You are on page 1of 19

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

MENINJAU KEMBALI SEBERAPA PENTING TARGET INFLASI BANK


INDONESIA DALAM MENGONTROL LAJU INFLASI

Rachman Hakim
hakim_rachman@ymail.com
Universitas Madura

ABSTRACT

Inflation is a crucial issue for a development country such as Indonesia. To solve the problem of inflation, Bank
Indonesia as the monetary policy actors trying to adopt inflation targeting system. Every year Bank Indonesia
announced its inflation target with the goal of keeping actual inflation will also lead there. However, the results
obtained are less appropriate expectations for Bank Indonesia's inflation target is often off the mark. It is
interesting to discuss the actual extent of the inflation target can affect the rate of inflation. Many disagreements
related to it. This study wanted to reveal how the influence of the inflation target to actual inflation rate,
especially in Indonesia. The method used is multiple linear regression. In addition to the inflation target, there
are other variables to be studied its effect on the rate of actual inflation, ie inflation earlier period, inflation
expectations and the Gross Domestic Product (GDP). The results showed that previous periods of inflation,
inflation expectations and GDP significantly influence the rate of inflation. In contrast, Bank Indonesia's
inflation target does not significantly influence the rate of inflation in Indonesia. This can happen due to the lack
of credibility of Bank Indonesia in front of Indonesian, especially in the application of inflation targeting.

Key words: inflation targeting, the rate of actual inflation, bank Indonesia

ABSTRAK

Inflasi termasuk masalah krusial bagi negara berkembang seperti Indonesia. Untuk mengatasi
masalah inflasi, Bank Indonesia selaku pelaku kebijakan moneter mencoba untuk menganut sistem
inflation targeting. Setiap tahun Bank Indonesia mengumumkan target inflasinya dengan harapan
inflasi aktual juga akan mengarah kesana, akan tetapi, hasil yang diperoleh kurang sesuai harapan
karena target inflasi Bank Indonesia seringkali melenceng. Menarik untuk membahas sebenarnya
sejauh mana target inflasi bisa mempengaruhi laju inflasi. Banyak perbedaan pendapat terkait hal
tersebut. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana pengaruh target inflasi terhadap laju inflasi
aktual terutama di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Selain target
inflasi, ada variabel lain yang akan diteliti pengaruhnya terhadap laju inflasi aktual yaitu inflasi
periode sebelumnya, ekspektasi inflasi dan Gross Domestic Product (GDP). Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa inflasi periode sebelumnya, ekspektasi inflasi dan GDP berpengaruh secara signifikan
terhadap laju inflasi. Sebaliknya, target inflasi Bank Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap
laju inflasi di Indonesia. Hal tersebut terjadi bisa dikarenakan kurangnya kredibilitas Bank Indonesia
di mata masyarakat Indonesia, terutama dalam penerapan inflation targeting.

Kata kunci: target inflasi, laju inflasi aktual, Bank Indonesia

PENDAHULUAN dengan kejadian-kejadian terkait inflasi


Bukan rahasia umum jika laju inflasi yang sepertinya terlihat rutin terjadi setiap
sangat sulit dikendalikan, terutama di ne- tahun, akan tetapi, hal ini terlihat belum
gara berkembang seperti halnya Indonesia. banyak memberi pelajaran berarti karena
Kita seperti hampir kehabisan akal untuk laju inflasi masih cenderung tidak ter-
mengatasi masalah inflasi. Padahal, Indo- kontrol. Terbukti dari target inflasi Bank
nesia sudah cukup sering berhadapan Indonesia yang seringkali melenceng dari

53
54 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

sasaran atau jika dibandingkan dengan Indonesia menjadi tidak bebas untuk me-
inflasi aktual. lakukan penyesuaian yang diperlukan un-
Bank Indonesia bukannya berdiam diri tuk merespon perubahan terhadap berbagai
menghadapi masalah tersebut. Untuk me- faktor yang menyebabkan inflasi termasuk
ngatasi masalah inflasi, sejak tahun 2000an perkembangan di sektor keuangan yang
Bank Indonesia sudah menggunakan ke- pada umumnya sangat dinamis.
rangka kebijakan Inflation Targeting Frame- Kelemahan fundamental lain dengan
work (ITF). Berlakunya UU No. 23 Tahun mengumumkan target inflasi dan base money
1999 menjadi landasan hukum yang kuat pada saat yang sama adalah bahwa secara
bagi Bank Indonesia untuk menerapkan implisit Bank Indonesia mengakui hubung-
suatu kerangka kebijakan moneter berdasar- an antara base money dan inflasi adalah jenis
kan pendekatan ITF, akan tetapi, sebenar- hubungan one-to-one dan juga cenderung
nya undang-undang tidak mengamanatkan tidak mempunyai tenggang waktu atau time
Bank Indonesia untuk mengadopsi suatu lag kebijakan. Asumsi ini jelas bertolak
kerangka kebijakan berdasarkan ITF. UU belakang dengan kesimpulan umum dalam
No. 23 Tahun 1999 hanya mengarahkan wacana kebijakan moneter mutakhir di-
agar Bank Indonesia menjadi lembaga inde- mana hubungan besaran moneter dengan
penden yang mempunyai peran tunggal, variabel riil menjadi semakin tidak stabil,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan dan tenggang waktu kebijakan adalah hal
nilai rupiah. Secara implisit maksudnya penting yang harus diantisipasi oleh setiap
menjaga kestabilan harga. Atau dengan kata perumus kebijakan moneter. Apabila asum-
lain, sasaran tunggal Bank Indonesia yaitu si implisit di atas pada kenyataannya tidak
inflasi (Pohan, 2008). berlaku, kerangka formal kebijakan moneter
Pengadopsian kerangka kebijakan ITF sesungguhnya menggunakan dua kerangka
merupakan pilihan Bank Indonesia sebagai berbeda pada saat yang sama, yaitu ke-
otoritas moneter. Setelah UU No. 23 Tahun rangka inflation targeting dan kerangka base
1999 diberlakukan, Bank Indonesia meng- money targeting.
umumkan target inflasi dengan kurun wak- Selain kerancuan antara kerangka infla-
tu setahun ke depan. Akan tetapi, dalam tion targeting dan kerangka base money tar-
implementasi kebijakan moneter yang di- geting, pada saat itu kerangka kebijakan mo-
ambil, Bank Indonesia masih terus meng- neter dalam praktiknya memiliki komplek-
gunakan uang primer atau base money se- sitas tambahan. Dalam beberapa pernyata-
bagai target operasional, sebagaimana telah annya, Bank Indonesia seringkali mengait
dilakukan sebelumnya. Hal ini menjadi kan setiap kebijakannya dengan tujuan lain
masalah yang mendasar. Tidak lazim apa selain inflasi, misal untuk mengarahkan
yang dilakukan Bank Indonesia dengan nilai tukar pada level tertentu atau untuk
mengumumkan kedua target tersebut (tar- mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
get inflasi dan uang primer) pada saat yang Memang sangat relevan bagi suatu negara
sama di awal tahun. Pada umumnya, ne- berkembang untuk memberi perhatian atas
gara yang mengadopsi kerangka ITF hanya variabel lain selain inflasi, namun bagi
target inflasi saja yang diumumkan secara negara berkembang yang menerapkan ITF,
eksplisit, sedangkan target operasional tujuan selain inflasi harusnya menjadi sub-
diumumkan setiap selesai rapat monetary ordinat. Tampaknya belum ada urutan
board dengan memerhatikan berbagai faktor prioritas yang jelas dalam kerangka kebijak-
yang memengaruhi tekanan pada inflasi. an moneter Bank Indonesia.
Dengan mengumumkan target operasi Banyak sekali permasalahan yang di-
pada awal tahun, sesungguhnya kebijakan hadapi Bank Indonesia pada masa awal
moneter Bank Indonesia pada tahun ber- penggunaan ITF. Hal ini mengakibatkan
jalan akan terkendala sejak awal. Bank target inflasi Bank Indonesia menjadi tidak
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 55

