You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KUALITAS AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE PADA


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN
LOANO
KABUPATEN PURWOREJO
(The Relationship Between The Quality Of Drinking Water and The
Occurrence Of Diarrhea In Children Under Five Years In Primary Health
Care Banyuasin
Sub District Loano District Purworejo)

Nurul Aini1, Mursid Raharjo2 dan Budiyono2


1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Unversitas Diponegoro
Email: nurulaini1759@gmail.com

ABSTRACT

Diarrhea is defined as the passage of three or more loose or liquid stools per day
(or more frequent passage than is normal for the individual). In 2014, the
prevalence of diarrhea in children under five years is 12,2% out of 623 children
under five years at PHC Banyuasin. The aim of this study was to prove the
relationship between the quality of drinking water and the occurrence of diarrhea
in children under five years at PHC Banyuasin. This research is an analytic
observational with cross sectional approach. A sample of 80 out of 503 children
under five years with proportional random sampling technique. Measurement
type of drinking water sources and hygiene of cutlery and drinking utensil using
interviews with respondents and observation. While the bacteriological quality of
drinking water by MPN 5-1-1 test and IMVCM. The results of univariate analysis
showed the percentage of diarrhea was 32.5%, not standard bacteriological
quality was 43.8%, unprocessed drinking water sources was 78.8%, and
uncleaned cutlery and drinking utensil was 91.2%. The results of bivariate
analysis showed there was no relationship between the bacteriological quality of
drinking water (p=0.764), the type of sources of drinking water (p=0.141), and the
hygiene of cutlery and drinking utensil (p=1.000) and the occurrence of diarrhea
in infants. The conclude from this study was proportion of toddler diarrhea was
smaller, proportion of bacteriological quality of E. coli was smaller, proportion of
unprocessed drinking water sources was greater, proportion of uncelaned cutlery
and drinking utensil was greater, there was no relationship between the
bacteriological quality of drinking water, the type of drinking water sources, the
hygiene of cutlery and drinking utensils and the incidence of diarrhea in children
under five years.

Keyword : Diarrhea, children under five years, bacteriological quality, drinking


water, Purworejo

399
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN penyebab kedua kematian pada anak-


Diare adalah gangguan buang air anak yang berusia di bawah lima tahun
besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dan menyebabkan sekitar 760.000 anak
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja meninggal setiap tahun. Diare pada anak-
cair, dapat disertai dengan darah dan atau anak dapat disebabkan dari sumber
lendir.1 Menurut WHO, diare menjadi makanan dan air yang terkontaminasi.2
Insiden diare pada balita di Indonesia orang tua adalah pengetahuan, perilaku
pada tahun 2013 adalah 6,7%.1 dan higiene orang tua, khusunya ibu.8
Sedangkan, angka insiden balita dan Pemeriksaan kualitas bakteriologis air
angka period prevalence Provinsi Jawa sebagai studi awal pada 5 sampel air
Tengah pada tahun 2013 sebesar 6,5% minum di Desa Guyangan menunjukan
dan 6,7%.3 Berdasarkan Profil Kesehatan hasil yakni bakteri total coliform >0 per
Kabupaten Purworejo, pada tahun 2014 100 ml. Hasil pemeriksaan bakteriologis
angka insiden diare yaitu 0,9% dengan tersebut melebihi ambang batas kadar
7.305 kasus dan 1 orang meninggal maksimum E. coli yang diperbolehkan
dunia.4 pada Permenkes No. 492 Tahun 2010
Puskesmas Banyuasin termasuk tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
salah satu Puskesmas di Kabupaten yaitu sebesar 0 per 100 ml sampel.
Purworejo yang menempati peringkat Berdasarkan data-data yang diuraikan
pertama kejadian diare dari 27 di atas maka penulis tertarik untuk
Puskesmas lainnya dengan angka insiden mneneliti hubungan kualitas air minum
diare sebesar 12,2% dan kejadian diare dengan kejadian diare pada balita di
sebanyak 76 kasus pada tahun 2014.5 wilayah kerja Puskesmas Banyuasin
Kejadian diare sangat berkaitan Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo.
dengan perilaku manusia, sarana air
bersih, sarana pembuangan air limbah METODE
dan kesehatan lingkungan pada musim Jenis penelitian yang digunakan
kemarau.6 Timbulnya penyakit diare dapat adalah penelitian observasional analitik
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dengan pendekatan studi cross sectional.
risiko yang paling banyak terkait dengan Sampel diambil dengan teknik proportional
diare yaitu faktor lingkungan, meliputi sampling. Objek penelitian merupakan
ketersediaan sarana sanitasi dasar seperti balita yang berumur 12-59 bulan yang
air bersih, air minum, pemanfaatan bertempat tinggal di wilayah kerja
jamban, pembuangan air limbah rumah Puskesmas Banyuasin Kecamatan Loano
tangga, pembuangan sampah, rumah dan Kabupaten Purworejo dengan riwayat
lingkungan yang sehat serta perilaku pemberian ASI eksklusif, sudah
hidup bersih dan sehat dalam kehidupan diimunisasi campak, dan berstatus gizi
sehari-hari juga menjadi faktor timbulnya baik sebanyak 80 balita.
penyakit diare.7 Faktor risiko diare pada Variabel kualitas bakteriologis air
balita antara lain status gizi, pemberian minum didapatkan dari pemeriksaan
ASI eksklusif, imunisasi campak, dan laboratorium dengan metode MPN
makanan pendamping. Faktor risiko diare Tabung Ganda 5-1-1 dan IMVCM,
pada balita berdasarkan karakteristik sedangkan variabel jenis sumber air

