You are on page 1of 10

KARAKTERISTIK BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH BUAH, SAMPAH

PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN


TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI
RUMAH TANGGA

Yenni Ruslinda, Fitratul Husna, Arum Nabila

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas


Kampus Limau Manis, Unand Padang 25163, Indonesia
Email: yenni@ft.unand.ac.id
ABSTRACT
This study aims to examine the characteristics of briquettes from fruit waste, HDPE plastic
waste, and coconut shell composite, as an alternative fuel. Characteristic tests include physical
characteristics (density and compressive strength), chemical characteristics (moisture, volatile
content, fixed carbon, ash content, calorific value), and cost calculation for making briquettes.
3
Physical characteristics tests obtained that density is between 0.60 to 0.89 g/cm and
compressive strength is between 0.88 to 6.87 kg/cm2. Chemical characteristics tests found that
water content 5.73 - 9.06%; volatile content 70.02 - 79.92%; fixed carbon 12.39 - 18.41%; ash
content of 1.47 - 4.86%, and calorific value 4549 - 7213 cal/g. Cost for making briquettes range
between 0.56 to 0.86 rupiahs/kcal. Except for compressive strength parameter, other
parameters are in the standard range of biobriquettes quality according to Permen ESDM No.
047 Tahun 2006. Optimum briquette found in this research is a mixture of 20% fruit waste, 20%
of plastic waste HDPE, and 60% coconut shell. Briquettes made as a mixture of those three raw
material with that composition is optimum as an alternative fuel, because it produces higher
calorific value and lower cost.

Keywords: alternative fuels, briquettes, coconut shell, fruit waste, HDPE plastic waste

PENDAHULUAN salah satu contohnya saja buah durian.


Bahan bakar fosil, khususnya Produksi durian lokal di Indonesia adalah
minyak saat ini masih merupakan bahan sebesar 683.232 ton/tahun (Nuriana, dkk,
bakar yang paling banyak digunakan di 2012). Tidak jauh berbeda dengan buah-
Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan buahan, produksi buah kelapa di Indonesia
sehari-hari. Akibatnya cadangan minyak rata-rata 15,50 milyar butir/tahun, yang
bumi yang tersedia semakin lama akan akan menghasilkan 0,75 juta ton tempurung
semakin menipis. Apabila terus dikonsumsi kelapa dan masih sangat minim sekali
tanpa ditemukannya cadangan minyak pemanfaatannya.
baru, diperkirakan cadangan minyak di Oleh karena itu, perlu dilakukan
Indonesia akan habis dalam kurun waktu optimalisasi untuk meningkatkan efektivitas
10-15 tahun mendatang. Hal ini harus dan efisiensi sampah buah dan tempurung
segera diimbangi dengan penyediaan kelapa sebagai salah satu sumber energi
sumber energi alternatif yang renewable, terbarukan, sekaligus dapat menjadi
melimpah jumlahnya, dan murah harganya alternatif penanggulangan sampah
sehingga terjangkau oleh masyarakat luas perkotaan yaitu dengan mengolahnya
(Hermawan, 2006). menjadi briket arang. Briket adalah bahan
Abdullah(2002) menyatakan bahwa bakar padat yang dapat digunakan sebagai
sampah yang dihasilkan di kota-kota besar sumber energi alternatif yang mempunyai
di Indonesia bervariasi antara 0,46-3,50 bentuk tertentu. Briket arang adalah arang
kg/orang/hari. Semakin tinggi produksi yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk
sampah kota yang dihasilkan dan semakin briket (penampilan dan kemasan yang lebih
terbatas lahan untuk pembuangan sampah menarik) yang dapat digunakan untuk
menjadikan sampah sebagai permasalahan keperluan bahan bakar sehari-hari.
yang banyak dihadapi di berbagai kota Salah satu usaha yang dilakukan
besar. untuk menaikkan nilai kalor briket yang
Sampah buah-buahan termasuk ke dalam berasal dari biomassa agar memenuhi
sampah organik yang banyak dihasilkan di standar briket bio-batubara adalah dengan
perkotaan dan memiliki potensi untuk penambahan campuran yang dapat
digunakan sebagai sumber energi. menaikkan nilai kalor, salah satunya adalah
Produksi buah-buahan di Indonesia sangat dengan plastik High Density Polyethylene
bervariasi dan tergantung pada musim, (HDPE). Sebagai contoh, penelitian yang
dilakukan oleh Prasetiyo (2008)

