You are on page 1of 8

Faktor Lingkungan yang berhubungan dengan kejadian Diare pada balita di Puskesmas

Batang – Bantang Kabupaten Sumenep

Zakiyah Yasin, Program Studi Ners Universitas Wiraraja


e-mail zakiyahfik@wiraraja.ac.id
Elyk Dwi Mumpuningtias, Program Studi Keperawatan Universitas Wiraraja
e-mail: elykdwi@wiraraja.ac.id
Fitrul Faizin, Program Studi Keperawatan Universitas Wiraraja
e-mail: Faizin@gmail.com

ABSTRACT

Diarrhea is one of the health problems in developing countries, especially in Indonesia,


both in urban and rural areas. Diarrhea is more dominant for toddlers because the immune system
is still weak, so toddlers are very susceptible to the spread of the virus that causes diarrhea.
Diarrhea disease is one of the diseases that need special handling and fast. If diarrheal diseases
are not treated quickly, many complications will occur such as dehydration, hypovolemic shock,
hypokalemia, seizures and malnutrition.
This research uses analytical method with case control design. The sample in this research
is partially infants suffering from diarrhea at Batang-Batang Public Health Center of Sumenep
Regency as many as 20 infants. Sampling technique is simple random sampling. With case group
(diarrhea) that is 10 infants diarrhea and control group (not diarrhea) that is 10 infants.
This study uses primary data obtained from the results of questionnaires by respondents.
The purpose of this research is to know the environmental factors related to the incidence of
diarrhea in infants at Batang - Batang Public Health Center of Sumenep Regency.
The results showed that most of the respondents in the case group (diarrhea) had an
unsanitary environment of 70% and most of the control group (not diarrhea) had an unclean
environment of 60%. The results showed that all case case respondents had diarrhea, 100% and
almost all control group (not diarrhea) did not experience diarrhea, 80%.
The conclusion in this research is environmental factors influencing the incidence of
diarrhea in infants at Puskesmas Batang - Batang Sumenep regency 2018.

Keywords: Environmental Factors, Diarrhea

PENDAHULUAN muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)


Diare merupakan buang air besar (Priyoto, 2015). Indonesia dapat ditemukan
(defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya,
dari biasanya (normal 100-200 ml perjam sebagian besar (70-80 %) dari penderita ini
feses), dengan feses berbentuk cair atau adalah anak dibawah lima tahun (BALITA),
setengah cair (setengah padat), dapat pula Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke
disertai frekuensi defekasi yang meningkat dalam dehidrasi dan jika tidak segera
(Priyoto, 2015). Balita merupakan kelompok mendapat tindakan segera maka sekitar 50-60
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, % diantaranya dapat meninggal (Priyoto,
utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2015). Data Jawa timur kota Jember dalam
2004). Diare lebih dominan menyerang balita Angka terkini (2013).
karena daya tahan tubuh balita yang masih Berdasarkan penelitian ini didapatkan
lemah, Sehingga balita sangat rentan terhadap bahwa balita yang menderita diare sebagian
penyebaran virus penyebab diare. besar adalah usia 1-3 tahun sebesar 84
Diare merupakan salah satu masalah responden (73,7%). Hasil penelitian ini sesuai
kesehatan di Negara berkembang, terutama di dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariska
Indonesia baik di perkotaan ataupun di (2014), ini sesuai dengan penelitian yang
pedesaan. Diare bersifat endemis dan sering dilakukan oleh Ariska (2014) yang

39
40 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018
5
menunjukkan bahwa jumlah balita diare paling ketiga angka kesakitan dan kematian anak di
banyak pada kelompok usia 1-3 tahun yaitu 53 berbagai negara termasuk indonesia. Diare
responden (50,3%). Penelitian lain yang dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.
