Professional Documents
Culture Documents
Keywords: alternative fuels, briquettes, coconut shell, fruit waste, HDPE plastic waste
5 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
menggunakan bahan baku berupa sampah (pengarangan) untuk sampah buah dan
plastik HDPE sebagai campuran eko-briket tempurung kelapa, sementara untuk
lignoselulosa menghasilkan nilai kalor sampah plastik HDPE tidak dikarbonisasi.
sebesar 8427,27 kal/g, dan telah memenuhi Proses karbonisasi berlangsung dengan
o
standar nilai kalor bio-batubara. Nilai kalor suhu diatas 500 C dan berlangsung selama
tersebut juga lebih besar dari eko-briket kurang lebih 1-3 jam. Selanjutnya dilakukan
yang menggunakan campuran plastik low penumbukan arang agar menjadi serbuk
density polyethylene (LDPE), polypropilene arang serta pengayakan. Pengayakan
(PP), dan polyethylene terephthalate arang dilakukan untuk mendapatkan ukuran
(PETE). Komposisi sampah plastik dalam partikel serbuk arang yang seragam, yang
briket diharapkan tidak terlalu banyak, dilakukan menggunakan ayakan ukuran 60
kurang lebih sebanyak 20% agar tetap mesh.
memenuhi standar baku mutu emisi yang Setelah didapatkan arang
telah ditetapkan (Listiyanawati, 2008). berukuran seragam, tahapan selanjutnya
yang dilakukan adalah pembuatan perekat
TUJUAN kanji. Perekat kanji dibuat dengan
Penelitian ini bertujuan melakukan mencampurkan tepung kanji dengan air
uji karakteristik fisik dan kimia briket dari sambil dipanaskan di atas kompor dan
komposit sampah buah, sampah plastik diaduk hingga kental dan perekat merata
HDPE dan tempurung kelapa, sempurna. Tahapan terakhir yaitu
membandingkan hasil pengujian dengan pencetakan briket. Arang serta plastik
standar mutu briket bio-batubara yaitu HDPE dicampurkan dengan perekat dan
Permen ESDM No. 047 Tahun 2006, diaduk hingga merata. Banyaknya arang
menghitung biaya pembuatan briket serta dan plastik HDPE yang digunakan sesuai
membandingkan hasil pengujian masing- dengan komposisi masing-masing bahan
masing variasi briket sehingga didapatkan dalam variasi briket. Rasio perbandingan
briket optimum. arang dengan perekat yaitu 2:1. Adonan
yang telah tercampur merata dimasukkan
METODOLOGI PENELITIAN dalam cetakan berbentuk silinder
Persiapan alat dan bahan berdiameter 4 cm dan tinggi 5 cm.
Peralatan yang digunakan dalam Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan
2
penelitian ini antara lain drum karbonisasi, memberikan tekanan sebesar 1,5 ton/cm
tungku, alat pengukur suhu, blender, menggunakan alat kempa. Briket yang
ayakan 60 mesh, cetakan briket, telah dicetak, dikeluarkan dan dikeringkan
timbangan, kompor, oven, cawan porselin, selama 2-3 hari untuk menurunkan kadar
desikator, gelas ukur, alat uji kuat tekan air briket. Komposisi briket arang yang akan
(marshall compression machine) dan bomb dibentuk tercantum dalam Tabel 1.
calorimeter. Sementara bahan-bahan yang Tabel 1. Variasi Komposisi Bahan Baku
digunakan meliputi bahan baku briket Briket
(sampah buah, sampah plastik HDPE dan Variasi Komposisi Briket (%)
tempurung kelapa), tepung tapioka serta air SB SP TK
yang digunakan untuk pembuatan perekat
100 - -
kanji.
