You are on page 1of 7

Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

[ARTIKEL REVIEW]

THE RELATIONS BETWEEN OBESITY AND OSTEOARTHRITIS KNEE


IN ELDERLY PATIENTS
Roby Arismunandar
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstract
Background. Obesity is one of the metabolic syndrome, Characterized by the excessive of Body Mass Index (BMI).
Obesity can be the beginning of a variety of diseases such as hypertension, coronary heart disease and impotence .
The recent studiesdetermining the relationship between obesity and osteoarthritis (OA) of the knee, were found
weight gain is often associated significantly as an aggravating factor in OA patients.
Discussion. In the knee joint, the adverse effects of excessive weight gain canaccelerate the breakdown of joint
cartilage structurefour to five times faster. Osteoarthritis is a musculoskeletal disease that ranks in first position as
the cause of pain and disability (inability) in elderly patients that usually attacks the supporting joints, especially the
knee joint.
Conclusion. This review conclude that patient with obesity have greater risk suffering from knee osteoarthritis
disease. The bilateral and unilateral knee OA disease risk increased with age, this due to decreasing of collagen
strain and proteoglycans in articular cartilage.

Keywords : BMI, elderly,obesity,osteoarthritis.

Abstrak
Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu metabolic syndrome, yang ditandai dengan Ideks Masa Tubuh (IMT)
berlebih. Obesitas dapat menjadi awal dari berbagai penyakit seperti hipertensi, jantung koroner dan impotensi.
Berbagai studi menentukan hubungan antara obesitas dan osteoarthritis (OA) lutut, berat badan sering dikaitkan
sebagai faktor yang memperparah pasien OA.
Pembahasan. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali
lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi
yang menduduki rangking pertama penyebab nyeri dan disabilitas (ketidakmampuan) pada lansia yang umumnya
menyerang sendi–sendi penopang berat badan terutama sendi lutut.
Simpulan.Ulasan ini menyimpulkan bahwa obesitas mempunyai faktor risiko Osteoartritis lutut lebih besar, faktor
risiko OA lutut bilateral maupun unilateral semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan
karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.

Kata kunci: IMT,lansia,obesitas, osteoartritis.

...
Korespondensi : Roby Arismunandar | robyarismunandar@yahoo.com

Pendahuluan
Pada zaman dahulu gemuk peningkatan berat badan yang
merupakan suatu kebanggaan dan berlebihan/ obesitas selalu
merupakan kriteria untuk mengukur berhubungan dengan risiko tinggi
kesuburan dan kemakmuran suatu kesakitan dan kematian, sehingga
kehidupan, sehingga pada saat itu merupakan masalah besar bagi
banyak orang berusaha menjadi gemuk kesehatan masyarakat1.
dan mempertahankannya sesuai Studi WHO MONICA
dengan status sosialnya. Sekitar tahun (MONItoring of trends and
1970-an beberapa penelitian determinants in Cardiovascular
epidemiologik melaporkan bahwa diseases) mengindikasikan sedikitnya 1

