebelum penerapan HACCP Sesudah penerapan HACCP
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
1 80 73 80 77,7 86 86 93 88,3
2 93 93 93 93,0 93 93 93 93,0
3 86 80 86 84,0 93 86 93 88,7
4 80 66 73 74,0 86 80 93 86,3
5 60 66 66 64,0 93 93 93 93,0
6 80 73 80 77,7 93 93 93 93,0
Rata-rata 79,8 76,3 79,7 78,7 90,1 89,7 91,8 90,4

Keterangan:
t = 2,888, *p = 0,016
* Bermakna (p < 0,05, uji t berpasangan)
1, 2, 3 = pengambilan sampel dalam interval minggu

yang bermakna antara tingginya jumlah angka kuman sehat dalam proses pengolahan makanan. Selanjutnya
pada peralatan dengan besarnya angka kuman (bahaya staf pelayanan (penjamah) makanan yang tingkat
mikrobiologis) pada makanan pasien (p= 0,019). pengetahuannya baik berhubungan dengan peningkatan
implentasi sistem HACCP di rumah sakit (22).
Pengetahuan dan praktik higiene sanitasi makanan Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan
sebelum dan sesudah penerapan HACCP yang bermakna pada tingkat pengetahuan penjamah
makanan sebelum dan sesudah penerapan HACCP
Pengetahuan penjamah sebelum dan sesudah
(t = 2,888, p = 0,016). Penelitian ini sesuai dengan
penerapan HACCP Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
penelitian yang dilakukan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
bahwa rata-rata nilai pengetahuan selama tiga kali
(RS) Jantung Harapan Kita, hasilnya diketahui bahwa
berturut-turut untuk seluruh subjek adalah 78,7. Nilai ini
pengetahuan penjamah makanan mengalami peningkatan
menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan sebelum
yang signifikan sesudah mengikuti pelatihan keamanan
penerapan HACCP dikategorikan cukup baik.
pangan/makanan (aplikasi HACCP) (23).
Cukup baiknya rata-rata nilai pengetahuan sebelum
WHO dan Green menyebutkan bahwa tindakan atau
penerapan HACCP tersebut, secara umum berhubungan
praktik sehat (seperti praktik higiene sanitasi makanan/
dengan tingkat pendidikan subjek (tenaga penjamah
keamanan pangan) salah satunya dipengaruhi oleh faktor
makanan) di Instalasi Gizi RSUP Dr. Soedarso. Tenaga
predisposisi adalah tingkat pengetahuan (21). Pengetahuan
pengolah berpendidikan SMA/SMKK sebanyak 66,7%
merupakan domain yang sangat penting untuk menimbulkan
(4 orang), sedangkan tenaga yang bertugas membagi
tindakan atau praktik seseorang, karena perilaku yang
makanan diet dilakukan oleh Pembantu Ahli Gizi
didasari pengetahuan akan langgeng daripada tindakan
(Pendidikan D1 Gizi) sebanyak 33,3% (2 orang). Dengan
yang tidak didasari oleh pengetahuan (24).
tingkat pendidikan tersebut maka tenaga pengolah di
instalasi gizi telah mengetahui cara aman dan sehat dalam
Praktik higiene sanitasi makanan penjamah sebelum
menjamah makanan. dan sesudah penerapan HACCP
Hal ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa
peningkatan pengetahuan dapat diperoleh melalui proses Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui rata-rata nilai
belajar mengajar, baik melalui pendidikan formal maupun praktik higiene sanitasi makanan, tentang cara sehat dan
informal (21). Pendidikan formal kesehatan misalnya, aman penjamah makanan mulai persiapan, pengolahan dan
melalui pengetahuan yang diperoleh saat mengikuti proses distribusi makanan, seperti mencuci tangan, menggunakan
belajar di dalam kelas menggunakan kurikulum tertentu pakaian kerja dan tidak berbicara saat kerja, sebelum
sedangkan informal dapat diperoleh dengan mengikuti penerapan HACCP, yaitu 56,1. Nilai ini menggambarkan
pelatihan, penyuluhan, membaca standar operasional bahwa praktik higiene sanitasi makanan sebelum
prosedur (SOP) tentang cara sehat dan aman mengolah penerapan HACCP tergolong rendah, yaitu hanya 56,1.
makanan, dan lain-lain. Setelah dilakukan penerapan HACCP rata-rata nilai praktik
Sementara penelitian di Rumah Sakit Calabria, Italia higiene sanitasi makanan mengalami peningkatan (76,1).
menyebutkan bahwa terdapat kaitan antara tingginya Secara statistik dengan uji t diketahui adanya
tingkat pendidikan seorang staf pelayanan makanan perbedaan tingkat praktik higiene sanitasi makanan antara
di rumah sakit dengan pengetahuan cara aman dan sebelum dengan setelah penerapan HACCP (p = 0,000).
Penerapan hazard analysis critical control point (HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis 13