Uji karakteristik bahan baku - - 100
Uji karakteristik yang dilakukan 50 - 50
berupa uji kimia yang terdiri dari proximate
60 20 20
analysis yaitu kadar air, kadar volatil, fixed
carbon, dan kadar abu serta analisis nilai 40 20 40
kalor masing-masing bahan baku. Uji 20 20 60
karakteristik bahan baku dilakukan untuk
mengetahui potensi dari masing-masing Keterangan:
bahan baku pada parameter-parameter SB : Sampah buah
yang dihasilkan pada briket yang akan diuji. SP : Sampah plastik HDPE
Pembuatan briket TK : Tempurung kelapa
Proses pembuatan briket meliputi
persiapan bahan baku yaitu sampah buah Briket dalam berbagai variasi komposisi
dan tempurung kelapa yang telah dijemur di bahan baku yang telah dicetak dapat dilihat
bawah sinar matahari untuk menurunkan pada Gambar 1.
kadar air serta telah dicacah. Bahan baku
lain yaitu sampah plastik HDPE dicuci
bersih dan dipotong menjadi berukuran 1
cm untuk masing-masing sisinya. Tahapan
selanjutnya yaitu karbonisasi
Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 6
B C
% KV 100% (5)
B A
Dimana:
KV = Kadar volatil (%)
A = Cawan kosong
B = Cawan + sampel
o
C = Cawan + sampel (suhu 600 C)
Kadar abu briket dihitung dengan
persamaan 6.
B C
% KAb 100% (6)
B A
Gambar 1. Briket Berbagai Variasi Dimana:
KAb = Kadar abu (%)
Pengujian mutu briket A = Cawan kosong
Kerapatan dan volume briket dihitung B = Cawan + sampel
o
dengan persamaan 1 dan 2. C = Cawan + sampel (suhu 900 C)
m Fixed carbon briket dihitung dengan
( ) (1) persamaan (7).
Vtot % FC = 100% - (KA + KV + KAb) (7)
Vtot r t
2
(2) Dimana:
FC = Fixed carbon (%)
KA = Kadar Air (%)
Dimana: KV = Kadar volatil (%)
3
= Kerapatan briket (g/cm ) KAb = Kadar abu (%)
m = Massa briket (g) Pengujian nilai kalor briket dilakukan
3
Vtot = Volume total (cm ) dengan menggunakan alat Bomb
r = Jari-jari (cm) Calorimeter yang dapat dilihat dalam
t = Tinggi briket Gambar 3.
Kuat tekan briket (Kt) dihitung dengan
persamaan 3.
Gaya
Kt (kg/cm )
2
(3)
LuasPermukaan
Alat uji kuat tekan marshall compression
machine dapat dilihat dalam Gambar 2.
7 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
terbakar, menghasilkan kadar volatil sedangkan kerapatan terendah dihasilkan
3
sebesar 80,86%. dari briket 100SB sebesar 0,60 g/cm . Hasil
pengujian kerapatan tiap variasi briket
disajikan dalam Gambar 6.
Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 8
2
seragam sehingga menyebabkan sebesar 1,5 ton/ cm , juga merupakan
peningkatan nilai kerapatan briket. Ukuran salah satu faktor yang menyebabkan
partikel yang tidak seragam mengakibatkan tingginya nilai kerapatan yang dihasilkan
penempelan dan pengikatan partikel kurang pada penelitian ini. Tekanan yang besar
sempurna. akan menyebabkan masuknya perekat ke
Kuat Tekan dalam ruang kosong di antara serbuk arang
Nilai kuat tekan sangat dipengaruhi sehingga akan menghasilkan kerapatan
oleh jenis bahan baku, ukuran partikel, yang tinggi.
densitas partikel, jenis perekat, tekanan
pemampatan dan kerapatan produk. Karakteristik Kimia
Semakin tinggi nilai kerapatan suatu produk Kadar Air
maka semakin tinggi pula nilai kuat tekan Kadar air pada briket
yang dihasilkan (Sani, 2009). Uji kuat tekan mempengaruhi nilai kalor dan daya
dilakukan menggunakan alat marshall pembakaran. Semakin rendah kadar air
compression machine. Hasil pengujian kuat maka semakin tinggi nilai kalor dan daya
tekan setiap variasi briket dapat dilihat pembakarannya. Kadar air yang tinggi
pada Gambar 7. dapat menyulitkan proses penyalaan briket
(Sani, 2009). Kadar air yang dihasilkan
briket dalam penelitian ini berkisar antara
5,73%-9,06%. Kadar air tertinggi didapat
pada briket 100SB sebesar 9,06%,
sedangkan kadar air terendah didapat pada
briket 100TK sebesar 5,73%. Tingginya
kadar air briket 100SB disebabkan karena
sampah buah memiliki kadar air yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
bahan baku yaitu sebesar 71,80%. Hasil
pengujian kadar air untuk semua variasi
briket dapat dilihat pada Gambar 8.