5 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
menggunakan bahan baku berupa sampah (pengarangan) untuk sampah buah dan
plastik HDPE sebagai campuran eko-briket tempurung kelapa, sementara untuk
lignoselulosa menghasilkan nilai kalor sampah plastik HDPE tidak dikarbonisasi.
sebesar 8427,27 kal/g, dan telah memenuhi Proses karbonisasi berlangsung dengan
o
standar nilai kalor bio-batubara. Nilai kalor suhu diatas 500 C dan berlangsung selama
tersebut juga lebih besar dari eko-briket kurang lebih 1-3 jam. Selanjutnya dilakukan
yang menggunakan campuran plastik low penumbukan arang agar menjadi serbuk
density polyethylene (LDPE), polypropilene arang serta pengayakan. Pengayakan
(PP), dan polyethylene terephthalate arang dilakukan untuk mendapatkan ukuran
(PETE). Komposisi sampah plastik dalam partikel serbuk arang yang seragam, yang
briket diharapkan tidak terlalu banyak, dilakukan menggunakan ayakan ukuran 60
kurang lebih sebanyak 20% agar tetap mesh.
memenuhi standar baku mutu emisi yang Setelah didapatkan arang
telah ditetapkan (Listiyanawati, 2008). berukuran seragam, tahapan selanjutnya
yang dilakukan adalah pembuatan perekat
TUJUAN kanji. Perekat kanji dibuat dengan
Penelitian ini bertujuan melakukan mencampurkan tepung kanji dengan air
uji karakteristik fisik dan kimia briket dari sambil dipanaskan di atas kompor dan
komposit sampah buah, sampah plastik diaduk hingga kental dan perekat merata
HDPE dan tempurung kelapa, sempurna. Tahapan terakhir yaitu
membandingkan hasil pengujian dengan pencetakan briket. Arang serta plastik
standar mutu briket bio-batubara yaitu HDPE dicampurkan dengan perekat dan
Permen ESDM No. 047 Tahun 2006, diaduk hingga merata. Banyaknya arang
menghitung biaya pembuatan briket serta dan plastik HDPE yang digunakan sesuai
membandingkan hasil pengujian masing- dengan komposisi masing-masing bahan
masing variasi briket sehingga didapatkan dalam variasi briket. Rasio perbandingan
briket optimum. arang dengan perekat yaitu 2:1. Adonan
yang telah tercampur merata dimasukkan
METODOLOGI PENELITIAN dalam cetakan berbentuk silinder
Persiapan alat dan bahan berdiameter 4 cm dan tinggi 5 cm.
Peralatan yang digunakan dalam Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan
2
penelitian ini antara lain drum karbonisasi, memberikan tekanan sebesar 1,5 ton/cm
tungku, alat pengukur suhu, blender, menggunakan alat kempa. Briket yang
ayakan 60 mesh, cetakan briket, telah dicetak, dikeluarkan dan dikeringkan
timbangan, kompor, oven, cawan porselin, selama 2-3 hari untuk menurunkan kadar
desikator, gelas ukur, alat uji kuat tekan air briket. Komposisi briket arang yang akan
(marshall compression machine) dan bomb dibentuk tercantum dalam Tabel 1.
calorimeter. Sementara bahan-bahan yang Tabel 1. Variasi Komposisi Bahan Baku
digunakan meliputi bahan baku briket Briket
(sampah buah, sampah plastik HDPE dan Variasi Komposisi Briket (%)
tempurung kelapa), tepung tapioka serta air SB SP TK
yang digunakan untuk pembuatan perekat
100 - -
kanji.
Uji karakteristik bahan baku - - 100
Uji karakteristik yang dilakukan 50 - 50
berupa uji kimia yang terdiri dari proximate
60 20 20
analysis yaitu kadar air, kadar volatil, fixed
carbon, dan kadar abu serta analisis nilai 40 20 40
kalor masing-masing bahan baku. Uji 20 20 60
karakteristik bahan baku dilakukan untuk
mengetahui potensi dari masing-masing Keterangan:
bahan baku pada parameter-parameter SB : Sampah buah
yang dihasilkan pada briket yang akan diuji. SP : Sampah plastik HDPE
Pembuatan briket TK : Tempurung kelapa
Proses pembuatan briket meliputi
persiapan bahan baku yaitu sampah buah Briket dalam berbagai variasi komposisi
dan tempurung kelapa yang telah dijemur di bahan baku yang telah dicetak dapat dilihat
bawah sinar matahari untuk menurunkan pada Gambar 1.
kadar air serta telah dicacah. Bahan baku
lain yaitu sampah plastik HDPE dicuci
bersih dan dipotong menjadi berukuran 1
cm untuk masing-masing sisinya. Tahapan
selanjutnya yaitu karbonisasi

Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 6
B C
% KV   100% (5)
B A
Dimana:
KV = Kadar volatil (%)
A = Cawan kosong
B = Cawan + sampel
o
C = Cawan + sampel (suhu 600 C)
Kadar abu briket dihitung dengan
persamaan 6.
B C
% KAb   100% (6)
B A
Gambar 1. Briket Berbagai Variasi Dimana:
KAb = Kadar abu (%)
Pengujian mutu briket A = Cawan kosong
Kerapatan dan volume briket dihitung B = Cawan + sampel
o
dengan persamaan 1 dan 2. C = Cawan + sampel (suhu 900 C)
m Fixed carbon briket dihitung dengan
( )  (1) persamaan (7).
Vtot % FC = 100% - (KA + KV + KAb) (7)
Vtot   r t
2
(2) Dimana:
FC = Fixed carbon (%)
KA = Kadar Air (%)
Dimana: KV = Kadar volatil (%)
 3
= Kerapatan briket (g/cm ) KAb = Kadar abu (%)
m = Massa briket (g) Pengujian nilai kalor briket dilakukan
3
Vtot = Volume total (cm ) dengan menggunakan alat Bomb
r = Jari-jari (cm) Calorimeter yang dapat dilihat dalam
t = Tinggi briket Gambar 3.
Kuat tekan briket (Kt) dihitung dengan
persamaan 3.
Gaya
Kt (kg/cm )
2
 (3)
LuasPermukaan
Alat uji kuat tekan marshall compression
machine dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 3. Bomb Calorimeter

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis bahan baku briket
Analisis bahan baku dilakukan
terhadap sampah buah, sampah plastik
HDPE dan tempurung kelapa. Hasil
Gambar 2. Marshall Compression Machine proximate analysis bahan baku briket
Kadar air briket dihitung dengan persamaan disajikan dalam Gambar 4. Kadar air
4. tertinggi dihasilkan oleh sampah buah
sebesar 71,80%, dikarenakan sampah
B C
% KA   100% (4) buah termasuk dalam golongan sampah
B A organik basah yang diketahui mengandung
kadar air yang tinggi. Kadar volatil tertinggi
Dimana: dihasilkan oleh sampah plastik HDPE
KA = Kadar air (%) sebesar 98,60%, dikarenakan sampah
A = Cawan kosong plastik HDPE termasuk dalam golongan
B = Cawan + sampel sampah yang mudah terbakar. Begitu juga
o
C = Cawan + sampel (suhu 105 C) halnya dengan tempurung kelapa
Kadar volatil briket dihitung dengan merupakan golongan sampah yang mudah
persamaan 5.

7 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
terbakar, menghasilkan kadar volatil sedangkan kerapatan terendah dihasilkan
3
sebesar 80,86%. dari briket 100SB sebesar 0,60 g/cm . Hasil
pengujian kerapatan tiap variasi briket
disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 4. Proximate Analysis Bahan Baku


Briket
Fixed carbon tertinggi dihasilkan oleh
tempurung kelapa sebesar 2,11%,
disebabkan tempurung kelapa memiliki Gambar 5. Nilai Kalor Bahan Baku Briket
kandungan karbon yang tinggi. Penelitian Karakteristik Fisik Briket
Budi (2011) menyebutkan bahwa
kandungan karbon dalam tempurung
kelapa sebesar 74,3%. Kadar abu tertinggi
dihasilkan oleh sampah buah sebesar
0,79%. Kadar abu yang tinggi disebabkan
kadar volatil sampah buah rendah, dimana
o
pada saat pembakaran dengan suhu 600 C
zat organik yang hilang tidak terlalu besar
sehingga menghasilkan residu (abu) yang
tinggi.
Nilai kalor tertinggi dihasilkan sampah
plastik HDPE, sebesar 10.956 kal/g. Hal ini
disebabkan plastik merupakan material
yang terdiri dari rantai karbon yang panjang
serta elemen-elemen lain. Kandungan
karbon inilah yang menyebabkan plastik
mudah terbakar dan memiliki nilai kalor Gambar 6. Kerapatan Variasi Briket
yang tinggi. Selain itu, jenis plastik HDPE
juga diketahui memiliki nilai kalor yang lebih Tingginya kerapatan yang
tinggi dibandingkan dengan plastik jenis dihasilkan briket 100TK dipengaruhi oleh
polyethylene lainnya. Kerapatan (density) berat jenis dari tempurung kelapa yang juga
3
plastik HDPE juga lebih baik dibanding tinggi, yaitu 0,95 g/cm . Kayu yang
plastik jenis lain. Nilai kalor terendah mempunyai berat jenis tinggi akan
dihasilkan oleh sampah buah yaitu sebesar menghasilkan arang dengan kerapatan
1.158 kal/g. Hal ini disebabkan sampah yang tinggi, sedangkan kayu yang
buah memiliki kadar air yang tinggi. Kadar mempunyai berat jenis rendah akan
air tinggi menyebabkan penurunan nilai menghasilkan arang dengan kerapatan
kalor yang dihasilkan (Listiyanawati, 2008). yang rendah pula.
Hasil pengujian nilai kalor bahan baku Pada Gambar 6 dapat dilihat
briket dapat dilihat pada Gambar 5. pengaruh komposisi arang tempurung
Kerapatan kelapa terhadap peningkatan nilai
Tinggi rendahnya nilai kerapatan kerapatan briket. Semakin banyak
sangat dipengaruhi oleh keseragaman atau komposisi arang tempurung kelapa dalam
kehomogenan ukuran partikel arang setiap variasi briket menyebabkan
penyusun briket. Kerapatan briket yang diuji peningkatan nilai kerapatan briket, seperti
dalam penelitian ini berkisar antara 0,60 yang terlihat dari grafik 4 sampai 6. Selain
3 3
g/cm -0,89 g/cm . Nilai tertinggi dihasilkan itu, pengayakan yang dilakukan
oleh briket 100TK sebesar 0,89 g/cm ,
3 menggunakan ayakan 60 mesh
menghasilkan ukuran partikel arang yang

Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 8
2
seragam sehingga menyebabkan sebesar 1,5 ton/ cm , juga merupakan
peningkatan nilai kerapatan briket. Ukuran salah satu faktor yang menyebabkan
partikel yang tidak seragam mengakibatkan tingginya nilai kerapatan yang dihasilkan
penempelan dan pengikatan partikel kurang pada penelitian ini. Tekanan yang besar
sempurna. akan menyebabkan masuknya perekat ke
Kuat Tekan dalam ruang kosong di antara serbuk arang
Nilai kuat tekan sangat dipengaruhi sehingga akan menghasilkan kerapatan
oleh jenis bahan baku, ukuran partikel, yang tinggi.
densitas partikel, jenis perekat, tekanan
pemampatan dan kerapatan produk. Karakteristik Kimia
Semakin tinggi nilai kerapatan suatu produk Kadar Air
maka semakin tinggi pula nilai kuat tekan Kadar air pada briket
yang dihasilkan (Sani, 2009). Uji kuat tekan mempengaruhi nilai kalor dan daya
dilakukan menggunakan alat marshall pembakaran. Semakin rendah kadar air
compression machine. Hasil pengujian kuat maka semakin tinggi nilai kalor dan daya
tekan setiap variasi briket dapat dilihat pembakarannya. Kadar air yang tinggi
pada Gambar 7. dapat menyulitkan proses penyalaan briket
(Sani, 2009). Kadar air yang dihasilkan
briket dalam penelitian ini berkisar antara
5,73%-9,06%. Kadar air tertinggi didapat
pada briket 100SB sebesar 9,06%,
sedangkan kadar air terendah didapat pada
briket 100TK sebesar 5,73%. Tingginya
kadar air briket 100SB disebabkan karena
sampah buah memiliki kadar air yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
bahan baku yaitu sebesar 71,80%. Hasil
pengujian kadar air untuk semua variasi
briket dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Kuat Tekan Variasi Briket


Kuat tekan yang dihasilkan
2 2
berkisar antara 0,88 kg/cm -6,87 kg/cm .
Nilai kuat tekan tertinggi dihasilkan oleh
2
briket 100TK sebesar 6,87 kg/cm ,
sedangkan nilai terendah dihasilkan oleh
2
briket 100SB sebesar 0,88 kg/cm .
Tingginya kuat tekan briket 100TK
dikarenakan komposisi utama variasi briket
ini adalah tempurung kelapa, dimana
Hendra dan Winarni (2003) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tingginya
angka kerapatan dan kuat tekan pada Gambar 8. Kadar Air Variasi Briket
briket arang dari bahan baku kayu yang Pada Gambar 8 terlihat adanya
memiliki berat jenis tinggi disebabkan serat kecenderungan penurunan kadar air
kayu yang lebih rapat dan komponen dengan semakin berkurangnya persentase
selulosa pada dinding sel lebih banyak. komposisi sampah buah pada variasi briket.
Dari Gambar 7, terlihat adanya Variasi briket dengan penambahan
kecenderungan peningkatan nilai kuat komposisi sampah plastik HDPE
tekan dengan semakin banyaknya menghasilkan kadar air berkisar antara
komposisi arang tempurung kelapa dalam 6,10%-7,57%, dimana kadar air tertinggi
variasi briket, yang ditunjukkan oleh grafik 4 dihasilkan oleh briket 60SB:20SP:20TK
sampai 6. Hal ini membuktikan bahwa nilai sebesar 7,57%.
kerapatan mempengaruhi nilai kuat tekan, Selain itu, faktor yang juga
dimana jika nilai kerapatan tinggi, maka mempengaruhi persentase kadar air pada
nilai kuat tekan yang dihasilkan pun akan penelitian ini adalah proses karbonisasi.
tinggi Proses karbonisasi dapat menyebabkan
Selain itu, tekanan yang diberikan nilai kadar air berkurang. Kadar air
saat proses pencetakan briket yaitu tempurung kelapa sebelum dikarbonisasi
yaitu sebesar 16,28% dan kadar air