400
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

minum dan kebersihan alat makan dan gambaran umum karakteristik umur balita
minum didapatkan dengan wawancara dengan kelompok umur 36-47 bulan lebih
dan observasi. Teknik analisis data dalam banyak ditemui yaitu 38,8% sedangkan
penelitian ini dilakukan secara bertahap jenis kelamin balita yang paling banyak
meliputi analisis univariat dan bivariat yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak
menggunakan uji Chi square atau Fisher 53,8%. Hasil dari analisis univariat dalam
exact. Sedangkan, pemeriksaan. penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Sedangkan hasil analisis bivariat dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan kuesioner dan hasil
survei pada 80 responden, diperoleh

Tabel 1 Hasil Analisis Univariat


No. Variabel Jumlah Persentase (%)
1 Kualitas Bakteriologis Air Minum
a. Tidak memenuhi syarat kesehatan (ada E. coli) 35 43,8
b. Memenuhi syarat kesehatan (ada E. coli) 45 56,2
2 Jenis Sumber Air Minum
a. Tidak diolah (tidak adanya proses pengolahan 63 78,8
pada air bersih)
b. Sudah diolah (adanya proses pengolahan pada 17 21,2
air bersih)
3 Kebersihan Alat Makan dan Minum
a. Tidak bersih (sabun, air tidak mengalir, tidak 73 91,2
dikeringkan, dan disimpan di tempat terbuka)
b. Bersih (sabun, air mengalir, dikeringkan, dan 7 8,8
disimpan di tempat tertutup)
4 Kejadian Diare pada Balita
a. Diare 26 32,5
b. Tidak diare 54 67,5

Tabel 2 Hasil Analisis Bivariat


No. Variabel p value POR CI 95% Hipotesis
1 Kualitas bakteriologis air 0,764 1,155 0,451–2,960 Tidak ada hubungan
minum
2 Jenis sumber air minum 0,141 2,683 0,697–10,333 Tidak ada hubungan
3 Kebersihan alat makan 1,000 1,224 0,221–6,777 Tidak ada hubungan
dan minum

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS sampel air minum teridentifikasi total