9 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
tempurung kelapa setelah dikarbonisasi mengandung sampah plastik yang
yaitu sebesar 5,73%. Begitu pula untuk ditunjukkan dari grafik 1 sampai 3,
sampah buah, kadar air sebelum menghasilkan kadar volatil berkisar antara
dikarbonisasi yang didapat sebesar 71,80% 70,02%-72,32%. Himawanto (2005)
dan kadar air setelah dikarbonisasi yang menyatakan bahwa penambahan bahan
didapat sebesar 9,06%. anorganik akan meningkatkan kadar volatil,
Setelah proses karbonisasi, terjadi sehingga mempercepat terjadinya
penurunan kadar air kurang lebih sebesar pembakaran.
87% pada sampah buah dan 65% pada
tempurung kelapa. Hal ini disebabkan Fixed Carbon
karena salah satu tahapan proses
karbonisasi adalah tahap penguapan air Semakin tinggi kadar fixed carbon pada
o o
yang terjadi pada suhu 100 C-150 C. briket, maka nilai kalor pembakaran briket
semakin baik. Kadar fixed carbon yang
Kadar Volatil didapat dari penelitian ini berkisar antara
Makin besar kadar volatil maka 12,39-18,41%. Nilai fixed carbon tertinggi
briket akan lebih cepat terbakar, namun didapat pada briket 100TK sebesar
juga berakibat pada singkatnya waktu nyala 18,41%, sedangkan nilai terendah pada
briket tersebut. Tinggi rendahnya kadar briket 60SB:20SP:20TK sebesar 12,39%.
volatil sangat bergantung pada jenis bahan Hasil pengujian fixed carbon semua variasi
baku yang digunakan. Hasil pengujian briket dapat dilihat pada Gambar 10.
kadar volatil semua variasi briket dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Kadar Volatil Variasi Briket Tingginya nilai fixed carbon pada
Kadar volatil dalam penelitian ini briket 100TK ini disebabkan tingginya
berkisar antara 70,02-79,92%. Kadar volatil kandungan lignin dalam tempurung kelapa.
tertinggi didapat pada briket Menurut penelitian Komarayati et al (2004),
20SB:20SP:60TK sebesar 79,92%, semakin tinggi lignin yang terkandung
sedangkan kadar volatil terendah didapat dalam bahan baku briket menyebabkan
pada briket 100SB sebesar 70,02%. semakin besar nilai karbon terikatnya.
Tingginya kadar volatil briket Selain itu, dari pengujian bahan baku,
20SB:20SP:60TK disebabkan adanya didapat hasil yang menunjukkan bahwa
penambahan komposisi sampah plastik tempurung kelapa menghasilkan kadar
HDPE dan tingginya komposisi tempurung fixed carbon tertinggi dibandingkan dengan
kelapa dalam variasi briket. Hal ini dua bahan baku lainnya, yaitu sebesar
dibuktikan dengan pengujian bahan baku, 2,11%.
dimana sampah plastik HDPE
menghasilkan kadar volatil tertinggi sebesar Kadar Abu
98,60%, diikuti dengan tempurung kelapa Kadar abu merupakan unsur
yang menghasilkan kadar volatil sebesar pengotor, sehingga kadar abu yang tinggi
82,68%. akan berpengaruh pada tingkat korosi alat-
Briket dengan penambahan 20% alat yang digunakan yang menyebabkan
sampah plastik HDPE ditunjukkan dari alat akan cepat rusak. Dari Gambar 11
grafik 4 sampai 6, menghasilkan kadar terlihat kadar abu arang sampah buah lebih
volatil berkisar antara 77,11-79,92%, tinggi dibandingkan kadar abu arang
sedangkan variasi briket yang tidak tempurung kelapa, yaitu sebesar 4,86%.
Dari grafik 4 sampai grafik 6 pada gambar
Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 10
11, terjadi kecenderungan penurunan kadar
abu dengan semakin berkurangnya
komposisi sampah buah dalam variasi
briket. Hal ini disebabkan sampah buah
merupakan bahan baku yang diperkirakan
memiliki kandungan mineral-mineral yang
tinggi seperti kalsium, kalium, silikat dan
yang lainnya, sehingga menghasilkan abu
sisa pembakaran lebih banyak.