kredibel di masyarakat, keberadaan target Indonesia. Mengingat banyaknya jumlah


inflasi Bank Indonesia belum terasa ke- permasalahan yang dihadapi dalam pe-
beradaannya. Tidak jelasnya kerangka ke- nerapan kerangka kebijakan inflation target-
bijakan moneter yang diadopsi oleh Bank ing lite dan juga tidak tepatnya pilihan jika
Indonesia dikategorikan sebagai inflation menerapkan rezim nilai tukar maka sejak
targeting lite (ITL). Bank Indonesia di- tahun 2004 Bank Indonesia lebih memilih
kelompokkan ke dalam bank sentral without untuk mulai berkomitmen penuh dalam
clear commitment, dimana kebijakan moneter tujuan mengatur laju inflasi. Ini ditandai
Bank Indonesia dianggap memiliki tiga dengan berubahnya kerangka kebijakan
tujuan, yaitu inflasi, suku bunga riil, dan Bank Indonesia dari Inflation Targeting Lite
pertumbuhan base money. Ini menunjukkan menjadi Full-fledged Inflation Targeting
bahwa kerangka inflation targeting lite (FFIT). Undang-undang No. 3 Tahun 2004
memiliki komitmen yang rendah terhadap Pasal 7 merupakan dasar perubahan rerang-
pencapaian target inflasi dan memiliki ciri ka kebijakan tersebut. Sejak berlakunya
kurang transparannya pengambilan kebijak- undang-undang tersebut, Bank Indonesia
an moneter. bisa dibilang telah menganut Inflation
Melihat sejumlah kelemahan yang ada Targeting Framework secara penuh (Harman-
dalam kerangka kebijakan inflation targeting ta et al., 2011). Carare dan Stone menyatakan
lite tersebut, pada akhirnya dirasa perlu sejumlah alasan kenapa Bank Indonesia
untuk mulai berpindah kepada kerangka perlu untuk beralih pada penerapan Full-
kebijakan moneter yang lebih jelas dengan fledged Inflation Targeting (Pohan, 2008).
satu patokan nominal atau satu tujuan yang Pertama, dengan penerapan Full-fledged
jelas tanpa terikat untuk mencapai tujuan Inflation Targeting (FFIT) akan memperjelas
yang lain. Pilihannya adalah dengan meng- komitmen Bank Indonesia dalam mengen-
gunakan nilai tukar sebagai anchor seperti dalikan inflasi dan menggunakan inflasi
pegged exchange rate, currency board dan sebagai satu-satunya nominal anchor. Ke-
dolarisasi; atau Full-fledged Inflation Target- jelasan ini diperlukan mengingat sebelum-
ing. nya pada periode inflation targeting lite (ITL)
Rezim nilai tukar tetap dengan segala masyarakat sudah seringkali melihat ada-
macam jenisnya memiliki banyak kelemah- nya anchor yang lain seperti target base
an terutama sangat rawan terhadap serang- money, suku bunga riil maupun nilai tukar.
an spekulasi, terutama jika kredibilitas bank Kedua, penerapan Full-fledged Inflation
sentral dalam mempertahankan nilai tukar Targeting (FFIT) bisa menjadi salah satu cara
tetap masih rendah. Jumlah cadangan devi- untuk mengembalikan kredibilitas Bank
sa juga terbatas untuk menghadapi serang- Indonesia sebagai pengendali inflasi, tentu-
an spekulasi maupun kondisi perbankan nya melalui komitmen pencapaian target
yang masih lemah menjadi kendala bagi inflasi. Tanpa kejelasan anchor yang akan
bank sentral untuk mempertahankan nilai digunakan, akan mudah sekali Bank Indo-
tukar melalui kenaikan suku bunga. Di- nesia terjebak pada masalah “time inconsis-
samping itu, rezim nilai tukar tetap juga tency”. Melakukan kebijakan moneter se-
dapat menyebabkan kebijakan moneter bagai upaya untuk mendorong pertumbuh-
kehilangan independensi dalam menjalan- an ekonomi dalam jangka pendek, namun
kan kebijakan moneter untuk mengatasi memiliki dampak negatif pada inflasi dalam
siklus perekonomian domestik. Dolarisasi jangka panjang yang digunakan masyarakat
juga bukan termasuk pilihan yang menarik sebagai anchor ekspektasi inflasi. Jika hal ini
mengingat rezim ini akan mengganti mata terjadi maka kredibilitas Bank Indonesia
uang nasional (Pohan, 2008). yang sudah mulai pulih pasca krisis 1998
Pada simpulan nya, rezim nilai tukar akan kembali menurun. Kredibilitas tentu
dianggap belum cocok untuk diterapkan di sangat dibutuhkan Bank Indonesia karena
56 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

dapat mempengaruhi publik dalam mem- 7 adalah rezim Inflation Targeting Lite selain
buat ekspektasi inflasi. mengumumkan target inflasi masih disertai
Ketiga, keberhasilan penerapan Full- dengan komitmen untuk mencapai tujuan
fledged Inflation Targeting di negara ber- lain seperti aggregat moneter dan nilai
kembang membantu negara tersebut me- tukar. Sementara itu dalam Full-fledged Infla-
ngurangi masalah currency mismatch, sebuah tion Targeting, tujuan selain inflasi hanya
permasalahan yang sering menjadi pe- menjadi subordinat. Harapannya tentu agar
nyebab krisis nilai tukar di negara ber- Bank Indonesia lebih fokus dalam mengatur
kembang seperti di Indonesia dan sejumlah laju inflasi. Seiring berjalannya waktu, tentu
negara Asia ketika terjadi krisis pada tahun banyak pertanyaan yang menghampiri, apa-
1997-1998. Salah satu alasan kenapa investor kah benar kerangka kebijakan moneter yang
asing enggan memberi pinjaman dalam sudah dipraktekkan mampu mengontrol
mata uang lokal karena resiko mata uang- laju inflasi. Seberapa penting penggunaan
nya yang terlalu berlebihan. Tanpa rerangka target inflasi dalam usaha untuk mengatur
kebijakan yang jelas, sulit bagi investor laju inflasi. Banyak sekali pendapat yang
untuk menilai resiko mata uang bahkan bermunculan terkait hal ini. Solanes dan
lebih sulit dibandingkan dengan menilai Flores (2009) berpendapat bahwa target
resiko kredit. Kerangka target inflasi de- inflasi berpengaruh terhadap pembentukan
ngan komitmen kuat untuk mencapai inflasi inflasi. Bahkan penelitiannya ini dilakukan
yang rendah termasuk salah satu jawaban di 18 negara Amerika Latin. Hasil penelitian
untuk mengatasi masalah tersebut. Solanes dan Flores (2009) mendapat duku-
Keempat, formula kebijakan Full-fledged ngan dari beberapa peneliti lain, seperti
Inflation Targeting bersifat forward looking Vega dan Winkleried (2005), Ftiti dan Walid
sesuai dengan fakta bahwa dampak kebijak- (2013), Romdhane dan Mensi (2014), dan
an moneter terhadap inflasi memerlukan masih banyak lagi. Sebagian besar sepakat
time lag yang cukup panjang. Penerapan bahwa target inflasi sangat menentukan
Full-fledged Inflation Targeting akan meng- dalam proses untuk mengontrol laju inflasi.
ubah proses pengambilan keputusan ke- Parkin (2013) juga memiliki pendapat
bijakan moneter sebelumnya yang masih yang tidak jauh berbeda. Parkin mengata-
bersifat backward looking. Kelima, pengala- kan secara lebih spesifik bahwa target
man sejumlah negara maju ataupun ber- inflasi yang fleksibel, dapat dipercaya, dan
kembang menunjukkan keberhasilan peng- disampaikan secara transparan, bisa men-
gunaan target inflasi. Keberhasilan itu jadi hal yang baik dalam usaha untuk men-
ditunjukkan oleh pencapaian inflasi yang jaga agar inflasi tetap rendah, akan tetapi,
lebih rendah setelah penerapan target inflasi selain penelitian-penelitian yang mendu-
dibandingkan dengan inflasi yang terjadi kung adanya pengaruh target inflasi dalam
sebelum menggunakan kerangka kerja tar- mengontrol laju inflasi, ternyata ada peneliti
get inflasi. Selain itu, target inflasi terbukti lain yang kurang bersepakat dengan pen-
mampu menurunkan ekspektasi inflasi dapat tersebut. Dalam penelitiannya, Wil-
meski tidak seketika, karena pembentukan lard (2006) menyatakan bahwa secara
kredibilitas biasanya terjadi secara bertahap. umum target inflasi pengaruhnya kecil dan
Kelima hal inilah yang bisa dijadikan alasan tidak signifikan terhadap terbentuknya in-
kenapa perlu bagi Bank Indonesia untuk flasi. Hal ini tentu sangat bertentangan
beralih dari Inflation Targeting Lite menuju dengan pendapat-pendapat sebelumnya.
Full-fledged Inflation Targeting. Tugcu dan Ozturk (2015) juga memiliki
Perbedaan mendasar antara Inflation pendapat yang agak berbeda. Tugcu dan
Targeting Lite yang digunakan pasca UU No. Ozturk menyatakan dampak target inflasi
23 Tahun 1999 dengan Full-fledged Inflation terhadap laju inflasi masih membingung-
Targeting pasca UU No. 3 Tahun 2004 Pasal kan, artinya bisa jadi ada pengaruh dan bisa
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 57