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian di Calabria, perlu dilakukan penguatan pengetahuan berupa pelatihan,
Italia yang menunjukkan bahwa implementasi HACCP supervisi, penyegaran melalui diskusi kelompok atau
dan higiene makanan di rumah sakit dapat meningkatkan presentasi kasus dan lain-lain (24).
tingkat pengetahuan, sikap dan praktik atau perilaku Melalui peningkatan perilaku atau praktik higiene
pekerja (staf) pelayanan makanan (22). sanitasi makanan bagi petugas masak/pengolah makanan,
Dengan demikian, aplikasi HACCP sangat diperlukan, maka kualitas hasil olahan atau makanan yang siap
seperti melalui kegiatan penyuluhan. Praktik langsung cara didistribusikan kepada pasien menjadi baik atau jumlah
aman dan sehat pada proses persiapan bahan, pemberian angka kumannya menurun/berkurang. Secara statistik
petunjuk praktis cara pengolahan, pemantauan dan menunjukkan, bahwa semakin baik praktik higiene sanitasi
evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, diharapkan petugas pengolahan, maka semakin menurun jumlah angka
dapat meningkatkan praktik atau perilaku higiene sanitasi kuman pada makanan pasien (r = 0,504, p = 0,048).
makanan pasien di rumah sakit, seperti penggunaan Keadaan ini seperti yang dijelaskan oleh hasil
pakaian kerja, pencucian tangan sebelum dan sesudah penelitian tentang keamanan pangan di rumah sakit
bekerja dan tidak berbicara saat melakukan pekerjaan. tentang pengetahuan, sikap dan praktik staf keperawatan

Tabel 4. Praktik higiene sanitasi makanan penjamah sebelum dan sesudah penerapan HACCP

Praktik higiene sanitasi makanan


Sebelum penerapan HACCP Sesudah penerapan HACCP
No
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
1 55 60 60 58,3 75 75 75 75,0
2 55 55 60 56,6 75 75 8o 76,7
3 60 55 60 58,3 75 75 80 76,7
4 65 50 50 55,0 75 75 75 75,0
5 50 60 55 55,0 75 75 75 75,0
6 55 55 55 55,0 80 75 80 78,0
Rata-rata 56,7 55,8 55,8 56,1 75,8 75,8 76,7 76,1
Keterangan:
t = 23,496 dan *p = 0.000
* Bermakna (p < 0,05, uji t)
1, 2, 3 = Pengambilan sampel dengan interval minggu