BAKTERIOLOGIS AIR MINUM DENGAN coliform lebih dari 0/100 ml dimana
KEJADIAN DIARE PADA BALITA melebihi nilai ambang batas yang telah
Berdasarkan hasil pemeriksaan di ditentukan pada Peraturan Menteri
Laboratorium Epidemiologi dan Penyakit Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Universitas Diponegoro, didapatkan 47 Persyaratan Kualitas Air Minum. Dimana

401
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dari 47 sampel air minum didapatkan 35 ada hubungan antara kualitas


sampel air minum teridentifikasi bakteri E. bakteriologis air minum dengan kejadian
coli dan 12 sampel lainnya teridentifikasi diare pada balita di wilayah kerja
bakteri Esherichia jenis lain. Puskesmas Banyuasin Kecamatan Loano
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kabupaten Purworejo.
proporsi balita yang mengalami diare Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan kualitas bakteriologis air minum dengan penelitian yang telah dilakukan
tidak memenuhi syarat kesehatan (34,3%) sebelumnya oleh Arry Pamusthi
lebih besar daripada balita yang Wandansari. Kesimpulan yang diperoleh
mengalami diare dengan kualitas dari penelitian tersebut menunjukkan ada
bakteriologis air minum memenuhi syarat hubungan antara kualitas sumber air
kesehatan (31,1%). Berdasarkan hasil uji minum dengan kejadian diare dengan nilai
statistik Chi–Square diketahui bahwa tidak p value sebesar 0,008.9
Tidak berhubungannya kualitas air teridentifikasi pada air minum dapat
minum dengan diare pada balita dapat disebabkan adanya kontaminasi kembali.
disebabkan bakteri E. coli yang Kontaminasi E. coli yang berasal dari fekal
teridentifikasi pada sampel air minum pada sumber air ataupun tempat
belum pasti merupakan bakteri patogen penyimpanan air untuk dikonsumsi dapat
yang menyebabkan diare pada balita. terjadi karena beberapa rumah responden
Bakteri EPEC merupakan penyebab berdekatan dengan kandang kambing,
gasteroenteritis akut pada bayi yang baru kerbau, dan ayam. Beberapa responden
lahir sampai pada yang berumur 2 tahun, memiliki sistem MCK (mandi–cuci–kakus)
sedangkan ETEC dan EIEC merupakan yang tidak memenuhi syarat sehingga
penyebab diare pada anak yang lebih sangat mudah menjadi sumber
besar dan pada orang dewasa.10 Bakteri pencemaran air minum.
yang teridentifikasi pada sampel air
minum kemungkinan bukan bakteri EPEC HUBUNGAN ANTARA JENIS SUMBER
melainkan ETEC atau EIEC. AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE
Juga dapat disebabkan balita masih PADA BALITA
sedikit mengkonsumsi air minum tetapi Berdasarkan hasil penelitian
lebih banyak mengkonsumsi ASI ataupun menunjukan bahwa sumber air minum
susu formula. Atapun dapat disebabkan yang paling banyak digunakan oleh
oleh faktor lain, misalnya oleh makanan masyarakat yaitu berasal dari mata air
yang terkontaminasi (foodborne disease) (47,5%), sumur gali (26,2%), air kemasan
ataupun terjadi malabsorpsi karbohidrat (12,5%), PDAM (8,8%) dan sungai (5%).
pada susu formula yang diminum setelah Meskipun mata air dan sumur gali tidak
berusia 6 bulan.11 Makanan yang dicuci mendapatkan pengolahan khusus seperti
dengan air yang terkontaminasi patogen air PDAM maupun air kemasan, sebagian
dapat menjadi penyebab diare. Juga, besar responden memilih mata air dan
makanan yang tidak tertutup dengan rapat sumur gali sebagai sumber air minum. Hal
dapat dihinggapi lalat yang sebelumnya ini karena wilayah penelitian merupakan
hinggap di feses hewan maupun manusia daerah perbukitan sehingga masih banyak
sehingga terkontaminasi akibat ditemukan mata air. Sumber air minum
penimbunan sampah yang tidak tertutup diolah meliputi air kemasan dan PDAM,
rapat.12 sedangkan yang tidak diolah meliputi mata
Bakteri E. coli merupakan salah satu air, sumur gali, sumur bor, sungai, dan air
penyebab diare pada balita. E. coli yang hujan.