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 110


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

dari 3 penduduk dewasadi dunia meningkatkan risiko terjadinya OA lutut


memiliki berat badan lebih, dan 1 dari hingga empat kali banyaknya pada pria
10 nya mengalami obesitas. Selain itu dan tujuh kali pada wanita.
terdapat 20 juta balita yang memiliki Kemungkinan terjadinya OA pada salah
berat badan lebih. Studi ini juga satu lutut pasien obese meningkat
menunjukkan bahwa prevalensi mencapai 5 kali lipat dibandingkan
obesitas meningkat di seluruh dunia dengan pasien yang Non-Obese.Fakta
pada tingkat yang mengkhawatirkan, tersebut menyimpulkan bahwa
baik di negara maju maupun negara obesitas merupakan suatu faktor risiko
berkembang. Dibeberapa negara terjadinya OA, terutama pada sendi
berkembang, keberadaan obesitas lutut4.
dibarengi dengan malnutrisi, terutama Obesitas juga dianggap sebagai
di daerah perkotaan2. salah satu faktor yang meningkatkan
Pada 1998, Organisasi intensitas nyeri yang dirasakan pasien
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan OA lutut5.Pasien OA dengan obesitas
obesitas sebagai penyebab kematian sering mengeluhkan nyeri pada sendi
kedua di dunia setelah merokok. Lebih lutut dibandingkan dengan pasien yang
dari satu miliar penduduk dunia non obese4. Peningkatan dari rasa nyeri
mengalami kelebihan berat badan dan dan ketidakmampuan fungsi pada lutut
obesitas. Bahkan saat ini prevalensi pasien penderita OA semakin
penderitannya setiap tahun selalu meningkat seiring dengan berjalannya
meningkat1. waktu. Pada pasien dewasa di atas
Data RISKESDAS 2007 juga umur 45 tahun, sejumlah 19% dari
menunjukkan bahwa prevalensi mereka mengeluhkan nyeri yang
obesitas umum lebih tinggi di daerah terpusat di sendi lutut6.
perkotaan dibanding daerah perdesaan Osteoartritis merupakan
dan semakin tinggi tingkat pengeluaran penyakit persendian yang kasusnya
rumah tangga perkapita per bulan paling umum dijumpai secara global.
cenderung semakin tinggi prevalensi Diketahui bahwa OA diderita oleh 151
obesitas umum, ini berlaku juga untuk juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai
prevalensi BB lebih dan obesitas3. 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara2.
Berat badan sering dikaitkan Prevalensi OA juga terus
sebagai faktor yang memperparah OA meningkat secara dramatis mengikuti
pada pasien. Pada sendi lutut, dampak pertambahan usia penderita.
buruk dari berat badan berlebih dapat Berdasarkan temuan radiologis,
mencapai empat hingga lima kali lebih didapati bahwa 70% dari pasien yang
besar sehingga mempercepat berumur lebih dari 65 tahun menderita
kerusakan struktur tulang rawan sendi. OA. Prevalensi OA lutut pada pasien
Hasil penelitian Booth et al. wanita berumur 75 tahun ke atas dapat
menunjukkan bahwa obesitas (obese) mencapai 35% dari jumlah kasus yang
memberikan nilai odds ratio sebanyak ada. Diperkirakan juga bahwa satu
8,0 terhadap risiko OA lutut. Studi lain sampai dua juta lanjut usia di Indonesia
dari peneliti kesehatan masyarakat menjadi cacat karena OA7.
University College London Osteoartritis merupakan
menyimpulkan bahwa obesitas penyakit sendi yang menduduki