Hubungan pengetahuan higiene sanitasi makanan, pada dua Rumah Sakit di Sicilia, Italia bahwa pengetahuan
praktik higiene sanitasi makanan penjamah dan jumlah yang baik akan memicu sikap positif dan perilaku aman
angka kuman pada makanan dalam penanganan makanan pasien di rumah sakit
(25). Praktik atau perilaku pejamah makanan terhadap
Praktik higiene sanitasi makanan cenderung kurang
keamanan pangan melalui implementasi sistem HACCP
baik pada saat tidak adanya atau kurangnya perhatian
secara universal dan proaktif akan mencegah timbulnya
terhadap peningkatan pengetahuan. Peningkatan
bahaya mikrobiologis (mikroorganisme) penyebab
pengetahuan tersebut misalnya dengan memberikan
foodborne disease.
pelatihan, penyuluhan atau melakukan evaluasi perbaikan
secara rutin. Dengan melakukan kegiatan peningkatan
Higiene sanitasi lingkungan dapur sebelum dan
pengetahuan cara aman dan sehat selama proses sesudah penerapan HACCP
pengolahan makanan, maka praktik keamanan pangan
juga mengalami peningkatan. Persyaratan kesehatan lingkungan tempat pengolahan
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang makanan (dapur) diatur dengan Keputusan Menteri
signifikan antara meningkatnya pengetahuan seseorang Keseharan (Kepmenkes RI), Nomor 715/Menkes/SK/
dengan bertambahnya praktik atau perilaku aman dan sehat V/2003 tentang persyaratan higiene sanitasi jasaboga dan
dalam proses pengolahan makanan pasien (r = 0,748, p= Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, tentang
0.003). Melalui upaya perbaikan tingkat pengetahuan staf persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
pengolahan (penjamah) makanan di instalasi gizi rumah Hasil penilaian higiene sanitasi lingkungan sesudah
sakit, maka diharapkan akan meningkatkan praktik higiene penerapan HACCP mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
sanitasi makanan atau perilaku keamanan pangan. higiene sanitasi lingkungan dapur sebelum penerapan
Untuk mencegah terjadinya penurunan atau HACCP sebesar 61% dan setelah penerapan HACCP
berkurangnya motivasi untuk praktik perilaku sehat maka nilainya menjadi 68,7%.
14 Widyana Lakshmi P., Yeni Prawiningdyah, Fatma Zuhrotun Nisa’