pula tidak ada pengaruh. Dengan kata lain, rerangka kerja yang dinamakan Inflation
tidak ada jawaban pasti terkait pengaruh Targeting Framework (ITF). Dengan kerangka
target inflasi terhadap laju inflasi. Dengan ini, setiap tahunnya Bank Indonesia secara
ini sudah ada tiga pendapat yang berbeda eksplisit mengumumkan target inflasi ke-
terkait permasalahan tersebut. Hal ini me- pada publik dan setiap kebijakan moneter
nunjukkan adanya banyak perbedaan pen- yang diambil akan diarahkan untuk men-
dapat terkait pengaruh target inflasi dalam capai target inflasi tersebut. Kebijakan
mengontrol laju inflasi aktual, sekaligus moneter tersebut dilakukan secara forward
menjadi landasan kenapa penelitian terkait looking, artinya perubahan stance kebijakan
pengaruh target inflasi terhadap laju inflasi moneter dilakukan melalui evaluasi apakah
masih layak untuk diteliti lebih lanjut perkembangan inflasi ke depan masih se-
terutama di Indonesia yang juga menganut suai dengan target inflasi yang telah di-
kerangka kebijakan Inflation Targeting canangkan (Bank Indonesia, 2016). Dengan
Framework (ITF). kata lain, evaluasi terkait target inflasi yang
Berdasarkan uraian di atas, bisa dikata- telah ditetapkan bisa jadi dilakukan jika
kan bahwa target inflasi belum diketahui situasi yang berkembang mengharuskan
secara pasti pengaruhnya terhadap proses Bank Indonesia untuk melakukan itu.
terbentuknya laju inflasi. Hal ini tentu Mishkin mengatakan bahwa terdapat
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Masih lima karakteristik Inflation Targeting Frame-
ada pertanyaan yang besar terkait hal ter- work (Pohan, 2008), yaitu: (1) pengumuman
sebut sehingga perlu dicari tahu jawaban- target inflasi jangka menengah kepada
nya, oleh karena itu, maka rumusan masa- publik; (2) adanya komitmen pada stabili-
lah dari penelitian ini adalah apakah target tas harga sebagai sasaran utama jangka pan-
inflasi Bank Indonesia memiliki pengaruh jang dari kebijakan moneter, dan komitmen
terhadap laju inflasi di Indonesia. Selain itu, untuk mencapai target inflasi; (3) strategi
ada variabel lain yang tidak bisa diabaikan yang menggunakan semua informasi me-
pengaruhnya terhadap laju inflasi, yaitu ngenai perkembangan sejumlah variabel
ekspektasi inflasi, inflasi periode sebelum- ekonomi selain agregat moneter sebagai
nya, dan output gap. Variabel-variabel ini masukan dalam memformulasikan kebijak-
juga akan dilihat pengaruhnya terhadap an moneter; (4) transparansi dalam strategi
laju inflasi. Secara total akan ada empat kebijakan moneter melalui komunikasi efek-
variabel bebas. Tetapi fokus penelitian ini tif dengan publik dan pelaku pasar perihal
adalah variabel target inflasi. rencana dan tujuan pengambilan kebijakan;
Penelitian ini bertujuan untuk meng- 5 akuntabilitas dari bank sentral dalam pen-
ukur seberapa besar target inflasi yang capaian target inflasi. Secara legal, sesuai
setiap tahunnya ditetapkan oleh Bank Indo- UU BI tahun 1999 telah diberikan landasan
nesia berperan dalam mengontrol laju yang kuat bagi penerapan target inflasi ter-
inflasi di Indonesia, akan tetapi, nantinya sebut, terutama dari segi kebijakan moneter,
juga akan diukur pengaruh variabel lainnya independensi dalam eksekusi kebijakan
yang memang selama ini dianggap me- moneter, tidak ada dominasi fiskal, dan
miliki kaitan erat dengan laju inflasi. transparansi serta akuntabilitas.
Variabel-variabel tersebut adalah ekspektasi Untuk mendukung berjalannya rerang-
inflasi, inflasi periode sebelumnya, dan ka kebijakan ITF tersebut, diperlukan ada-
output gap. nya prasyarat tertentu atau dapat disebut
juga dengan elemen-elemen penting dalam
TINJAUAN TEORETIS penggunaan kerangka ITF.
Target Inflasi Elemen penting ITF tersebut dapat di-
Dalam melaksanakan kebijakan mone- bagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) ke-
ter, Bank Indonesia menganut sebuah rangka institusional (mandat, independensi,
58 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

akuntabilitas dan transparansi); (2) kestabil- tinggi. Cara yang dapat ditempuh antara
an kondisi ekonomi makro; dan( 3) isu lain melalui proses transparansi dan
operasional yang meliputi target inflasi akuntabilitas kebijakan moneter. Kunci ke-
(jenis, bentuk, level, dan jangka waktu berhasilan dalam penerapan kerangka ke-
sasaran inflasi serta peran escape clause), bijakan ITF, bank sentral dituntut untuk
proyeksi inflasi, respon kebijakan moneter dapat bekerja secara transparan dan akun-
dan kerangka operasional. tabel. Bank sentral penganut ITF dituntut
untuk terbuka dan dapat mempertanggung
Kerangka Institusional jawabkan kebijakan yang telah dilakukan
Kerangka institusional merupakan pra- dalam rangka pencapaian target inflasi
syarat yang mutlak diperlukan bagi bank (akuntabel).
sentral yang ingin menerapkan ITF. Pada
umumnya, kerangka institusional terdiri Kestabilan Kondisi Ekonomi Makro
atas: kerangka legal bank sentral (mandat Selain kerangka institusional, dalam
dan independensi), serta transparansi dan penerapan ITF idealnya juga diperlukan
akuntabilitas. Dalam praktiknya, bank sen- adanya kestabilan kondisi ekonomi makro.
tral harus memiliki mandat dan inde- Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
pendensi agar kebijakannya bisa fokus da- guna menjamin pencapaian kestabilan
lam rangka pencapaian target inflasi. Hal ini kondisi ekonomi makro adalah tidak terjadi
bertujuan untuk menjamin berjalannya dan dominasi fiskal, kestabilan, dan kebijakan
didapatnya kredibilitas ITF. (a) Mandat, nilai tukar serta kestabilan dan perkem-
Karakteristik utama kerangka kebijakan ITF bangan sistem keuangan. (a) Tidak Terjadi
adalah adanya suatu mandat yang me- Dominasi Fiskal, Sehat dan kuatnya sektor
netapkan target inflasi sebagai tujuan utama fiskal merupakan prakondisi makro ekono-
kebijakan moneter dan tidak dapat didomi- mi yang sangat diperlukan dalam men-
nasi oleh sasaran kebijakan moneter lain- dukung efektivitas kebijakan moneter.
nya; (b) Independensi, Dalam penerapan Prakondisi ini akan jadi lebih penting dalam
kerangka ITF, independensi yang harus di- menerapkan kerangka target inflasi, meng-
miliki oleh bank sentral adalah instrumen ingat adanya target inflasi yang perlu
dan target yang independen. Agar dapat dicapai oleh kebijakan moneter pada batas
melaksanakan mandat kebijakan moneter waktu akhir periode yang dijanjikan. Ba-
dengan baik, bank sentral memerlukan nyak faktor yang akan mempengaruhi pen-
independensi dalam hal pemilihan dan capaian target inflasi, dimana kebijakan
penggunaan instrumen moneter. Inde- fiskal merupakan salah satu diantaranya.
pendensi merupakan konsekuensi yang Tekanan terhadap inflasi dapat disebabkan
logis dari pemberian mandat untuk men- karena kebijakan harga yang ditentukan
capai target inflasi, dimana bank sentral oleh pemerintah (administred price) seperti
diberikan wewenang penuh untuk meng- tarif angkutan, tarif listrik atau harga be-
gunakan segala kemampuan yang dimiliki- berapa jenis bahan bakar minyak. Ke-
nya tanpa adanya campur tangan dari pihak lompok barang dan jasa tersebut memiliki
lain dalam rangka pencapaian target inflasi; bobot yang besar dalam pembentukan
(c) Akuntabilitas dan Transparansi, Selain indeks harga konsumen (IHK), shock harga
mandat dan independensi, bank sentral juga yang terjadi pada kelompok tersebut bisa
memerlukan kredibilitas kebijakan moneter menyebabkan terjadinya pergerakan inflasi.
atau dapat juga disebut reputasi kebijakan Pemerintah juga dapat mempengaruhi
anti inflasi. Akan tetapi, upaya untuk mem- pencapaian target inflasi dengan kebijakan
bentuk kredibilitas bukanlah perkara mu- pembiayaan defisit fiskal yang dilakukan
dah terutama di negara dengan tingkat dengan penambahan jumlah uang yang
inflasi yang sering berada pada level yang beredar; (b) Kestabilan dan Kebijakan Nilai
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 59

Tukar, Kondisi nilai tukar mempunyai Inflasi, Salah satu karakteristik yang mem-
peran penting bagi negara yang menganut bedakan kerangka kebijakan moneter infla-
ITF dalam perekonomian terbuka. Ini di- tion targeting dengan kerangka kebijakan
karenakan adanya pengaruh fluktuasi nilai lainnya, yaitu bank sentral mengumumkan
tukar terhadap variabel sasaran kebijakan target inflasi secara eksplisit (jelas) kepada
moneter (terutama inflasi) melalui berbagai publik dalam setiap periode tertentu, biasa-
channel, baik secara langsung maupun dua nya target inflasi tahunan. Dalam menentu-
channel tidak langsung yang mempengaruhi kan target inflasi tersebut, berdasarkan
permintaan agregat dan penawaran agregat, pengalaman di sejumlah negara terdapat
akan mempunyai dampak yang cukup beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
besar dalam pembentukan inflasi. Kondisi jenis sasaran, bentuk sasaran, level sasaran,
nilai tukar yang stabil akan sangat mem- jangka waktu sasaran, dan escape clause.
bantu Bank Indonesia untuk dapat lebih Jenis sasaran: Mengingat pentingnya pen-
memfokuskan kebijakannya dalam pen- capaian target inflasi bagi bank sentral,
capaian target inflasi yang ditetapkan tanpa dalam penetapan target inflasinya tersebut,
harus memikirkan kebijakan untuk meng- bank sentral perlu mempertimbangkan jenis
atur nilai tukar. Pergerakan nilai tukar riil inflasi yang digunakan sebagai target. Ideal-
akan mempengaruhi permintaan agregat nya, jenis inflasi yang dipilih adalah indi-
(dengan lag tertentu) melalui respon konsu- kator harga yang dapat menjelaskan pe-
men terhadap perubahan harga relatif dan ngertian inflasi sebagaimana didefinisikan
output gap yang pada akhirnya akan mem- secara teori. Tujuannya agar tidak me-
pengaruhi laju inflasi. Sementara itu, fluktu- nimbulkan banyak interpretasi dan bisa
asi nilai tukar juga dapat mempengaruhi lebih dipahami oleh masyarakat pada
penawaran agregat (baik dengan atau tanpa umumnya. Jenis inflasi yang menjadi target
lag) karena ada hubungannya dengan biaya harusnya merupakan indikator yang harga
produksi yang tergantung dari harga ba- yang paling mencerminkan perkembangan
rang impor; (c) Stabilitas Sistem Keuangan, harga secara umum dan banyak digunakan
Adanya sistem dan pasar keuangan yang sebagai acuan dalam pengambilan keputus-
sehat diperlukan untuk dapat mempe- an oleh para pelaku ekonomi. Indikator
ngaruhi secara efektif tingkat pencapaian harga seperti inilah yang sering disebut
akhir dari sasaran kebijakan moneter se- dengan indikator harga yang memiliki
hingga kebijakan tersebut dapat ditrans- tingkat akseptabilitas yang tinggi. Kriteria
misikan dengan efektif ke sektor riil. De- akseptabilitas tersebut sangat penting kare-
ngan berjalannya proses transmisi tersebut, na pencapaian target inflasi akan menunjuk-
respon kebijakan moneter yang dituangkan kan peranan penting bank sentral dalam
dalam bentuk sasaran operasionalnya menciptakan kestabilan ekonomi makro,
(biasanya menggunakan suku bunga) dapat yang dalam hal ini ditunjukkan oleh ke-
menstimulasi variabel ekonomi yang lain mampuan bank sentral dalam mengendali-
lewat saluran-saluran transmisi yang ada kan laju inflasi. Selama ini, indikator yang
sehingga dampaknya pada sasaran akhir paling sering digunakan sebagai acuan oleh
akan sesuai dengan yang diperkirakan. pelaku ekonomi dalam melakukan peng-
ambilan keputusan adalah Indeks Harga
Isu Operasional Konsumen (IHK). Bentuk sasaran: Target
Memetakan konsep kerangka kebijakan inflasi idealnya berbentuk satuan angka
moneter dengan pendekatan ITF ke dalam (poin) karena mempunyai kelebihan antara
praktik operasional yang dilakukan oleh lain: secara eksternal, (1) lebih jelas, mudah
bank sentral merupakan isu yang kompleks. diingat, dan dimengerti publik; (2) men-
Isu operasional kerangka kebijakan ITF jelaskan komitmen bank sentral yang sangat
menyangkut hal-hal berikut ini. (a) Target tinggi; (3) lebih dapat mengarahkan ekspek-
60 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