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 111


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

rangking pertama penyebab nyeri dan lansia ini merupakan angka paling tinggi
disabilitas (ketidakmampuan) pada diseluruh dunia dibandingkan Kenya
lansia yang umumnya menyerang (327%), Brazil (255%), India (242%),
sendi-sendi penopang berat badan China (220%), Jepang (129%), Jerman
terutama sendi lutut. Osteoartritis (66%) dan Swedia (33%)10.
dimulai dengan kerusakan pada seluruh
sendi. Para ahli yang meneliti penyakit DISKUSI
ini sekarang sepakat bahwa OA Definisi obesitas
merupakan penyakit gangguan
homeostasis metabolisme kartilago Obesitas sering didefinisikan
dengan kerusakan struktur sebagai kondisi abnormal karena
proteoglikan kartilago yang kelebihan lemak yang serius dalam
penyebabnya diperkirakan jaringan adiposa sehingga mengganggu
multifaktorial antara lain oleh karena kesehatan. Perbedaan pada individu
faktor umur, stres mekanis ataukimia, yang mengalami obesitas tidak hanya
penggunaan sendi yang berlebihan, pada jumlah lemak yang berlebih, tapi
defek anatomik, obesitas, genetik dan juga pada distribusi regional lemak di
humoral8. dalam tubuh. Distribusi lemak dalam
Lebih dari 80 persen penderita tubuh disebabkan oleh berat badan
osteoartritis mengalami keterbatasan yang mengakibatkan resiko yang
gerak. Dampak ekonomi, psikologi dan berkaitan dengan obesitas dan
sosial dari osteoartritis sangat besar, berbagai penyakit yang terkait2.
tidak hanya untuk penderita tapi juga Berdasarkan definisi, obesitas
keluarga dan lingkungannya1. pada wanita adalah kandungan lemak
Prevalensi Osteoartritis lutut dalam tubuh yang lebih dari 30%,
berdasarkan radiologis di Indonesia sedangkan pria batas bawahnya lebih
cukup tinggi yaitu mencapai 15,5% rendah yaitu antara 20-25%. Adanya
pada pria dan 12,7% pada wanita. Di perbedaan ini disebabkan karena bobot
Kabupaten Malang dan Kotamadya total tubuh pada wanita lebih banyak
Malang ditemukan prevalensi sebesar dari pada pria11.
10 % dan 13,5%. Sedangkan di Poliklinik Secara garis besar obesitas
Sub bagian Reumatologi FKUI/RSCM dapat dibedakan menjadi dua macam.
ditemukan pada 43,82% dari seluruh Yang pertama adalah obesitas jenis
penderita baru penyakit rematik android atau central atau tipe apel,
yangberobat selama kurun waktu 1991- ditandai dengan adanya penumpukan
19949. jaringan lemak terutama didaerah
Seiring dengan kemajuan jaman perut. Jenis kedua adalah obesitas tipe
dan kemajuan bidang ilmu/ teknologi ginecoid atau tipe pear, peniumpukan
kesehatan, usia harapan hidup semakin jaringan lemak didaerah pantat12.
meningkat. Menurut laporan data Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
demografi penduduk internasional yang Body Mass Index (BMI) merupakan alat
dikeluarkan oleh Bureau of the Census atau cara yang sederhana untuk
USA (1993), diperkirakan pada tahun memantau status gizi orang dewasa,
1990–2005 jumlah lansia di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan
akan meningkat 414%. Dimana jumlah kekurangan dan kelebihan berat badan.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 112


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

Berat badan kurang dapat Berdasarkan rekomendasi WHO,


meningkatkan risiko terhadap penyakit Klasifikasi internasional untuk obesitas
infeksi, sedangkan berat badan lebih digolongkan pada BMI 30 atau lebih.
akan meningkatkan risiko terhadap Pada beberapa studi penggolongan
penyakitdegeneratif13. obesitas mungkin lebih ataupun kurang
Dengan IMT akan diketahui dari 30. Perbedaan ini menimbulkan
apakahberat badan seseorang dampak pada perkiraan estimasi
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. prevalensi obesitas. Walaupun secara
Penggunaan IMT hanya untuk orang umum individu dengan BMI 30 memiliki
dewasa berumur > 18 tahun dan tidak kelebihan massa lemak dalam tubuh,
dapat diterapkan pada bayi, anak, namun penggolongan berdasarkan BMI
remaja, ibu hamil, dan olahragawan14. tidak dapat membedakan antara berat
badan karena lemak tubuh atau karena
Untuk mengetahui nilai IMT ini, massa otot dalam tubuh2.
dapat dihitung dengan rumus berikut:
IMT = Klasifikasi BMI/IMT di Asia