Keadaan higiene sanitasi lingkungan dapur RSUP Untuk tempat pencucian tangan belum tersedia.
Dr. Soedarso Pontianak, terutama di tempat pengolahan Tempat pencucian peralatan terbuat dari stainlessteel
makanan pasien masih ada yang belum memenuhi syarat, yang mudah dibersihkan. Namun belum dilengkapi kran
di antaranya penyediaan air minum/air bersih. Penyediaan air panas untuk keperluan proses pencucian lebih lanjut.
air bersih secara kuantitas cukup tersedia berasal dari Menurut Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003,
PDAM. Secara kualitas terutama mikrobiologis belum secara tempat pencucian tangan hendaknya terpisah dengan
rutin dilakukan pemeriksaan jumlah angka kumannya. tempat pencucian peralatan maupun makanan, jumlahnya
Penyediaan air bersih berperan penting dalam proses disesuaikan dengan banyaknya karyawan dengan rasio
pengolahan makanan pasien. Untuk itu perlu penerapan satu untuk sepuluh orang (26).
persyaratan Kepmenkes tentang kesehatan lingkungan Keadaan kesehatan lingkungan lantai yaitu bersih,
rumah sakit dan jasa boga tipe B, yaitu dengan melakukan terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air. Lantai dapur
pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologis air dibersihkan dengan frekuensi dua kali sehari dengan
mimum/bersih minimal dua kali dalam setahun. menggunakan bahan pembersih yang mengandung
Fasilitas lain sarana kesehatan lingkungan yang desinfektan (lisol).
penting, yaitu tempat pembuangan limbah, baik cair Dinding secara umum belum bersih, terdapat sisa
maupun padat (sampah). Untuk sarana pembuangan limbah minyak di dinding ruang pengolahan. Untuk itu menurut
cair, terutama berasal dari aktifitas dapur, seperti berasal Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 bagian yang
dari toilet/wc, kamar mandi dan limbah cair dari proses terkena percikan air/ minyak harus dilapisi dengan bahan
pengolahan makanan telah tersedia saluran pembuangan yang mudah dibersihkan setinggi dua meter dari lantai
yang berfungsi dengan baik dan lancar. Saluran limbah cair (26).
dari aktifitas dapur dialirkan ke instalasi pengolahan limbah Langit-langit dapur terbuat dari bahan yang kuat
cair di rumah sakit. Fasilitas wc/toilet di dapur digabung hanya saja warnanya nampak kusam, karena terakhir
dengan kamar mandi sebanyak dua buah. Jumlah tersebut kali dicat sekitar tahun 2001. Menurut Kepmenkes Nomor
belum menenuhi syarat. Menurut Kepmenkes tentang 715/Menkes/SK/V/2003, langit-langit harus terbuat dari
persyaratan higiene sanitasi jasaboga dan rumah sakit, rasio bahan yang kuat, permukaanya rata, tidak menyerap air
satu wc/toilet dan kamar mandi yaitu untuk 10 orang. dan berwarna terang (26).
Pewadahan sampah di tempat pengolahan makanan Seluruh ruangan pengolahan terdapat ventilasi
pasien sebelum penerapan HACCP belum memenuhi (penghawaan) dalam jumlah yang cukup dan mudah
syarat, yaitu hanya berupa keranjang plastik tidak kedap dibersihkan tetapi belum dilengkapi dengan kasa penahan
air dan tidak bertutup. Sampah langsung dibuang begitu lalat, tersedia sarana pembuangan asap, namun belum
keranjang penuh ke tempat pengumpulan sementara. terdapat cerobong asap yang dilengkapi filter, kemampuan
Tetapi sampah sisa pengolahan sore berupa sisa nasi/bubur membuang asap dan bau-bauan dari proses pengolahan
baru dibuang keesokan harinya, sehingga berada di ruang makanan belum sempurna dan ruangan masih terasa
pengolahan lebih kurang 12 jam. Tempat pengumpulan panas (belum ada alat pengatur suhu ruangan). Untuk itu
sementara jaraknya terlalu dekat dengan dapur sekitar 5 diperlukan penambahan sarana pengatur suhu ruangan
meter, volumenya tidak dapat menampung sampah hasil dan cerobong asap yang dilengkapi dengan filter serta
kegiatan dapur, terbuka, berbau, banyak lalat. Sesudah kasa penahan lalat pada ventilasi.
penerapan HACCP tempat pewadahan sampah sudah Keadaan penerangan atau pencahayaan di ruangan
memenuhi syarat tetapi tempat pengumpulan sementara dapur cukup memenuhi syarat untuk melakukan aktivitas
masih seperti sebelumnya. pengolahan makanan. Pencahayaan bersumber dari
Menurut Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003, sumber alami dan buatan.
untuk tempat sampah di ruang pengolahan sebaiknya
terbuat dari bahan yang kedap air, tertutup, dilapisi kantong KESIMPULAN DAN SARAN
plastik dan mudah dibersihkan. Sampah harus sudah
dibuang dalam waktu 1 X 24 jam. Untuk pengumpulan Ada pengaruh penerapan HACCP terhadap menurunnya
sampah sementara yang perlu diperhatikan yaitu volume bahaya mikrobiologis (angka kuman) pada makanan
tempatnya dapat menampung seluruh sampah hasil pasien berbasis hewani. Ada perbedaan yang bermakna
aktivitas dapur, dapat dilewati gerobak sampah, mudah rata-rata jumlah angka kuman sebelum dan sesudah
dibersihkan, kedap air, tertutup dan tersedia kran pembersih. penerapan HACCP. Ada perbedaan yang bermakna rata-
Sedangkan jaraknya dianjurkan sekitar 500 m dari dapur, rata nilai pengetahuan higiene sanitasi makanan sebelum
tidak digunakan sebagai tempat perkembangbiakan vektor dan sesudah penerapan HACCP. Ada perbedaan yang
dan tikus, serta tidak diacak-acak anjing dan mudah bermakna rata-rata nilai praktik higiene sanitasi makanan
diangkut oleh petugas sampah untuk dibuang ke tempat sebelum dan sesudah penerapan HACCP. Nilai higiene
pembuangan akhir sampah (TPA) (21,26). sanitasi lingkungan tempat pengolahan masih di bawah
Penerapan hazard analysis critical control point (HACCP) terhadap penurunan bahaya mikrobiologis 15