dilakukan oleh Sinthamurniwaty (2005) Dari penyebab diare yang terbanyak adalah
terhadap faktor-faktor resiko kejadian diare diare infeksi. Diare infeksi yang dapat
akut di Semarang menyatakan bahwa disebabkan oleh Virus, Bakteri, dan Parasit.
kelompok umur yang paling sedikit menderita Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
diare adalah umur 37-60 bulan sebesar banyak diderita masyarakat Indonesia sejak
(16,67%). dulu, diantaranya adalah infeksi usus (diare)
Diare sampai saat ini juga masih Timbulnya penyakit diare disebabkan oleh
menjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat
karena hampir di setiap musim sepanjang yang tidak menguntungkan. Banyak hal yang
tahun diare menyerang semuaprovinsi di dapat mempengaruhi kejadian diare di suatu
Indonesia (Widoyono, 2008). Dilihat dari wilayah yaitu kuman penyakit yang menyebar
distribusi umur balita, penderita diare di tahun melalui mulut, kebersihan lingkungan, umur,
2010 didapatkan proporsi terbesar adalah letak geografi, dan juga perilaku masing-
kelompok umur6 – 11 bulan yaitu sebesar masing individu (Nita, 2016).
21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan Penyakit diare merupakan salah satu
sebesar14,43%, kelompok umur 24-29 bulan penyakit yang perlu penanganan khusus dan
sebesar 12,37%, sedangkan proporsiterkecil cepat. Jika penyakit diare tidak ditangani
pada kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu dengan cepat akan banyak komplikasi yang
2,06% ( Depkes RI, 2011). akan ditimbulkan diantaranya seperti
Hasil survei morbiditas diare dari tahun dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia,
2000 s.d. 2010 terjadi fluktuasi.Pada tahun kejang dan malnutrisi. Dan hal terburuk pun
2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1000, seperti kematian bisa terjadi jika diare tidak
sedikit menurun di tahun 2003 (1.100 per cepat ditangani atapun tidak ditanggulangi
1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330 penyebabnya.
per 1000), dan di tahun 2010 angka morbiditas Pada umumnya penyebab utama
kembali menurun (1.310 per 1000). Setiap kematian akibat diare pada anak – anak adalah
tahunnya 100.000 balita meninggal dunia dehidrasi akibat kekurangan cairan elektrolit
karena diare di Indonesia. Itu artinya setiap melalui tinja. Sedangkan penyebab kematian
hari ada 273 balita yang meninggal dunia lainnya adalah disentri, kurang gizi dan
dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa infeksi.Anak-anak merupakan golongan umur
meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa yang paling menderita karena masih memiliki
meninggal setiap 5,5 menit akibat diare daya tahan tubuh yang lemah. Salah satu
(Depkes RI, 2011) langkah dalam pencapaian target Milenium
Batang Batang adalah salah satu (MDG’s) adalah menurunkan angka kematian
kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990
Kabupaten Sumenep. Kecamatan Batang- sampai 2015. Pemerintah telah menetapkan
Batang termasuk Kecamatan yang angka diare kebijakan dalam menurunkan angka kesakitan
pada balita cukup tinggi. Di dalam daftar 30 dan kematian karena diare diantaranya adalah
Kecamatan, Puskesmas Batang-Batang melaksanakan tatalaksana penderita diare yang
merupakan peringkat ke 4 terbanyak di sesuai standar baik disarana kesehatan maupun
Kabupaten Sumenep. Dari survey awal yang dirumah tangga (Nita, 2016)
dilakukan pada orang tua balita penderita diare Faktor yang berkaitan dengan kejadian
didapatkan dari 10 orang mengatakan bahwa diare pada balita yaitu faktor agent, penjamu
anaknya menderita diare karena faktor (host), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