402
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sebagian besar responden dalam teko. Sebelum dimasukkan ke teko


menggunakan sumber air minum yang atau penyimpanan lain, air ditunggu
tidak diolah namun balita yang mengalami hingga dingin di dalam panci dalam
diare sebanyak 23 balita (36,5%). Sumber keadaan terbuka. Hal ini akan
air minum yang akan dikonsumsi memperbesar risiko terjadinya
sebelumnya telah dimasak hingga pencemaran kembali pada air minum.
mendidih walaupun sumber air minum Sedangkan, balita yang
tidak mendapatkan proses pengolahan mengkonsumsi air yang belum dimasak
sebelumnya. Proses pengolahan yang seperti air kemasan (air galon) tetap dapat
dimaksud yaitu proses penyaringan, mengalami diare karena tempat
pengendapan, dan disinfeksi. Meski sudah penyimpanan air kemasan atau dispenser
dimasak hingga mendidih, namun dapat yang tidak bersih. Dispenser yang
terjadi pencemaran kembali saat berbentuk besar sulit untuk dilakukan
melakukan penyimpanan air minum ke
pencucian, sehingga air sisa galon yang bahwa proporsi balita yang mengalami
tergenang pada dispenser dapat menjadi diare dengan peralatan makan dan minum
tempat pertumbuhan bakteri serta udara yang dicuci tidak bersih (32,9%) lebih
sekitar yang mengandung mikroorganisme besar daripada balita yang mengalami
dapat berkontak dengan air tersebut diare dengan peralatan yang dicuci hingga
sehingga memperbesar terjadinya bersih (28,6%). Berdasarkan hasil uji
pencemaran kembali. Udara mengandung statistik Chi–Square, dapat disimpulkan
bakteri gram negative dimana bakteri tidak ada hubungan antara kebersihan
tersebut lebih mudah beradaptasi dengan peralatan makan dan minum dengan
lingkungan sekitar sehingga untuk kejadian diare pada balita di wilayah kerja
terjadinya pertumbuhan dan Puskesmas Banyuasin Kecamatan Loano
perkembangbiakan bakteri lebih cepat Kabupaten Purworejo.
daripada bakteri gram positif. Hasil penelitian ini tidak sejalan
Tidak berhubungan antara jenis dengan penelitian yang telah dilakukan
sumber air minum dengan kejadian diare sebelumnya oleh Nurfadhila. Kesimpulan
pada balita dapat disebabkan, air minum yang diperoleh dari penelitian tersebut
yang akan dikonsumsi terlebih dahulu menunjukkan hubungan yang bermakna
dimasak hingga mendidih dan dimasukkan antara kebiasaan mencuci peralatan
ke dalam teko. Balita yang diteliti telah makan dengan kejadian diare pada balita
mendapatkan ASI eksklusif dan imunisasi dengan p value sebesar 0,024.(46)
campak sehingga memiliki kekebalan Berdasarkan hasil observasi dapur
tubuh/sistem imun yang sangat baik untuk responden, sebagian besar responden
mengatasi dan mengalahkan kuman mencuci peralatan makan dan minum
penyakit meski mengkonsumsi air minum dengan air tidak mengalir yaitu mencuci
tidak diolah.13 Status gizi yang baik juga menggunakan ember. Hal ini karena
mempengaruhi sistem imun balita dalam mencuci menggunakan air lebih hemat
menghadapi kuman penyakit.14 pemakaiannya daripada menggunakan air
langsung dari kran. Peralatan makan dan
HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN minum yang telah dicuci akan diletakkan
ALAT MAKAN DAN MINUM DENGAN di rak terbuka dimana berfungsi untuk
KEJADIAN DIARE PADA BALITA mengeringkan dan menyimpan peralatan
Berdasarkan hasil wawancara dan makan dan minum. Responden jarang
observasi dapur responden menunjukan yang menyimpan peralatan makan dan