nilai stándar yang disyaratkan Kepmenkes RI tentang Nov 4]. Avalaible from: www.republika.co.id.
persyaratan higiene sanitasi jasa boga tipe B. 3. Giroult E, Pruss A, Rushbrook P. Safe of Waste
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan from Health – Care Activities. Geneva: World Health
kepada berbagai pihak untuk melaksanakan hal-hal Organizaton (WHO); 1999.
sebagai berikut: 4. Departemen Kesehatan. Hazard Analysis Critical
Instalasi Gizi. Perlunya Membuat program kerja Control Point (HACCP), Analisis Bahaya Titik Kendali
untuk pelatihan HACCP bagi karyawan secara berkala, Kritis (ABTKK). Jakarta: Dirjen PPM & PL; 2000.
pemeriksaan kesehatan secara rutin, pemeriksaan angka 5. Hasyim H. Manajemen Hyperkes dan Keselamatan Kerja
kuman pada makanan dan peralatan, monitoring dan di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan
evaluasi secara terus menerus terhadap cara kerja yang Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan). Jurnal
sehat dan aman dalam proses pengolahan makanan. JMPK Vol. 08/No.02 [serial online] 2005 [cited 2007 Jun
Perlunya meningkatkan kepatuhan terhadap spesifikasi 15]. Avalaible from: http://www. JMPK. Online.net.
bahan makanan pada saat penerimaan. Perlunya 6. RSUD Dr. Soedarso. Medical Record Rumah Sakit
membuat program kerja untuk melengkapi sarana Umum Daerah, Pontianak; 2005.
penunjang semua kegiatan penyelenggaraan makanan 7. Departemen Kesehatan. Bakteri Pencemar Makanan
seperti tempat penyimpanan peralatan, meja persiapan, dan Penyakit Bawaan Makanan. Dirjen PPM & PL.
meja pengolahan, tempat pencucian tangan, penyediaan Jakarta: Depkes RI; 2000.
air panas dan diterjen yang mengandung bakterisida untuk 8. Afriani R. Hubungan Angka Kuman Peralatan Makan
pencucian peralatan. dengan Angka Kuman pada Makan Siang Pasien di
Manajemen Rumah Sakit. Perlunya melakukan Ruang Isolasi dalam Menular Rumah Sakit Umum
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan (RSUD) Dokter Soedarso Pontianak. Laporan Riset
evaluasi terhadap peningkatan kegiatan cara sehat Tenaga kesehatan (Risnakes). /Pontianak: Politeknik
dan aman dalam proses pengolahan makanan pasien, Kesehatan Depkes; 2004.
memberi dukungan kepada instalasi gizi untuk menerapkan 9. Krisnamurni,S. Penerapan Keamanan Pangan Pada
prinsip HACCP secara bertahap. Perlunya meningkatkan Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit, Makalah
implementasi higiene sanitasi lingkungan rumah sakit Disampaikan pada pertemuan ilmiah nasional Asosiasi
dengan melibatkan instalasi terkait (instalasi sanitasi Dietisien Indonesia
donesia ke III di Semarang, 19 - 21 Juli
lingkungan rumah sakit), serta melengkapi sarana yang 2007.
dapat menunjang kegiatan tersebut. 10. Sudarmadji. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik
Petugas Masak (Penjamah Makanan). Perlunya Kritis (Hazard Analyis Critical Control Point, Jurnal
meningkatkan pengetahuan dan perilaku/praktik higiene Kesehatan Lingkungan 2005: Vol. 1 No.2. p 183-90.
sanitasi makanan mulai tahap persiapan, pengolahan 11. Maddox Ian S. The Hazard Analysis Critical Control
maupun distribusi melalui pelatihan-pelatihan. Selain Point System (HACCP), Practical Sanitation in the
pembuangan sampah dilakukan tiap dua jam sekali untuk Food Industri. New Zealand: Gordon and Breach
menghindari perkembangbiakan lalat. Science Publishers; 1994.
12. Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4852). Sistem
UCAPAN TERIMA KASIH Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Jakarta:
Penelitian ini terlaksana berkat dukungan dari RSUD
Badan Standarisasi Nasional (BSN); 1998.
Dr. Soedarso Pontianak. Pada kesempatan ini kami
13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi
mengucapkan terima kasih kepada Direktur RSUD Dr.
Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Binkesmas Depkes RI;
Soedarso Pontianak atas izin dan dukungan sehingga
2005.
penelitian dapat terlaksana.
14. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.
semua karyawan instalasi gizi, teman-teman dari Politeknik
Kesehatan Pontianak dan subjek yang telah banyak 15. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
membantu dalam penelitian ini. Alfabeta; 2007.
16. Azwar A, Prihartono J. Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
RUJUKAN
Binarupa Aksara; 2003.
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi 17. Estremera, E. (2003) The Aplication of Hazard Analysis
Rumah Sakit (PGRS): Dirjen Binkesmas; 2005. and Critical Control Points (HACCP) in the Preparation
2. Iskak R. Infeksi Nosokomial dan Staphylococcus of Blenderized Feeding Formula in a Hospital Food
epidermidis. Republika [serial online] 2006 [cited 2007 Service Institution, Diliman, Quezon City, Philippines.
16 Widyana Lakshmi P., Yeni Prawiningdyah, Fatma Zuhrotun Nisa’