11 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
Harga nilai kalor yang diperoleh untuk semua
Harga briket berkisar antara 4.549 -7.213 kal/g.
per kg
Variasi Briket per kal Dalam Permen ESDM No. 047
Briket
(Rp/kkal) Tahun 2006, ketentuan untuk kadar volatil
(Rp/kg)
100SB 3,93 0,86 tidak ditetapkan dengan angka yang
100TK 4,05 0,59 spesifik, namun standar disesuaikan
50SB:50TK 3,96 0,67 dengan bahan baku. Kadar volatil yang
60SB:20SP:20TK 3,93 0,58 didapat pada penelitian ini cukup tinggi,
40SB:20SP:40TK 4,00 0,58 selain dikarenakan adanya penambahan
20SB:20SP:60TK 4,05 0,56 sampah plastik HDPE, juga disebabkan
Pada Tabel 1, terlihat biaya oleh tempurung kelapa, yang diketahui
pembuatan briket terbesar per kkal adalah menghasilkan kadar volatil tinggi.
briket 100SB dan biaya pembuatan briket Untuk paremeter kuat tekan, hasil
terkecil per kkal adalah briket yang diperoleh dalam penelitian ini belum
20SB:20SP:60TK. Data harga bahan bakar memenuhi Permen ESDM No. 047 Tahun
lain dapat dilihat pada Tabel 2. 2006. Hal ini dikarenakan pada Permen
Tabel 2. Harga Bahan Bakar ESDM No. 047 Tahun 2006, standar
Harga ketetapan mengacu pada briket bio-
No. Bahan Bakar batubara. Briket bio-batubara merupakan
(Rp/kkal)
campuran antara biomassa dan batubara,
1. Minyak tanah 0,73 dimana batubara diketahui memiliki struktur
2. Elpiji 0,25
yang lebih padat serta kuat tekan yang
lebih baik dibandingkan biomassa.
3. Briket batubara 0,56 Persyaratan kuat tekan untuk briket bio-
2
Sumber: Radita (2009) batubara minimal 65 kg/cm , sedangkan
kuat tekan briket dalam penelitian ini
Variasi briket dengan penambahan 2
berkisar antara 0,88-6,87 kg/cm . Namun
komposisi sampah plastik HDPE
jika dibandingkan dengan penelitian
menghasilkan biaya sebesar Rp. 0,56/kkal-
tentang briket bioarang di beberapa negara,
Rp 0,58/kkal. Jika dibandingkan dengan
kuat tekan yang dihasilkan juga lebih kecil
harga beberapa bahan bakar seperti yang 2
yaitu berkisar 12-60 kg/cm , seperti terlihat
tercantum pada Tabel 2, diketahui harga
pada Tabel 3.
briket ini lebih murah dibandingkan dengan
Parameter lain yang diuji pada
harga minyak tanah yang berkisar Rp.
penelitian ini seperti fixed carbon, kadar
0,73/kkal dan hampir setara dengan harga
abu dan kerapatan tidak terdapat
batubara yang berkisar Rp. 0,56/kkal.
ketentuannya dalam Permen ESDM No.
Namun harga briket pada penelitian ini
047 Tahun 2006. Oleh karena itu
melebihi harga LPG yang berkisar Rp.
perbandingan dilakukan dengan penelitian
0,25/kkal. Dibandingkan dengan harga LPG
terkait yang menggunakan bahan baku
per kkal-nya, produk briket ini dinilai kurang
yang hampir sama. Perbandingan
ekonomis. Namun jika dibandingkan
dilakukan dengan penelitian Anggraini
dengan harga minyak tanah dan batubara
(2005) yang menggunakan bahan baku
per kkal-nya, produk briket ini dinilai lebih
briket dari komposit sampah plastik HDPE
ekonomis sehingga dapat dijadikan sebagai
dan sampah kebun, serta penelitian Hendra
alternatif pengganti minyak tanah dan
(2007) yang menggunakan campuran
batubara di rumah tangga.