9 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
tempurung kelapa setelah dikarbonisasi mengandung sampah plastik yang
yaitu sebesar 5,73%. Begitu pula untuk ditunjukkan dari grafik 1 sampai 3,
sampah buah, kadar air sebelum menghasilkan kadar volatil berkisar antara
dikarbonisasi yang didapat sebesar 71,80% 70,02%-72,32%. Himawanto (2005)
dan kadar air setelah dikarbonisasi yang menyatakan bahwa penambahan bahan
didapat sebesar 9,06%. anorganik akan meningkatkan kadar volatil,
Setelah proses karbonisasi, terjadi sehingga mempercepat terjadinya
penurunan kadar air kurang lebih sebesar pembakaran.
87% pada sampah buah dan 65% pada
tempurung kelapa. Hal ini disebabkan Fixed Carbon
karena salah satu tahapan proses
karbonisasi adalah tahap penguapan air Semakin tinggi kadar fixed carbon pada
o o
yang terjadi pada suhu 100 C-150 C. briket, maka nilai kalor pembakaran briket
semakin baik. Kadar fixed carbon yang
Kadar Volatil didapat dari penelitian ini berkisar antara
Makin besar kadar volatil maka 12,39-18,41%. Nilai fixed carbon tertinggi
briket akan lebih cepat terbakar, namun didapat pada briket 100TK sebesar
juga berakibat pada singkatnya waktu nyala 18,41%, sedangkan nilai terendah pada
briket tersebut. Tinggi rendahnya kadar briket 60SB:20SP:20TK sebesar 12,39%.
volatil sangat bergantung pada jenis bahan Hasil pengujian fixed carbon semua variasi
baku yang digunakan. Hasil pengujian briket dapat dilihat pada Gambar 10.
kadar volatil semua variasi briket dapat
dilihat pada Gambar 9.

Gambar 10. Fixed Carbon Variasi Briket

Gambar 9. Kadar Volatil Variasi Briket Tingginya nilai fixed carbon pada
Kadar volatil dalam penelitian ini briket 100TK ini disebabkan tingginya
berkisar antara 70,02-79,92%. Kadar volatil kandungan lignin dalam tempurung kelapa.
tertinggi didapat pada briket Menurut penelitian Komarayati et al (2004),
20SB:20SP:60TK sebesar 79,92%, semakin tinggi lignin yang terkandung
sedangkan kadar volatil terendah didapat dalam bahan baku briket menyebabkan
pada briket 100SB sebesar 70,02%. semakin besar nilai karbon terikatnya.
Tingginya kadar volatil briket Selain itu, dari pengujian bahan baku,
20SB:20SP:60TK disebabkan adanya didapat hasil yang menunjukkan bahwa
penambahan komposisi sampah plastik tempurung kelapa menghasilkan kadar
HDPE dan tingginya komposisi tempurung fixed carbon tertinggi dibandingkan dengan
kelapa dalam variasi briket. Hal ini dua bahan baku lainnya, yaitu sebesar
dibuktikan dengan pengujian bahan baku, 2,11%.
dimana sampah plastik HDPE
menghasilkan kadar volatil tertinggi sebesar Kadar Abu
98,60%, diikuti dengan tempurung kelapa Kadar abu merupakan unsur
yang menghasilkan kadar volatil sebesar pengotor, sehingga kadar abu yang tinggi
82,68%. akan berpengaruh pada tingkat korosi alat-
Briket dengan penambahan 20% alat yang digunakan yang menyebabkan
sampah plastik HDPE ditunjukkan dari alat akan cepat rusak. Dari Gambar 11
grafik 4 sampai 6, menghasilkan kadar terlihat kadar abu arang sampah buah lebih
volatil berkisar antara 77,11-79,92%, tinggi dibandingkan kadar abu arang
sedangkan variasi briket yang tidak tempurung kelapa, yaitu sebesar 4,86%.
Dari grafik 4 sampai grafik 6 pada gambar

Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 10
11, terjadi kecenderungan penurunan kadar
abu dengan semakin berkurangnya
komposisi sampah buah dalam variasi
briket. Hal ini disebabkan sampah buah
merupakan bahan baku yang diperkirakan
memiliki kandungan mineral-mineral yang
tinggi seperti kalsium, kalium, silikat dan
yang lainnya, sehingga menghasilkan abu
sisa pembakaran lebih banyak.

