You are on page 1of 9

HUBUNGAN KONSUMSI AIR MINUM ISI ULANG DENGAN KEJADIAN

DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTANG


UTARA KOTA BONTANG
Joko Sugiyanto* Muhammad Mirza Fauzie** Bambang Suwerda**

*Mahasiswa S2 IKM UNS Surakarta


** Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
***Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293,


email: jksgnt@gmail.com

Abstract

Background: Diarrhea is one of the causes of high mortality and morbidity in children, especially in children
younger than 5 years old (toddlers), at Puskesmas Bontang Utara, in most cases of diarrhea are occurred at the
age of the children, one of the factors the onset of diarrheal diseases is caused by germs or bacteria that enter the
human body through drinking water which is contaminated refill.

Objective: This study aims to prove the relation between refill drinking water consumption and treatment of
drinking water refill before consumption with the incidence of diarrhea in infants.

Methods: Observational study with case control design. Research sites in Puskesmas Bontang Utara working
area. As a group of cases under five who visited a family doctor's clinic in April 2011 and diagnosed with diarrhea
and a control group of infants who visited the clinic family doctor have not diagnosed by the number of diarrhea
cases and control samples each of 64 toddlers. Research subjects are the babies of parents who checked into the
clinic family doctor in April 2011. The Analysis of data using chi square statistical test with significancy level =
0.05.

Result: Variables that affect the incidence of diarrhea in infants in the region of Puskesmas Bontang Utara is the
consumption of drinking water refill (p-value = 0.001) and treatment of drinking water refill (p-value = 0.016).
Conclusion: Refill drinking water consumption and treatment of drinking water refill before consumption affects
the incidence of diarrhea in infants in the region of Puskesmas Bontang Utara.

Keywords: The consumption of drinking water refill, the treatment of drinking water refills, the incidence of
diarrhea in infants.

PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyebab angka (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Bontang
kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama menunjukkan jumlah seluruh kasus diare di Kota
pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Bontang tahun 2009 sebanyak 2557 dan 774 kasus
Sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun di dunia terjadi pada balita. Sedangkan tahun 2010 meskipun
karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di jumlah kasusnya menurun, namun diare merupakan
negara berkembang (Parashar, 2003). kasus terbanyak penyakit berbasis Puskesmas, yaitu
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan sebanyak 2332 kasus dan 632 kasus terjadi pada balita
Indonesia tahun 2002 – 2003, prevalensi diare pada (umur 1–4 tahun). Untuk Puskesmas Bontang Utara,
anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di selama Januari sampai Desember 2009 terdapat 1123
Indonesia adalah : laki-laki 10,8%dan perempuan kasus diare dan sebanyak 415 penderita adalah balita.
11,2%. Berdasarkan umur prevalensi tertinggi terjadi Sedangkan tahun 2010 penderita diare 863 dan 248
pada usia 6-11 bulan (19,4%), usia 12-23 bulan kasus diantaranya terjadi pada balita.
(14,8%), dan usia 24-35 bulan (12,0%).(BPS, 2003). Berdasarkan hasil laporan bulanan
Hasil pencatatan dan pelaporan Subdin Puskesmas Bontang Utara, dari empat kelurahan di
Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara kasus