limbah kayu gergajian dan sebetan kayu
Perbandingan dengan Baku Mutu dan
sebagai bahan baku. Dari hasil
Beberapa Penelitian Terkait
perbandingan didapatkan mutu briket pada
Hasil penelitian briket bioarang ini
penelitian ini sudah lebih baik. Kerapatan
dibandingkan dengan Permen ESDM No.
yang dihasilkan briket pada penelitian
047 Tahun 2006 tentang briket bio- 2
Hendra (2007) berkisar 0,46 – 0,71 g/cm ,
barubara, dikarenakan belum adanya
sedangkan dalam penelitian ini lebih tinggi
standar untuk briket bioarang. Semua 3
yaitu 0,60-0,89 g/cm . Untuk parameter
variasi briket pada penelitian ini telah
fixed carbon dalam penelitian ini juga lebih
memenuhi standar yang dipersyaratkan
tinggi dibandingkan dengan penelitian
dalam Permen ESDM No. 047 Tahun 2006
Anggraini (2005). Fixed carbon penelitian
untuk parameter kadar air dan nilai kalor.
ini berkisar 12,39-18,41%, sedangkan
Kadar air maksimum yang diperbolehkan
penelitian Anggraini (2005) berkisar 2,89-
untuk briket adalah 15%. Kadar air yang
3,50%. Nilai kadar abu briket dalam
didapat dari variasi briket dalam penelitian
penelitian ini juga sudah lebih rendah
ini berkisar antara 5,73-9,06%. Nilai kalor
dibandingkan dengan peneltian Anggraini
yang dipersyaratkan untuk biobriket
(2005). Nilai kadar abu briket penelitian ini
minimal 4.400 kal/g. Dalam penelitian ini,
berkisar 1,47-4,86%, sedangkan briket
Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 12
pada penelitian Anggraini (2005).berkisar dibandingkan briket variasi lain. Selanjutnya
37,28-38,96%. diikuti dengan briket 100TK, briket
Pemilihan Briket Optimum 40SB:20SP:40TK dan briket
Berdasarkan hasil penelitian, 60SB:20SP:20TK dengan nilai yang tidak
diketahui briket optimum pada penelitian ini berbeda signifikan. Briket yang memiliki
adalah briket 20SB:20SP:60TK. Hal ini komposisi sampah plastik HDPE, memiliki
disebabkan briket 20SB:20SP:60TK nilai yang tidak jauh berbeda satu sama
memiliki keunggulan terbanyak, lainnya. Oleh karena itu, dua variasi briket
diantaranya nilai kerapatan tinggi, kuat lain yang mengandung plastik HDPE juga
tekan tinggi, kadar air rendah, fixed carbon dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
tinggi, kadar abu rendah, nilai kalor tertinggi alternatif karena nilai yang dihasilkan tidak
serta harga briket termurah jika jauh berbeda dengan briket optimum.
Tabel 3. Standar Kualitas Bioarang
Kualitas Briket Arang
Sifat Briket Arang
Jepang Inggris Amerika Indonesia
Kadar air (%) 6-8 3-4 6 7.75
Kadar abu (%) 3-6 5.51
Kadar zat menguap (%) 15-30 16.14
Kadar karbon terikat (%) 60-80 78.35
3
Kerapatan (g/cm ) 1-2 0.84 8-10 18
2
Kuat tekan (kg/cm ) 60 12.7 16 19
Nilai kalor (kal/g) 6000-7000 6500 75 58
Sumber: Hendra dan Sumber: * Anggraini, 2005 ** Hendra, 2007
13 Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023
Penelitian Hasil Hutan Vol. 22
No.1.
Listiyanawati, D. 2008. Eko Briket dari
Sampah Plastik dan
Lignoselulosa sebagai Alternatif
Bahan Bakar. Tesis Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP–ITS,
Surabaya.
PERMEN ESDM No. 047 Tahun 2006.
Pedoman Pembuatan dan
Pemanfaatan Briket Batubara
dan Bahan Bakar Padat Berbasis
Batubara.
Prasetiyo, 2008. Eco-Briquette Dari
Komposit Sampah Plastik High
Density Polyethylene dan
Sampah Lignoselulosa .Tugas
Akhir, Jurusan Teknik
Lingkungan, FTSP, Institut
Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.
Jurnal PRESIPITASI Vol. 14 No.1 Maret 2017, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-0023 14