Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Etnomatematika Pada Pembelajaran Matematika Tingkat SMP
Penerapan Etnomatematika Pada Pembelajaran Matematika Tingkat SMP
Makalah Ilmiah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Matematika
Oleh:
Arief Maulana (3115121940)
Tri Wijayanti (3115120185)
ABSTRACT
Mathematics learning in Indonesia tend conventional and not actually contextual. This can impact on the ability
of mathematics students in resolving about reasoning and problem solving. Therefore, required innovative
learning of mathematics that to enhance the ability of mathematics student. Mathematics learning that
innovative can be done through a cultural approach or called ethnomathematics. This research is a study of
literature that can be accountable in scientific terms. Based on the literature study conducted, ethnomathematics
can be used as an alternative to the learning methods of junior high school students. The culture taken in the
journal this is a Borobudur temple and batik motives. The application Borobudur Smart Math is the media
geometry learning based on ethnic, without removing the essence of learning geometry itself. There is several a
mathematical conception of contained in a batik motives. These concepts are namely the concept of symmetry,
transformation (reflections, translation, rotation, and dilatation), congruence, and similarity.
ABSTRAK
Pembelajaran matematika di Indonesia cenderung konvensional dan kurang kontekstual. Hal ini berdampak pada
kurangnya kemampuan matematika siswa dalam menyelesaikan soal penalaran dan pemecahan masalah. Maka
diperlukan pembelajaran matematika yang inovatif untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa.
Pembelajaran matematika yang inovatif dapat dilakukan melalui pendekatan budaya atau yang disebut
etnomatematika. Jenis penelitian ini adalah studi pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, etnomatematika bisa dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk
siswa SMP. Adapun budaya yang diambil dalam jurnal ini adalah candi Borobudur dan motif batik. Aplikasi
Borobudur Smart Math merupakan media pembelajaran geometri berbasis etnik, tanpa menghilangkan esensi
dari pembelajaran geometri itu sendiri. Terdapat beberapa konsep matematika yang terkandung dalam motif
batik. Konsep-konsep tersebut yaitu konsep simetri, transformasi (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi),
kekongruenan, dan kesebangunan.
1. Pembelajaran Simetri Lipat untuk SMP Bentukan pada motif batik kawung
Sebagai persiapan pembelajaran siswa dapat dipandang sebagai hasil refleksi bentuk
diharapkan mempersiapkan beberapa lembar dasar. Hasil refleksi Gambar 6 pada garis x, y,
kertas, gunting, dan pensil. Selanjutnya dalam dan z menghasilkan orientasi bentuk sebagai
pembelajaran siswa iinstruksikan untuk berikut:
melipat kertas menjadi dua bagian yang sama.
Kedua, siswa diberikan kesempatan untuk
membuat motif batik yang dikenal selama ini
pada salah satu bagian lipatan. Selanjutnya, Gambar 7
siswa diberikan kesempatan untuk memotong
Gabungan Gambar 7 menghasilkan
bentuk motif batik tersebut sesuai dengan
satu gabungan dalam motif batik kawung pada
sketsa yang telah dibuat, sehingga diperoleh
Gabar 8.
mtif batik sederhana. Ketiga, siswa
diinstruksikan untuk melipat kertas yang
lainnya menjadi dua bagian yang sama.
Keempat, siswa diinstruksikan untuk membuat
bentuk tertentu pada salah satu bagian lipatan,
bentuk yang dibuat ini diharapkan berbentuk Gambar 8
bangun geometri standar. Kelima, dari bangun-
bangun yang diperoleh, siswa diberikan b. Aplikasi Rotasi pada Motif Batik
informasi bahwa bangun-bangun yang mereka
hasilkan dari kegiatan sebelumnya adalah
bangun-bangun yang memiliki simetri lipat.
Selanjutnya guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyimpulkan. Suatu
bangun dikatakan memiliki simetri lipat jika
bangun tersebut mempunyai bentuk yang sama Gambar 9: Motif Batik Papua
pada kedua belah pihaknya dari suatu garis (Sumber:https://id.scribd.com/doc/99414333/
dimana bentuk yang sama tersebut jika dilipat Makalah-Seminar)
Bentuk dasar motif batik dari Papua garis horizontal menghasilkan bentuk mirip
tersebut adalah garis lengkung. kelopak bunga.
Gambar 10
Gambar 16
Selanjutnya bentuk dasar tersebut
diputar 180o. Misalkan motif mirip kelopak itu
diletakkan pada sumbu cartesius maka bentuk
kelopak bunga selanjutnya diperoleh melalui
0
Gambar 11 pergeseran vektor T =(−𝑏) berikut ini (Gambar
17)
Bentuk lainnya diperoleh dengan cara
refleksi terhadap garis vertikal dan kemudian
diputar 180o.