1
tertinggi pada tahun 2009 terjadi di kelurahan Api- coli) berapa banyak masyarakat yang mengkonsumsi
Api yakni sebesar 447 kasus. Adapun beberapa air yang mengandung bakteri tersebut, dengan
faktor timbulnya penyakit diare disebabkan oleh konsumsi air minum yang tercemar oleh Eschericia
kuman atau bakteri melalui kontaminasi makanan coli dapat menyebabkan anak balita menderita diare.
atau minuman yang tercemar tinja atau kontak Beranjak dari uraian tersebut, maka peneliti
langsung dengan penderita, lalat yang hinggap pada tertarik melakukan penelitian berjudul “ Hubungan
makanan, faktor perilaku manusia dari kebersihan konsumsi air minum isi ulang dengan kejadian diare
perorangan, serta adanya kuman yang masuk ke pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara
tubuh manusia melalui air yang tercemar, karena air Kota Bontang ”
merupakan salah satu media penularan penyakit METODE
diare. Untuk konsumsi, mayoritas masyarakat di Jenis penelitian ini adalah observasional yang
enam kelurahan yang berada di wilayah kerja membandingkan kelompok balita yang menderita
Puskesmas Bontang Utara menggunakan air minum diare dengan balita bukan diare yang berkunjung ke
dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sebagai klinik dokter keluarga di wilayah kerja Puskesmas
pilihan utama, disamping sebagai sumber air minum Bontang Utara pada bulan April 2011. Metode yang
sebagian masyarakat juga menggunakan air isi ulang digunakan adalah melalui wawancara dengan
untuk kebutuhan yang lain seperti memasak. menggunakan kuesioner dengan rancangan kasus
Masyarakat atau pasar masih memiliki persepsi kontrol (case control).
bahwa depot air minum isi ulang ini air bakunya Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan
adalah berasal dari sumber mata air pegunungan orang tua dari balita yang memeriksakan balitanya ke
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Dalam klinik dokter keluarga di wilayah kerja Puskesmas
kenyataannya tidak demikian, air baku dapat diambil Bontang Utara pada bulan April 2011. Sampel kasus
dari berbagai sumber. Higienitas depot air minum isi dalam penelitian ini adalah keseluruhan balita yang
ulang memang tidak dapat ditentukan. Selain kualitas berobat ke klinik dokter keluarga di wilayah kerja
peralatannya, tergantung pula kemampuan dan Puskesmas Bontang Utara pada bulan April 2011 dan
ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan didiagnosis menderita diare sebanyak 64 balita,
tersebut termasuk sikap dan perilaku bersih dan sedangkan kontrol adalah keseluruhan balita yang
sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan berobat ke klinik dokter keluarga di wilayah kerja
menangani hasil olahan yang tidak berperilaku Puskesmas Bontang Utara pada bulan April 2011 dan
bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan didiagnosis bukan diare sebanyak 64 balita.
(Siswanto, 2004). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
DAMIU yang terdaftar dalam pengawasan konsumsi air minum isi ulang perlakuan terhadap air
Dinas Kesehatan Kota Bontang sampai bulan isi ulang, sedangkan variabel terikatnya adalah
Desember 2010 terdapat 122 DAMIU, sedangkan di kejadian diare pada balita. Pengumpulan data dalam
wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara ada 32 penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara
DAMIU. Setiap 3 bulan sekali diadakan pemeriksaan langsung kepada responden dengan mengajukan
mikrobiologis untuk air minum isi ulang oleh Dinas pertanyaan dalam instrumen kuesioner yang telah
Kesehatan Kota Bontang. Salah satu contoh bakteri disusun. Untuk data sekunder responden dengan
pathogen yang kemungkinan terdapat dalam air melihat data rekam medik di klinik dokter keluarga di
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara.
berdarah panas adalah b a k t e r i Eschericia coli, Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara
yang merupakan salah satu penyebab d a r i deskriptif dan inferensial dengan uji statistik bivariate
p e n y a k i t g e j a l a diare (Dirjen P2PL, 2009). dan univariat dengan derajat kemaknaan (significance
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis, level) 0,05 dengan bantuan komputer program SPSS
periode Pebruari-April 2010 ada 8 DAMIU, Mei – 16.0 for window untuk mengetahui hubungan antara
Juli ada 9 DAMIU, dan periode Agustus – Desember konsumsi air minum isi ulang, perlakuan terhadap air
2010 ada 9 DAMIU yang tidak memenuhi syarat, minum isi ulang dengan kejadian diare pada balita.
yang rata-rata hasil pemeriksaan jumlah total bakteri
coliform 2-17 per 100 ml sampel dan kandungan HASIL PENELITIAN
Eschericia coli berkisar 2-5 per 100 ml sampel. Karakteristik Sampel
Berdasarkan fakta di lapangan waktu antara Analisis univariat untuk menjelaskan tentang
pengambilan sampel dengan keluarnya hasil gambaran karakteristik sampel penelitian yang
pemeriksaan rata-rata satu bulan baru diketahui meliputi umur balita, jenis kelamin balita, asal balita,
hasilnya, dan selama menunggu hasil itu, air isi ulang adanya keluarga diare, riwayat diare sebelumnya,
tetap terdistribusi dan dikonsumsi masyarakat, kalau diperoleh data karakterisitk sampel sebagai berikut :
hasilnya secara mikrobiologis tidak memenuhi syarat
(mengandung bakteri Total Coliform dan Eschericia

Table 1. Karakteristik sampel berdasarkan umur, jenis kelamin, asal, adanya anggota keluarga diara dan riwayat
penyakit diare