lingkungan yang kurang bersih seperti perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan
pembuangan sampah tidak pada tempatnya. meningkatnya kerentanan terhadap diare,
Diare masih menjadi salah satu diantaranya tidak diberikannya ASI (Air Susu
masalah kesehatan masyarakat luas yang Ibu) eksklusif, kurang gizi, munculnya
penting karena merupakan penyumbang utama penyakit infeksius, keturunan, dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018 41
5
imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang HASIL PENELITIAN
paling dominan yaitu sarana air bersih, adanya 1. Karakteristik responden berdasarkan
vektor, penanganan sampah, dan pembuangan usia orang tua
tinja. Faktor-faktor tersebut akan berinteraksi Tabel 1 Distribusi frekuensi usia orang tua di
dengan perilaku manusia dan kualitas Puskesmas Batang-Batang Kabupaten
pelayanan kesehatan sehingga berpotensi Sumenep
menyebabkan diare (Sudaryat, 2007; Kumala, Diare Tidak diare
2011). Usia
F % F %
Banyak Faktor resiko yang dapat
25 – 30 tahun 2 13.3 2 13.3
berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita
selain faktor agent (virus, bakteri dan 31 – 35 tahun 6 40 10 66.7
mikroorganisme) juga berasal dari diri sendiri 36 – 40 tahun 3 20 1 6.7
dan dari lingkungan, faktor yang berasal dari 41 – 45 tahun 4 26.7 2 13.3
sendiri adalah tingkat pendididkan, Jumlah 15 100 15 100
pengetahuan, sikap, perilaku, pola asuh, Sumber data : Data Primer 2018
kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan menjaga
kebersihan badan, dll, sedangkan yang berasal
Tabel 2 Distribusi frekuensi riwayat pekerjaan
dari lingkungan adalah, kebersihan lingkungan orang tua di Puskesmas Batang-Batang
atau sanitasi, kebersihan makanan. Kejadian Kabupaten Sumenep
diare pada balita dapat dicegah dengan
Diare Tidak Diare
perilaku hidup bersih dan sehat. Pekerjaan
F % F %
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk meneliti “Faktor lingkungan Tidak Bekerja 7 46.7 9 60
yang berhubungan dengan kejadian diare pada Bekerja 8 53.3 6 40
balita di Puskesmas Batang – Batang Jumlah 15 100 15 100
Kabupaten Sumenep”. Hal ini penting karena Sumber data : Data Primer 2018
dapat mengetahui secara dini faktor-faktor
terjadinya diare dan dapat dilakukan Tabel 3 Distribusi frekuensi pendidikan orang
pencegahan secara dini. tua di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten
Sumenep
METODE PENELITIAN Diare Tidak diare
Metode penelitian ini menggunakan Pendidikan F % F %
metode analitik yaitu mencari suatu hubungan
SD 6 40 4 26.7
antara 2 variabel atau lebih yang akan diteliti.
Penelitian ini menggunakan rancang bangun SMP 4 26.7 6 40
case control.Populasi dalam penelitian ini SMA 5 33.3 5 33.3
adalah Seluruh balita yang menderita diare di Jumlah 15 100 15 100
Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumber data : Data Primer 2018
Sumenep sebanyak 79 balita. Sampel dalam
penelitian ini adalah Sebagian balita yang Tabel 4 Distribusi frekuensi
menderita diare di di Puskesmas Batang- berdasarkan lingkungan di Puskesmas Batang-
Batang Kabupaten Sumenep sebanyak 30 Batang Kabupaten Sumenep
balita. Diare tidak diare
Besar Sampel dari penelitian ini Lingkungan
F % F %
diambil pada bulan Februari 2018 di dapatkan
Memenuhi Syarat 5 33.3 11 73.3
sebanyak 15 kasus kejadian diare dan 15 balita
dalam kelompok kontrol. Instrumen yang Tidak Memenuhi 10 66.7 4 26.7
digunakan yaitu kuesioner dengan Syarat
menggunakan skala Guttman. Teknik analisis Jumlah 15 100 15 100
data menggunakan teknik analisis uji chi – Sumber data : Data Primer 2018
square.