Gambar 12 Gambar 17
Gambar 15
Gambar 19: Motif Batik Sasirangan Kangkung
Kaumbakan
Selanjutnya penggabungan dari (Sumber:https://id.scribd.com/doc/99414333/
pencerminan bentuk dasar Gambar 15 terhadap Makalah-Seminar)
4. Pembelajaran Kesebangunan untuk SMP
Sebelum pembelajaran siswa
Gambar 20 diinstruksikan untuk membuat beberapa motif
batik yang sama dan memiliki ukuran yang
Bunga teratai yang terlukis pada motif berbeda (perbandingan sisi sama),
kangkung kaumbakan di atas memiliki ukuran mempersiapkan pensil dan kertas. Selanjutnya
yang berbeda-beda, di mana besar atau pada saat pembelajaran siswa diinstruksikan
kecilnya ukuran bunga dapat dipandang untuk membuat motif dengan menggunakan
sebagai hasil dilatasi atau perkalian dengan motif tersebut. Mulai dari sini siswa
sutu konstanta k terhadap bentuk Gambar 20 diinformasikan bahwa susunan motif-motif
sisi kanan dimana k adalah bilangan riil positif. yang telah disusun menjadin batik merupakan
Selanjutnya, bentuk Gambar 21 sisi kanan bangunan-bangunan yang sebangun.
disebut sebagai B. Misalkan k1=2, maka Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk
bentuk k1B adalah perbesaran dua kali B, sebut menyimpulkan mengenai bangun yang
saja hasil k1B=B1 (Gambar 21 sisi kiri). sebangun. Di sini siswa diharapkan
Kemudian untuk memperoleh bentuk bunga menemukan bahwa bangun yang sebangun
1 merupakan bangun yang memiliki bentuk yang
teratai selanjutnya dengan mengambil k2=3
sama dan memiliki perbandingan ukuran sisi
sebut saja hasil k2B=B2 (Gambar 21 sisi
yang sebanding.
kanan).
Ulasan mengenai etnomatematika
motif batik dan implementasinya dalam
pembelajaran matematika diharapkan mampu
memberikan beberapa gambaran yaitu,
Gambar 21 masyarakat berbudaya mampu melihat bahwa
motif batik yang selama ini ada di sekitarnya
Supaya mendapatkan letak yang mengandung konsep-konsep matematika, dan
artistik apada tangkai, selanjutnya B2 masyarakat tidak memandang kaku terhadap
direfleksikan pada garis vertikal sehingga matematika, seperti yang terjadi selama ini,
diperoleh motif kangkung kaumbakan. yaitu matematika dipandang sebagai ilmu yang
kaku dan tidak bisa diganggu gugat.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
Gambar 22
etnomatematika cocok dijadikan model
3. Pembelajaran Kekongruenan untuk SMP pembelajaran matematika tingkat Sekolah
Sebagai persiapan pembeajaran, siswa Menengah Pertama karena saat masa remaja
diinstruksikan untuk mempersiapkan sketsa siswa dapat melihat atau merasakan hubungan
motif batik, pensil, dan kertas. Sedangkan pada dan sangkut paut antara berbagai macam hal.
saat pembelajaran, siswa diberikan kesempatan Hal itu membuat siswa bisa menyangkut
untuk membuat motif dari sketsa itu. pautkan antara pembelajaran matematika di
Selanjutnya siswa diberikan informasi bahwa sekolah dengan matematika yang ditemukan
motif yang telah disusun menjadi batik dikehidupan sehari-hari sehingga
merupakan bentuk bangun yang kongruen. mempermudah siswa mengerti materi yang
Akhirnya siswa diberikan kesempatan untuk diajarkan. Sehingga, dapat membuat
menyimpulkan mengenai bangun yang kemampuan matematika siswa meningkat
kongruen. Adapun simpulan yang diharapkan dalam menyelesaikan soal penalaran dan
yaitu siswa menemukan bahwa bangun yang pemecahan masalah. Hasil pembelajaran pun
kongruen merupakan bangun yang memiliki lebih bermakna karena hasil pembelajaran bisa
bentuk dan ukuran yang sama. dirasakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Perancangan media pembelajaran etnomatematika ke dalam pembelajaran
geometri berbasis etnik yang merupakan memeberikan alternatif bagi pendidik dalam
sebuah terobosan baru untuk menarik minat membelajarkan siswa mengenai konsep
siswa dalam mempelajari geometri, yaitu matematika. Selain itu juga dapat
dengan dibuatnya aplikasi Borobudur Smart meningkatkan motivasi belajar matematika
Math, media pembelajaran geometri yang siswa, yang akhirnya berdampak pada
menyenangkan, dan fresh bagi generasi saat pembelajaran bermakna.