2
Karakteristik Fekuensi Persen
Jenis kelamin balita
- Laki-laki 72 56
- Perempuan 56 44
Umur balita
- 1 tahun 20 16
- 2 tahun 40 31
- 3 tahun 36 28
- 4 tahun 32 25
Kelurahan asal balita
- Api –api 22 17
- Bontang baru 38 30
- Gunung elai 10 8
- Bontang kuala 24 19
- Loktuan 34 27
Riwayat diare sebelumnya
Kelompok kasus
- Ya 17 13
- Tidak 47 37
Kelompok kontrol
- Ya 16 13
- Tidak 48 38
Adanya anggota keluarga yang diare
Kelompok kasus
- Ya 10 8
- Tidak 54 42
Kelompok kontrol
- Ya 4 3
- Tidak 60 47

Jenis kelamin dari sampel penelitian terdiri dari Dari kelompok kasus terdapat 10 balita yang
balita laki-laki sebanyak 72 (56,2%) dan mempunyai keluarga yang juga menderita diare dan
perempuan sebanyak 56 (43,8%). Asal balita yang 54 balita lainnya tidak mempunyai anggota keluarga
menjadi sampel penelitian ini tersebar di wilayah yang menderita daire, sedangkan dari kelompok
kerja Puskesmas Bontang Utara, meliputi kontrol terdapat 4 balita yang mempunyai anggota
Kelurahan Bontang Baru ada 38 (29,7%) balita, keluarga yang menderita diare dan 60 balita lainnya
Bontang Kuala 24 (18,8%) balita, Api-Api 22 tidak mempunyai anggota keluarga yang menderita
(17,2%) balita, Gunung Elai 10 (7,8%) balita, diare. Jumlah total sampel yang mempunyai riwayat
Loktuan 34 (26,6) balita, sedangkan di Kelurahan diare sebelumnya adalah 33 balita dan yang tidak
Guntung tidak terdapat balita yang menjadi subjek mempunyai riwayat 95 balita.
penelitian dikarenakan pada saat penelitian tidak Dari kelompok kasus terdapat 17 balita yang
dijumpai balita yang menderita diare berkunjung ke mempunyai riwayat diare sebelumnya dan 47 balita
klinik dokter keluarga (tidak bersedia menjadi lainya tidak pernah mengalami diare sebelumnya,
sampel). Sebanyak 14 balita terdapat anggota sedangkan dari kelompok kontrol terdapat 16 balita
keluarganya yang menderita diare dan 114 balita yang mempunyai riwayat diare sebelumnya dan 48
tidak terdapat anggota keluarga yang menderita balita lainnya tidak ada riawayat diare sebelumnya..
diare.

Analisa Bivariate
Hasil analisa statistik dengan uji chi square terhadap masing-masing faktor adalah sebagai berikut :

3
1. Analisis Bivariat

Kejadian Diare Pada 95% CI


Konsumsi Air Minum Isi Balita
Total OR
Ulang
Diare Bukan Lower Upper
Diare
Ya
57 40 97
Persentase
89.1 62.5 75.8
Tidak
7 24 31
4.886 1.920 12.432
Persentase
10.9 37.5 24.2
Total
64 64 128
Persentase
100.0 100.0 100.0

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pembuangan tinja dan jenis lantai rumah untuk
hubungan dan besar risiko dari masing–masing faktor membuktikan bahwa kejadian diare pada balita apa
risiko konsumsi air minum isi ulamg dan perlakuan karena faktor konsumsi air minum isi ulang atau faktor
terhadap air minum isi ulang sebelum diminum lain yang mempengaruhinya.
(variabel bebas) dengan kejadian diare pada balita Analisis data dilakukan dengan uji chi square,
(variabel terikat). Selain variabel bebas di atas, akan dengan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai
diuji juga variabel pengganggu yang mempengaruhi berikut.
kejadian diare pada balita yaitu jenis tempat
a. Konsumsi Air Minum Isi Ulang

Tabel 2. Hubungan Konsumsi Air Minum Isi Ulang dengan kejadian Diare pada Balita

Kejadian Diare Pada 95% CI


Konsumsi Air Minum Isi Balita
Total OR
Ulang
Diare Lower Upper
Bukan Diare
Ya
57 40 97
Persentase
89.1 62.5 75.8
Tidak
7 24 31
4.886 1.920 12.432
Persentase
10.9 37.5 24.2
Total
64 64 128
Persentase
100.0 100.0 100.0