[serial online] 2003 [cited 2007 Dec 29]. Avalaible from 22. Angelillo I, Vigiani N, Greco R dan Rito D. HACCP and
http:// www.fr.dost.gov.ph//files. Food Hygiene in Hospital: Knowledge, Attitudes, and
18. Arias., Monge. dan Chavez. (2003) Microbiological Practices of Food Service Staff in Calabria, Italy [serial
Contaminaton of Enteral Feeding Solutions Used in online] 2001 [cited 2001 Aug 02]. Avalaible from: http://
Costa Rican Hospital, PubMed – Indexed for Medline, www.Journal. Uchicago.edu. pages 363-9. vol. 22.
2003 Sep; 53 (3): 277-81 [serial online] 2003 [cited 23. Prasetyaningsih A, Sudargo T, Susilo J. Pengetahuan,
2007 Dec 29]. Avalaible from: http://www.ncbi.nih.gov/ Sikap dan Ketrampilan Penjamah Makanan yang
pubmed (Diakses, 29 Desember 2007). Diberi Pelatihan Keamanan Pangan di Instalasi Gizi
19. Oliveira MR, Batista CRV, Aidoo KE. (2001) Application RS Jantung Harapan Kita. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
of Hazard Analysis Critical Control Point System 2005: 2 (2): 68-74.
to Enteral Tube Feeding in Endereao do Hospital 24. Walgito B,. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
Governador Celso Ramos, Rua Irma Benvarda, Andi Offset; 1997.
Florionopolis, Santa, Catarina, Brasil, PubMed-indexed 25. Buccheri C, Casuccio A, Giammanco S, Guardia M,
for Medline, 2001 Oct: 14 (5): 397-403 [serial online] dan Mammina C. Food Safety in Hospital: Knowledge,
2001 [cited 2007 Dec 29]. Avalaible from: http://www. Attitudes and Practices of Nursing Staff of two
ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez. Hospitals in Sicily, Italy, BMC Health Service Research
20. Departmen Kesehatan RI. Kursus Hygiene Sanitasi [serial online] 2007 [cited 2007 Dec 30]. Avalaible from:
Makanan dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM dan PL; http://www.biomedcentral.com/1472-6963/7/45.
2004. 26. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan
21. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Kepmenkes) No.715/Menkes/SK/ V/2003 tentang
Jakarta: Rineka Cipta; 2007. Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga; 2004.

You might also like