Gambar 12. Nilai Kalor Variasi Briket


Gambar 12 menunjukkan variasi
briket yang mengandung 20% sampah
plastik HDPE, cenderung menghasilkan
nilai kalor yang lebih baik dibandingkan
dengan variasi briket yang tidak
mengandung sampah plastik HDPE. Hal ini
dikarenakan dari pengujian bahan baku
sampah plastik HDPE didapatkan nilai kalor
Gambar 11. Kadar Abu Variasi Briket yang tinggi. Nilai kalor yang dihasilkan
Tingginya kadar abu diduga karena briket dalam penelitian ini berkisar antara
bahan baku mempunyai kadar garam- 4.549 kal/g-7.213 kal/g. Nilai kalor tertinggi
garam karbonat, kalium, kalsium, dihasilkan oleh briket 20SB:20SP:60TK
magnesium dan kadar silikat yang tinggi. dengan nilai sebesar 7.213 kal/g. Nilai kalor
Semakin tinggi kadar silikat akan terendah dihasilkan oleh briket 100SB
menyebabkan semakin tinggi kadar abu dengan nilai sebesar 4.549 kal/g.
yang dihasilkan, karena silikat tidak Selain adanya penambahan
terbakar. Kadar abu yang diperoleh dalam sampah plastik HDPE, peningkatan nilai
penelitian ini berkisar antara 1,47-4,86%. kalor yang ditunjukkan dari grafik 4 sampah
Kadar abu tertinggi dihasilkan oleh briket 6 pada gambar 12, juga dipengaruhi oleh
100SB sebesar 4,86%, sedangkan kadar makin meningkatnya komposisi tempurung
abu terendah pada briket 20SB:20SP:60TK kelapa dalam variasi briket. Hal ini
sebesar 1,47%. Penurunan nilai kadar abu dikarenakan tempurung kelapa memiliki
terlihat jelas pada briket dengan bahan kandungan karbon yang tinggi sehingga
baku yang mengandung sampah plastik menghasilkan nilai kalor yang juga tinggi.
HDPE. Hal ini disebabkan bahan baku Peningkatan nilai kalor juga
sampah plastik HDPE menghasilkan kadar dipengaruhi oleh proses karbonisasi. Dari
abu yang rendah yaitu 0,77%. pengujian bahan baku diketahui terjadi
Nilai Kalor peningkatan yang signifikan dari sampah
Semakin tinggi nilai kalor yang buah dan tempurung kelapa sebelum
dihasilkan briket maka semakin baik karbonisasi dan setelah karbonisasi.
kualitas briket, sehingga briket semakin Proses karbonisasi bertujuan untuk
berpotensi digunakan sebagai bahan bakar mengubah bahan baku menjadi arang
alternatif. Nilai kalor tertinggi dihasilkan sehingga dapat meningkatkan kadar karbon
oleh briket 20SB:20SP:60TK sebesar 7.213 dan menaikkan nilai kalor.
kal/g. Nilai kalor terendah dihasilkan oleh
briket 100SB sebesar 4.549 kal/g. Tinggi Analisis Biaya Briket
rendahnya nilai kalor salah satunya Biaya pembuatan briket dihitung
dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang dari harga bahan baku yang digunakan dan
digunakan. Hasil pengujian nilai kalor biaya proses pembuatan briket, tanpa
semua variasi briket disajikan pada memperhitungkan upah pekerja dan lama
Gambar 12. pembuatan. Hasil perhitungan analisis
biaya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Analisis Biaya Pembuatan Briket