tasi inflasi pelaku ekonomi. Sementara itu, meningkatkan natural rate of unemployment.
kelebihan untuk pihak internal: (1) mem- Argumen tentang pentingnya target inflasi
berikan fokus yang lebih jelas pada tataran yang lebih besar dari nol persen, yakni
operasional respons kebijakan moneter adanya kemungkinan yang lebih besar bagi
bank sentral; dan (2) lebih mendisiplinkan perekonomian untuk terhindar dari deflasi.
bank sentral pada pencapaian targetnya Fenomena deflasi merupakan hal yang di-
karena sudah memiliki acuan yang jelas khawatirkan oleh bank sentral di sejumlah
terkait target inflasi yang ingin dicapai. negara maju. Deflasi menjadi hal yang
Target inflasi dalam bentuk angka akan ditakutkan karena apabila terjadi dalam
menjadi fokus utama perhatian bank sentral waktu yang lama akan menyebabkan turun-
dan sekaligus menjadi tolak ukur yang jelas nya nilai riil kekayaan. Argumen lain ten-
bagi tercapai atau tidaknya target inflasi, tang pentingnya target inflasi yang rendah
namun, untuk mencapai target inflasi dalam dan stabil tidak berarti levelnya harus nol
bentuk angka tersebut bukanlah tugas yang persen. Karena dengan tingkat inflasi nol
mudah bagi bank sentral. Inflasi merupakan persen berarti bank sentral menargetkan
hasil interaksi permintaan dan penawaran price level stability, artinya tidak ada pe-
dalam perekonomian dimana banyak faktor rubahan harga samasekali dalam suatu
yang mempengaruhinya. Mengingat ada- periode tertentu. Padahal, pada prakteknya
nya ketidakpastian yang tinggi dalam pro- price level stability sulit dicapai oleh bank
ses pembentukan harga tersebut, penetepan sentral. Sampai saat ini, hampir tidak per-
target inflasi akan lebih realistis jika mem- nah ada negara yang menargetkan inflasi
pertimbangkan faktor ketidakpastian ter- nol persen. Kalaupun ada hanya sebagai
sebut. Formulasi target inflasi yang mem- batas bawah target inflasi yang menunjuk-
pertimbangkan faktor ketidakpastian dapat kan bahwa inflasi akan diupayakan bernilai
dilakukan misal dengan menetapkan target positif. Berdasarkan teori, ada tiga alasan
inflasi dalam bentuk kisaran dan apabila yang menjadi dasar pertimbangan mengapa
tetap menggunakan target inflasi dalam perlu inflasi yang bernilai positif dan
bentuk satuan maka penyajiannya di- rendah: (1) measurement bias; (2) downward
tambahkan dengan suatu deviasi tertentu. rigidity nominal wages dan price inertia; (3)
Level Sasaran: Secara teoretis, ITF ber- zero bound nominal interest rate dan deflati-
tujuan untuk mencapai tingkat inflasi yang onary spiral. Jangka Waktu Sasaran: Pada
rendah dan stabil. Pengalaman di sejumlah dasarnya kebijakan moneter dalam kerang-
negara yang menerapkan ITF antara lain ka ITF merupakan kebijakan moneter yang
menunjukkan bahwa target inflasi yang di- forward looking sehingga lebih bersifat anti-
tetapkan memiliki: (1) cukup rendah (pada sipatif. Dalam hal ini kebijakan moneter
umumnya satu digit), (2) memiliki gejolak dilakukan untuk merespons tekanan inflasi
inflasi yang rendah, (3) cukup menantang yang akan muncul sehingga pada waktunya
untuk dicapai oleh bank sentral sehingga nanti realisasi inflasi diharapkan akan
dapat meningkatkan kredibilitas, (4) dapat sesuai/mendekati tingkat inflasi yang telah
dicapai dengan pengorbanan gejolak output ditetapkan. Sementara itu, dengan adanya
yang minimum. Untuk tiap negara, pe- lag kebijakan moneter terhadap inflasi me-
nentuan berapa level yang dianggap rendah nyebabkan bank sentral perlu memper-
dan stabil serta optimal pada dasarnya timbangkan kondisi dan waktu (timing)
merupakan sesuatu yang unik dan berbeda yang paling tepat dalam mengimplemen-
dari suatu negara dibandingkan dengan tasikan setiap kebijakan moneternya, oleh
negara lainnya. Target inflasi juga diharap- karena itu, jangka waktu target inflasi yang
kan tidak ditetapkan terlalu rendah karena paling optimal paling tidak jangka waktu-
akan menciptakan inefisiensi dalam per- nya sesuai dengan panjang lag optimal
ekonomian yang pada gilirannya akan kebijakan moneter terhadap inflasi. Panjang
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 61

atau pendeknya lag kebijakan moneter Berapa faktor tersebut seringkali disebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sebagai escape clause apabila target inflasi
struktur pasar keuangan, fungsi inter- tidak tercapai. Pengumuman hal-hal yang
mediasi, dan kredibilitas bank sentral. Pe- menjadi escape clause umumnya bersamaan
nentuan jangka waktu target inflasi yang dengan pengumuman target inflasi. Ke-
terlalu pendek jika dibandingkan dengan beradaan escape clause tersebut membantu
panjang lag kebijakan moneternya yang tingkat fleksibilitas penerapan ITF, tetapi,
disertai oleh target inflasi dalam bentuk semakin banyak hal yang dimasukkan da-
poin atau kisaran yang sempit, mempunyai lam escape clause akan menurunkan kredibi-
tingkat ketidakpastian yang tinggi dapat litas dan juga bisa melemahkan komitmen
menimbulkan potensi permasalahan dan bank sentral untuk mencapai target inflasi.
ketidakstabilan instrumen. Pada akhirnya Dalam prakteknya, negara penganut ITF
hal ini dapat menurunkan kredibilitas bank biasanya mencantumkan escape clause fak-
sentral apabila sasaran tersebut tidak ter- tor-faktor yang menjelaskan kemungkinan
capai. Berdasarkan pengalaman di berbagai tidak tercapainya target inflasi atau pe-
negara, pada umumnya lag kebijakan mo- nyebab berubahnya lintasan target inflasi,
neter berkisar antara satu sampai dua tetapi ada juga beberapa negara penganut
tahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan ITF yang tidak menggunakan escape clause
dalam menetapkan jangka waktu inflasi dalam desain kerangka kebijakan moneter-
adalah sebagai berikut. (1) Time horizon nya. Dalam penggunaan escape clause pada
target inflasi yang ideal adalah sesuai kerangka ITF perlu diperhatikan hal-hal
dengan panjang lag kebijakan moneter sebagai berikut. (1) Escape clause merupakan
untuk masing-masing negara sifatnya unik salah satu bentuk transparasi bank sentral
dan dipengaruhi oleh banyak faktor; (2) tentang adanya faktor yang bisa mem-
Jangka waktu target inflasi yang ditetapkan pengaruhi pencapaian target inflasi yang
tidak hanya dilakukan untuk periode ditetapkan. Hal-hal yang dimasukkan da-
jangka pendek (sesuai lag kebijakan mone- lam escape clause pada umumnya adalah
ter) tapi juga bisa dalam jangka waktu yang berupa penjelasan faktor yang berada di
lebih panjang yakni medium term (lima luar kendali bank sentral dan faktor yang
tahun) bahkan untuk jangka waktu yang dapat menyebabkan inflasi menyimpang
lebih panjang lagi. Pengumuman target dari sasaran, (2) Pencantuman berbagai hal
dengan jangka waktu yang lebih panjang ini ke dalam escape clause secara berlebihan
utamanya dimaksudkan untuk menunjuk- dapat menurunkan kredibilitas dan bisa
kan komitmen bank sentral yang lebih jelas dijadikan gambaran kurangnya komitmen
terhadap proses disinflasi. Escape Clause: bank sentral untuk mencapai target inflasi-
Adanya ketidakpastian mengenai masa nya; (b) Proyeksi Inflasi dan Respon Ke-
depan termasuk proyeksi inflasi dan kon- bijakan, Baik secara teori maupun studi
disi perekonomian dapat mengganggu empiris dapat disimpulkan adanya lag res-
pencapaian target inflasi oleh bank sentral. pon kebijakan moneter terhadap laju inflasi,
Sebagaimana telah diutarakan sebelumnya, sehingga kebijakan moneter pada suatu
adanya ketidakpastian dapat dicerminkan periode baru akan mempengaruhi tingkat
melalui pemilihan jenis inflasi, level, ben- inflasi pada beberapa waktu kemudian, oleh
tuk, dan jangka waktu pencapaian target sebab itu, kebijakan moneter seharusnya
inflasi, namun demikian, ada faktor lain merespon tekanan inflasi yang akan muncul
yang berada di luar jangkauan bank sentral, dan bukannya sebagai bentuk reaksi ter-
tetapi memiliki pengaruh yang besar hadap tekanan inflasi yang telah atau
terhadap pencapaian target inflasi. Faktor sedang terjadi saat ini. Kebijakan moneter
tersebut antara lain: bencana alam, gang- yang difungsikan untuk merespon tekanan
guan distribusi, gejolak sosial, dan perang. inflasi yang akan datang disebut dengan
62 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