Berdasarkan beberapa data


Kategori IMT menurut Supriasa14 :
yang tersedia di Asia, Konsultasi ahli
1. Kurus Kekurangan berat badan
WHO menyimpulkan bahwa penduduk
tingkat berat: < 17,0
Asia umumnya memiliki persentase
2. Kekurangan berat badan tingkat
lemak tubuh yang lebih tinggi
ringan: 17,0 – < 18,5
dibandingkan penduduk kulit putih
3. Normal: 18,5 – < 25,0
pada umur, jenis kelamin dan BMI yang
4. Gemuk Kelebihan berat badan
sama. Selain itu proporsi penduduk asia
tingkat ringan Berat badan
dengan faktor risiko diabetes tipe 2 dan
lebih: 25,0 – < 27,0
penyakit kardiovaskular berada
5. Kelebihan berat badan tingkat
dibawah klasifikasi BMI 25 kg/m2 yang
berat (Obesitas): 27,0.
ditetapkan WHO2.
Obesitas merupakan akibat dari
Penggolongan kelebihan berat
adanya ketidakseimbangan antara
badan dan obesitas dilakukan karena
asupan energi (energy intake) yang
beberapa alasan, diantaranya:
melebihi energi yang digunakan (energy
a. Dapat menjadi perbandingan
expenditure). Dalam keadaan normal,
status berat badan dalam
keseimbangan energi berubah-ubah
populasi dan antar populasi
dari makanan satu ke makanan yang
b. Untuk mengidentifikasikan
lain, dari hari ke hari, minggu ke minggu
individu atau kelompok yang
tanpa ada perubahan kekal dalam
memiliki resiko tinggi
cadangan tubuh atau berat badan.
mengalami sakit dan kematian.
Beberapa mekanisme fisiologis
c. Mengidentifikasi intervensi
berperan penting dalam diri individu
prioritas pada tingkat individu
untuk menyeimbangkan keseluruhan
dan komunitas
asupan energi dengan keseluruhan
d. Sebagai dasar untuk
energi yang digunakan dan untuk
mengevaluasi intervensi yang
menjaga berat badan stabil dalam
telah dilakukan2.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 113


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

jangka waktu yang cukup panjang. tinggi lemak dan tinggi kalori dan pola
Obesitas hanya akan muncul apabila hidup kurang gerak (sedentary
terjadi keseimbangan energi positif lifestyles) adalah dua karakteristik yang
untuk periode waktu yang cukup sangat berkaitan dengan peningkatan
panjang2. prevalensi obesitas di seluruh dunia15.
Mekanisme fisiologis yang
bertanggungjawab terhadap terjadinya Definisi osteoarthritis
obesitas tidak diketahui secara
sempurna. Akan tetapi, sekarang Osteoartritis merupakan
terdapat bukti yang makin jelas tentang golongan penyakit sendi yang paling
adanya beberapa mekanisme yang sering menimbulkan gangguan sendi,
memberi sinyal dalam usus halus, dan menduduki urutan pertama baik
jaringan adiposa dan otak, dan mungkin yang pernah dilaporkan di Indonesia
jaringan lain yang dapat memberikan maupun di luar negeri. Studi
gambaran tentang arus asupan zat gizi, epidemiologi Osteoartritis di Amerika
distribusi dan metabolismenya, dan dengan menggunakan penilaian
atau penyimpanannya.Keseluruhan radiologik didapatkan 80% populasi pria
mekanisme ini dikordinasikan dalam dan wanita dalam usia pertengahan (55
otak dan mengarahkan pada tahun) menunjukkan tanda-tanda
perubahan pola makan, aktifitas fisik, osteoartritis. Kejadian meningkat
dan metabolisme tubuh sedemikian dengan meningkatnya usia terutama
rupa sehingga cadangan energi dalam pada tangan dan sendi penyangga
tubuh dapat dijaga. Penemuan akhir- beban16.
akhir ini tentang adanya hormon leptin,
yang disekresi oleh adiposit dalam Patogenesis osteoarthritis
jumlah yang proporsional terhadap
cadangan trigliserida dan mengikat diri Rawan sendi dibentuk oleh sel
dengan reseptor di hipothalamus tulang rawan sendi (kondrosit) dan
memberikan gambaran yang menarik matriks rawan sendi. Kondrosit
tentang sistem sinyal pengaturan yang berfungsi mensintesis dan memelihara
mungkin (possible regulatory signal matriks tulang rawan sehingga fungsi
systems) yang berfungsi untuk bantalan rawan sendi tetap terjaga
memelihara keseimbangan energi. dengan baik. Matriks rawan sendi
Akan tetapi masih banyak yang perlu terutama terdiri dari air, proteoglikan
dipelajari lebih lanjut tentang sistem dan kolagen17.
tersebut12. Rawan sendi mengandung 70%
Faktor-faktor diet dan pola air dan sisanya berupa jaringan kolagen
aktivitas fisik mempunyai hubungan (Kolagen tipe II) dan proteoglikan.
yang kuat terhadap keseimbangan Proteoglikan sendiri terdiri dari
energi dan dapat dikatakan sebagai glikosaminoglikan (mukopolisakarida)
faktor-faktor utama yang dapat diubah yangberikatan dengan inti protein yang
(modifiable factors) yang melalui linear membentuk struktur seperti sikat
faktor-faktor tersebut banyak kekuatan botol. Proteoglikan yang menyusun
luar yang memicu pertambahan berat rawan sendi terdiri dari
badan itu bekerja. Lebih jelasnya, diet Glikosaminoglikans Khondroitin Sulfate-