11 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
Harga nilai kalor yang diperoleh untuk semua
Harga briket berkisar antara 4.549 -7.213 kal/g.
per kg
Variasi Briket per kal Dalam Permen ESDM No. 047
Briket
(Rp/kkal) Tahun 2006, ketentuan untuk kadar volatil
(Rp/kg)
100SB 3,93 0,86 tidak ditetapkan dengan angka yang
100TK 4,05 0,59 spesifik, namun standar disesuaikan
50SB:50TK 3,96 0,67 dengan bahan baku. Kadar volatil yang
60SB:20SP:20TK 3,93 0,58 didapat pada penelitian ini cukup tinggi,
40SB:20SP:40TK 4,00 0,58 selain dikarenakan adanya penambahan
20SB:20SP:60TK 4,05 0,56 sampah plastik HDPE, juga disebabkan
Pada Tabel 1, terlihat biaya oleh tempurung kelapa, yang diketahui
pembuatan briket terbesar per kkal adalah menghasilkan kadar volatil tinggi.
briket 100SB dan biaya pembuatan briket Untuk paremeter kuat tekan, hasil
terkecil per kkal adalah briket yang diperoleh dalam penelitian ini belum
20SB:20SP:60TK. Data harga bahan bakar memenuhi Permen ESDM No. 047 Tahun
lain dapat dilihat pada Tabel 2. 2006. Hal ini dikarenakan pada Permen
Tabel 2. Harga Bahan Bakar ESDM No. 047 Tahun 2006, standar
Harga ketetapan mengacu pada briket bio-
No. Bahan Bakar batubara. Briket bio-batubara merupakan
(Rp/kkal)
campuran antara biomassa dan batubara,
1. Minyak tanah 0,73 dimana batubara diketahui memiliki struktur
2. Elpiji 0,25
yang lebih padat serta kuat tekan yang
lebih baik dibandingkan biomassa.
3. Briket batubara 0,56 Persyaratan kuat tekan untuk briket bio-
2
Sumber: Radita (2009) batubara minimal 65 kg/cm , sedangkan
kuat tekan briket dalam penelitian ini
Variasi briket dengan penambahan 2
berkisar antara 0,88-6,87 kg/cm . Namun
komposisi sampah plastik HDPE
jika dibandingkan dengan penelitian
menghasilkan biaya sebesar Rp. 0,56/kkal-
tentang briket bioarang di beberapa negara,
Rp 0,58/kkal. Jika dibandingkan dengan
kuat tekan yang dihasilkan juga lebih kecil
harga beberapa bahan bakar seperti yang 2
yaitu berkisar 12-60 kg/cm , seperti terlihat
tercantum pada Tabel 2, diketahui harga
pada Tabel 3.
briket ini lebih murah dibandingkan dengan
Parameter lain yang diuji pada
harga minyak tanah yang berkisar Rp.
penelitian ini seperti fixed carbon, kadar
0,73/kkal dan hampir setara dengan harga
abu dan kerapatan tidak terdapat
batubara yang berkisar Rp. 0,56/kkal.
ketentuannya dalam Permen ESDM No.
Namun harga briket pada penelitian ini
047 Tahun 2006. Oleh karena itu
melebihi harga LPG yang berkisar Rp.
perbandingan dilakukan dengan penelitian
0,25/kkal. Dibandingkan dengan harga LPG
terkait yang menggunakan bahan baku
per kkal-nya, produk briket ini dinilai kurang
yang hampir sama. Perbandingan
ekonomis. Namun jika dibandingkan
dilakukan dengan penelitian Anggraini
dengan harga minyak tanah dan batubara
(2005) yang menggunakan bahan baku
per kkal-nya, produk briket ini dinilai lebih
briket dari komposit sampah plastik HDPE
ekonomis sehingga dapat dijadikan sebagai
dan sampah kebun, serta penelitian Hendra
alternatif pengganti minyak tanah dan
(2007) yang menggunakan campuran
batubara di rumah tangga.
limbah kayu gergajian dan sebetan kayu
Perbandingan dengan Baku Mutu dan
sebagai bahan baku. Dari hasil
Beberapa Penelitian Terkait
perbandingan didapatkan mutu briket pada
Hasil penelitian briket bioarang ini
penelitian ini sudah lebih baik. Kerapatan
dibandingkan dengan Permen ESDM No.
yang dihasilkan briket pada penelitian
047 Tahun 2006 tentang briket bio- 2
Hendra (2007) berkisar 0,46 – 0,71 g/cm ,
barubara, dikarenakan belum adanya
sedangkan dalam penelitian ini lebih tinggi
standar untuk briket bioarang. Semua 3
yaitu 0,60-0,89 g/cm . Untuk parameter
variasi briket pada penelitian ini telah
fixed carbon dalam penelitian ini juga lebih
memenuhi standar yang dipersyaratkan
tinggi dibandingkan dengan penelitian
dalam Permen ESDM No. 047 Tahun 2006
Anggraini (2005). Fixed carbon penelitian
untuk parameter kadar air dan nilai kalor.
ini berkisar 12,39-18,41%, sedangkan
Kadar air maksimum yang diperbolehkan
penelitian Anggraini (2005) berkisar 2,89-
untuk briket adalah 15%. Kadar air yang
3,50%. Nilai kadar abu briket dalam
didapat dari variasi briket dalam penelitian
penelitian ini juga sudah lebih rendah
ini berkisar antara 5,73-9,06%. Nilai kalor
dibandingkan dengan peneltian Anggraini
yang dipersyaratkan untuk biobriket
(2005). Nilai kadar abu briket penelitian ini
minimal 4.400 kal/g. Dalam penelitian ini,
berkisar 1,47-4,86%, sedangkan briket

Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 12
pada penelitian Anggraini (2005).berkisar dibandingkan briket variasi lain. Selanjutnya
37,28-38,96%. diikuti dengan briket 100TK, briket
Pemilihan Briket Optimum 40SB:20SP:40TK dan briket
Berdasarkan hasil penelitian, 60SB:20SP:20TK dengan nilai yang tidak
diketahui briket optimum pada penelitian ini berbeda signifikan. Briket yang memiliki
adalah briket 20SB:20SP:60TK. Hal ini komposisi sampah plastik HDPE, memiliki
disebabkan briket 20SB:20SP:60TK nilai yang tidak jauh berbeda satu sama
memiliki keunggulan terbanyak, lainnya. Oleh karena itu, dua variasi briket
diantaranya nilai kerapatan tinggi, kuat lain yang mengandung plastik HDPE juga
tekan tinggi, kadar air rendah, fixed carbon dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
tinggi, kadar abu rendah, nilai kalor tertinggi alternatif karena nilai yang dihasilkan tidak
serta harga briket termurah jika jauh berbeda dengan briket optimum.
Tabel 3. Standar Kualitas Bioarang
Kualitas Briket Arang
Sifat Briket Arang
Jepang Inggris Amerika Indonesia
Kadar air (%) 6-8 3-4 6 7.75
Kadar abu (%) 3-6 5.51
Kadar zat menguap (%) 15-30 16.14
Kadar karbon terikat (%) 60-80 78.35
3
Kerapatan (g/cm ) 1-2 0.84 8-10 18
2
Kuat tekan (kg/cm ) 60 12.7 16 19
Nilai kalor (kal/g) 6000-7000 6500 75 58
Sumber: Hendra dan Sumber: * Anggraini, 2005 ** Hendra, 2007

KESIMPULAN Angraini, S. Ratna. 2005. Eko-briket dari


Analisis terhadap bahan baku Komposit Sampah Plastik High
briket didapatkan sampah buah memiliki Density Polyethylene (HDPE) dan
kadar air dan kadar abu tertinggi, sampah Arang Sampah Kebun. Institut
plastik HDPE memiliki kadar volatil dan nilai Teknologi Surabaya. Surabaya.
kalor tertinggi serta tempurung kelapa Budi, E. 2011. Tinjauan Proses
memiliki fixed carbon tertinggi. Pembentukan dan Penggunaan
Hasil uji karakteristik fisik dan kimia Arang Tempurung Kelapa
variasi briket menghasilkan kerapatan 0,60- Sebagai Bahan Bakar. Jurusan
3 2
0,89 g/cm , kuat tekan 0,88-6,87 kg/cm , Fisika, Fakultas MIPA. Universitas
kadar air 5,73-9,06%, kadar volatil 70,02- Negeri Jakarta. Jakarta
79,92%, fixed carbon 12,39-18,41%, kadar Hendra, D. 2007. Pembuatan Briket Arang
abu 1,47-4,86% serta nilai kalor 4.549- dari Campuran Kayu, Bambu,
7.213 kal/g. Briket ini telah memenuhi Sabut Kelapa dan Tempurung
standar Permen ESDM No. 047 Tahun Kelapa sebagai Sumber Energi
2006, kecuali untuk parameter kuat tekan. Alternatif. Institut Pertanian Bogor.
Harga briket pada penelitian lebih Bogor
ekonomis jika dibandingkan dengan harga Hendra, D dan Winarni, I. 2003. Sifat fisis
minyak tanah dan hampir setara dengan dan kimia briket arang campuran
harga briket batubara, namun masih lebih Limbah Kayu Gergajian dan
tinggi jika dibandingkan dengan harga LPG; Sebetan Kayu. Jurnal Penelitian
Briket yang dihasilkan pada Hasil Hutan Vol. 21 No.31: 211-
penelitian ini dapat digunakan sebagai 226.
bahan bakar alternatif karena telah Hermawan, Y. 2006. Pemanfaatan Limbah
memenuhi standar briket dari segi Sekam Padi Sebagai Bahan
karakteristik fisik dan kimia briket, serta Bakar Dalam Bentuk Briket.
lebih ekonomis ditinjau dari aspek biaya. Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Briket optimum adalah briket dengan Teknik Universitas Jember.
komposisi sampah buah 20%, sampah Jember.
plastik HDPE 20% dan tempurung kelapa Himawanto, D. A. 2005. Pengaruh
60%. Temperatur Karbonasi terhadap
Karakteristik Pembakaran Briket.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Media Mesin, Volume 6
Abdullah, K. 2002. Biomass Energy No. 2.
Potential and Utilization in Komarayati, S., Setiawan, D., Mahpudin.
Indonesia. Lembaga Penelitian 2004. Beberapa Sifat dan
dan Pengembangan Masyarakat. Pemanfaatan Arang dari Serasah
Fakultas Teknologi Pertanian. dan Kulit Kayu Pinus. Jurnal
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

13 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
Penelitian Hasil Hutan Vol. 22
No.1.
Listiyanawati, D. 2008. Eko Briket dari
Sampah Plastik dan
Lignoselulosa sebagai Alternatif
Bahan Bakar. Tesis Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP–ITS,
Surabaya.
PERMEN ESDM No. 047 Tahun 2006.
Pedoman Pembuatan dan
Pemanfaatan Briket Batubara
dan Bahan Bakar Padat Berbasis
Batubara.
Prasetiyo, 2008. Eco-Briquette Dari
Komposit Sampah Plastik High
Density Polyethylene dan
Sampah Lignoselulosa .Tugas
Akhir, Jurusan Teknik
Lingkungan, FTSP, Institut
Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.

Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 14

You might also like