Dengan nilai oods ratio 4,886 yang berarti Laura C. Sima, anak yang mengkonsumsi air isi
bahwa balita yang mengkonsumsi air minum isi ulang lebih rendah RR = 0,49 kali dengan interval
ulang mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk kepercayaan 95% [CI] = 0,29-0,83) untuk terkena
mengalami diare dibandingkan dengan balita yang diare dibandingkan dengan anak yang
tidak mengkonsumsi air minum isi ulang. Hasil uji mengkonsumsi air minum bersumber dari air sumur.
statistik chi square dengan continuity correction Dalam analisis regresi, kurangnya akses ke toilet
(koreksi Yates) dimana salah satu selnya terdapat yang lebih baik dan fasilitas air dikaitkan dengan
nilai kurang dari 10, menunjukkan bahwa p = 0,001 14% dan 16% kemungkinan lebih tinggi, masing-
(p < 0,05), artinya ada hubungan yang sangat masing, menderita diare dibandingkan dengan
signifikan antara konsumsi air minum isi ulang mereka yang memiliki akses yang lebih baik ( Yaya,
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja 2018 )
Puskesmas Bontang Utara. Menurut penelitian

b. Perlakuan Terhadap Air Minum Isi Ulang

4
Tabel 3. Hubungan Perlakuan Terhadap Air Minum Isi Ulang Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Kejadian Diare 95% CI
Perlakuan terhadap pada Balita
Total OR
Damiu
Diare Bukan Lower Upper
Diare
Langsung
56 33 89
minum Persentas
e 98.2 82.5 91.8

Direbus
1 7 8
dulu 11.879 1.399 100.860
Persentas
e 1.8 17.5 8.2

Total
57 40 97
Persentas
e 100.0 100.0 100.0

Dengan nilai oods ratio sebesar 11,879, berarti balita Tempat pembuangan tinja dikategorikan menjadi 2
yang mengkonsumsi air minum isi ulang secara yaitu di jamban dan tidak di jamban. Proporsi balita
langsung berisiko 12 kali lebih besar mengalami yang buang air besar di jamban lebih banyak
diare dibanding dengan balita yang mengkonsumsi (97,7%) dibanding dengan yang tidak di jamban
air minum isi dengan melalui perebusan dahulu. yang hanya 2,3%. Pada kelompok kasus, balita yang
Hasil analisis uji statistik chi square dengan buang air besar di jamban sebanyak 62 balita
continuity correction menunjukkan bahwa p = 0,016 (96,9%) dan yang buang air besar tidak di jamban
(p < 0,05 ) yang berarti bahwa ada hubungan yang hanya sebanyak 2 balita (3,1%), sedangkan pada
signifikan antara perlakuan terhadap air minum isi kelompok kontrol sebanyak 63 balita (98,4%) buang
ulang sebelum diminum dengan kejadian diare pada air besar di jamban dan hanya 1 balita (1,6%) yang
balita di wilayah kerja Puskesmas Bontang utara. buang air besar tidak di jamban.
c. Tempat pembuangan Tinja

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat BAB dan Jenis Jamban


Penyakit Balita
Tempat BAB Total
Diare Bukan Diare
Tidak di Jamban 2 1 3
Persentase 3.1 1.6 2.3
Jamban 62 63 125
Persentase 96.9 98.4 97.7
Total 64 64 128
Persentase 100.0 100.0% 100.0
p = 1,000 OR = 2,032 CI = 0,180 - 22,990
Jenis jamban Diare Bukan Diare
Tidak memenuhi syarat 29 47 76
Persentase 46.8 74.6 60.8
Memenuhi syarat 33 16 49
Persentase 53.2 25.4 39.2
Total 62 63 125
Persentase 100.0 100.0 100.0
p = 0,001 OR=0,299 CI = 0,141 – 0,637

Berdasarkan hasil uji statistik tidak menunjukkan 2,032 dengan CI antara 0,180 – 22,990, dimana nilai
adanya hubungan antara tempat pembuangan tinja CI melewati angka 1 yang berarti tempat
dengan kejadian diare pada balita, dengan nilai p- pembuangan tinja bukan merupakan faktor risiko
value 1,000 (p > 0,05) dan nilai odds ratio sebesar yang mempengaruhi kejadian diare pada balita.