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 114


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

4 (KS-4) dan 6 (KS- 6) serta keratin resultan tersebut akan bergeser ke


sulfat. Khondroitin Sulfate-6 (KS-6) ini medial sehingga beban yang diterima
terdistribusi terutama pada lapisan sendi lutut akan tidak seimbang Hal ini
permukaan rawan sendi, sedangkan KS- dapat menyebabkan ausnya tulang
4 lebih berperan pada kalsifikasi. rawan karena bergesernya titik tumpu
Jumlah glikosaminoglikan pada sendi badan. Oleh karena itu kelebihan berat
penyangga berat tubuh ternyatalebih badan pada umur 36- 37 tahun
tinggi dibandingkan sendi lainnya. membuat satu faktor risiko bagi OA
Demikian pula kadar KS jauh lebih lutut pada umur lanjut19.
tinggi dibandingkan sendi yang bukan
penyangga berat tubuh8. SIMPULAN
Obesitas merupakan suatu
Hubungan kegemukan dengan kondisi abnormal dimana lemak yang
osteoarthritis terdapat dalam tubuh berlebihan
sehingga dapat mengganggu kesehatan
Sejalan dengan bertambahnya dan menimbulkan beberapa penyakit
usia, risiko munculnya osteoartritis pun diantaranya osteoarthritis. Pada
semakin besar. Osteoartritis adalah kejadian obesitas, wanita memiliki
sejenis penyakit rematik yang resiko 4-5 kali terserang osteoartritis
disebabkan oleh ausnya tulang rawan dibandingkan pria dikarenakan
dan menipisnya minyak sendi/sinoval. terdapat penumpukan lemak yang
Populasi dengan berat badan lebih dan berlebih karena ketika berjalan beban
obesitas mempunyai faktor risiko berat badan dipindahkan ke sendi lutut
Osteoartritis lutut lebih besar 3- 6 kali lipat berat badan.
dibanding dengan populasi dengan Osteoartritis merupakan sejenis
berat badan normal. Obesitas penyakit rematik yang disebabkan oleh
merupakan faktor risiko kuat bagi OA terkikisnya tulang rawan dan
lutut bilateral maupun unilateral pada menipisnya sendi sinovial sehingga
jenis kelamin apapun18. paling sering menyerang sendi-sendi
Wanita obesitas merupakan terutama pada penopang lutut.
memiliki faktor risiko 4-5 kali untuk Prevalensi dan beratnya osteoartritis
terserang Osteoartritis lutut dibanding semakin meningkat dengan
wanita yang kurus.Ketika berjalan bertambahnya umur. Hal ini
beban berat badan dipindahkan ke disebabkan karena adanya hubungan
sendi lutut 3- 6 kali lipat berat antara umur dengan penurunan
badan.Maka bila proporsi berat badan kekuatan kolagen dan proteoglikan
lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja pada kartilago sendi.
sendi pun akan semakin berat19.
Secara biomekanika, pada DAFTAR PUSTAKA
keadaan normal gaya berat badan akan 1. Agus S. Pengukuran BMI sebagai Indikator
melalui medial sendi lutut dan akan Obesitas dalam Hubungan dengan
Osteoartritis. 2008. Terdapat
diimbangi oleh otot - otot paha bagian
dalam:http://agussuseno.blogspot.com/
lateral sehingga resultannya akan jatuh [diakses pada 10 November2014].
pada bagian sentral sendi lutut. 2. World Health Organization. Obesity:
Sedangkan pada keadaan obesitas Preventing and Managing Global