forward looking monetary policy. Dalam masi model. Selama ini, Bank Indonesia
pendekatan forward looking monetary policy setidaknya memiliki tiga model ekonomi
ini, informasi yang akurat mengenai yang sering digunakan untuk menghasilkan
proyeksi inflasi dan lag kebijakan moneter proyeksi inflasi dan proyeksi model makro
me megang peranan penting karena akan lainnya. Ketiga model tersebut yaitu Small
menentukan arah, waktu yang tepat, dan Scale Macro Model (SSM), Short Term Forecas-
seberapa besar respon kebijakan moneter ting Indonesian Economy (SOFIE), dan Model
yang diperlukan. of Bank Indonesia (MODBI).
Proyeksi Inflasi Secara Umum. Dalam Respon Kebijakan Moneter. Dalam
kerangka inflation targeting, formulasi ke- inflation targeting framework (ITF) respon
bijakan moneter menuntut kemampuan kebijakan moneter idealnya ditujukan ter-
proyeksi inflasi dan analisis kebijakan utama untuk mengantisipasi deviasi pro-
makro ekonomi yang baik. Hal ini berkaitan yeksi inflasi terhadap targetnya. Respon
dengan kewajiban bank sentral untuk kebijakan moneter di negara yang meng-
mengumumkan target inflasi yang hendak anut ITF pada umumnya diformulasikan
dicapai kepada publik dengan tujuan agar dalam suatu model atau persamaan yang
digunakan sebagai jangkar dalam pem- dikenal dengan istilah policy rules. Paul D.
bentukan ekspektasi masyarakat, artinya McNelis dalam penelitiannya menguraikan
ekspektasi masyarakat diharapkan setidak- tentang arah kebijakan moneter Bank Indo-
nya mendekati target inflasi bank sentral, nesia terhadap inflasi, prosedur operasional
oleh karena itu, ketersediaan analisis dan kebijakan moneter, dan metode untuk me-
proyeksi inflasi yang relatif akurat akan lakukan proyeksi inflasi; (c) Kerangka Ope-
sangat membantu dalam mengarahkan rasional, Hal lain yang juga terbilang pen-
pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat ting dalam penerapan ITF adalah bagai-
agar sejalan dengan target inflasi bank mana secara operasional kebijakan moneter
sentral. dilakukan oleh bank sentral. Jadi prosedur
Proyeksi Inflasi Bank Indonesia. Se- operasional kebijakan moneter sangat ter-
berapa yakin bank sentral terhadap target kait dengan pengetahuan mengenai jenis
inflasi yang ditetapkan merupakan per- jalur transmisi mekanisme moneter (kua-
tanyaan yang lumrah diajukan terhadap litas vs harga) yang lebih banyak bekerja di
negara yang menerapkan inflation targeting. suatu negara. Apabila jalur harga yang lebih
Hal ini bukan pertanyaan yang mudah banyak berperan, prosedur operasional ke-
untuk dijawab. Pertanyaan mengenai pro- bijakan moneter seperti jenis target operasi-
yeksi inflasi paling tidak berkaitan dengan onal dan instrumen mix akan sangat ber-
beberapa hal, yaitu validitas model yang beda dengan prosedur operasional kebijak-
digunakan, akurasi hasil proyeksi terhadap an moneter yang mendasari pada jalur
inflasi aktual, dan asumsi yang melandasi transmisi melalui agregat moneter. Berdasar
suatu proyeksi. Validitas model proyeksi pengalaman di beberapa negara penganut
inflasi dapat ditinjau dari sejumlah aspek, ITF, ditemukan bahwa suku bunga me-
salah satunya validitas teori yang diguna- rupakan instrumen kebijakan moneter yang
kan sebagai dasar penyusunan model paling banyak digunakan sebagai target
proyeksi inflasi dan aspek validitas hasil operasional. Beberapa pendapat mengenai
estimasi dari model. Tidak ada ukuran pilihan penggunaan instrumen operasional
standar untuk mengukur validitas teori kebijakan moneter antara lain menyimpul-
yang digunakan dalam menyusun suatu kan bahwa sekurang-kurangnya terdapat
model, oleh karena itu, evaluasi atas ke- tiga kriteria yang harus menjadi bahan
validan teori ekonomi yang digunakan pertimbangan bagi bank sentral, yaitu: (1)
dalam penyusunan proyeksi inflasi dilaku- Measurability, instrumen yang digunakan
kan dengan mengkaji parameter hasil esti- harus dapat diukur secara cepat dan akurat;
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 63

(2) Controlability, otoritas moneter harus turun. Hal ini tentu mudah untuk di-
dapat mengendalikan instrumen tersebut jelaskan, misal daya beli masyarakat me-
secara efektif; dan (3) Ability to predictability ningkat maka barang-barang di pasaran
affect goals, kemampuan instrumen moneter akan laku di pasar kemudian akan disusul
untuk mencapai target harus dapat di- dengan kenaikan harga. Sebaliknya ketika
perkirakan. daya beli masyarakat turun maka barang-
barang di pasaran tidak akan laku kemudi-
Hubungan Target Inflasi dan Laju Inflasi an akan terjadi penurunan harga. Kurang
Secara umum, laju inflasi dipengaruhi lebih begitulah hubungan antara ketiga
oleh banyak hal. Misalnya dalam per- variabel tersebut (ekspektasi inflasi, inflasi
samaan New Keynesian Phillips Curve Hybrid periode sebelumnya, dan output gap) de-
(NKPC Hybrid), dimana dikatakan bahwa ngan laju inflasi, akan tetapi, tentunya
inflasi aktual sangat dipengaruhi oleh bukan hanya variabel ekspektasi inflasi,
beberapa variabel pokok. Untuk lebih inflasi periode sebelumnya, dan output gap
jelasnya berikut ini model New Keynesian yang bisa mempengaruhi laju inflasi aktual.
Phillips Curve Hybrid tersebut: Banyak peneliti yang coba mengkaitkan
dengan variabel lain, contohnya target infla-
si. Tentu menjadi bahasan yang menarik
dimana πt adalah inflasi aktual, πt+1 adalah apakah rezim inflation targeting mampu
ekspektasi inflasi, πt-1 adalah inflasi periode menjadi solusi untuk mengontrol laju inflasi
sebelumnya, dan yt adalah output (GDP) seperti yang diharapkan atau malah sebalik-
gap. Berikut ini rincian hubungan antara nya tidak ada efek yang signifikan dari
inflasi aktual dan variabel-variabel tersebut. keberadaan rezim inflation targeting.
Ketika ekspektasi inflasi naik maka Ada sejumlah penelitian-penelitian ter-
inflasi juga akan naik. Sebaliknya, ketika dahulu yang pernah meneliti tentang pe-
ekspektasi inflasi turun maka inflasi juga ngaruh target inflasi terhadap laju inflasi.
akan turun. Hubungan kedua variabel ini Penelitian-penelitian tersebut bisa memberi-
seringkali disebut dengan forward looking. kan sedikit gambaran bagaimana hubungan
Selanjutnya, pengaruh variabel inflasi perio- antara target inflasi dan laju inflasi. Hasil
de sebelumnya terhadap inflasi. Ketika penelitian Solanes dan Flores (2009) me-
inflasi periode sebelumnya naik maka laju nunjukkan ternyata target inflasi sangat
inflasi aktual akan naik pula. Sebaliknya berpengaruh terhadap pembentukan inflasi,
ketika inflasi periode sebelumnya turun bahkan terhadap kondisi makroekonomi
maka laju inflasi aktual juga akan turun. secara keseluruhan Amerika Latin. Berikut
Hubungan kedua variabel ini dinamakan ini persamaan yang digunakan oleh Solanes
backward looking. Forward looking dan back- dan Flores (2009) untuk mengukur pe-
ward looking ini pernah di bahas dalam ngaruh target inflasi terhadap laju inflasi.
penelitian Alamsyah (2008). Hasil peneliti-
annya menunjukkan bahwa pelaku ekono-
mi di Indonesia cenderung masih ber-
Solanes dan Flores (2009) meneliti seberapa
perilaku backward looking. Artinya ketika
jauh inflasi (xi,t) dipengaruhi oleh variabel
ingin memperkirakan tingkat laju inflasi
dummy Fi,t. Variabel dummy ini diisi antara
aktual maka mereka akan berpatokan pada
nilai 0 atau 1. Ball dan Sheridan (2005) juga
inflasi periode sebelumnya. Terakhir pe-
menggunakan variabel dummy seperti ini
ngaruh variabel output gap terhadap laju
dalam penelitiannya. Angka 1 menandakan
inflasi. Ketika output gap naik maka laju
negara tersebut menerapkan sistem inflation
inflasi juga akan ikut naik. Sebaliknya jika
targeting, sedangkan angka 0 menyatakan
output gap turun maka inflasi juga akan ikut
kebalikannya yaitu tidak menerapkan sis-
64 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