5
Untuk variabel jenis jamban, berdasarkan hasil uji d. Jenis lantai rumah
chi square menunjukkan adanya hubungan antara Jenis lantai rumah dikategorikan menjadi 2 yaitu
jenis jamban dengan kejadian diare pada balita kedap air dan tidak kedap air. Pada kelompok kasus
dengan nilai p-value 0,001 ( p < 0,05 ), akan tetapi rumah tempat tinggal balita dengan lantai kedap air
secara statistik jenis jamban bukan merupakan faktor sebanyak 33 (51,6%) dan yang tidak kedap air
risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja sebanyak (48,4%), sedangkan pada kelompok kontrol
Puskesmas Bontang Utara dengan nilai odds ratio sebanyak 41 balita (64,1%) dengan lantai rumah kedap
0,299 CI antara 0,141 – 0,637, dimana nilai OR < 1 air dan 23 balita (35,9%) dengan lantai rumah tidak
menunjukkan jenis jamban bukan merupakan faktor kedap air. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 5
risiko. berikut

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasrkan Jenis Lantai Rumah


Penyakit Balita
Jenis lantai rumah Total
Diare Bukan Diare
Tidak kedap air 31 23 54
Persentase 48.4 35.9 42.2
Kedap air 33 41 74
Persentase 51.6 64.1 57.8
Jumlah 64 64 128
Persentase 100.0 100.0 100.0
p = 0,152 OR = 1,675 CI= 0,825 – 3,399

Berdasarkan hasil uji statistik tidak menunjukkan mempengaruhi kejadian diare pada balita di wilayah
adanya hubungan antara jenis lantai rumah dengan kerja Puskesmas Bontang Utara
kejadian diare pada balita, dengan nilai p-value 0,152 2. Uji Bivariat
(p > 0,05) dan nilai odds ratio sebesar 1,675 dengan Ringkasan Hasil Uji Bivariat Ringkasan hasil uji
Confident Iinterval antara 0,825 – 3,399, dimana nilai bivariat faktor lingkungan dengan kejadian diare pada
Confident Interval melewati angka 1 yang berarti jenis balita, disajikan pada tabel 5 berikut.
lantai rumah bukan merupakan faktor risiko yang

Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Bivariat


Kejadian diare pada balita
No Variabel
Nilai p X2 Keputusan
1. Konsumsi Air Minum Isi Ulang
0,001 10,897 Hα diterima
2. Perlakuan terhadap air minum isi
ulang 0,016 5,761 Hα diterima

PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar 1, umur balita yang dari sampel kasus dicarikan pembanding dengan jenis
mengalami diare proporsinya hampir sama antara 1 – kelamin yang sama.
4 tahun. Umur balita merupakan salah satu faktor yang Membeli air yang bisa langsung diminum di
mempengaruhi kejadian diare pada balita, namun depot-depot Air Minum Isi Ulang makin diminati
sebelum dilakukan pemilihan sampel telah dilakukan masyarakat. Meski depot-depot Air Minum Isi Ulang
macthing umur balita antara sampel kasus dan kontrol tersebut mendaur air bersih dengan standar yang ada
sehingga faktor risiko yang mempengaruhi diare dari dengan menggunakan alat penyaring seperti
variabel umur balita telah dikendalikan. Sesuai dengan ultraviolet atau bahan lainnya, namun belum
penelitian yang dilakukan mahasiswa FKM UI, dari 4 menjamin bakteri-bakteri yang berbahaya terutama
penelitian yang dilakukan hanya 1 penelitian yang Eschericia coli akan hilang.
menyebutkan umur balita mempengaruhi kejadian Proporsi sampel sebagian besar mengkonsumsi
diare. (Makara Kesehatan, 2007), sedangkan dari Air Minum Isi Ulang yaitu sebanyak 97 (75,8%)
faktor jenis kelamin juga tidak berpengaruh karena balita, selebihnya mengkonsumsi air minum dari
sumber air PAM/ledeng 24,2 %. Berdasarkan hasil uji