42 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018
5
Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan diare Sumber air minum merupakan salah satu
di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian
Sumenep diare. Sebagian kuman infeksius penyebab
Diare tidak diare diare ditularkan melalui jalur fekal oral.
Diare Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
F % F %
Diare 11 73.3 4 26.7 ke dalam mulut, cairan atau benda yang
Tidak tercemar dengan tinja (Bumolo, 2012).
4 26.7 11 73.3 Sumber air tidak terlindung, seperti
Diare
sumur masih banyak digunakan sebagai
Jumlah 15 100 15 100
sumber air utama bagi masyarakat di Desa
Sumber data : Data Primer 2018 Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Air
yang diperoleh warga dijadikan sebagai air
Tabel 6 Lingkungan terhadap diare di minum, dan mencuci. Kondisi yang
Puskesmas Batang-Batang Kabupaten berlangsung secara lama dan berulang-ulang
Sumenep mengakibatkan kejadian diare pada balita
Diare dapat dikatakan tinggi. Sumber air minum
Total
Lingkungan Control Case tidak terlindung seperti sumur, harus
n % N % n % memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi
Memenuhi rumah tangga, maka air harus dilindungi dari
11 68,8 5 31,3 16 100
Syarat pencemaran. Sumur yang baik harus
Tidak memenuhi syarat kesehatan antara lain, jarak
Memenuhi 4 28,6 10 71,4 14 100 sumur dengan lubang kakus, jarak sumur
Syarat dengan lubang galian sampah, saluran
Jumlah 15 100 15 100 30 100 pembuangan air limbah, serta sumber-sumber
Uji Chi – Square didaptkan nilai sig. 0,028 < α pengotor lainnya. Jarak sumur dengan tempat
(α = 0,05). pembuangan tinja lebih baik 10 meter atau
lebih. Menggunakan air minum yang tercemar,
PEMBAHASAN dapat menjadi salah satu faktor risiko
1. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian terjadinya diare pada balita. Air mungkin
Diare sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan di rumah, seperti ditampung
sebagian besar responden pada kelompok case pada tempat penampungan air (Bumolo,
(diare) memiliki lingkungan yang tidak 2012).
memenuhi syarat yaitu sebesar 66.7 % dan Kualitas air rumah tangga yang baik
sebagian besar pada kelompok control (tidak harus memenuhi beberapa syarat antara lain
diare) memiliki lingkungan yang tidak syarat fisis, syarat kimiawi, dan syarat
memenuhi syarat yaitu sebesar 26.7 %. bakteriologis. Syarat fisis air rumah tangga
Banyak faktor resiko yang diduga yaitu harus jernih, tidak berwarna, tidak
menyebabkan terjadinya penyakit diare. Salah berasa, tidak berbau. Syarat kimiawi adalah
satu faktor antara lain adalah sanitasi tidak mengandung zat-zat yang berbahaya
lingkungan yang kurang baik, persediaan air untuk kesehatan seperti zat-zat racun, serta
yang tidak hiegienis, dan kurangnya tidak mengandung mineral mineral serta zat
pengetahuan (WHO, 2013).. Faktor hygiene organik lebih tinggi dari jumlah yang
perorangan yang kurang baik dapat ditentukan. Syarat Bakteriologi air tidak boleh
menyebabkan terjadinya diare, kepemilikan mengandung bibit penyakit yang sering
jamban yang tidak ada dapat menyebabkan menular dengan perantaraan air adalah
diare (Azwinsyah dkk, 2014). Faktor yang penyakit yang tergolong dalam golongan water
diteli dalam penelitian ini yaitu sumber air borne diseases, salah satunya seperti penyakit
minum, pembuangan tinja, dan pembuangan diare (DEPKES RI, 2010; Soegijanto, 2009).