tem inflation targeting. Penelitian Solanes nya, terutama dalam mengontrol laju inflasi.
dan Flores (2009) tersebut menggunakan Parkin berpendapat target inflasi yang
data dari 18 negara tahun 2000-2007 di fleksibel lebih efektif dibandingkan dengan
Amerika Latin. kemandirian bank sentral. Target inflasi
Hasil penelitian Solanes dan Flores yang fleksibel, dapat dipercaya, dan di-
(2009) mendapat dukungan dari banyak sampaikan secara transparan, nampaknya
penelitian lainnya. Vega dan Winkleried bisa menjadi hal yang baik dalam usaha
(2005) menemukan bahwa target inflasi untuk menjaga agar inflasi tetap rendah,
sangat membantu dalam menurunkan laju volatilitas rendah, dan pertumbuhan tinggi.
dan volatilitas inflasi di negara-negara yang Seperti yang dipraktekkan di Australia,
mengadopsinya. Ftiti dan Walid (2013) Kanada, Swedia, dan Inggris, pendekatan
mencoba untuk membandingkan bagai- kebijakan moneter semacam ini sangatlah
mana laju inflasi di negara yang meng- berhasil.
adopsi rezim penargetan inflasi dan yang Petursson (2004) menyimpulkan peng-
tidak mengadopsi rezim penargetan inflasi. adopsian target inflasi telah memungkinkan
Hasilnya bisa ditarik dua kesimpulan. bank sentral untuk menurunkan laju inflasi
Pertama, untuk negara yang mengadopsi dan untuk menjaganya tetap rendah, de-
sistem penargetan inflasi, inflasi menjadi ngan inflasi yang juga lebih stabil. Ekspek-
lebih stabil di bawah rezim penargetan tasi inflasi juga turun, melalui beberapa
inflasi jika dibandingkan dengan periode penelitian ternyata penurunan ekspektasi
sebelumnya. Kedua, perbandingan antara inflasi setelah kerangka kebijakan baru ini
negara pengadopsi sistem penargetan infla- (target inflasi) mampu lebih meningkatkan
si (Inggris, Kanada, dan Swedia) dan negara kredibilitas dari bank sentral.
yang tidak mengadopsi rezim penargetan Berikut ini persamaan yang Williard
inflasi (Perancis, Amerika, dan Norwegia) (2006) pakai dalam penelitiannya terkait
menunjukkan bahwa laju inflasi di negara tema pengaruh target inflasi terhadap laju
pengadopsi sistem penargetan inflasi lebih inflasi:
rendah dibandingkan negara yang tidak
mengadopsi rezim penargetan inflasi.
Romdhane dan Mensi (2014) melaku-
kan penelitian tentang pengaruh target
inflasi di negara-negara OECD. Romdhane dimana ∆πi adalah perbedaan antara inflasi
dan Mensi menggunakan variabel dummy sekarang dengan periode sebelumnya, π*i
seperti halnya Solanes dan Flores (2009) merupakan target inflasi, dan Ti adalah
serta Ball dan Sheridan (2005). Hasilnya indikator lain dalam penargetan inflasi.
mengindikasikan bahwa target inflasi sa- Willard menyatakan dalam hasil penelitian-
ngat membantu dalam memperbaiki per- nya bahwa secara umum target inflasi pe-
forma makroekonomi di negara-negara ngaruhnya kecil dan tidak signifikan ter-
tersebut jika dibandingkan dengan negara hadap terbentuknya inflasi. Hasil penelitian
yang tidak menganut sistem penargetan ini seperti membantah pendapat-pendapat
inflasi, terutama untuk mengontrol laju dari hasil penelitian sebelumnya bahwa
inflasi. Temuan ini mengkonfirmasi hasil target inflasi sangat berpengaruh terhadap
penelitian dari Wu (2004), Ball dan Sheridan laju inflasi.
(2005), dan Daboussi (2014). Hasil yang juga cukup mengejutkan
Sedikit berbeda dengan penelitian lain, bisa dilihat dari penelitian Tugcu dan
Parkin (2013) membandingkan antara target Ozturk (2015). Tugcu dan Ozturk menyata-
inflasi yang fleksibel dan kemandirian bank kan bahwa dampak target inflasi terhadap
sentral serta mencoba untuk mencari jawab- laju inflasi masih membingungkan. Untuk
an mana yang lebih efektif di antara kedua-
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 65

negara-negara yang berpendapatan mene- Jenis dan Sumber Data


ngah pada tahun 2007, ketika target inflasi Data yang akan digunakan berupa data
bisa menurunkan laju inflasi, hasil yang sekunder yang meliputi: Pertama, inflasi
sebaliknya didapatkan untuk negara yang triwulanan (year on year) tahun 2002-2014;
berpenghasilan rendah pada tahun 2011. Kedua, ekspektasi inflasi tahun 2002-2014;
Menarik sekali melihat begitu beragamnya Ketiga, GDP triwulanan tahun 2002-2014;
hasil yang diperoleh penelitian-penelitian dan terakhir data target inflasi tahun 2002-
terdahalu. Cara, metode atau bahkan model 2014. Semua data ini berasal dari Bank
yang digunakan dalam penelitiannya pun Indonesia.
cukup beragam. Hal tersebut bisa menjadi
masukan yang sangat berarti bagi penelitian Teknik Analisis Data
kali ini. Seperti yang sudah dikatakan sebelum-
Hal yang bisa diambil dari penelitian- nya, model yang akan diestimasi dalam
penelitian terdahulu di atas adalah sebagian penelitian ini adalah sebagai berikut:
besar menyatakan bahwa target inflasi sa-
ngat membantu dalam upaya untuk me-
ngontrol laju inflasi. Hasil ini tentu seperti dimana:
yang diharapkan dalam penganutan ITF. πt = laju inflasi aktual
Hanya sebagian kecil yang menyatakan πt+1 = ekspektasi inflasi
target inflasi tidak berpengaruh terhadap πt-1 = inflasi pada periode sebelumnya
laju inflasi. Ini perlu dibuktikan akan seperti *
πt = target inflasi Bank Indonesia
apa hasilnya jika penelitian yang semacam Yt = GDP atau pendapatan nasional
itu menggunakan Indonesia sebagai objek
penelitiannya. Sedikit mengaca pada pe- Model ini nantinya akan diestimasi dengan
nelitian-penelitian sebelumnya, model yang metode regresi linier berganda, sehingga
ingin digunakan dalam penelitian ini adalah bisa diketahui seberapa besar pengaruh
sebagai berikut: target inflasi terhadap laju inflasi aktual.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh
dimana πt adalah laju inflasi aktual, πt+1
hasil yang cukup mengejutkan. Untuk lebih
adalah ekspektasi inflasi, πt-1 adalah inflasi
jelasnya, hal ini bisa dilihat dari Tabel 1
pada periode sebelumnya, π*t adalah target
berikut. Secara umum, bisa dikatakan bah-
inflasi, dan Yt adalah Gross Domestic Product
wa inflasi periode sebelumnya, ekspektasi
(GDP) atau pendapatan nasional.
inflasi dan GDP sangat berpengaruh ter-
hadap laju inflasi. Hal ini dikarenakan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian probabilitas dari variabel inflasi periode
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis sebelumnya, ekspektasi inflasi dan GDP
penelitian eksplanatori (explanatory research). nilainya di bawah α = 1%.
Data yang diperoleh akan diestimasi untuk Nilai α nya, berturut-turut: 0,003 untuk
memperoleh jawaban dari permasalahan inflasi periode sebelumnya; 0,000 untuk
yang diangkat dalam penelitian ini. Pe- ekspektasi inflasi; dan 0,015 untuk GDP,
nelitian eksplanatori bertujuan untuk meng- akan tetapi, sebaliknya, ternyata target in-
uji suatu teori guna memperkuat atau flasi tidak memiliki pengaruh yang signi-
bahkan menolak suatu teori atau hipotesa fikan terhadap laju inflasi di Indonesia.
hasil penelitian yang sebelumnya sudah Ini bisa dibuktikan dengan melihat
dilakukan. angka probabilitas dari variabel ekspektasi
inflasi yang nilainya berada di atas α (baik
itu 1%, 5%, atau pun yang 10%).
66 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

Tabel 1
Hasil Estimasi Model
Variabel Koefisien Probabilitas
Inflasi T-1 0,3901214 0,003
Ekspektasi Inflasi 1,716731 0,000
GDP 1,9506 0,015
Target Inflasi -0,031751 0,915
Konstanta -10,60339 0,007
Sumber: data diolah