6
chi square didapatkan nilai oods ratio 4,886, yang tersebut setidaknya harus sampai mendidih (> 100 oC)
berarti bahwa balita yang mengkonsumsi air minum isi selama minimal 1 menit.
ulang mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk Salah satu organisme yang berkaitan dengan
mengalami diare dibandingkan dengan balita yang diare adalah bakteri Coliform (bakteri coli), terutama
tidak mengkonsumsi air minum isi ulang dengan nilai pada air yang tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri
Confident Interval antara 1,920 – 12,432 pada tingkat Coliform dalam sistem penyediaan air minum
kepercayaan 95 %, dimana nilai CI tidak melewati digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
angka 1 yang secara statistik menunjukkan adanya apakah air telah tercemar oleh tinja manusia atau
kebermaknaan yang signifikan. kotoran hewan, sehingga dimungkinkan akan timbul
Dari hasil uji bivariat didapatkan nilai p = diare.
0,001 (p < 0,05), artinya ada hubungan yang sangat Berdasarkan tempat pembuangan tinja, proporsi
signifikan antara konsumsi air minum isi ulang balita yang buang air besar di jamban lebih banyak
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja (97,7%) dibanding dengan yang tidak di jamban yang
Puskesmas Bontang Utara. hanya 2,3%. Dari 125 (97,7%) balita yang buang air
Wilayah Kota Bontang antara satu kecamatan besar di jamban, hanya 39,2 % yang memiliki jamban
dengan kecamatan lain jaraknya sangat berdekatan, yang memenuhi syarat, sisanya 60,8% dengan
sehingga distribusi air minum isi ulang yang ada di jamban yang tidak memenuhi syarat dengan type
Kota Bontang tidak terbatas pada satu kecamatan, jamban cemplung atau cubluk. Berdasarkan hasil uji
dimana dari air minum isi ulang yang mengandung statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara
Eschericia coli sangat dimungkinkan juga terdistribusi tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada
di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara. Sumber balita, dengan nilai p-value 1,000 (p > 0,05) dan nilai
air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang odds ratio sebesar 2,032 dengan CI antara 0,180 –
berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman 22,990, dimana nilai CI melewati angka 1 yang berarti
infeksius penyebab diare ditularkan melalui fekal oral. tempat pembuangan tinja bukan merupakan faktor
Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke risiko yang mempengaruhi kejadian diare pada balita
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar oleh di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara. Begitu
tinja (Depkes RI, 2000). juga dengan variabel jenis jamban, berdasarkan hasil
Fenomena ini menunjukkan pentingnya uji chi square menunjukkan adanya hubungan antara
metode pengolahan air yg efektif dan efisien, sehingga jenis jamban dengan kejadian diare pada balita dengan
air yang dikonsumsi bisa terbebas dari nilai p-value 0,001, akan tetapi secara statistik jenis
mikroorganisme berbahaya. Proses yang digunakan jamban bukan merupakan faktor risiko kejadian diare
oleh Depot Air Minum Isi Ulang tersebut sebenarnya pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bontang Utara
sudah benar, tetapi permasalahannya adalah siapa dengan nilai odds ratio 0,299 CI antara 0,141 – 0,637,
yang bisa menjamin bahwa proses pengolahan dimana nilai OR < 1 menunjukkan jenis jamban bukan
tersebut dikontrol secara teratur, karena biasanya yang merupakan faktor risiko. Hasil ini tidak sejalan dengan
menjaga depot bukanlah pemilik DAMIU yang sudah penelitian yang dilakukan oleh Zubir (2006) tentang
mendapatkan training, tetapi orang lain. faktor – faktor risiko kejadian diare akut pada anak 0
Berdasarkan perlakuan terhadap air minum isi – 35 bulan di kabupaten Bantul, menunjukkan bahwa
ulang, proporsi balita yang langsung minum lebih jenis tempat pembuangan tinja mempengaruhi
banyak terdapat pada balita yang menderita diare yaitu terjadinya diare akut pada balita dengan nilai p <
sebanyak 56 balita, sedangkan pada balita yang bukan 0,05. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat
diare mengkonsumsi air minum isi ulang secara pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan
langsung sebanyak 33 balita. Sebanyak 8 balita yang adalah tidak mengotori permukaan tanah sekitarnya,
mengkonsumsi air minum isi ulang melalui perebusan tidak mengotori air permukaan disekitarnya, tidak
dulu terdiri dari 1 balita dari kelompok kasus dan 7 mengotori air dalam tanah, dan kotoran tidak boleh
balita dari kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
statistik chi square didapatkan nilai p-value = 0,016 bertelurnya lalat dan berkembangbiaknya vektor
dimana p < 0,05 dengan derajad kepercayaan 95% penyakit lainnya. Kurangnya akses ke toilet yang
pada nilai 1,399 – 100,860 yang berarti ada hubungan lebih baik dan fasilitas air kemungkinan
yang bermakna antara perlakuan terhadap air minum meningkatkan risiko terkena diare masing-masing
isi ulang dengan kejadian diare pada balita. Dengan 14% dan 16% dibandingkan dengan mereka yang
nilai oods ratio sebesar 11,879 menunjukkan bahwa memiliki akses yang lebih baik (Yaya, 2018).
balita yang mengkonsumsi air minum isi ulang secara Berdasarkan jenis lantai rumah, sesuai hasil uji
langsung berisiko 12 kali lebih besar mengalami diare statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara
dibanding dengan balita yang mengkonsumsi air jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita,
minum isi dengan melalui perebusan dahulu. dengan nilai p-value 0,152 (p > 0,05) dan nilai odds
Hasil ini sejalan dengan teori yang ada bahwa ratio sebesar 1,675 dengan CI antara 0,825 – 3,399,
untuk menghilangkan adanya kontaminasi dimana nilai CI melewati angka 1 yang berarti jenis
Escherichia coli dalam air minum juga dapat diatasi lantai rumah bukan merupakan faktor risiko yang
dengan pemanasan air. Hanya saja pemasakan air