sampah. Sumber air minum yang tidak bersih
Sumber air minum mempunyai peranan merupakan salah satu penyebab terjadinya
dalam penyebaran beberapa penyakit menular. diare pada balita. Air sangat di butuhkan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018 43
5
manusia untuk minum, mandi dll. Jika sumber Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak
air minum terkontaminasi maka akan sehat dengan buang air besar di sungai.
menyebabkan diare. Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang
Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak selayaknya. Selain mengganggu udara
tidak memenuhi syarat kesehatan, akan segar karena bau yang tidak sedap juga
berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan menjadi peluang awal tempat berkembangnya
jenis jamban sehat yaitu jamban yang memiliki vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan
tangki septik atau lebih dikenal dengan jamban perilaku manusia sendiri. Pembuangan tinja
leher angsa. Jamban leher angsa (angsa latrine) perlu diperhatikan sehingga dapat terhindar
merupakan jenis jamban yang memenuhi dari penyakit diare. Pembuangan tinja yang
syarat kesehatan. Jamban ini berbentuk leher tidak sesuai dengan syarat yang telah
angsa sehingga akan selalu terisi air, yang ditetapkan maka akan berisiko terkenanya
berfungsi sebagai sumbat sehingga bau dari diare pada balita.
jamban tidak tercium dan mencegah masuknya Berbagai aktivitas dilakukan oleh
lalat ke dalam lubang (Entjang, 2000). manusia untuk memenuhi kesejahteraan
Salah satu proses penularan diare adalah hidupnya dengan memproduksi barang dan
kurangnya ketersediaan jamban. Pada pasien sumber daya alam. Disamping menghasilkan
diare yang tidak memiliki jamban, maka barang yang akan di konsumsi manusia,
mereka akan BAB (buang air besar) di dihasilkan pula bahan buangan sisa usaha/jasa
sembarang tempat. Hal ini akan kegiatan yang sudah tidak dibutuhkan hidup
menyebababkan penularan diare melalui tinja manusia relatif tetap. Bahan buangn ini
penderita oleh karena tinja pasien diare dikenal dengan istilah sampah (Syahrizal,
mengandung bakteri penyebab diare yang akan 2016).
ditularkan secara tidak langsung oleh lalat Kondisi demikian, mengakibatkan
(Pebriani dkk, 2012). munculnya berbagai dilema yang
Menurut Notoatmodjo (2003), syarat mempengaruhi bayak faktor khususnya
pembuangan kotoran yang memenuhi aturan terhadap lingkungan dan juga terhadap derajat
kesehatan adalah tidak mengotori permukaan kesehatan masyarakat itu sendiri. Sampah
tanah di sekitarnya, tidak mengotori air yang tidak tertangani dengan baik akan
permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air mengakibatkan tingginya angka kepadatan
dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak (vektor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoa
boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai dan lain-lain), pencemaran terhadap udara,
tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan tanah dan juga air, serta rendahnya nilai-nilai
vektor penyakit lainnya. Syarat pembuangan estetika. Selain itu juga dapat menimbulkan
kotoran yang memenuhi aturan kesehatan penyakit-penyakit menular seperti penyakit
adalah tidak mengotori permukaan tanah di diare dan sebagainya (Syahrizal, 2016).
sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di Penyakit diare adalah jenis penyakit
sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di yang sangat serius dan sering pada balita-
sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka balita. Diare biasanya sering terjadi pada
sehingga dapat dipakai sebagai tempat vektor lingkungan yang kotor atau pada saat banjir.
bertelur dan berkembang biak (DEPKES RI, Dilingkungan seperti inilah biasanya bakteri
2010). Tempat pembuangan tinja yang tidak penyebab diare masuk ke dalam tubuh balita-
memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan balita, bisa melalui makanan atau lainnya.
risiko terjadinya diare pada anak balita sebesar
dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga 2. Kejadian Diare
yang mempunyai kebiasaan membuang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi seluruhnya responden kelompok case (diare)
(Wulandary. 2009). mengalami diare yaitu sebesar 73.3% dan
Pembuangan tinja yang tidak sanitasi hampir seluruhnya kelompok control (tidak
dapat menyebabkan berbagai penyakit, diare) tidak mengalami diare yaitu sebesar
karenanya perilaku buang air besar 26.7 %.
sembarangan, sebaiknya segera dihentikan.