403
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

minum yang telah dicuci di rak yang dicuci dengan air mengalir, sedangkan jika
tertutup, hanya ada 7 responden saja. menggunakan air di dalam ember
Kebersihan alat makan dan minum kemungkinan terdapat kuman penyebab
dengan kejadian diare pada balita tidak diare dalam air yang digunakan untuk
berhubungan dapat disebabkan alat membilas peralatan makan dan minum,
makan dan minum yang tidak dicuci kuman akan menempel di dalam peralatan
hingga bersih sebelum digunakan untuk makan tersebut dan ketika terus terjadi
makan dan minum terlebih dahulu diusap pengulangan yang sama dapat
dengan lap yang bersih. Mencuci mempengaruhi timbulnya penyakit diare.
peralatan makan dan minum dengan air Penyakit diare dapat ditularkan
mengalir lebih baik dibandingkan mencuci melalui beberapa jalur, di antaranya jalur
peralatan makan dengan air dalam ember. melalui air dan jalur yang melalui alat-alat
Sebab kotoran dalam peralatan makan dapur yang dicuci dengan air.
dan minum dapat langsung hilang saat Berjangkitnya penyakit diare erat
hubungannya dengan tersedianya air yang bersih sebesar 8,8%,
untuk makan, minum, dan memasak, serta berdasarkan dengan Kepmenkes No.
kebersihan alat-alat makan. Sarana air 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang
yang tidak memenuhi syarat juga Pedoman Persyaratan Hygiene
digunakan untuk mencuci alat makan. Jika Sanitasi Makanan Jajanan.
sumber air yang digunakan terkontaminasi 5. Tidak ada hubungan antara kualitas
bakteri patogen seperti E. coli maka bakteriologis air minum dengan
peralatan makan dan minum berisiko kejadian diare pada balita di wilayah
untuk terkontaminasi, terlebih jika perilaku kerja Puskesmas Banyuasin
mencucinya kurang baik akibatnya terjadi Kecamatan Loano Kabupaten
rantai penularan penyakit diare.15 Purworejo. (p= 0,764; POR= 1,155
dan CI 95% 0,451–2,960)
KESIMPULAN 6. Tidak ada hubungan antara jenis
1. Angka insiden diare pada balita sumber air minum dengan kejadian
sebesar 4,2% dengan kasus diare pada balita di wilayah kerja
sebanyak 26 dari 623 balita. Puskesmas Banyuasin Kecamatan
2. Kualitas bakteriologis air minum yang Loano Kabupaten Purworejo. (p=
tidak memenuhi syarat kesehatan 0,141; POR=2,683 dan CI 95%
sebesar 43,8% dan yang memenuhi 0,697–10,333)
syarat kesehatan sebesar 56,2% 7. Tidak ada hubungan antara
berdasarkan dengan Permenkes No. kebersihan alat makan dan minum
492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan dengan kejadian diare pada balita di
Kualitas Air Minum bahwa NAB E. coli wilayah kerja Puskesmas Banyuasin
yaitu 0/100 ml. Kecamatan Loano Kabupaten
3. Jenis sumber air minum yang tidak Purworejo. (p= 1,000; POR= 1,224
diolah sebesar 78,8% dan yang dan CI 95% 0,221–6,777)
sudah diolah sebesar 21,2%. Air
minum tidak diolah meliputi mata air, SARAN
sumur gali, dan sungai sedangkan 1. Bagi Pemerintah
sudah diolah meliputi PDAM dan air Penambahan pembangunan untuk
kemasan. sumber air minum guna
4. Kebersihan alat makan dan minum mempermudah masyarakat dalam
yang tidak bersih sebesar 91,2% dan mengakses sarana air bersih (seperti