7
mempengaruhi kejadian diare pada balita di wilayah jenis lantai rumah tidak terbukti mempengaruhi
kerja Puskesmas Bontang Utara. kejadian diare pada balita
Lantai yang baik adalah lantai yang dalam SARAN
keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus Hasil penelitian ini bagi masyarakat yang tinggal
kedap air dan mudah dibersihkan, bisa dengan karpet di kota Bontang untuk selalu memperhatikan kondisi
plastik, plester atau dengan ubin/keramik. (Depkes, hygiene sanitasi sarana Depot Air Minum Isi ulang
2002). yang menjadi langganannya dan dipastikan kalau air
minum isi ulang yang diknsumsi benar –benar sudah
dilakukan pemeriksaan sampel bakteriologis di
KESIMPULAN laboratorium. Sedangkan bagi Puskesmas Bontang
Konsumsi air minum isi ulang dan perlakuan Utara disarankan agar selalu melakukan pembinaan
merebus air minum isi ulang sebelum dikonsumsi dan pengawasan DAMIU yang berada di wilayah
terbukti mempengaruhi kejadian diare pada balita. kerjanya minimal 1 bulan sekali harus dikunjungi
Sedangkan faktor risiko tempat pembuangan tinja dan

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito,Wiku. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian
Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Vol 11 No.1 Juni 2007.

Budiarto, E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.

Chin, James., Kandun, N.I . 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta.

Depkes, R. I. 2009. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

. 2005. Pedoman Pemberantasan Diare. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Bontang. 2010. Laporan Subdin P2PL. Bontang.

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Parashar UD, Hummelman EG, Bresee JS, et al. Global illness and deaths caused by rotavirus disease in
children Emerg Infect Dis 2003;9(5):565-572.

Puskesmas Bontang Utara. 2010. Laporan SP2TP Puskesmas Bontang Utara.

Qouliyah.asta.2010.Juni.15. Artikel Kedokteran, Gejala Klinik dan penatalaksanaan Diare. Diunduh tanggal 15
Januari 2011 dari http://www.astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-
dan-penatalaksanaa-diare/.

Sugiarto, B. Sutrisman. Panduan Standar Unjuk Kerja Teknologi Pengolahan Depot Air Minum. DPP ASPADA
Indonesia. Surabaya

Stephen P. Luby, Amal K. Halder, Tarique Md. Huda, Leanne Unicomb, M. Sirajul Islam, Benjamin F. Arnold,
and Richard B. Johnston, 2015. Microbiological Contamination of Drinking Water Associated with
Subsequent Child Diarrhea. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4703288/. Dikases tanggal
29 Oktober 2018

WHO (a).Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management of common illness with
limited resources. 2005.

Yaya Sanni , Alzahra Hudani, Ogochukwu Udenigwe, Vaibhav Shah, Michael Ekholuenetale, Ghose Bishwajit,
2018. Improving Water, Sanitation and Hygiene Practices, and Housing Quality to Prevent Diarrhea
among Under-Five Children in Nigeria. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6073794/
diakses tanggal 30 Oktober 2018.

Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan

8
(BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.

You might also like