ini. Sehingga pembelajaran matematika akan
lebih inovatif dan kontekstual. Selain itu, 6. SARAN
dengan adanya teknologi pendukung seperti Pada tulisan ini, penulis memberikan
komputer dapat memudahkan siapa saja untuk saran-saran, diantaranya adalah meninjau
menggunakan Borobudur Smart Math tanpa manfaatnya yang dapat memotivasi siswa, guru
menghilangkan esensi dari pembelajaran sebaiknya memperkenalkan etnomatematika
geometri itu sendiri. pada pembelajaran matematika formal, sebagai
Etnomatematika pun telah tumbuh dan modal awal mengajarkan konsep matematika
berkembang pada motif batik. Terdapat kepada siswa. Hasil tulisan ini dapat dijadikan
beberapa konsep matematika yang terkandung ide alternatif proses pembelajaran matematika
dalam motif batik. Konsep-konsep tersebut yang lebih inovatif dan kontekstual untuk
yaitu konsep simetri, transformasi (refleksi, sistem pendidikan di Indonesia. Penulisan ini
translasi, rotasi, dan dilatasi), kekongruenan, belum terlalu banyak membahas tentang
dan kesebangunan. Etnomatematika motif etnomatematika yang ada serta belum terlalu
batik dapat diimplementasikan dalam mendalam artinya masih perlu dikembangkan
pembelajaran dikelas. Adapun lagi, sehingga pembaca bisa ikut melengkapi
pembelajarannya yaitu pembelajaran simetri bagian yang kurang menddalam untuk
lipat, transformasi, kekongruenan, dan dijadikan penulisan lanjutan.
kesebangunan dengan memasukkan
DAFTAR PUSTAKA
D’ Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its Place in the History and Pedagogy of Mathematics.
For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-47
D’ Ambrosio, U. 1999. Literacy, Matheracy, and Technoracy: A Trivium for Today. Mathematics
Thinking and Learning, 1(2), 131-153
Hanafi, Miftah Rizqi, dkk. 2013. Borobudur Smart Math, Aplikasi Media Pembelajaran Geometri
Berbasis Ethnomatematika. http://nec.rema.upi.edu/wp-content/uploads/sites/27/2013/11/16.-
BOROBUDUR-SMART-MATH-APLIKASI-MEDIA-PEMBELAJARAN-GEOMETRIBER
BASIS-ETHNOMATEMATIKA.pdf. [diakses: 11/12/2014]
Jahja, Y. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jakarta.
Karnilah, Nilah, dkk. 2013. Study Ethnomathematics: Pengungkapan Sistem Bilangan Masyarakat
Adat Baduy.
Krisna, Evi Dwi, dkk. 2012. Etnomatematika Batik dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Matematika. https://id.scribd.com/doc/99414333/Makalah-Seminar. [diakses: 11/12/2014]
Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013. Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsamnawiyah 2013.
http://www.ikapidkijakarta.com/ikapiblog/wp-content/uploads/2013/08/06.-B.-Salinan-Lampir
an-Permendikbud-No.-68-th-2013-ttg-Kurikulum-SMP-MTs.pdf. [diakses: 10/12/2014]
Mulis, Martin, dkk. 2011. TIMSS 2011 International Results in Mathematics.
http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11IRMathematicsFullBook.pdf. [diakses:
10/12/2014]
OECD, PISA 2009 Database. 2010. http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf. [diakses: 10/12/2014]
Owens, K. 2012. Policy and Practices: Indigenous Voices in Education. Journal of Mathematics and
Culture, 6(1), 51-75.
Rachmawati, Inda. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. http://ejournal.unesa.ac.id/
index.php/mathedunesa/article/view/249/baca-artikel. [diakses: 10/12/2014]
Sirate, Fatimah S. 2012. Implementasi Matematika. Jurnal Lentera Pendidikan, 15(1), 41-54.
Suratno, J. 2013. Program Penelitian Ethnomathematics dan Implikasi Langsungnya dalam
Pembelajaran Matematika. http://www.academia.edu/6714676/ProgramPenelitianEthnomathe
maticsdanImplikasinyadalamPembelajaranMatematika. [diakses:06/12/2014]
Wahyuni, A., Ayu A.W.T., Budiman S. 2013. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter
Bangsa. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,
PROSIDING (15), 113-118.