404
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PAMSIMAS) serta penambahan dengan lap bersih dan kering, serta


pembangunan MCK umum bagi disimpan pada rak yang tertutup.
masyarakat. 3. Bagi Peneliti
2. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat dikembangkan
Tidak mengambil air sungai untuk lebih lanjut dengan penambahan
kebutuhan air minum dan mencuci variabel lain, seperti kondisi jamban,
alat makan dan minum supaya kebiasaan mencuci tangan,
mencegah terjadinya diare. Memasak kebiasaan buang air besar, dan
air hingga benar-benar mendidih dan diperbesar ukuran sampelnya agar
menyimpannya pada tempat yang lebih representatif.
tertutup dan terlindung. Mencuci air
dengan air mengalir, dikeringkan

REFERENSI 8 Adisasmito W. Faktor Risiko Diare


1 Badan Penelitian dan Pengembangan pada Bayi dan Balita di Indonesia :
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Systematic Review Penelitian
Jakarta: Kementerian Kesehatan Akademik Bidang Kesehatan
Republik Indonesia; 2014. Masyarakat. Jurnal Makara
2 WHO. Diarrhoeal Disease. 2013. Kesehatan. 2007;11(1):1-10.
[Online] [Diakses pada tanggal 18 9 Wandansari AP. Hubungan antara
September 2015]. Kualitas Sumber Air Minum dan
http://www.who.int/mediacentre/factsh Pemanfaatan Jamban Keluarga
eets/fs330/en/. dengan Kejadian Diare di Desa
3 Pusat Data dan Informasi. Profil Karangmangu Kecamatan Sarang
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Semarang. Unnes J Public
Tahun 2013. Dinas Kesehatan Heal. 2014;3(3):1-10.
Provinsi Jawa Tengah; 2014. 10 Ruth Melliawati. Escherichia coli
4 Dinas Kesehatan Purworejo. Profil dalam Kehidupan Manusia.
Kesehatan 2014 Dinas Kesehatan BioTrends. 2009;4(1):10-14.
Kabupaten Purworejo. Purworejo: 11 Puspitasari S, Mukono J. Hubungan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kualitas Bakteriologis Air Sumur dan
Purworejo; 2015. Perilaku Sehat dengan Kejadian
5 Mulanti DE. Rekapitulasi Laporan Waterborne Disease di Desa Tambak
Penyakit Diare Tingkat Kecamatan. Sumur, Kecamatan Waru, Kabupaten
Purworejo; 2014. Sidoarjo. J Kesehat Lingkung.
6 Hiswani. Diare merupakan Salah Satu 2013;7(1):76-82.
Masalah Kesehatan Masyarakat yang 12 Prüss-üstün A, Kay D, Fewtrell L,
Kejadiannya Sangat Erat dengan Bartram J. Comparative Quantification
Keadaan Sanitasi Lingkungan; 2003. of Health Risks, Global and Regional
7 Tauso SA, Azizah R. Hubungan Burden of Disease Attributable to
Sanitasi Dasar Rumah dan Perilaku Selected Major Risk Factors Volume
Ibu Rumah Tangga dengan Kejadian 1 Chapter 16 Unsafe Water ,
Diare pada Balita di Desa Bena Nusa Sanitation and Hygiene. Geneva:
Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan World Health Organization; 2004.
Lingkungan. 2013;7(1):1-6.

405
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

13 Kasaluhe MD, Sondakh RC, Malonda (Studi Kasus di Kabupaten


NSH. Faktor-faktor yang Semarang). 2006.
Berhubungan dengan Kejadian Diare 15 Melina N. Hubungan Sanitasi
pada Balita di Wilayah Kerja Lingkungan dan Personal Higiene Ibu
Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten dengan Kejadian Diare pada Balita di
Kepulauan Sanghie. Jurnal Media Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Kota
Kesehatan. 2015;3(1):1-8. Palembang Tahun 2014. 2014.
14 Sinthamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Diare Akut Pada Balita

406

You might also like