Hubungan antara variabel bahwa in- sien kedua variabel tersebut, bisa dikatakan
flasi periode sebelumnya, ekspektasi inflasi bahwa pelaku ekonomi di Indonesia lebih
dan GDP sangat berpengaruh terhadap laju condong berperilaku forward looking dan
inflasi memiliki korelasi yang sifatnya sudah mulai meninggalkan ciri sifat back-
positif. Artinya pergerakan satu variabel ward looking-nya. Tentu, ini merupakan
akan mengakibatkan pergerakan variabel ke sinyal positif bagi Bank Indonesia.
arah yang sama, entah itu naik atau pun GDP atau pendapatan nasional me-
turun. Pertama, ketika inflasi periode miliki pengaruh yang paling besar diantara
sebelumnya mengalami kenaikan 1% maka variabel lain berdasarkan koefisiennya.
laju inflasi akan naik pula yaitu sebesar Nilai koefisiennya mencapai angka 1,9506.
0,3901214. Kedua, ketika variabel ekspektasi Hal ini cukup mudah untuk dipahami,
inflasi naik sebesar 1% maka laju inflasi mengingat kebiasaan masyarakat pada
akan naik juga sebesar 1,716731. Dan ter- umumnya. Jika pendapatan masyarakat
akhir, ketika variabel GDP atau pendapatan bertambah maka hampir bisa dipastikan
nasional mengalami kenaikan sebesar 1% pengeluarannya bertambah, apalagi di ne-
maka akan diikuti dengan naiknya laju gara berkembang seperti Indonesia. Ketika
inflasi 1,9506. masyarakat banyak menggunakan tambah-
Kalau diperhatikan koefisiennya, bisa an pendapatannya untuk melakukan kon-
dilihat bahwa variabel inflasi periode se- sumsi sehingga barang di pasaran menjadi
belumnya merupakan variabel yang pe- laku terjual atau permintaannya banyak
ngaruhnya paling kecil terhadap laju inflasi, maka tinggal menunggu waktu saja untuk
yaitu sebesar 0,3901214. Hal ini menanda- laju inflasi menjadi naik.
kan kalau saat ini masyarakat Indonesia Variabel terakhir dan yang utama
sudah tidak terlalu backward looking lagi, dalam penelitian ini adalah target inflasi.
maksudnya tidak menilai apa yang akan Hasil estimasi menunjukkan bahwa target
terjadi berdasarkan peristiwa-peristiwa inflasi tidak berpengaruh terhadap laju
yang sudah lewat atau terjadi. Ini sekaligus inflasi. Nilai probabilitasnya cukup tinggi di
berlawanan dengan pendapat Alamsyah atas α, yaitu sebesar 0,915. Ini sejalan
(2008) bahwa pelaku ekonomi di Indonesia dengan hasil penelitian Willard (2006) yang
lebih cenderung berperilaku backward look- mengatakan target inflasi pengaruhnya
ing. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat kecil dan tidak signifikan terhadap ter-
dimana variabel ekspektasi inflasi cende- bentuknya laju inflasi.
rung lebih besar pengaruhnya terhadap laju Sebelumnya ditemukan bahwa masya-
inflasi jika dibandingkan dengan variabel rakat atau pelaku ekonomi sudah memiliki
inflasi periode sebelumnya, yaitu sebesar pandangan yang bersifat forward looking,
1,716731. Artinya masyarakat Indonesia pandangan ini didukung oleh besarnya
sudah memiliki pandangan yang bersifat pengaruh ekspektasi inflasi dalam proses
forward looking. Melalui perbandingan koefi- terbentuknya laju inflasi. Harusnya ini
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 67

Tabel 2
Target Inflasi dan Inflasi Aktual Tahun 2001-2014
Tahun Target Inflasi Inflasi Aktual (%, yoy)
2001 4%-6% 12,55
2002 9%-10% 10,03
2003 9±1% 5,06
2004 5,5±1% 6,40
2005 6±1% 17,11
2006 8±1% 6,60
2007 6±1% 6,59
2008 5±1% 11,06
2009 4,5±1% 2,78
2010 5±1% 6,96
2011 5±1% 3,79
2012 4,5±1% 4,30
2013 4,5±1% 8,38
2014 4,5±1% 8,36
Sumber: data diolah

pertanda baik bagi indonesia, dengan belum dapat dirasakan keberadaannya bah-
harapan ekspektasi inflasi masyarakat dan kan manfaatnya. Sebuah kutipan analisis
pelaku ekonomi di Indonesia dibentuk ekonomi Standard Chartered Bank pada
dengan berdasarkan target inflasi yang tahun 2003 seperti mengonfirmasi hal
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, akan tersebut, “BI does not have inflation targets,
tetapi, ternyata harapan tersebut tidak ter- but it generally aims to achieve the inflation rate
jadi seperti yang diharapkan. Hal ini tentu assumed by the government for its budgetary
menjadi hal yang kurang mengenakkan policy” (Pohan, 2008). Kalimat di atas berisi
bagi Bank Indonesia, dan menjadi sangat penyataan bahwa Bank Indonesia sebenar-
menarik untuk dibahas kenapa target inflasi nya bisa dikatakan tidak memiliki target
Bank Indonesia tidak berpengaruh secara inflasi. Secara umum, target inflasi Bank
signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Indonesia bertujuan untuk mencapai ting-
Banyak hal yang bisa menyebabkan kat inflasi yang diperkirakan oleh peme-
target inflasi tidak berpengaruh secara rintah. Dengan kata lain, sebenarnya target
signifikan terhadap laju inflasi aktual. Salah inflasi yang diumumkan Bank Indonesia
satu penyebabnya target inflasi Bank Indo- bukanlah target, melainkan hanya sebuah
nesia yang seringkali meleset jika di- perkiraan atau prediksi untuk besaran laju
bandingkan inflasi aktual. Hal ini terjadi inflasi pada periode yang akan datang.
sebanyak sembilan kali dalam 14 tahun Padahal, target dan perkiraan jelas dua hal
(2001-2014). Sering melesetnya target inflasi yang sangat berbeda. Target merupakan
Bank Indonesia, tentu akan membuat sesuatu yang ingin dicapai, sementara per-
masyarakat ragu terhadap kemampuan kiraan sifatnya hanya sebuah prediksi dan
Bank Indonesia dalam mengatur laju inflasi, tidak terikat untuk mencapai apa yang
sehingga pada akhirnya sulit bagi masya- diperkirakan atau diprediksikan.
rakat untuk percaya pada target inflasi yang Melihat kredibilitas bank sentral juga
diumumkan oleh Bank Indonesia. bisa dilakukan dengan membandingkan
Bagi masyarakat umum, keberadaan antara target inflasi dengan ekspektasi in-
target inflasi Bank Indonesia sepertinya flasi. Hal ini pernah dilakukan oleh
68 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

Cecchetti dan Krause (2002). Jika bank sentral tidak kredibel maka ekspektasi in-
sentral kredibel maka ekspektasi inflasi flasi masyarakat atau para pelaku ekonomi
masyarakat atau para pelaku ekonomi akan akan menjauh atau berbeda dengan target
mendekati atau hampir sama dengan target inflasi bank sentral.
inflasi bank sentral. Sebaliknya, jika bank

Gambar 1
Target Inflasi dan Ekspektasi Inflasi Tahun 2003-2015

Jika tabel 2 di atas diperhatikan, maka ekonomi indonesia (laju inflasi, nilai tukar
bisa dilihat bahwa selama tahun 2003-2015 rupiah, neraca pembayaran, dan pertumbu-
ekspektasi inflasi masyarakat atau para pe- han ekonomi) sudah membaik dan mulai
laku ekonomi di Indonesia seringkali stabil bahkan inflasi selama tahun 2003
berbeda dengan target inflasi Bank Indo- hanya berada pada level 5,06. Tidak heran
nesia. Hal ini menandakan bahwa target jika kredibilitas Bank Indonesia cukup baik
inflasi Bank Indonesia kurang bisa diper- waktu itu bahkan masyarakat berkeyakinan
caya oleh masyarakat Indonesia. Ekspektasi laju inflasi aktual bisa lebih rendah dari
inflasi masyarakat cenderung mengarah ke target inflasi Bank Indonesia sehingga
arah yang sebaliknya bahkan bisa jadi ekspektasi inflasi menjadi rendah, akan
masyarakat beranggapan Bank Indonesia tetapi, kondisi ini tidak berlangsung lama
tidak akan mampu mencapai target inflasi- karena setelah tahun 2003 ekspektasi inflasi
nya sehingga ekspektasi masyarakat lebih masyarakat mulai menjauh dari target
tinggi dari target inflasi Bank Indonesia. inflasi Bank Indonesia. Pada kuarter ketiga
Semakin masyarakat tidak mempercayai tahun 2015 ekspektasi inflasi masyarakat
target inflasi Bank Indonesia maka akan kembali berdekatan dengan target inflasi,
semakin sulit pula bagi Bank Indonesia yaitu 4,28 (ekspektasi inflasi) berbanding
untuk mengontrol laju inflasi. dengan 4%±1 (target inflasi). Ini bisa men-
Sebenarnya Bank Indonesia bisa di- jadi pertanda baik dan bisa pula tidak. Pada
bilang pernah kredibel di mata masyarakat saat itu, harga bbm sudah sangat stabil
tepatnya pada sekitar tahun 2003. Ini tidak bahkan harga minyak dunia sempat berada
lepas dari mulai redanya dampak dari krisis pada kisaran harga yang cukup rendah.
tahun 1998. Pada saat itu, kondisi makro Stabilnya harga bbm bisa berdampak pada
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 69