44 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018
5
Salah satu infeksi yang sering terjadi sering diteliti adalah faktor lingkungan yang
pada balita adalah infeksi pencernaan yang meliputi sarana air bersih (SAB), jamban,
disebut diare. Diare merupakan suatu keadaan saluran pembuangan air limbah (SPAL),
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah
seperti biasanya seperti peningkatan volume, (Adisasmito, 2007).
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa Penyakit diare sering menyerang balita.
lendir darah, lebih dari 3 kali pada anak dan 4 Hal ini dikarenakan daya tahan tubuh balita
kali pada baryi dalam 1 hari (Hidayat, 2008). masih kurang sehingga mudah untuk kuman
Diare merupakan buang air besar masuk dalam tubuh. Kuman sering berada di
sebanyak lebih 3 kali dalam sehari dengan tempat – tempat yang kotor. Penyakit diare
konsistensi tinja yang cair (WHO, 2013). merupakan penyakit yang serius dan
Diare lebih sering terjadi pada usia di bawah 2 membutuhkan penanganan yang serius.
tahun, karena usus anak-anak sangat peka Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan
terutama pada tahun-tahun pertama dan kedua. kebersihan lingkungan. Jika lingkungan
Tingginya kejadian diare disebabkan oleh disekitar kotor maka akan menyebabkan diare.
beberapa faktor antara lain kesehatan
lingkungan belum memadai, sosial ekonomi, 3. Faktor ligkungan yang berhubungan
pengetahuan masyarakat, perilaku masyarakat dengan kejadian diare pada balita di
dan sebagainya yang secara langsung maupun Puskesmas Batang – Batang Kabupaten
tidak langsung mempengaruhi kejadian diare Sumenep.
(Wijaya, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penyakit diare sampai kini masih sebagian besar lingkungan yang memenuhi
menjadi masalah kesehatan masyarakat, syarat dan mengalami tidak mengalami diare
walaupun secara umum angka kesakitan masih yaitu sebanyak 11 responden (68,8%). Dan
berfluktuasi, dan kematian diare yang sebagian besar lingkungan yang tidak
dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader memenuhi syarat dan mengalami diare yaitu
kesehatan mengalami penurunan namun sebanyak 10 responden (71,4 %). Dari uji
penyakit diare ini masih sering menimbulkan statistis yang digunakan didapatkan nilai sig.
KLB yang cukup banyak bahkan 0,028 < α (α = 0,05), artinya faktor lingkungan
menimbulkan kematian (Saleh dkk, 2014). (sumber air minum, jenis tempat pembuangan
Mekanisme dasar penyebab timbulnya tinja, dan pembuangan sampah berhubungan
diare adalah gangguan osmotik (makanan yang dengan kejadian diare pada balita di
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan Puskesmas Batang – Batang Kabupaten
osmotik dalam rongga usus meningkat Sumenep. Dari hasil Uji OR diatas dapat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit diartikan balita dengan lingkungan yang tidak
kedalam rongga usus, isi rongga usus memenuhi syarat mempunyai kemungkinan
berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu 5,5 kali untuk mengalami diare dibandingkan
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin dengan dengan lingkungan yang memenuhi
di dinding usus, sehingga sekresi air dan syarat.
elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Hasil penelitian yang pernah dilakukan
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan oleh Manek (2013) mengatakan bahwa
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari pengelolaan air sumur yang tidak memenuhi
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan syarat mempunyai risiko 3,205 kali untuk
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan kejadian penyakit diare. Penyakit diare dapat
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan ditularkan melalui makanan atau minuman
hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, yang tercemar bakteri atau penyebab lain
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan Chandra,B (2003). Masih banyaknya kondisi
sirkulasi (Smeltzer & Bare, 2008; Black & sumur responden yang tidak memenuhi
Hawks, 2014). persyaratan kesehatan seperti: tidak adanya
Banyak faktor risiko yang diduga bibir sumur, tinggi tembok kurang dari 3 meter
menyebabkan terjadinya penyakit diare pada dari permukaan. Oleh karena itu diharapkan
bayi dan balita. Salah satu faktor risiko yang kepada masyarakat agar dapat mengikuti
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018 45
5
persyaratan yang sudah ditetapkan dalam dengan kejadian diare.
pembuatan sumur. 3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Proses pengelolaan yang memenuhi Meningkatkan peranan pelayanan
syarat kesehatan sesuai dengan yang di kesehatan untuk melakukan pencegahan
tetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, preventif tentang faktor lingkungan yang
No 492 Tahun 2010. Di mana yang dimaksud berhubungan dengan kejadian diare pada
dengan Air minum adalah air yang melalui balita.
proses pengelolaan yang memenuhi syarat 4. Bagi Masyarakat
kesehatan dan dapat langsung diminum, Bagi masyarakat khususnya ibu untuk
dengan syarat-syaratnya antara lain, tidak selalu menjaga lingkungan sehingga anak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak – anaknya terhindar dari penyakit
mengandung mikroorganisme. Depkes RI, khusunya penyakit diare.
(2003)
Kondisi jamban yang tidak memenuhi DAFTAR PUSTAKA
syarat mempunyai resiko 3,755 kali untuk Arikunto. 2007. Sikap Manusia Dan Teori
kejadian penyakit diare. Hasil penelitian ini Pengukurannya. Jakarta : Pustaka
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Belajar.
oleh Ade Hartojo (2003) di Puskesmas Adisasmito, 2007. Cara Mengatasi Diare
Lagensari Kabupaten Ciamis Jawa Barat Pada Balita. Semarang
menyatakan bahwa ada hubungan keadaan www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/me
jamban dengan kejadian diare. ngatasi-diare-pada-balita. Diakses
tanggal 28 Maret 2018.
KESIMPULAN Agus, S., Handoyo,. & Widiyantis, D.A.K.
1. Sebagian besar responden pada kelompok 2009. Analisis Faktor-Faktor Resiko
case (diare) memiliki lingkungan yang Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
tidak memenuhi syarat dan sebagian besar Pada Balita Di Puskesmas Ambal 1
pada kelompok control (tidak diare) Kecamatan Ambal Kabupaten
memiliki lingkungan yang tidak memenuhi Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan
syarat Keperawatan, 5 (2).
2. Seluruhnya responden kelompok case Amaliah, S. 2010. Hubungan Sanitasi
(diare) mengalami diare dan hampir Lingkungan Dan Faktor Budaya
seluruhnya kelompok control (tidak diare) Dengan Kejadian Diare Pada Anak
tidak mengalami diare. Balita Di Desa Toriyo Kecamatan
3. Faktor lingkungan (sumber air minum, Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
jenis tempat pembuangan tinja, dan Prosiding Seminar Nasional Unismus.
pembuangan sampah) berhubungan dengan Amiruddin, 2007. Current Issue Kematian
kejadian diare pada balita di Puskesmas Anak : Makassar www.mer.c.org.2007-
Batang – Batang Kabupaten Sumenep. diare-pada-balita. Diakses Tanggal 28
Maret 2018.
SARAN Azwinsyah, F., Santis, A., & Dharma, S. 2014.