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 115


Roby Arismunandar| The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee in Elderly Patients

Epidemic, report WHO consultation on Kariadi. Semarang: Badan Penerbit


obesity 1999. Singapore. 2004. Universitas Diponegoro. 1999.
3. Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset 17. Sumariyono, Nasution AR. Introduksi
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:Badan Reumatologi. Buku Ajar ilmu Penyakit
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam. Edisi 4. Jakarta:Pusat Penerbit
2008. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
4. Booth BL. OKU: Orthopaedic Knowledge. 18. Eyler AA. Correlates of Physical Activity:
Hip and Knee Reconstruction: Who’s Active and Who’s Not. Arthritis &
Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric. Rheumatism 2003; 49(1): 136-40.
2006; 3(16):23-30. 19. Haq I, Murphy E, Dacre J.
5. Thumboo J. Conchise Report: Osteoartritis.Postgrad Med J. 2003;
Socioeconomic and psychosocia factors 79:377-83.
influence pain or physical function in Asian
patients with knee or hip osteoarthritis.
Singapore: National Arthritis Foundation
and Nanyang Polytechnic. 2003; 1017.
6. Fransisca FJ.5-Minutes Orthopaedic
Consult 2nd edition. New York: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007.
7. Isbagio H. CDK: Struktur Rawan Sendi dan
Perubahannya pada Osteoartritis. Cermin
Dunia Kedokteran. 2008; 84-7.
8. Rawan, Broto. 2008. Manfaat Glukosamin
dan Khondroitin Sulfate untuk Terapi
Osteoartritis. Terdapat dalam:
http://rawanbroto.com/ [diakses pada 9
Oktober 2014].
9. Isbagio, Harry. Pidato Pengukuhan Guru
Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta:
Suara Karya. 2005.
10. Boedi DR. Pola Penyakit Keluhan pada
Golongan Lanjut Usia. Pengenalan dan
Pencegahan Penyakit pada Usia Lanjut
agar Tetap Sehatdan
Berkualitas.Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. 1999.
11. Budiyanto MAK. Diet Therapy pada
Obesitas. Gizi dan kesehatan. 2002.
12. Samsulhadi. 2005. Pengaruh gaya Hidup
pada Kesuburan. MOGI. 2005; 29: 139-41.
13. Suryadipraja RM.Obesitas sebagai faktor
risiko utama penyakit-penyakit
kardiovaskuler. Naskah lengkap nasional
obesity symposium II. Surabaya. 2003; 73-
81.
14. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian
status gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2002.
15. World Health Organization. WHO Chronic
Diseases report. 2005. Terdapat dalam:
http://www.who.int/chp/chronic_disease
_report/ [diakses pada 16 November
2014].
16. Soenarto.Permasalahan OsteoArthrosis /
Osteorthritis. Simposium Geriatra RS.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 | 116

You might also like