stabilnya kondisi perekonomian secara SIMPULAN DAN SARAN


umum. Tentu kondisi semacam sangat di- Simpulan
harapkan dengan harapan laju inflasi akan Berdasarkan hasil penelitian, bisa di-
mudah untuk dikontrol. tarik simpulan bahwa inflasi periode se-
Satu hal yang cukup menarik untuk belumnya, ekspektasi inflasi dan GDP
dibahas bahwa selama ini laju inflasi di sangat berpengaruh terhadap laju inflasi,
Indonesia cenderung sangat dipengaruhi akan tetapi sebaliknya, ternyata target in-
oleh fluktuasi harga bbm. Kita tidak bisa flasi tidak memiliki pengaruh yang signi-
menghindari fakta ini, terutama pada se- fikan terhadap laju inflasi aktual. Tidak
kitar tahun 2005 dan 2008. Pada tahun- signifikannya pengaruh target inflasi ter-
tahun tersebut harga bbm naik dan secara hadap laju inflasi aktual bisa disebabkan
otomatis harga-harga barang melonjak se- oleh banyak hal. Selama ini target inflasi
hingga laju inflasi menjadi tidak terkontrol. Bank Indonesia terlalu sering melenceng
Harga bbm dalam negeri tentu sangat jika dibandingkan dengan inflasi aktual.
terkait dengan harga minyak dunia. Artinya Hal ini tentu akan sangat mempe-
bisa dikatakan bahwa kondisi perekonomi- ngaruhi kredibilitas Bank Indonesia di mata
an Indonesia sangat tergantung pada masyarakat atau pelaku ekonomi. Jika tar-
bagaimana kondisi perekonomian dunia. Ini get inflasi Bank Indonesia sering melenceng
tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri maka sulit bagi masyarakat untuk memper-
terkait bagaimana caranya meminimalisir cayai kemampuan Bank Indonesia dalam
ketergantungan tersebut, terutama bagi mengatur laju inflasi, sehingga pada akhir-
Bank Indonesia, agar dampaknya tidak nya masyarakat hanya akan menganggap
terlalu signifikan terhadap laju inflasi dalam target inflasi Bank Indonesia sebagai angin
negeri. lalu. Tentu ini bukanlah tugas yang mudah.
Tentu Bank Indonesia tidak boleh ting- Kita sadari bahwa mengatur laju inflasi
gal diam menghadapi kondisi seperti di bukan tugas yang mudah, akan tetapi, jika
atas. Pada tahun 2015, ada indikasi bahwa memang Bank Indonesia sudah tidak lagi
fluktuasi harga bbm tidak lagi dominan mampu mengatur laju inflasi dengan meng-
pengaruhnya dalam pembentukan laju gunakan target inflasi, untuk apa kita mem-
inflasi. Tahun 2015 harga bbm sangat pertahankan rezim inflation targeting yang
fluktuatif mengingat kebijakan pemerintah hanya dianggap angin lalu oleh masyarakat.
yang ingin mematok harga bbm mengikuti Satu hal yang cukup menarik bahwa
perkembangan harga minyak dunia. Selain selama ini laju inflasi di Indonesia cende-
itu, harga minyak dunia memang sempat rung sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
naik, akan tetapi, dampak kenaikan harga harga bbm. Kita tidak bisa menghindari
bbm ini seperti bisa diredam. Tidak seperti fakta ini, terutama pada sekitar tahun 2005
tahun 2005 dan 2008 dimana laju inflasi dan 2008. Pada tahun-tahun tersebut harga
sampai menyentuh angka dua digit, laju bahan bakar minyak (bbm) naik dan secara
inflasi tahun 2015 hanya berada pada otomatis harga-harga barang melonjak se-
kisaran satu digit. Hal ini tentu menjadi hingga laju inflasi menjadi tidak ter-
kabar yang menggembirakan bagi Bank kontrol. Harga bbm dalam negeri tentu
Indonesia sebagai pelaku kebijakan moneter sangat terkait dengan harga minyak dunia.
yang tujuan utamanya mengatur laju inflasi. Artinya bisa dikatakan bahwa kondisi
Semoga kondisi yang seperti ini sifatnya perekonomian Indonesia sangat tergantung
tidak sementara waktu saja dan terus ber- pada bagaimana kondisi perekonomian
lanjut pada tahun-tahun berikutnya, se- dunia. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah
hingga target inflasi yang setiap tahun tersendiri terkait bagaimana caranya me-
dicanangkan oleh Bank Indonesia tidak minimalisir ketergantungan tersebut, ter-
terkesan sia-sia belaka. utama bagi Bank Indonesia, agar dampak-
70 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 1, Maret 2016 : 53 – 71

nya tidak terlalu signifikan terhadap laju pon Kebijakan Moneter di Indonesia.
inflasi dalam negeri. Disertasi. Program Pascasarjana Uni-
Ekspektasi inflasi masyarakat atau para versitas Indonesia. Depok.
pelaku ekonomi di Indonesia juga seringkali Ball, L. and N. Sheridan. 2005. Does Infla-
berbeda dengan target inflasi Bank Indo- tion Targeting matter? In Bernanke,
nesia. Hal ini menandakan bahwa target Bens, and Michael woodford (eds), The
inflasi Bank Indonesia kurang bisa di- Inflation Targeting Debate, The Uni-
percaya oleh masyarakat Indonesia. Ekspek- versity of Chicago Press, 249,276
tasi inflasi masyarakat cenderung mengarah Bank Indonesia. 2016. Kerangka Kebijakan
ke arah yang sebaliknya bahkan bisa jadi Moneter di Indonesia. www.bi.go.id.
masyarakat beranggapan Bank Indonesia Diakses tanggal 25 Februari 2016.
tidak akan mampu mencapai target inflasi- Cechetti, S. G. and S. Krause. 2002. Central
nya sehingga ekspektasi masyarakat lebih Bank Structure, Policy Efficiency, and
tinggi dari target inflasi Bank Indonesia. Macroeconomics Performance: Explor-
ing Empirical Relationships. Prosiding
Saran The Federal Reserve Bank of St. Louis: 47-
Tidak ada pilihan lain bagi Bank Indo- 60.
nesia selain memperbaiki pencapaiannya Daboussi, O. M. 2014. Economic Perfor-
dalam mengatur laju inflasi agar mereka mance and Inflation Targeting in Deve-
terlihat kredibel di mata masyarakat. Di- loping Economies. Journal of World
samping itu, Bank Indonesia juga tidak Economic Research 3(1): 1-7.
boleh luput dalam memperhatikan dampak Ftiti, Z. dan H. Walid. 2013. The Price
dari fluktuasi harga bbm yang memang Stability Under Inflation Targeting Re-
terkadang dampaknya begitu signifikan gime: An Analisis With A New Inter-
terhadap laju inflasi secara keseluruhan. Hal mediate Approach. Ipag Working Paper
ini bisa dimulai dengan membuat target 2014-099: 1-18.
inflasi yang tidak muluk-muluk atau masuk Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo.
akal. Sebisa mungkin target inflasinya tidak 2011. Inflation Targeting Under Imper-
terlalu rendah sehingga akan muncul fect Credibility: Lessons from Indo-
kepercayaan dari masyarakat bahwa Bank nesian Experience. Bulletin of Monetary,
Indonesia mampu mencapai target inflasi Economics and Banking: 271-306.
tersebut. Target inflasi yang tidak terlalu Parkin, M. 2013. The Effects of Central Bank
rendah ini bisa diartikan target inflasi Independence and Inflation Targeting on
dengan kisaran satu digit tapi dengan angka Macroeconomics Performance: Evidence
target yang lebih mendekati angka sepuluh. from Natural Experiments. University of
Ini juga akan mempermudah Bank Indo- Western Ontario.
nesia untuk mencapai target inflasi tersebut, Petersson, T. G. 2004. The Effects of Inflation
jika Bank Indonesia mampu menjaga laju Targeting on Macroeconomic Perfor-
inflasi di bawah target inflasi, tentu itu tidak mance. Central Bank of Iceland Working
akan menjadi masalah. Baru setelah itu jika Paper 23: 1-36.
sudah terbiasa dengan penggunaan re- Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter
rangka Inflation Targeting Framework (ITF) & Implementasinya di Indonesia. PT. Raja
dan memang memungkinkan untuk di- Grafindo Persada. Jakarta.
lakukan, Bank Indonesia bisa menargetkan Romdhane, I. B. dan S. Mensi. 2014. Asses-
inflasi pada level yang lebih rendah. sing The Macroeconomic Effects of
Inflation Targeting: Evidence From
DAFTAR PUSTAKA OECD Economies. MPRA Paper No.
Alamsyah, H. 2008. Persistensi Inflasi dan 60108: 1-11.
Dampaknya Terhadap Pilihan dan Res-
Meninjau Kembali Seberapa Penting Target Inflasi ... – Hakim 71

Solanes, J. G. dan F. T. Flores. 2009. Inflation Successful Story?. International Journal of


Targeting Works Well in Latin America. Central Banking 1(3):153-175.
Tugcu, T. C. dan S. Ozturk. 2015. Macro- Willard, L. B. 2006. Does Inflation Targeting
economic Effects of Inflation Targeting: Matter? A Reassessment. CEPS Working
Evidence From Middle and High- Paper 120: 1-23.
Income Countries. Theoretical and Wu T. 2004. Does Inflation Targeting reduce
Applied Economics Volume XXII (2015) Inflation? an Analysis for the OECD
4(605): 105-112. industrial Countries. Banco Central do
Vega, M. dan D. Winkleried. 2005. Inflation Brazil Working Papers. 83.
Targeting and Inflation Behavior: A

You might also like