1. Bagi Profesi Keperawatan Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dapat dijadikan bahan rujukan untuk Dengan Rendahnya Kepemilikan
membentuk dan membina perawat dalam Jamban Keluarga Dan Personal
memberikan pendidikan kesehatan tentang Hygiene Dengan Kejadian Diare Di
faktor lingkungan yang berhubungan Desa Sei Musam Kendit Kecamatan
dengan kejadian diare sehingga dapat Bahorok Kabupatenlangkat Tahun
menjaga kesehatan lingkungan. 2014. Skripsi: USU.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Black, J.M., & Hawks, J.H. 2014.
Meningkatkan peran instansi pendidikan Keperawatan Medikal Bedah :
keperawatan dalam menambah wawasan Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang
bagi mahasiswa keperawatan mengenai Diharapkan. St. Louis: Elsevier Inc.
faktor lingkungan yang berhubungan
46 Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No.1 Mei 2018
5
Budi. 2007. Distribusi Penyakit Diare. Jakarta: Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan
Rineka Cipta Metodelogi Penelitian Ilmu
Cahyani, Nita. 2016. Hubungan Antara Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis
Personal Hygiens Dengan Kejadian Dan Instrumen Penelitian
Diare : Riset Penelitian Kesehatan. Keperawatan. Jakarta : Salemba
Central of Disease Control and Prevention. Medika.
2012. Diarrhea: Common Illness, Notoatmodjo, Soekidjo. 2004. Pengantar
Global Killer. USA: CDC. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Chandra, B. 2007. Pengantar kesehatan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
lingkungan. Jakarta: EGC. Cipta.
DEPKES RI. 2008. Profil Kesehatan Purwandi, 2013. Konsep Kebidanan Sejarah
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal dan Profesionalisme. Jakarta : EGC.
Bina Kesehatan Masyarakat. Priyoto, 2015. Perubahan Perilaku Dalam
Depkes Rl . 2010. Perilaku Hidup Bersih Dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sehat, Jakarta : Depkes RI. Rahayu, 2015. Perilaku Mencuci Tangan
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2009. dengan Kejadian Diare. Bantul : Riset
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit penelitian kesehatan.
diare Propinsi Jawa Timur 2009. Jawa Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko
Timur: Dinas Propinsi Jawa Timur. Kejadian Diare Akut pada Balita
Dini, F., Machmud, R., & Rasyida, R. 2015. (Karya Ilmiah). Fakultas Kedokteran.
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Universitas Diponegoro Semarang.
Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Kapita Selekta
Puskesmas Kambang Kecamatan Anak. Jakarta
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak.
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, Jakarta : EGC
4 (2). Sutomo, Budi. 2010. Makanan Sehat
Entjang, I. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pendamping. Jakarta: Demedia
Jakarta: Alumni. Fausi, A. 2011. Pustaka.
Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Uripi, 2004. Karakteristik Pada Balita Jakarta :
Kejadian Diare Pada Balita. Skripsi. EGC www.balita-anda.com/kesehatan-
STIKes Karya Husada, Kediri. anakbalita/648-diare-pada-bayi.html.
Fida & Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Diakses Tanggal 28 Maret 2018.
Anak. Yogyakarta : D-Medika. Widoyono, 2008. Penyakit Tropis
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Epidemologi, Penularan, Pencegahan
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : dan Pemberantasannya. Semarang :
Salemba Medika. Erlangga. http://www.ampl.or.id/digilib
Kementrian kesehatan RI. 2007. Pengendalian /read/penderita-diare-meningkat/46677.
Diare di Indonesia. Jakarta. Diakses Tanggal 28 Maret 2018.
Kumala, 2011. Meningkatkan Pengetahuan, Diakses pada tanggan 28 Oktober 2018
Sikap dan Perilaku Ibu dalam
Tatalaksana diare . Yogyakarta :
Pustaka Belajar
http://www.ampl.or.id/digilib/read/penderit
a-diare-meningkat/46677. Diakses
Tanggal 28 Maret 2018.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.Suharyono. 2008. Diare
Akut,cetakan kedua. Jakarta: Rineka
Cipta.

You might also like